Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit.
Faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban,
penyumbatan liang telinga tengah, trauma lokal, dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah
Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%), Staphylococcus aureus (15%),
dan Bakteriodes (11%).1

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya
seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan
tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.2

2
B. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi Telinga


Telinga luar terdiri dari aurikula dan liang telinga sampai membran
timpani. Aurikula terdiri dari tulang rawan (kartilago) dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan kartilago pada sepertiga lateral, sedangkan
duapertiga medial adalah tulang. Panjangnya sekitar 2,5-3 cm pada dewasa.
Batas-batas liang telinga adalah anterior: fossa mandibula, kelenjar parotis;
posterior: mastoid; superior: resesus epitimpani (medial), kavitas kranial
(lateral); inferior: kelenjar parotis. Pada sepertiga lateral kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat=kelenjar
serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada duapertiga medial hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Serumen adalah hasil produksi kelanjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel
kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal, serumen
terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya
ditemukan di daerah ini. Konsistensinya lunak, tetapi kadang-kadang kering.
Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan.2
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan tampak oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida (membran Shrapnell) dan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,

3
seperti epitel saluran napas. Pars tensa memiliki satu lapis lagi di tengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.2
Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh
gerakan rahang saat mengunyah. Walaupun tidak memiliki efek anti bakteri
atau anti jamur, serumen memiliki efek proteksi, mengikat kotoran,
menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga sehingga serangga enggan
masuk ke liang telinga.2

C. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian otitis eksterna dari beberapa laporan cukup tinggi.


Laporan dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan
epidmiologi di Amerika Serikat yaitu 2,4 juta kunjungan per tahun. 3
Meskipun penyakit ini bisa mengenai semua umur, otitis eksterna sering
didapatkan pada populasi anak yang lebih tua dan dewasa muda, dengan
insiden puncak pada anak 7-12 tahun.4

Data mengenai prevalensi otitis eksterna di Indonesia masih sangat


terbatas. Pada suatu penelitian di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado ditemukan terdapat 440 kasus otitis eksterna dari 5297
pasien (8,33%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Lumbantobing di RS
Pirngadi Medan tahun 2012 didapatkan kelompok usia otitis eksterna yang
paling sering adalah usia 14-24 tahun.5,6 Penyakit ini sering dijumpai pada
daerah-daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim sejuk dan
kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844
banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.3

D. ETIOLOGI

Penyebab tersering dari otitis eksterna ini adalah dari golongan bakteri
Staphylococcus aureus dan golongan Pseudomonas. Penyebab lain yang

4
memudahkan infeksi adalah adanya debris akibat kondisi dermatologi, serta
trauma lokal misalnya karena usaha pembersihan telinga dan penggunaan alat
bantu dengar.1

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu: 2,7


 Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi
basa maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang
disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.
 Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
 Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.
 Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit
liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.

E. KLASIFIKASI
Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:
 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Furunkel adalah infeksi kuman stafilokokus pada folikel rambut. Oleh
karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di
tempat itu dapat terjadi infeksi pada apilosebaseus, sehingga membentuk
furunkel. Gejalanya adalah rasa nyeri hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul pada saat membuka mulut
(sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran,

5
bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Terapi tergantung pada
keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
selanjutnya dilakukan insisi drainase. Lokal diberikan antibiotik dalam
bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam
asetat 2-5% dalam alkohol).2,8
 Otitis eksterna difus
Peradangan difus pada kulit liang telinga yang meluas ke aurikula dan
lapisan epidermis dari membran timpani. Penyakit ini paling sering terjadi
pada keadaan dengan kelembaban tinggi dan panas serta pada perenang.
Keringat yang berlebihan merubah pH kulit liang telinga dari asam
menjadi basa sehingga menimbulkan pertumbuhan kuman patogen.
Terdapat dua faktor yang paling responsibel terhadap kondisi ini, yaitu
trauma liang telinga dan invasi kuman patogen. Trauma dapat terjadi
akibat mengorek telinga secara radikal, instrumen yang kurang ahli saat
ekstraksi serumen, dan saat membersihkan telinga setelah berenang
dimana kulit liang telinga terjadi maserasi. Kerusakan terus menerus pada
kulit liang telinga menyebabkan invasi kuman patogen.1,2
Pedoman tatalaksana pada otitis eksterna, untuk firstline dapat diberikan
antibiotik topikal dengan atau tanpa steroid topikal untuk 7-10 hari dan
penghilang nyeri sistemik. Selain diteteskan langsung, obat tetes telinga
dapat diteteskan ke kain kasa dan dimasukkan ke dalam liang telinga, serta
diganti setiap 2-3 hari sekali.9

F. PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.2

Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke


dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah,

6
lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Adanya faktor predisposisi
otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.9

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan


perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga
(meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang
dan terjadilah penurunan pendengaran. Bakteri patogen yang sering
menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%), streptokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi pada
liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal.1

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan:7


 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja
pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang
telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita
otitis eksterna.

7
Gambar 2. Patofisiologi Otitis Eksterna

G. DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal.
Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan
kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri
terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah
makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.10
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien,
ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud yang merupakan media
penyebaran infeksi.1,2
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:2
1. Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan
liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.
2. Pada folikulitis akan didaptkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE.
3. Nyeri tragus (+)
4. Tidak adanya partikel jamur

8
5. Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

H. PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Pedoman tatalaksana pada otitis eksterna, untuk firstline dapat diberikan
antibiotik topikal dengan atau tanpa steroid topikal untuk 7-10 hari dan
penghilang nyeri sistemik. Selain diteteskan langsung, obat tetes telinga dapat
diteteskan ke kain kasa dan dimasukkan ke dalam liang telinga, serta diganti
setiap 2-3 hari sekali. Hal ini terutama dilakukan untuk liang telinga yang
mengalami pembengkakan dan tersumbat.7-9

Gambar 3. Obat-obatan topikal untuk terapi otitis eksterna

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang


mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk
menghindarinya pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering. Juga
harus diingatkan agar tidak membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu
sering.2

Anda mungkin juga menyukai