Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH WALI SANGA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 KOTA BLITAR


2021/2022
MAKALAH WALI SANGA

NAMA KELOMPOK :
1. ANGGA DIAN PERMADANY (04)
2. ARDA PRAMANA PUTERI (06)
3. ZAINUL ‘ABIDAH (37)
4. ANITA LUTFIATI (05)
5. SYARAFINA A BALQIS IZZATIL ISMAH (33)
6. NUR SEVVIQUL RAHMAN (27)

KELAS : 9D
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 KOTA BLITAR
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Wali
Sanga ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan nabi
kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari
alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah tentang Wali Sanga ini dapat hadir seperti sekarang ini tak
lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya bagi mereka yang telah membantu kami
selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang
belum sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa
yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Kami harap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wali Sanga..................................................................
B. Kisah Perjuangan Dakwah Wali Sanga........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah masuknya Islam ke Nusantara sudah berlangsung demikian lama,
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang
langsung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-
13, dan ada juga uang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke-9 M.
Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal
tersebut didasari bukti-bukti sejarah serta penelitian para sejarawan yang
menggunakan pendekatan dan metodenya masing-masing.
Berdasarkan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah,
bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M. Hal tersebut tak
lepas dari peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan di antara tokoh
yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi di tanah Jawa adalah “Wali Sanga”.
Peran Wali Sanga dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Wali
Sanga yang begitu dekat di kalangan masyarakat muslim kultural Jawa sangat
mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta
sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa. Sehingga
dengan mudah Islam ke seluruh wilayah.

B. Tujuan
1. Mengenal para Wali Sanga.
2. Mengetahui perjuangan para Wali Sanga dalam
penyebaran agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wali Sanga


Ada beberapa pendapat mengenai arti Wali Sanga. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam
bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari
kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut
kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Wali Sanga adalah sebuah majelis
dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para Wali Sanga adalah pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-
tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke
pemerintahan.

B. Kisah Perjuangan Dakwah Wali Sanga


1. Sunan Gresik

Biografi : Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim. Selain itu,
beliau juga dikenal dengan sebutan lain seperti Syeikh Maghribi dan juga Kakek
Bantal. Sebagai salah satu anggota dari Walisongo, beliau diyakini sebagai
pendakwah senior yang memulai syiarnya di Pulau Jawa. Asal-usul beliau tidak
pasti, namun para pemerhati sejarah sepakat bahwasanya beliau bukanlah asli
berasal dari Indonesia.
Ada beberapa ahli sejarah yang berpendapat bahwasanya seorang Syeikh
Maulana Malik Ibrahim berasal dari daerah Maroko, Afrika Utara. Hal tersebut
dikaitkan dengan nama sebutan beliau yaitu Syeikh Maghribi. Lain halnya
dengan tulisan yang ada di naskah babad Tanah Jawi oleh J.J Menisma yang
berpendapat bahwa nama Sunan Gresik adalah Makhdum Ibrahim As-
Samarqandi. Nama tersebut apabila dilafalkan oleh orang Jawa maka akan
berubah menjadi Syeikh Ibrahim Asmarakandi.
Berdasarkan nama As-Samarqandi tersebut, Maulana Malik Ibrahim
diperkirakan berasal dari daerah Samarkand yang lahir pada sekitar awal abad ke-
14. Beliau juga merupakan anak seorang ulama Persia, Maulana Jumadil Kubro,
yang bertempat tinggal di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro sendiri diyakini
oleh masyarakat sebagai keturunan ke sepuluh dari cucu Rasulullah yaitu
Sayyidina Husein.
Selain asal-muasal Sunan Gresik di atas, masih ada beberapa pendapat yang
mengemukakan pendapat berbeda dari yang lainnya terkait asal-usul beliau.
Menurut buku The History of Java , yaitu buku yang menceritakan asal mula Kota
Gresik oleh Sir Thomas Stamford Raffless, dijelaskan bahwasanya Maulana
Malik Ibrahim berasal dari daerah Arabia.Sunan Gresik wafat pada hari Senin, 12
Rabiulawal 822 H (8 April 1419). Makamnya terdapat di Desa Gapura Wetan,
Gresik, Jawa Timur.
Metode dakwah : Sesampainya di Jawa, beliau melanjutkan kegiatan
dakwahnya menggunakan beberapa cara atau metode. Dalam melakukan
dakwahnya, beliau tidak pernah menggunakan kekerasan atau memaksa
masyarakat, akan tetapi beliau dengan sabar mengenalkan Islam secara perlahan
dan dengan kelembutan. Beliau juga berdagang berbagai macam kebutuhan pokok
dengan harga murah dan mulai berinteraksi dengan masyarakat setempat. Melalui
perdagangan, beliau bisa mendekati masyarakat dan sedikit-demi sedikit mulai
bisa mengenalkan ajaran Islam.
Selain itu, beliau juga menawarkan diri untuk mengobati masyarakat yang
sedang sakit dengan tidak memungut biaya alias gratis. Saat beliau masih di
Campa, dikabarkan bahwa beliau pernah diundang ke salah satu kerajaan untuk
mengobati seorang istri raja. Melalui ini lah seorang Maulana Malik Ibrahim ini
dapat dengan mudah mendapatkan hati dan simpati rakyat.
Ulama Islam yang juga memiliki sebutan Kakek Bantal ini tidak berhenti
hanya menggunakan metode perdagangan dan pengobatan. Namun, ia juga
memanfaatkan profesi masyarakat yang rata-rata adalah seorang petani dengan
cara mengajarkan mereka bercocok tanam. Beliau mengenalkan terobosan dan
teknik baru dalam bercocok tanam sehingga menghasilkan panen yang lebih
banyak.
Dengan ketiga metode dakwah di atas, Sunan Gresik berusaha untuk
merangkul segala golongan khususnya masyarakat yang ada di kasta rendah di
agama Hindu. Karena kasta rendah biasanya disisihkan dan tidak mendapat
perhatian dari para pemimpin. Oleh karena itu, upaya Maulana Malik Ibrahim
dalam merebut hati dan simpati rakyat menuai kesuksesan dimana saat itu juga
bertepatan dengan terjadinya perang saudara dan kondisi ekonomi yang tidak
stabil.
Peninggalan : Terdapat beberapa peninggalan dari Sunan Gresik yang beliau
buat ketika beliau masih hidup. Karena beliau adalah tipe orang yang memikirkan
umat, maka peninggalannya pun merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi umat
Islam khususnya dan bagi masyarakat luas secara umumnya. Berikut adalah
beberapa peninggalan yang ditinggalkan Sunan Gresik setelah beliau wafat.
Diantaranya berupa sumur pesucinan, masjid pesucinan, dan batu arsenik raksasa.

