Anda di halaman 1dari 19

PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DI DESA LANGKE MAJOK


KABUPATEN MANGGARAI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN

1.1. .Latar Belakang

Wilayah Indonesia pada umumnya masih berbentuk desa atau dengan nama lain disebut
distrik hal tersebut tercermin dari kenyataan bahwa masih sekitar 70% warga Indonesia
hidup dan mencari nafkahnya di desa. Bagaimanapun potretnya saat ini, desa atau distrik
merupakan bagian wilayah terkecil dari Negara Indonesia yang secara mutlak harus
diayomi oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam Undang-Undang No.32 Tahun
2004 tentang pemerintah daerah dan peraturan pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang
desa. Berdasarkan ketentuan ini maka desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah dan berwenang untuk mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemahaman desa diatas menetapkan desa sebagai suatu organisasi
pemerintahan yang secara politik memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan
mengatur warga atau komunitasnya dengan posisi tersebut desa memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan nasional secara luas. Desa
menjadi bagian terdepan dalam mencapai keberhasilan dari segala urusan dan program
pemerintah maka menjadi sangat logis apabila pembangunan desa menjadi prioritas
utama bagi kesuksesan pembangunan nasional.
Berbeda dengan peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang desa. Desa
sebagai daerah otonomi dalam hal penyelenggaraan urusan pemerintahan desa dengan
dana dari anggaran pendapatan yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa
yang ditransfer melalui APBD kabupaten atau kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat.
Bantuan dana desa akan mendorong terlaksananya otonomi desa sekaligus sebagai
upaya pemberdayaan pemerintah desa dan masyarakat desa. Pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten sebagai fasilitator memfasilitasi masyarakat desa agar mampu
melaksanakan pembangunan desa merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, maka
segenap potensi alam harus digali dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin
begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya maka
pengetahuan dan keterampilannya harus ditingkatkan sehingga mampu mengembangkan
dan memanfaatkan potensi sistem secara maksimal dan pelaksanaan program
pembangunan ekonomi daerah seperti yang telah direncanakan oleh pemerintah
diterapkan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembangunan di desa.
Awal pelaksanaan otonomi daerah aspek kemandirian dan terkesan diabaikan
namun dengan seriusnya pemerintah pusat sehingga kabupaten melaksanakan tugas
otonomi daerah. Kepentingan desa mulai diperhatikan bukti bahwa pemerintah pusat
mulai memberikan titik berat pada prioritas pemanfaatan penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan desa tercermin dari semakin banyaknya perangkap peraturan
pelaksanaan, yaitu peraturan pemerintah, peraturan menteri dalam Negeri (Permendagri),
maupun keputusan menteri dalam Negeri (Permendagri), yang mengatur tentang desa,
baik itu peraturan pemerintah, mendagri, dan MENDAGRI yang dimaksud merupakan
peraturan pelaksanaan mengenai desa yang diamanatkan.
Penyelenggaraan atau keuangan merupakan faktor vital dalam mendukung
penyelenggaraan otonomi desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri desa
memerlukan dana yang memadai untuk melaksanakan semua kewenangan yang
dimilikinya sejak tahun 1999 yaitu sejak penerapan UU No.2 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, pemerintah menerapkan kebijakan pemberian dana segar (grant) ke
desa melalui program kebijakan bantuan dana desa. Diharapkan alokasi dana desa yang
disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan pedesaan
secara gotong royong.
Desa Langke Majok merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sama
seperti halnya wilayahdesa lain konsentrasi dalam proses pembangunan pemanfaatan
bantuan dana desa selaludiprioritaskan dalam menunjang pembangunan sosial ekonomi
pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat desa. Banyak dampak konsentrasi
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah desa Langke Majok. Sehubungan dengan
apa yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Langke Majok
Kabupaten Manggarai Tengah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian ini mengkaji
tentang pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa Langke
Majok Kabupaten Manggarai Tengah. Rumusan masalah secara rinci sebagai berikut:

i. Bagaimana pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di


desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah?
ii. Bagaimana dampak pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di
desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembahasan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:

i. Untuk mengetahui pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan


masyarakat di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten
Manggarai Tengah?
ii. Untuk mengetahui dampak pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan
masyarakat di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten
Manggarai Tengah?
BAB II
                       TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Konsep

1. Bantuan Dana
        Desa Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 Tentang desa,
keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang akan berhubungan dengan kelangsungan hak
dan kewajiban. Penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan desa
dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja desa dan bantuan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan dana dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara. Berdasarkan peraturan daerah Nomor 26 tahun 2007
bahwa Sumber pendapatan desa terdiri dari:

