Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Shoulder impingement syndrome adalah suatu kumpulan gejala nyeri bahu yang timbul akibat
adanya jepitan atau penekanan pada tendon (ujung otot) atau bursa (bantalan sendi) di sendi
bahu bagian atas.Sendi bahu dibentuk oleh 3 tulang yaitu tulang lengan atas (humerus),
tulang belikat (skapula) dan tulang selangka (klavikula).Bagian atas tulang lengan atas
(humerus) akan masuk ke dalam suatu cekungan yang dibentuk oleh tulang belikat (skapula)
dan diikat oleh jaringan ikat yang kuat (ligamen), otot serta beberapa jaringan lain termasuk
kapsul dan bantalan sendi, yang berperan dan berfungsi menstabilkan posisi lengan atas dan
menggerakkan sendi.
Terdapat 4 otot yang berperan dalam menggerakkan, memutar, dan melakukan begitu banyak
gerakan melalui sendi bahu. Otot supraspinatus sangat penting untuk mengangkat
lengan.Sementara otot infraspinatus dan teres minor berfungsi menggerakkan atau memutar
lengan ke arah luar dan otot subskapularis berperan dalam gerakan lengan ke arah dalam.
Tendon otot supraspinatus yang paling sering mengalami jepitan atau penekanan khususnya
pada aktivitas yang menggerakan lengan melampaui kepala secara berulang
(gerakan overhead).Gerakan-gerakan ini akan menyebabkan puncak dari tulang lengan atas
bergesekan dengan sebagian sendi bahu dan tendon otot supraspinatus, sehingga timbul
reaksi radang lokal dan pembengkakan.Akibat peradangan dan pembengkakan yang terjadi,
tendon otot supraspinatus dan bantalan sendinya akan semakin terjepit dan tertekan di antara
tulang lengan atas dengan tonjolan tulang belikat bagian atas (akromion). proses jepitan dan
penekanan tendon dan bursa dapat berlanjut menjadi robekan tendon (Rotator Cuff Tear)
apabila bahu tetap dipaksakan melakukan aktivitas mengangkat lengan terus menerus.
Penyebab lain dikaitkan dengan adanya kelainan bentuk anatomi dari ujung tulang belikat
(akromion) atau adanya bone spur (taji tulang). B
one spur atau pembentukan tulang baru terjadi akibat adanya gangguan metabolisme tulang
yang umumnya dikaitkan dengan proses penuaan ataupun karena penyakit tertentu.
Kelainan bentuk dan adanya bone spur dapat menyebabkan penekanan pada tendon otot
supraspinatus terlebih pada kondisi ketika lengan digerakkan ke atas.
Gejala khas adalah nyeri yang timbul saat lengan diangkat maupun ketika lengan diturunkan
dari posisi tinggi, adanya kesulitan menggerakkan lengan mencapai belakang punggung,
disertai kelemahan otot bahu.
Gejala awal mungkin ringan, penderita sering tidak mencari pengobatan pada tahap awal.
Gejala dapat berupa:
Nyeri. Pada awalnya nyeri dirasakan ringan di bahu bagian atas dan timbul hanya
saat beraktivitas, terutama pada gerakan-gerakan mengangkat lengan. Namun secara
perlahan, nyeri akan dirasakan setiap waktu bahkan saat beristirahat.
Nyeri dapat menjalar dari bagian depan bahu ke sisi lengan.
Otot kehilangan kekuatan dan kemampuan gerak terutama pada gerakan-gerakan yang
menempatkan lengan di belakang punggung.
Semakin lama, semua gerakan semakin terbatas dan terasa menyakitkan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat keluhan nyeri dan riwayat aktivitas fisik yang
dijalani penderita sebelumnya.
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis. Penderita
akan diminta melakukan beberapa gerakan untuk melihat kisaran gerak sendi yang memicu
timbulnya nyeri.
TENNIS ELBOW
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai
akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan
Epidemologi
Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan
ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang
terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow.Jumlah pasien
tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan ini sering ditemukan pada
orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan insidensinya meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia
rata-rata penderitanya adalah 42 tahun.
Tipe I, tempat cedera terletak pada origo ekstensor carpi radialis longus dengan jumlah
kejadian hanya 1%.
Tipe II, merupakan tipe yang paling umum, dimana cedera terjadi pada tempat
perlengketan tendon otot ekstensor karpi radialis brevis pada epicondylus lateralis
humeri, dengan jumlah kejadian 90%. Tipe II ini merupakan daerah kritis dimana
sirkulasi darah rendah, proses penyembuhan lambat dan dapat terjadi reinjury.
Disamping itu terdapat perlekatan kolagen yang acak, sehingga menimbulkan nyeri
regang.
Tipe III, pada tipe ini, yang mengalami cedera yaitu tendon muscle junction otot-otot
ekstensor karpi radialis brevis. Akibat terjadi kerusakan pada perbatasan jaringan otot
dengan tendon, maka akan terjadi proses inflamasi yang disusul dengan proses
penyembuhan jaringan.
Tipe IV Pada tipe ini, yang mengalami cedera adalah perut otot dari otot-otot ekstensor
karpi radialis brevis. Karena sirkulasi darah yang baik pada lokasi ini, maka
penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat
Gejala
Biasanya penderita Tenis Elbow akan mengalami rasa sakit saat melakukan pekerjaan
mencengkeram atau menahan pergelangan tangan / jari. Nyeri juga bisa terjadi saat otot
diregangkan. Akan ada kelembutan langsung di atas epikondilus bertulang, dan mungkin ada
titik pemicu pada otot pergelangan tangan. Beberapa penderita juga akan memiliki tanda-
tanda iritasi syaraf
Etiologi
Patofisiologi
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung.
Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak
profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral terjadi
karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB,
yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga
menimbulkan tendinosis. stres varus berlebihan pada ECRB, posisi anatomi tendon ECRB
yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut
mudah mengalami abrasi berulang selama proses extensi elbow. Hipovaskularitas permukaan
bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan tendinosis.
Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen
normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang
imatur, yang disebut juga dengan istilah “hiperplasia angiofibroplastik”. Proses itu kemudian
dikenal dengan nama “tendinosis angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang
yang teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,
maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis
Elbow.
Manifestasi Klinik :
Nyeri
oedema
ketidakstabilan (instability)
kehilangan pergerakan (lost of movement)
kehilangan fungsi (lost of function)