2. Sunan Ampel
Biografi : Sebelum menyaksikan beberapa peninggalan Sunan Ampel, mari
sejenak mengingat kembali sosok Sunan Ampel, demi mempermudah Anda untuk
membayangkan keislaman Nusantara pada masa itu. Berdasarkan beberapa
sumber, dijelaskan bahwa Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Mohammad
Ali Rahmatullah. Ia juga memiliki nama China, yakni Bong Swi Hoo. 
Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 dari Kerajaan Champa. Ia dibesarkan
dengan didikan yang baik. Meskipun Sunan Ampel lahir di lingkungan kerajaan,
namun ia tidak menikmati kehidupannya dengan bermanja-manja. Diriwayatkan
bahwa Sunan Ampel tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan pintar. Hingga
pada akhirnya, ketika berusia 20 tahun, ia berangkat ke Indonesia. Ia kemudian
menetap di Jawa Timur, tepatnya di kota Surabaya. 
Karena kepintaran dan kebijaksanaannya, ia dinilai memiliki kemampuan
keagamaan yang sangat mumpuni bagi usianya yang sangat belia pada masa itu.
Hal itu membawanya kepada Raja Brawijaya, yang kemudian memberikan
kepercayaan kepadanya untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu keislaman ke
seluruh Surabaya. Dalam perjalanan menyebarkan ajaran islam inilah, pada
akhirnya banyak memberikan peninggalan Sunan Ampel yang bersejarah. Sunan
Ampel diperkirakan meninggal pada 1481 di Demak. Ia dimakamkan di sebelah
barat masjid Ampel, Surabaya.
Metode dakwah : Berkaitan dengan sosoknya yang bijaksana, pintar, cerdas
dan merakyat, metode atau strategi dakwah yang ia gunakan adalah secara
komunal mendekatkan diri kepada masyarakat. Salah satu metode dakwah Sunan
Ampel yang sangat terkenal adalah “Moh Limo”.
Moh Limo diambil dari Bahasa Jawa, “moh” berarti “tidak atau tidak mau”
dan “ limo” yang berarti “lima”. Jadi, maksudnya adalah artinya tidak melakukan
5 hal, 5 hal tersebut adalah 5 hal yang dilarang agama, yakni Moh Wadon/tidak
mau main wanita, Moh Mabok/tidak mau mabuk-mabukan, Moh Main/tidak
berjudi, Moh Maling/tidak mencuri, dan Moh Madat/tidak narkoba. 
Peninggalan : Konon, peninggalan Sunan Ampel berupa strategi dakwah Moh
Limo ini terbukti berhasil memperbaiki moralitas masyarakat yang saat itu
memprihatinkan. Kepiawaiannya ini juga membuat Prabu Sri Kertawijaya
memberinya keleluasaan untuk menyebarkan ajaran Islam ke masyarakat luas,
dalam semua tingkat sosial. Sunan Ampel juga memberi peninggalan berupa
Masjid Sunan Ampel, Masjid Rahmat Kembang Kemuning, Masjid Jami’
Peneleh, dan Kampung Arab.
3. Sunan Giri
Biografi : Sunan Giri yang lahir di Blambangan tahun 1442 M. Sunan Giri
adalah salah satu tokoh Walisongo atau wali Sembilan yang berperan dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia. Beliau memiliki nama asli Raden Paku dan
nama lainnya yakni Sultan Abdul Faqih, Joko Samudra, Prabu Satmata, dan
Raden Ainul Yaqin. Sunan Giri merupakan seseorang yang berjasa dalam
penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Khususnya di daerah desa Giri,
kecamatan Kebomas, kabupaten Gresik, Jawa Timur. 
Beberapa pendapat menyatakan bahwa Sunan Giri masih termasuk keturunan
Rasulullah SAW. Pendapat ini didasarkan pada catatan nasab Sa’adah Baalawi
Hadramaut yang ada di pesantren-pesantren wilayah Jawa Timur. Jika dilihat
dalam Hikayat Banjar beliau adalah salah satu cucu dari Putri Pasai dan Dipati
Hangrok. Semua itu bisa diketahui dari peninggalan-peninggalan sunan Giri yang
ada.
Saat Sunan Giri berusia kurang lebih sekitar 7 tahun, beliau dititipkan di
padepokan Sunan Ampel di wilayah Kota Surabaya. Ini bertujuan agar Sunan Giri
dapat mempelajari agama Islam lebih dalam. Selama berada di padepokan Sunan
Ampel untuk belajar agama Islam. Sunan Giri diberi nama Maulana Ainul Yaqin
sebab beliau adalah murid yang paling cerdas. 
Beliau mendalami agama Islam di padepokan ini selama bertahun-tahun.
Hingga pada suatu waktu, Sunan Ampel mengutus Sunan Giri dan anaknya yakni
Raden Maulana Maksum untuk belajar agama Islam lebih dalam di Makkah. Tapi,
sebelum belajar ke Makkah, Sunan Giri harus menemui Syekh Maulana Ishaq
atau ayahnya di Pasai. 
Kemudian setelah 7 tahun Sunan Giri belajar agama Islam di Pasai, Maulana
Ishaq memberikan segenggam tanah dan diamanahkan untuk membangun
pesantren di sebuah daerah yang memiliki tanah dengan bau, warna dan tekstur
yang sama. Selanjutnya beliau bertafakur selama 40 hari untuk memohon