 Pendapatan asli desa terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil
swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan pendapatan asli daerah yang sah.
 Bagi hasil pajak daerah kabupaten paling sedikit 10% untuk desa dan dari
distribusi kabupaten sebagian diperuntukkan bagi desa. Bagian dari dana
dipertimbangkan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten untuk
desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap desa secara profesional
yang merupakan alokasi dana desa.
 Bantuan keuangan pemerintah Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak
meningkat.
Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa mendefinisikan desa sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus pemerintahan. Kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, hak tradisional yang dilakukan dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Bintarto (Haryanto
2015), Studi pengembangan ekonomi lokal terkait interaksi desa sampai lokal
menyatakan desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik
dan kultur yang terdapat disuatu daerah dalam hubungan dan pengaruh nya secara timbal
balik dengan daerah lain. UU No. 32 tahun 2004 desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemberdayaan Masyarakat
lapisan bawah terhadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.
Ada Penelitian yang dilakukan oleh Arif Purbantara (2019), Pemberdayaan masyarakat
desa menjelaskan bahwa, Pemberdayaan tidak mempunyai pengertian model tungga,
Pemberdayaan memahami sangat berbeda. Menurut cara pandang orang maupun konteks
kelembagaan, politik, dan sosial budayanya. Ada yang memahami pemberdayaan sebagai
proses mengembangkan, memandirikan, memberdayakan, memperkuat posisi tawar
menawar masyarakat pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses
memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama
atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran mengumpulkan sumber
daya, mengarahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun
kembali kekuatan dalam komunitas. Ada juga yang memahami pemberdayaan secara
makro sebagai upaya mengurangi ketidakmerataan dengan memperluas kemampuan
manusia misalnya, pendidikan dasar umum dan pemeliharaan kesehatan, bersama dengan
perencanaan yang cukup memadai bagi perlindungan masyarakat dan memperbaiki
distribusi modal-modal yang nyata Misalnya lahan dan akses terhadap modal.
Berdasarkan hal itu maka inti dari pemberdayaan adalah:
  Suatu upaya atau proses pembangunan yang berkesinambungan yang berarti
dilaksanakan secara terorganisir dan bertahap dimulai dari tahap permulaan hingga tahap
kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (follow-up activity and evaluation).
suatu upaya atau proses memperbaiki (to improve) kondisi ekonomi, sosial, dan
kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Suatu upaya atau proses menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga prinsip to help the
community to help themselves dapat menjadi kenyataan.
Suatu upaya atau proses memandirikan masyarakat dengan cara menggalang partisipasi
aktif dalam masyarakat berupa bentuk aksi Bersama di dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sururi (2015),
Pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan menjelaskan bahwa Konsep
pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community
development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based
development) Chamber tahun 1995 (Kartasasmita, 1997). Pemberdayaan masyarakat
pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan
objek dari berbagai proyek pembangunan tetapi merupakan subjek dari upaya
pembangunannya sendiri. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat adalah
mengembangkan masyarakat khususnya kaum miskin, kaum lemah dan kelompok
terpinggirkan, menciptakan hubungan kerjasama antara masyarakat dan lembaga
pengembangan memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan, mengurangi ketergantungan, membagi kekuasaan dan tanggung jawab,
meningkatkan tingkat keberlanjutan.. Peran pemerintah desa dalam pemberdayaan
masyarakat, Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto Pemberdayaan
masyarakat melalui program pembangunan. Mengungkapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan yang lain yang mencakup:
a) Minat dan kebutuhan, artinya pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu pada
minat dan kebutuhan masyarakat.
b) Organisasi masyarakat bawah, artinya pemberdayaan akan efektif jika mampu
melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga.
c) Keragaman budaya adalah pemberdayaan harus memperhatikan keragaman
budaya.
d) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan
perubahan budaya.
e) Kerjasama dan partisipasi adalah pemberdayaan hanya akan efektif jika mampu
menggerakan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program pemberdayaan yang telah dirancang.
f) Demokrasi dan penerapan ilmu artinya dalam pemberdayaan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu
alternatif yang ingin diterapkan.
g) Belajar sambil bekerja, artinya kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar
masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang
segala sesuatu yang ia kerjakan.
h) Penggunaan metode yang sesuai, artinya pemberdayaan harus dilakukan dengan
penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
i) sebaiknya mampu menumbuhkan pemimpin lokal atau memanfaatkan pemimpin
lokal yang telah ada untuk membantu kegiatan pemberdayaan.

