Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MARIA DERFINA SALDUN

NIM : 1903020059

Review Jurnal

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.16. No.2, April - Juni 2021 ISSN: 2085-1960 (print); 2684
-7868 (online) Analisis pengaruh nilai tukar, pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja
terhadap ekspor Indonesia dan Malaysia ke China. Candra Mustika*; Erni Achmad Prodi
Ekonomi Pembangunan, Fak. Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi *E-mail. korespondesi:
candra.mustika@yahoo.com

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan nilai
tukar, tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi serta ekspor Indonesia dan Malaysia ke China
dari tahun 1993 sampai tahun 2015 dan Untuk menganalisis pengaruh Nilai Tukar,Tenaga
kerja dan pertumbuhan ekonomi terhadap ekspor Indonesia dan Malaysia ke china dari tahun
1993 sampai tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian Perkembangan ekspor Indonesia ke
china berfluktuasi atau naik turun selama periode tahun 1993 sampai 2015 dengan rata-rata
13,95%,sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat serta pertumbhan
ekonomi juga berfluktuasi rata-rata pertumbuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika
serikat sebesar 14,52%, dan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 4,69% tenaga kerja juga
berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan 1,72%. Berdasarkan hasil regresi data panel
menunjukkan variabel kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor ke china, variabel
tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor ke china, sementara variabel
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor ke china.
Berdasarkan sumber daya alam dan sumber daya manusia merupakan salah satu
faktor utama yang menyebabkan perbedaan keunggulan antar satu Negara dengan Negara
lainnya sehingga masing-masing Negara memiliki spesialisasi keunggulan tersendiri
tergantung keadaan faktor produksimnya seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia
karena perbedaan faktor produksi hampir tidak ada satu pun Negara yang mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri sehingga butuh kerjasama menjalin perdagangan dengan Negara lain.
Dalam era globalisasi yang telah berkembang saat ini dengan kemajuan teknologi
menyebabkan kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga setiap Negara semakin
mudah untuk menjalin kerjasama dengan Negara lainnya termasuk kerjasama perdagangan
internasional yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Indonesia dan Malaysia merupakan
dua Negara yang saling bertetangga karena berada di kawasan yang sama yakni di benua Asia
tepatnya Asia tenggara. Dan saat ini Negara yang berada di kawasan Asean menjalin
hubungan kerjasama perdagangan bebas dengan china melalui ACFTA (Asian China Free
Trade Agreement) menurut catatan Bank Pembangunan Asia ekspor Indonesia ke China pada
tahun 2014 senilai 17,606 Juta US Dollar sementara Nilai ekspor Malaysia ke China pada
tahun 2014 senilai 28.204 Juta US Dollar, diharapkan dengan adanya perdagangan dengan
china salah satu Negara yang memiliki jumlah penduduk paling besar sehingga tingkat
konsumsi masyarakatnya pun akan tinggi dan ini adalah peluang yang cukup besar untuk
meningkatkan ekspor Negara Indonesia dan Malaysia ke china. Secara teoritis banyak sekali
faktor yang mempengaruhi ekspor ke dua Negara tersebut ke china dan hal itu dapat dilihat
dari sisi permintaan yang ditinjau dari Negara tujuan ekspor yakni china dan sisi penawaran
yang ditinjau dari Negara eksportir yakni Indonesia dan Malaysia.
Teori keuntungan komparatif ini dikembangkan oleh David Ricardo, yang
menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan
pada produksi dan ekspor yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih murah, dan
mengimpor apa yang dapat diprosuksinya pada biaya yang relatif lebih mahal.Penelitian
tersebut membahas pengaruh faktor-faktor (harga ekspor wood Indonesia, harga ekspor wood
brazil, nilai tukar masing-masing negara, GDP masing-masing negara, dan dummy
kesepakatan Cina-AFTA terhadap volume ekspor wood Indonesia dan dampak liberalisasi
perdagangan Cina-AFTA terhadap permintaan ekspor wood Indonesia.Hal ini disebabkan
karena adanya pemberlakuan kesepakatan Cina-AFTA, maka akan menurunkan permintaan
ekspor wood Indonesia ke negara tujuan ekspor tersebut, karena peningkatan ekspor yang
terjadi belum mampu menyaingi kualitas dan kuantitas dari negara pengekspor wood
lainnya..Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor wood Indonesia ke
beberapa negara tujuan ekspor menunjukkan tidak semua peubah bebas yang digunakan
dalam model berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Berdasarkan hasil penelitian secara
kuantitatif dengan model regresi data panel menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor ke china hal ini mengindikasikan
bahwa kenaikan output pendapatan nasional tidak dapat menggerakkan ekspor ke china
dengan berbagai metode penghitungan pendapatan nasional jika menggunakan indikator PDB
(produk domestik bruto) maka PDB tidak murni milik warga Negara tapi warga Negara asing
juga ikut berkontribusi dan pertumbuhan bisa saja didorong oleh konsumsi sehingga efeknya
tidak ada bagi peningkatan ekspor ke china.
Sementara untuk variabel nilai tukar atau Kurs hasilnya menunjukkan pengaruh negatif dan
signifikan terhadap ekspor ke china hal ini menunjukkan bahwa jika mata uang dollar terus
mengalam penguatan terhadap mata uang masing-masing Negara yakni Rupiah Indonesia dan
Ringgit Malaysia maka nilai ekspor ke china akan turun hal ini mengindikasikan bahwa
barang-barang ekspor yang di ekspor ke china komponen atau bahan bakunya juga masih
tergantung dari barang-barang impor sehingga jika dollar amerika menguat maka bahan baku
tersebut juga akan naik sehingga biaya produksi untuk barang ekspor pun akan meningkat.
Walaupun dalam jangka pendek harga barang ekspor lebih murah karena nilai tukar mata
uang lokar terdepresiasi namun dalam jangka panjang akan berdampak negative jika barang
tersebut masih menggunakan komponen impor. Sementara untuk variabel tenaga kerja
menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap ekspor ke china hal ini mengindikasikan
bahwa barang barang yang di eskpor ke china membutuhkan input atau faktor produksi
tenaga kerja sehingga dengan semakin banyaknya tenaga kerja maka output atau barang dan
jasa yang dihasilkan juga akan meningkat sehingga dapat di eskpor ke Negara lain khususnya
china.
 Tanggapan Tentang artikel jurnal
Kelemahan dari jurnal ini adalah lebih banyak mengunakan grafik yang sulit untuk di
pahami oleh pembaca. Penulis juga tidak menjelaskan secara terperinci metode dan teknik
dalam menganalisis data penulisan judul menggunakan huruf kecil. kelebihannya artikel
menjelaskan secara runtun bagaiamana pengaruh ekspor dan impor terhadap pertumbuhan
ekonomi, nilai tukar mata uang , dan tenaga kerja.antara Negara. Latar belakang artikel ini
juga menjelaskan secara baik mengenai tujuan penelitian dan menjelaskan proses penelitian
secara baik., untuk tenaga kerja menunjukan sesuatu yang posituf kepada kedua Negara.
Berdasarkan hasil penelitian secara kuantitatif dengan model regresi data panel menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor ke china
hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan output pendapatan nasional tidak dapat
menggerakkan ekspor ke china dengan berbagai metode penghitungan pendapatan nasional
jika menggunakan indikator PDB (produk domestik bruto) maka PDB tidak murni milik
warga Negara tapi warga Negara asing juga ikut berkontribusi dan pertumbuhan bisa saja
didorong oleh konsumsi sehingga efeknya tidak ada bagi peningkatan ekspor ke china.

Anda mungkin juga menyukai