petunjuk kepada Allah. 
Sunan Giri membangun pesantren di daerah perbukitan tinggi, namun
demikian seiring berjalannya waktu pesantren tersebut semakin terkenal di seluruh
nsantara. Pesantren ini juga termasuk salah satu peninggalan sunan Giri. 
Bahkan kurang lebih baru 3 bulan berjalan pesantren tersebut telah dibanjiri
oleh santri untuk menuntut ilmu yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia
hingga luar negeri. Disebabkan banyak murid yang menuntut ilmu agama islam di
pesantren, maka membuat tempat tersebut semakin terkenal. Hal inilah yang
memudahkan Sunan Giri untuk melakukan dakwah di Pulau Jawa. 
Mengingat beliau adalah salah satu orang yang memiliki pengaruh kuat
terhadap kerajaan-kerajaan Islam baik yang ada di pulau Jawa ataupun di luar
pulau Jawa. Hingga beliau mendirikan sebuah kerajaan yang dinamakan dengan
Giri Keraton yang menjadi salah satu peninggalan Sunan Giri. Akan tetapi,
kerajaan tersebut hanya bertahan hingga 200 tahun saja.  
Ketika itu, pusat Sunan Giri dalam menyebarkan agama Islam berada di
kerajaan Giri Keraton, sehingga di dalam kerajaan ini banyak sekali yang
memeluk agama Islam. Kebanyakan Para penyebar agama Islam di Indonesia
lebih banyak memakai metode dengan mendirikan pondok pesantren, sama halnya
dengan yang dilakukan Sunan Giri. Sunan Giri wafat pada malam Jumat, 24
Rabiul Awal tahun 913 Hijriah atau 1428 Saka atau 1506 Masehi dalam usia 63
tahun.
Metode dakwah : Beliau mendirikan pesantren selain sebagai tempat untuk
menuntut ilmu juga untuk menyebarkan agama Islam dengan cara mendidik anak-
anak dengan memperdalam ilmu agama Islam. Dalam dakwahnya Sunan Giri
menciptakan beberapa lagu anak-anak yang tujuannya agar anak-anak semakin
mudah dalam menyerap pelajaran agama Islam. Lagu tersebut juga bisa disebut
dengan salah satu peninggalan sunan giri. 
Tidak hanya lagu anak-anak saja yang beliau ciptakan, bahkan beberapa
permainan dalam memainkannya dimasukkan unsur agama Islam. Permainan
tersebut di antaranya yakni Jelungan atau disebut Jitungan yang hingga saat ini
masih dikenal di Masayarakat Jawa Timur. 
Dalam memainkan permainan Jitungan terdapat simbol satu tonggak kayu dan
pohon yang sangat kuat. Beberapa lagu anak-anak hasil ciptaan sunan giri yang
sampai sekarang terkenal ialah Dolanan Bocah dengan lagu Lir Ilir. Dimana
kedua lagu tersebut memasukkan unsur-unsur agama Islam dalam liriknya. 
Peninggalan : Ada juga peninggalan Sunan Giri, yaitu Giri Kedaton, Masjid
Sunan Giri, Telogo Pegat, dan Museum Sunan Giri.
4. Sunan Bonang
Biografi : Raden Makhdum Ibrahim atau yang dikenal sebagai Sunan Bonang,
merupakan salah satu dari sembilan wali yang berperan dalam menyiarkan Islam
di Indonesia. Sunan Bonang sendiri merupakan putra pertama dari Sunan Ampel
(Surabaya). Beliau juga merupakan seorang guru sekaligus imam besar yang
sangat terkenal dan dihormati di pulau Jawa. Dan sebagai waliyullah, sunan
Bonang banyak dianugerahi dengan ilmu yang sangat tinggi.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Sunan Bonang lahir sekitar 1465 M.
Beliau merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati, atau yang biasa
disebut Nyai Ageng Manila. Maka dari itu, Sunan Bonang juga merupakan cucu
dari Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang jika diteruskan akan bertemu dengan
silsilah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ibunya, merupakan putri dari seorang
adipati Tuban yakni Aryo Tejo.
Saat masih remaja, Sunan Bonang pernah menyeberang hingga ke daerah Pasai,
Aceh untuk mendapatkan ajaran agama Islam dari Syekh Maulana Ishak bersama
dengan Raden Paku (Sunan Giri). Setelah kembali ke tanah Jawa, beliau menetap
di daerah Bonang atau pantai utara. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Beliau
tidak menikah dan tidak memiliki keturunan, karena lebih memilih mengabdikan
hidup untuk menyebarkan agama Islam.
Metode dakwah : Dakwah yang dilakukan Sunan Bonang menggunakan
pendekatan akulturasi budaya. Ia memiliki keterampilan dalam bidang seni dan
sastra. Tak sedikit yang menjulukinya sebagai seniman yang mengajarkan agama
Islam. Di antara media dakwah yang ia gunakan untuk menarik perhatian
masyarakat adalah gamelan.
Peninggalan : Berikut ini beberapa peninggalan Sunan Bonang, yaitu wayang
kulit, masjid Demak, gamelan, suluk Wijil, dan tembang.
5. Sunan Kalijaga