2. Masyarakat Desa

      Pada umumnya pengertian desa dikaitkan dengan pertanian yang sebenarnya masih
bisa didefinisikan lagi berdasarkan pada jenis dan tingkatannya. Masyarakat desa yaitu
masyarakat yang ruang lingkupnya berada di desa dan cenderung hidup secara tradisional
serta memegang adat istiadat. Menurut P.H Landis terdapat tiga definisi tentang desa yaitu
pertama desa itu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2.500 orang, kedua desa
adalah suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai hubungan yang saling akrab serta
informal satu sama lain dan yang ketiga desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya
hidup dari pertanian.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat desa adalah suatu komunitas kecil yang menetap
secara tetap di suatu tempat masyarakat desa itu sendiri mempunyai karakteristik seperti
yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren mereka menggambarkan karakteristik
masyarakat desa sebagai berikut :
 Besarnya peranan kelompok primer
 Faktor geografis menentukan dasar pembentukan kelompok atau sosial
 Hubungan lebih bersifat akrab dan langgeng
 Homogen
 Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi
 Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar Karakteristik desa sangat diperlukan
adanya pembagian desa atau biasa disebut dengan tipologi desa.
Tipologi desa itu sendiri akan mudah diketahui jika dihubungkan dengan kegiatan pokok
yang ditekuni oleh masyarakat itu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, adapun
pembagiannya sebagai berikut:
1. Desa pertanian
2. Desa industri
3. Desa nelayan atau desa pantai
4. Desa pariwisata Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih tergolong
masuk dalam kategori yang belum maju dan masih sederhana.
Kebanyakan orang menganggap bahwa masyarakat desa khususnya masyarakat petani
masyarakat petani yang satu dengan yang lain. Kebudayaan tradisional masyarakat desa
masih dianggap secara umum yang mana mereka dianggap seragam atau sama antara
merupakan suatu hasil produk dari besar kecilnya pengaruh alam terhadap masyarakat
yang bergantung pada alam itu sendiri. Menurut P. H Landis besar kecilnya pengaruh
alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa ditentukan sebagai berikut:
1. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian.
2. Sejauh mana tingkat teknologi yang mereka miliki.
3. Sejauh mana sistem produksi yang diterapkan.
Ketiga faktor diatas menjadikan faktor determinan bagi terciptanya kebudayaan
tradisional masyarakat desa yang artinya kebudayaan tradisional akan tercipta apabila
masyarakatnya sangat tergantung pada pertanian, tingkat teknologi yang rendah dan
produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga .
2.2 .Landasan Teori
1. Struktural Fungsional
Robert K. Merton sebagai salah satu tokoh yang mengkaji mengenai teori struktural
fungsional dan berada pada teori tingkat menengah menjelaskan bahwa analisis struktural
fungsional memusatkan dalam pemikiran Merton sasaran studi struktural fungsional adalah
peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok, struktur sosial,
perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Robert K. Merton telah
mengkritik 3 postulat yang dikemukakan oleh Malinowski dan Radcliffe Brown, yaitu:
1. Kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini berpendirian bahwa semua
keyakinan dan praktik kultur dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk
masyarakat sebagai satu kesatuan maupun untuk individu dan masyarakat. Merton
berpendapat bahwa meski hal ini benar terjadi pada masyarakat primitif dan kecil,
namun hal ini tidak berlaku tingkatan masyarakat yang luas dan kompleks.
2. Fungsionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan
kebudayaan yang baku memiliki fungsi-fungsi positif. Merton menyatakan bahwa
postulat ini bertentangan dengan kehidupan nyata yang jelas adalah bahwa tidak
setiap struktur, adat, gagasan, kepercayaan dan sebagainya mempunyai dampak
positif.
3. Indispensability yaitu dalam setiap tipe peradaban kebiasaan memiliki sejumlah
tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan akan tetapi Merton
mengatakan bahwa terdapat alternative struktur dan fungsi yang dapat ditemukan
didalam masyarakat.
Perhatian analisis struktural fungsional lebih dipusatkan pada fungsi sosial
ketimbang pada motif individual. Menurut Merton fungsi didefinisikan sebagai
konsekuensi konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau
penyesuaian dari sistem tersebut. Dari pendapat Merton tentang fungsi, ada
konsep barunya mengenai sifat dari fungsi dengan membedakan atas fungsi
manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang diharapkan
(intended) atau fungsional, sedangkan fungsi laten adalah sebaliknya yaitu fungsi
yang tidak diharapkan atau disfungsi.
Kecocokan argumen Merton dengan permasalahan penelitian mengenai struktur
organisasi maupun kelompok terkait peran dan fungsi masing-masing bidang
inilah menjadikan penelitian menggunakan teori ini. Teori struktur fungsional
oleh Robert K. Merton dapat menganalisis tiap-tiap bagian dalam struktur
organisasi maupun kelompok terkait fungsi dan perannya sehingga mampu
menjawab permasalahan yang penelitian dalam pemanfaatan dana desa untuk
pemberdayaan masyarakat.
Fungsi yang dianggap manifest dalam penelitian ini adalah ketika penggunaan
dana desa dan pemanfaatan dana desa sedangkan fungsi yang dianggap paten ialah
terdapat kondisi fungsi yang terjadi dalam pelaksanaan program Penggunaan dana
desa yang berakibat pada ketidakefektifan program pemberdayaan masyarakat.
2. Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up Planning)
Perencanaan pembangunan dari bawah (Bottom Up Planning) adalah
perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
oleh bawahan bersama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan
keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam
pengertian di bidang pemerintahan, bottom up planning atau perencanaan bawah
adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan
pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai objek, tetapi
harus dipandang pula sebagai subjek pembangunan. Sehingga konsep yang
ditawarkan Bottom Up Planning ini dianggap relevan dalam pembangunan
pedesaan pada saat ini sebab mengikut sertakan masyarakat sejak awal sampai akhir
kegiatannya.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan
ikut serta terlibat, memanfaatkan dan menikmati pembangunan. Dalam proseS
pembangunan masyarakat tidak semata mata diperlakukan sebagai objek tetapi
lebih sebagai subjek dan pelaku.
Menurut Soetomo Ada beberapa tahap partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yaitu:
1. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program yang membuat masyarakat tidak
semata mata sebagai penikmat dari sebuah program, tapi juga membuat sebuah
program karena telah ikut terlibat dalam proses pembuatan atau perumusan sebuah
program.
2. Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan program juga
akan membawa dampak positif dalam jangka panjang.
3. Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi akan membawa dampak positif bagi
penyempurnaan dan pencarian alternatif yang terus-menerus dilakukan akan
menjadi umpan balik bagi perbaikan dan penyempurnaan program berikutnya.
4. Partisipasi masyarakat dalam menikmati hasil melalui bentuk pembangunan yang
dapat dinikmati secara lebih dan merata oleh seluruh masyarakat secara Profesional.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa masyarakat dalam
pembangunan pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan keefektifan
pembangunan desa dan pengelolaan dana desa yang sejak awal hingga akhir
melibatkan masyarakat dan menjadikan hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana
desa dapat disesuaikan dengan yang dibutuhkan masyarakat.
2.3 .Kerangka Pikir

Pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa )


Langke Majok Kabupaten Manggarai Tengah didasarkan pada peraturan Bupati
No.15 Tahun 2015 tentang pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:

Alokasi Dana Desa


(ADD) Langke
Majok

Pemberdayaan
Masyarakat

Proses Kesejahteraan Dampak


Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Desa
Masyarakat Desa Langke Majok
BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian


kualitatif deskriptif. Alasan memilih penelitian tersebut yakni untuk
menggambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait dengan
pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa Langke Majok
Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah.Jenis penelitian
Kualitatif deskriptif ini juga dapat menghasilkan kesimpulan berupa data yang
menggambarkan secara rinci bukan data yang berupa angka angka. Hal ini karena
pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi
kasus. Alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus yakni untuk
menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah dengan mengumpulkan
berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan solusi agar
masalah yang diungkap dalam pemanfaatan alokasi dana desa terhadap
pemberdayaan masyarakat di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara
Kabupaten Manggarai Tengah.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara


Kabupaten Manggarai Tengah. Alasan peneliti memilih desa ini karena desa
Langke Majok merupakan salah satu desa di Kecamatan Satarmese Utara
Kabupaten Manggarai Tengah yang sedang marak dilakukan pembangunan desa
dan pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan alokasi dana desa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari bulan Februari sampai
bulan April 2020.
3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data data yang
diperlukan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data
yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan
langsung di lapangan. Peneliti berada di tempat itu, untuk mendapatkan
bukti bukti yang valid dalam laporan yang akan diajukan.Dalam penelitian
Alhamid (2012), Observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian (Gulo, 2002). Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti
mendatangi lokasi penelitian selanjutnya melakukan pengamatan dan
pencatatan tentang fenomena fenomena yang diteliti di lokasi penelitian
yaitu di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten
Manggarai Tengah.Dilakukan berulang ulang secara informal sehingga
mampu mengarahkan peneliti untuk sebanyak mungkin mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2010). Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka
antara pencari informasi dan sumber informasi.
Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan yang
bersangkutan dengan masalah yang diteliti dan mengajukan beberapa
pertanyaan yang menjadi inti masalah penelitian kepada informan.
selanjutnya para informan ini memberikan jawaban menurut informan
masing masing. Hasil tanya jawab ini direkam dan dicatat untuk
mempermudah penulis dalam melakukan tabulasi data.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan sebagai bukti yang mendukung dalam
pelaksanaan penelitian dokumentasi dalam bentuk foto, rekaman, maupun
catatan hasil wawancara pada saat melakukan penelitian dengan pihak
bersangkutan.