Biografi : Sunan Kalijaga memiliki nama asli Joko Said, yang diperkirakan
lahir pada tahun 1450 M. Sunan Kalijaga merupakan putra dari adipati Tuban
yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ayah Sunan Kalijaga
yaitu Tumenggung Arya Wilatikyta merupakan keturuan dari pemberontak
legendaris Majapahit, Ronggolawe.
Berdasarkan riwayat masyhur, bahwa Adipati Arya Wilatikyta sudah
memeluk Islam sejak sebelum lahir Joko Said. Meskipun seorang muslim, ia
dikenal sangat kejam dan sangat taklid kepada pemerintah pusat Majapahit yang
menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada
rakyatnya. Sedangkan Joko Saig muda yang mengetahuinya dan tidak setuju
dengan segala kebijakan Ayahnya. Sebagai Adipati, Joko Said sering
membangkang pada kebijakan-kebijakannya.
Sampai puncaknya, pembangkangan itu terjadi ketika Joko Saik membongkar
lumbung kadipaten dan membagi-bagikan padi dari dalam lumbung ke pada
rakyat Turban yang saat itu dalam pencapaian hasil akibat kemarau panjang.
Kemudian Joko Said keluar dari Tuban dan berubah menjadi perampok yang
terkenal dan ditakuti dikawasan Jawa Tmur. Namun, dalam merampok Joko Said
memilih korban dengan hati-hati. Ia hanya merampok orang kaya yang tidak mau
mengeluarkan zakat dan sedekah. Sedangkan sebagian besar hasil dari
rampokkannya, ia bagi-bagikan untuk orang miskin. Dari sinilah sering diberi
gelas “Lokajaya” artinya perampok budiman.
Namun semuanya berubah, ketika ia bertemu dengan seorang ulama yang
berada di suatu hutan. Lokajaya melihat ada seorang kakek tua bertongkat. Orang
itu adalah Sunan Bonang. Lokajaya melihat tongkat itu seperti tongkat emas,
sehingga ia merampas tongkat itu. Dan hasil dari rampokannya akan dibagilan
kepada orang yang miskin. Tetapi, Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu, ia
kemudian menasehati Lokajaya bahwa Allah SWT tidak akan menerima amal
yang buruk. Lalu sunan Bonang menunjukkan pohon aren emas dan mengatakan
bila Raden Sain ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillan buah
aren emas yang didirikan oleh Sunan Bonang.
Karena pertemuan itulah, Raden Said berubah dan ingin menjadi murid Sunan
Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Boang ke sungai dan mengatakan
bahwa ia ingin menjadi murid Sunan Bonang. Sunan Bonang lalu menyuruh
Raden Said untuk menjaga tongkat yang ditancapkannya ke tepi sungai. Raden
Said tidak muncul untuk beranjak dari tempat tersebut sebelum Sun Bonang
kembali datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah dari Sunan Bonang untuk
menjaganya. Karena itu, ia menjadi terwujud dalam waktu lama. Hingga tanpa
disadari dan rerumputan telah tumbuh menutup dirinya. Tiga tahun kemudian,
Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga
tongkatnya yang ditancapkan di sungai dan melalukan pertapa, maka Raden Said
mengganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi
pelajaran Agama oleh Sunan Bonang. Kali jaga lalu melanjutkan dakwahnya dan
dikenal menjadi sunan Kalijaga. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan
mencapai lebih dari 100 tahun. 
Metode dakwah : Dalam Metode Dakwah Sunan Kalijaga menyebarkan
agama Islam di Tanah Jawa ini lebih terkenal dengan seniman, budayawan, filsuf,
dan waliyullah. Metode dakwah yang dilakukan Beliau adalah dengan
memasukkan nilai islam kedalam kesenian dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat
pada saat Raden Said ini melakukan dakwahnya melalui kesenian wayang kulit.
Walaupun tradisi wayang kulit pada dulunya ini bukan berasal dari Islam,
tetap Raden Said ini telah memodifikasi dengan cerita-cerita yang berbau dengan
Islam. Selain itu, Raden Said juga sangat kreatif dalam bidang seni dan juga
budaya yang ditekuninya.
Sunan Kalijaga atau Raden Said, merupakan pencipta lagu ilir-ilir yang
sampai saat ini kita semua mengenalnya. Tidak hanya menciptakan lagu ilir-ilir
saja, melainkan juga salah satu pencipta pertama kali bedug.
Bedug yang dibuat oleh Raden Said ini digunakan sebagai memanggil umat
muslim dalam menjalankan ibadah shalat. Raden Said ini juga salah satu seorang
yang pertama kali mengadakan grebeg maulid di Demak dalam menyambut
kelahiran Rasulullah.
Peninggalan : Berikut beberapa peninggalan Sunan Kalijaga, yaitu Keris Kiai
Carubuk, Batu Bobot, Api Abadi Mrapen, Sumur Jalatunda, Rompi Ontokusumo.
6. Sunan Drajat
Biografi : Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Dia
adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia
merupakan saudara dari Sunan Bonang. Sunan Drajat juga sangat berperan dalam
penyebaran agama Islam di Jawa khususnya di daerah Lamongan. Sunan Drajat
adalah putra dari Sunan Ampel yang dikenal sebagai Wali yang memiliki
kecerdasan serta jiwa sosial yang tinggi. Bahkan beliau sangat peduli dengan
keadaan masyarakat fakir. Ketika mengajarkan agama Islam, beliau lebih
menkankan  empati, gotong royong serta kedermawanan. 
Dalam menyebarkan agama Islam Sunan Drajat banyak memakai ajaran
leluhur dan tradisi lokal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya artefak di
kompleks makam Sunan Drajat dengan tulisan ajaran catur piwulang. Ajaran
tersebut berisi tentang cara hidup manusia sebagai makhluk sosial yakni dengan
saling menghargai serta tolong menolong terhadap sesama. 
Sunan drajat memiliki nama asli Raden Qosim. Sejak kecil dirinya telah
dikenal sangat cerdas. Sebab itu, sang ayah yakni Sunan Ampel, menginginkan
dirinya menjadi pendakwah. Tujuannya supaya kecerdasan sang anak bermanfaat
bagi orang lain, khususnya bagi agama.
Walaupun mulanya raden qosim kurang minat dengan dunia dakwah, namun
akhirnya dirinya pun menyukainya. Awalnya dirinya berdakwah dengan kakaknya
yakni Sunan Bonang. Tetapi, sang ayah selalu membujuk agar Sunan Drajat mau
berdakwah sendirian. Akhirnya dirinya diutus ke wilayah Jawa Timur oleh
ayahnya.
Tetapi raden Qosim menolak permintaan ayahnya dengan alasan masyarakat
Jawa Timur dominan dengan agama Hindu. Dirinya beranggapan sulit untuk
dapat menembusnya. Hal ini membuatnya ayahnya mengambil keputusan untuk
memberi kebebasan raden Qosim berdakwah. 
Tetapi raden Qosim lagi-lagi tidak menyetujuinya. Jadi, setelah beranjak
dewasa, dirinya pun memilih Lamongan untuk dakwah yang dilakukannya.
Karena figure kakak raden Qosim, akhirnya dirinya terbuka mata hatinya untuk
mengikuti dakwah yang dilakukan. Lokasinya di Desa Drajat, kabupaten
Lamongan. 
Itulah sebabnya kenapa Raden Qosim dipanggil sebagai Sunan Drajat dan
berarti derajat ataupun tingkatan kehidupan manusia. Tak hanya di Lamongan,
Sunan Drajat melakukan dakwah pula ke wilayah pesisir utara pulau Jawa. Tapi,
beliau akhirnya tetap kembali di Desa Drajat. Beliau wafat sekitar tahun 1522 M
dan dimakamkan di perbukitan Drajat, Paciran, Lamongan.
Metode dakwah : Dalam menyebarkan agama Islam Sunan Drajat menerapkan
cara dan strategi tertentu. Ini bertujuan agar setiap orang yang mendengarnya
dapat memahami dengan benar hingga tertarik untuk belajar Islam. Awal mula
metode dakwah yang dilakukan Sunan Drajat yakni dengan cara memberikan
kesejahteraan. 
Kesejahteraan tersebut beliau berikan pada masyarakat ketika memegang
kekuasaan otonomi di wilayah Kerajaan Demak kurang lebih selama 36 tahun.
Sebagai penerapannya Sunan Drajat memberikan bantuan kepada rakyat yang
kekurangan. Selain itu, beliau juga membantu masyarakat untuk meningkatkan
kehidupan perekonomian dengan menambah skill serta pengetahuan. Seiring
dengan kegiatan tersebutlah dakwah beliau berjalan. 
Sama halnya ketika beliau memberikan ajaran Islam di daerah pesisir, beliau
juga memberikan pengetahuan kepada penduduk. Dimana penduduk tersebut
mayoritas adalah nelayan, sehingga beliau menjelaskan bahwa di laut banyak jenis
ikan yang halal dan juga haram. Sementara awal mula media tembang jawa beliau
terapkan ketika berada di Desa Drajat. Berikut beberapa metode yang pernah
digunakan oleh Sunan Drajat dalam menyiarkan agama Islam apabila kita
rangkum.
Peninggalan : Berikut peninggalan Sunan Drajat, yaitu Tembang Jawa, Surau
Banjaranyar, Masjid Sunan Drajat, Museum Sunan Drajat, Singo Mengkok.
7. Sunan Muria
Biografi : Sunan Muria lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Sewaktu dilahirkan,
ia diberi nama Raden Said atau Raden Umar Syahid. Nama kecil dari Sunan
Muria adalah Raden Prawoto. Dalam penyebaran agama Islam, Sunan Muria
bersifat moderat mengikuti gaya berdakwah Sunan Kalijaga yaitu dengan
menggunakan tradisi kebudayaan Jawa seperti Kenduri, Nelung Dino hingga
Nyewu yang merupakan adat dari ajaran Hindu Kejawen serta tradisi klenik
dengan membakar kemenyan digantinya dengan doa dan bersholawat. Sunan
Muria juga menciptakan karya seni berupa macapat, lagu sinom dan kinanti yang
hingga kini masih dapat kita rasakan.
Dari pendekatan budaya inilah ia kemudian menyusupkan amalan agama
Islam. Sunan Muria lebih senang berdakwah dengan masyarakat kalangan bawah
dibandingkan dengan kaum bangsawan. Daerah dakwahnya cukup luas yaitu di
lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana hingga ke daerah pesisir utara.
Dari gaya berdakwah Sunan Muria inilah yang kemudian membuat ia dikenal
sebagai sunan yang suka berdakwah “topo ngeli“ atau menghanyutkan diri di
masyarakat. Sasaran dakwah Sunan Muria adalah para pedagang, nelayan, pelaut,
dan rakyat jelata. Ia merupakan salah satu wali yang tetap menggunakan kesenian
gamelan sebagai media dakwah.
Keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut merupakan keahlian dari
Sunan Muria. Ia juga menjadi penengah ketika terjadi konflik internal di
Kesultanan Demak (1518-1530). Sunan Muria dikenal sebagai pribadi yang
mampu memecahkan masalah betapapun rumitnya masalah tersebut. Solusi
pemecahan masalahnya pun dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.
Metode dakwah : Sunan Muria berdakwah lewat kesenian. Seperti gamelan,
wayang, dan tembang Jawa. Ajaran yang disampaikan Sunan Muria meliputi
penghayatan kebenaran dan ketaatan pada Allah SWT, wirid, kesederhanaan,
kedermawanan, ajaran dakwah secara bijak dalam menghadapi budaya
masyarakat.
Peninggalan : Berikut peninggalan Sunan Muria, yaitu Buah Pari Joto, Pakis
Haji, Situs Air Gentong Keramat, Bulusan dan Kayu Adem Jati, Pohon Jati
Kramat Masin.
8. Sunan Kudus
Biografi : Sunan Kudus atau dengan nama Ssyyid Ja’far Shadiq Azmatkhan
lahir di Palestina, pada tanggal 9 September 1400 M/ 808 H. Sunan Kudus
merupakan anak dari Raden Usman Haji yang merupakan seorang panglima
perang Kesultanan Deman Bintoro. Ayah Sunan Kudus yang juga dikenal dengan
sebutan Sunan Ngudung merupakan putra dari Sultan di Palestina yang bernama
Sayyid Fadhal Ali Mustazha. Masyarakat Jawa mengenalnya sebagai Raja Pandita
atau Raden Santri. Sunan Ngung melaksanakan hijrah hingga ke Pulau Jawa yang
kemudian tiba di Kesultanan Islam Demak dan diangkat sebagai panglima besar
perang.
Sejak kecil, Sunan Kudus mempelajari agama Islam melalui ayahnya sendiri
dan juga pada Kyai Telingsing. Hingga pertemuannya dengan Sunan Ampel kala
itu. Kyai Telingsing sendiri merupakan seorang ulama dari China yang sengaja
datang ke Jawa bersama Panglima Besar Cheng Hoo.
Kedatangan Kyai Telingsing bersama Cheng Hoo kemudian membuat tali
persaudaraan dengan orang-orang Jawa dengan nilai-nilai yang diajarkan Islam.
Di tengah-tengah Sunan Kudus belajar ilmu Agama, Beliau juga beberapa kali
menjabat di beberapa bidang berbeda di Kesultanan Islam Demak.
Metode dakwah : • Pendekatan dengan Masyarakat Hindu
Dahulu, diketahui bahwa masyarakat Hindu sangat berpegang teguh terhadap
keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Sehingga pendekatan ini cukup sulit
dilakukan. Kendati demikian, tetap saja Sunan Kudus mencoba melalui metode
ini.
Tidak secara terus terang memaksa masyarakat kala itu memeluk Islam secara
langsung, namun beliau hanya mengajak masyarakat mempelajari sedikit demi
sedikit tentang Islam. Ja’far Shadiq benar-benar menerapkan rasa toleransi yang
tinggi melalui ajaran Islam. Siapapun boleh mempelajari kendati tidak
memeluknya.
Niscaya dengan berjalannya waktu, mereka akan mengenal dan memahami
pasti tentang Islam. Karena memeluk Islam sudah tentu harus dari keinginan dan
niat ikhlas dari harta masing-masing. Sebagai penghormatan kemudian
dibangunlah masjid dengan menara yang menyerupai bangunan candi.
• Pendekatan dengan Masyarakat Budha
Berbeda dengan pendekatan masyarakat Hindu, di Budha, Sunan Kudus secara
khusus membuat tempat wudhu yang berbentuk pancuran sejumlah delapan titik
pancuran. Dimana setiap titip pancuran ini diberi arca Kebo Gumarang yang
sangat dihormati oleh masyarakat Budha. 
Pembuatan tempat wudhu ini diharapkan menarik penasaran masyarakat
setempat sehingga mereka mau masuk ke area masjid. Setidaknya masyarakat
Budha yang sekadar penasaran juga mau mendengarkan penjelasan Sunan tentang
nilai-nilai agama Islam.
• Mengubah Ritual Selametan (Mitoni)
Mitoni sendiri merupakan acara adat yang sajak zaman dahulu bernilai sakral
oleh masyarakat Hindu Budha di Jawa. Makna selametan atau mitoni ini
merupakan cara masyarakat kala itu mengungkapkan rasa syukur akan karunia
Tuhan yaitu seorang anak.

Dahulu, mitoni sebagai wujud syukur diwujudkan dengan mempersembahkan


berbagai sesajen dan persembahan kepada patung dan arca, bukan kepada Allah
sebagaimana harusnya. Maka disinilah, tugas utama Sunan Kudus untuk
meluruskan isi acara tersebut.
Rekonstruksi mitoni ini kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Islam dan
tidak dihilangkan begitu saja sehingga saat ini mitoni tetap menjadi tradisi Jawa.
Peninggalan : Beliau juga meninggalkan beragam bukti sejarah yang hingga
saat ini lestari dan terus dijaga oleh masyarakat. Adapun peninggalan-peninggalan
tersebut berupa: Masjid dan Menara Kudus, Keris Cintoko, Dua Tombak Sunan
Kudus, Tembang Asmarandana.

9. Sunan Gunung Jati


Biografi : Syekh Syarif Hidayatullah adalah nama asli Sunan Gunung Jati.
Beliau lahir pada tahun 1448 Masehi. Ayahnya merupakan orang yang berasal
dari Mesir dan merupakan keturunan ke 17 dari Rasulullah SAW bergelar
Maulana Muhamad. Sedangkan ibunya adalah putri dari raja Pajajaran bernama
Syarifah Muda’im setelah masuk Islam dan Nyai Rara Santang adalah nama
aslinya.
Ayah dan ibunya menikah dan menjalani kehidupan di Mesir. Sang ayah
meninggal dunia pada saat Syarif masih berusia sangat muda. Setelah kematian
sang ayah, ibunya pun memutuskan untuk kembali ke Jawa. Pada tahun 1470
merupakan pertama kalinya Syarif menginjakkan kaki di tanah Jawa tepatnya di
Cirebon.
Kedatangan Syarif di Jawa disambut baik oleh pamannya yang merupakan
seorang raja Cirebon bernama Raden Walangsungsang. Berkat dukungan dari
Kesultanan Demak dan pamannya, beliau kemudian diangkat sebagai raja kedua
Cirebon menggantikan pamannya pada tahun 1479 Masehi menyandang gelar
Maulana Jati.
Sebelum itu, seorang Syarif Hidayatullah dari masa mudanya sangat senang
menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu. Bahkan ketika dirinya masih di
Mesir, ia telah berguru ke berbagai macam syekh yang ahli di bidangnya masing-
masing. Bahkan ketika sudah di Indonesia, beliau tiada henti dan bosan dalam
mempelajari ajaran-ajaran Islam.
Seorang Sunan Gunung Jati yang merupakan anggota Wali Sanga ini
menghembuskan nafas terakhirnya pada usia yang sudah tidak muda lagi, yaitu
pada usia 120 tahun. Beliau meninggal pada tahun 1568 Masehi. Bisa
dibayangkan bagaimana perjalanan hidup yang telah dilalui oleh seseorang
dengan umur yang sudah begitu lama. Karena Syarif Hidayatullah hidup kurang
lebih 120 tahun, maka dalam masa-masa tuanya ia habiskan sendirian tanpa
adanya kerabat yang menemani. 
Metode dakwah : Ketika menyebarluaskan dakwah Islam di Tanah Jawa,
Sultan Syarif menggabungkan antara nilai-nilai keislaman dengan kesenian lokal.
Kesenian tersebut berupa gamelan Jawa yang dimainkan dengan baik oleh beliau.
Salah satu cara beliau menarik minat penonton adalah dengan cara memainkannya
menyesuaikan dengan budaya hidup masyarakat saat itu. Dan tak lupa pula, para
masyarakat yang berminat untuk menonton pertunjukan yang diadakan oleh
Syarif Hidayatullah, mereka diminta untuk membayar tiket dengan cara yang
berbeda, Yaitu dengan membaca dua kalimat syahadat.

Peninggalan : Berikut beberapa peninggalan Sunan Gunung Jati, yaitu Kereta


Kencana Singa Barong, Senjata Tombak, Keris, Guci, Meriam, Gamelan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan
Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan
Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang
dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat
sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus
murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali
Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad
16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya, Gresik, Lamongan di Jawa Timur,
Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka
adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan,
bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga
pemerintahan. Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasihat
dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun,
mereka mampu memahami kondisi masyarakat Jawa pada saat itu.

B. Saran
Dengan mengetahui sejarah singkat Wali Sanga, mari kita bersama-sama
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Setelah mengetahui cara Wali
Sanga menyebarkan Islam pada umat Islam terdahulu, marilah kita juga
menyiarkan agama Islam dengan cara yang disenangi oleh masyarakat zaman
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

•http://makalahmanusiabaru.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-wali-
songo.html?m=1
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.alhuda14.net/2020/11/peninggalan-sunan-kalijaga.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjRnbv4mtT1AhXzSmwGHcxXCCUQFnoECEUQAQ&us
g=AOvVaw2ioRqE6UPl15Ax-ggtt9_i
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
m.mediaindonesia.com/humaniora/195656/menilik-peninggalan-sunan-gunung-
jati&ved=2ahUKEwjl3t2tm9T1AhUGkNgFHdk4AYEQFnoECEIQAQ&usg=AO
vVaw0Xn2te4OUUvfDcmlkY9Rrt
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.biografiku.com/biografi-sunan-kudus/
&ved=2ahUKEwjumsfIm9T1AhUl4XMBHT2zAEEQFnoECGAQAQ&usg=AOv
Vaw31-JUZGvjhBnlVaL2tsUlG
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.biografiku.com/biografi-sunan-gresik-maulana-malik-ibrahim/
&ved=2ahUKEwi4-
dndm9T1AhVp7XMBHaGxCwIQFnoECFoQAQ&usg=AOvVaw0YqUGfhfEgtpj
i6gr-sNDB
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.biografiku.com/biografi-sunan-gunung-jati/
&ved=2ahUKEwjq4brym9T1AhVQUWwGHWsPBecQFnoECFwQAQ&usg=A
OvVaw3q9uH3DOV2B39omGWuRHs6
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
doc.lalacomputer.com/makalah-walisongo/
&ved=2ahUKEwjlhJCInNT1AhWJ4nMBHWMXB7MQFnoECAYQAQ&usg=A
OvVaw0SEBMQhLG_pBnmLe_sm8RJ
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
id.scribd.com/document/378888171/Makalah-Wali-
Songo&ved=2ahUKEwjlhJCInNT1AhWJ4nMBHWMXB7MQFnoECAUQAQ&
usg=AOvVaw0NR4m49N5pUNV6-cQGPFBT
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
makalahmanusiabaru.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-wali-songo.html
%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjlhJCInNT1AhWJ4nMBHWMXB7MQFnoECDcQAQ&u
sg=AOvVaw2JK2X1G3df4kXkd9iyReO0
•https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.alhuda14.net/2020/12/peninggalan-sunan-ampel.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwiLkv-
vnNT1AhX3UGwGHeF9B34QFnoECEYQAQ&usg=AOvVaw3bV-
O7L2sUOGURY14a8sk4

Anda mungkin juga menyukai