3.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan
masyarakat desa. Objek penelitian ini dipilih dengan alasan karena kebijakan alokasi dana
desa ini merupakan kebijakan baru dengan alokasi anggaran dana yang besar (60-100 juta
per tahun setiap desa dan pentingnya untuk diteliti karena pemanfaatan anggaran dana desa
ini dalam rangka perwujudan otonomi di tingkat desa. Tanpa adanya fokus penelitian
penelitian terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Oleh karena itu fokus
penelitian akan berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian.
Tujuan penelitian bersifat tentatif seiring dengan perkembangan penelitian
(Moleong 2004), menyatakan bahwa fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi
kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang relevan dan yang baik.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada analisis program kegiatan
dalam pemanfaatan anggaran dana desa untuk memberdayakan masyarakat desa. Aspek
aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
 Bagaimana pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di
desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah.
 Bagaimana dampak pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di
desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara Kabupaten Manggarai Tengah.
3.5.Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi 2009), kegiatan analisis terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus
dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk
sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut analisis.
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus
menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
Berikut teknik analisis yang digunakan peneliti:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan
abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi membuat
ringkasan atau uraian singkat menggolong-golongkan ke pola dengan
membuat transkrip penelitian untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar
dapat ditarik kesimpulan.
Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subjek penelitian dan
dokumentasi yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan
dipilih dan dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah.
Data yang mentah dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian akan disiapkan untuk proses
penyajian data.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Agar dalam penyajian data tidak menyimpang dari pokok
permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk matrik,
grafis, jaringan atau bagan sebagai wadah panduan informasi tentang apa
yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna,
keteraturan pola pola penjelasan alur sebab akibat atau proporsi.
Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar
memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan mendiskusikan..
Untuk mendapatkan hasil kesimpulan data yang valid, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Mencatat poin poin terpenting yang didapat dari lapangan
kemudian diuraikan secara luas dan dikembangkan sesuai
dengan keadaan, pengamatan, dan hasil data dilapangan.
2. Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi.
Peneliti mengambil data secara detail mulai dari foto-foto,
pengamatan, hasil wawancara dan dokumentasi.
3. Pemilihan informan yang tepat sesuai dengan pemilihan data.
4. Peneliti harus jeli dalam memperhatikan proses di lapangan
agar hasilnya maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan

3.6. Jenis dan Sumber Data


Untuk memperoleh data penulis memperoleh dari pengamatan, wawancara, dokumen
dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan sumber data dalam penelitian ada
dua:
1. Data Primer
Yaitu data yang dihasilkan melalui wawancara secara langsung dengan informan
terutama dengan informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang
menjadi subjek penelitian di desa Langke Majok Kecamatan Satarmese Utara
Kabupaten Manggarai Tengah.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data data yang diperoleh dari sumber kedua yang
merupakan perlengkapan meliputi media seperti internet, jurnal, dan buku yang
menjadi referensi dan berkaitan dengan masalah.
BAB 1V
PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai


pemanfaatan dana desa dalam pembangunan desa Langke Majok Kabupaten
Manggarai Tengah Tahun 2019 dengan melihat pelaksanaan kemanfaatan dari dana
desa dalam pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan masyarakat dalam
pemanfaatan dana desa. Tingkat pemberdayaan masyarakat desa Langke Majok
dapat dilihat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang
tergolong baik dalam partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan pemberdayaan dan evaluasi.

4.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran yang


diharapkan dapat menjadi masukan untuk desa Langke Majok Kabupaten
Manggarai Tengah . Dalam hal pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan
masyarakat di desa antara lain:
Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk membantu penyebaran informasi
dan pemahaman mengenai program-program pemberdayaan yang akan dilakukan,
sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk diajak terlibat dalam pelaksanaan
program-program pemerintah desa, serta ikut mengawasi jalannya pelaksanaan dan
pemanfaatan dana desa di desa Langke Majok Kabupaten Manggarai Tengah sesuai
dengan ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai