Anda di halaman 1dari 5

Nama: Hevie Rahmi Ihsani

NIM: 2106501

Kelas: 1A Pendidikan Sejarah

1. Fakta Sosial

Saat ini di Indonesia sedang marak terjadi peristiwa penyebaran berita palsu atau yang
disebut Hoax. Peristiwa penyebaran berita hoax ini sangat meresahkan masyarakat di
Indonesia, karena banyak pihak yang merasa dirugikan atas peristiwa tersebut. Seiring dengan
perkembangan teknologi, masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi apa pun dari
berbagai aplikasi media sosial diantaranya Instagram, LINE, dan Whatsapp tetapi semakin
mudah pula pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan berita hoax.
Sebagai bagian dari inovasi teknologi informasi, media sosial memberikan ruang bagi
seseorang untuk mengemukakan pendapat serta menyuarakan pikirannya yang sebelumnya
mungkin tidak pernah bisa diungkapkan karena keterbatasan wadah untuk berpendapat. Media
sosial juga menjadi ruang ekspresi baru bagi masyarakat dunia dalam beberapa tahun terakhir
ini.

Perusahaan media asal Inggris bernama We Are Social bekerjasama dengan Hootsuite,
keduanya merilis laporan, laporan "Digital 2021: The Latest Insights Inti The State of Digital"
yang diterbitkan pada 11 Februari 2021. Laporan ini berisi hasil riset mengenai pola
pemakaian media sosial di sejumlah negara. termasuk di Indonesia. Menurut laporan tersebut,
rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media
sosial. Dari total populasi Indonesia sebanyak 274,9 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya
mencapai 170 juta. Artinya, jumlah pengguna media sosial di Indonesia setara dengan 61,8
persen dari total populasi pada Januari 2021. Angka ini juga meningkat 10 juta, atau sekitar
6,3 persen dibandingkan tahun lalu.

Pertumbuhan pengguna internet dari tahun ke tahun selalu meningkat cukup signifikan,
hal tersebut sangat berdampak pada peristiwa penyebaran berita bohong atau hoax yang kian
marak diperbincangkan oleh para netter di Indonesia. Pihak yang menyebarkan berita hoax ini
memiliki tujuan, salah satunya adalah untuk menggiring opini masyarakat dan kemudian
membentuk persepsi yang salah terhadap suatu informasi yang sebenarnya. Bramy Biantoro
(2016) menyebutkan ada empat bahaya yang ditimbulkan dari berita hoax, yakni hoax
membuang waktu dan uang, hoax jadi pengalih isu, hoax sebagai sarana penipuan publik,
serta hoax sebagai pemicu kepanikan publik. Dalam menyebarkan berita hoax, biasanya
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab itu melakukan suatu kebohongan dan
menyebarkan informasi yang tidak benar secara sadar.

Sub Direktorat Pengendalian Konten Internet Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo


menyebut ada 1.387 hoaks selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Hoaks sebanyak itu
tercatat sejak Maret 2020 hingga 26 Januari 2021. Penyebaran ribuan hoaks itu terjadi kian
masif. Terlebih, ada bencana dan pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia dalam rentan
waktu yang disebutkan.

Pihak-pihak penyebar hoax semakin dimudahkan karena kurangnya penyaringan berita di


media sosial sehingga berita apa pun yang di-posting oleh seseorang dapat dengan mudahnya
tersebar. Hadirnya media sosial banyak memberikan dampak positif tetapi tidak sedikit pula
dampak negatifnya. Di Indonesia sendiri, kehadiran media sosial juga memberikan pengaruh
terhadap perubahan politik, sosial, budaya dan ekonomi di Indonesia. Media sosial menggeser
dan menembus batas dari pola relasi interaksi hirarkis menjadi egaliter, baik di ruang politik
maupun budaya. Seorang warga negara biasa secara langsung dapat mengkritik dan
berkomunikasi dengan Presidennya cukup hanya dengan mengirim mention ke akun Presiden
di Instagram. Informasi yang kurang bahkan tidak bermutu bertebaran secara masif tanpa
verifikasi dan konfirmasi. Hoax, fitnah, dan hujatan bersahut-sahutan nyaris tanpa henti.
Berdasarkan informasi dari situs web Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
Inonesia, sepanjang tahun 2016 Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya telah berhasil
memblokir 300 lebih akun media sosial dan media online yang menyebarkan informasi hoax,
provokasi, hingga SARA dari 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar
berita palsu dan ujaran kebencian yang sedang diawasi pemerintah. Oleh karena itu, kami
tertarik untuk membahas tentang fenomena penyebaran berita hoax yang sedang marak terjadi
beberapa tahun terakhir sehingga menyebabkan keresahan dan kegaduhan di Indonesia.
2. Penyelesaian Masalah

Ada beberapa cara untuk menanggulangi hoax diantaranya menurut Nukman Luthfi
menjelaskan mengenai penanggulangan penyebaran hoax yaitu dengan meningkatkan literasi
media dan literasi media sosial.Senada dengan hal diatas, Kristiono (Ketua Umum Mastel)
menegaskan pentingnya literasi dalam membentuk pemahaman masyarakat ketika menerima
hoax, bagaimana cara mereka menghadapi berita palsu yang diterima.

Literasi media sangat penting ditingkatkan oleh masyarakat. Terlebih lagi dengan
perkembangan teknologi informasi komunikasi saat ini. Dengan adanya literasi media dan
dengan peran masyarakat di dalamnya, budaya baru tentang media sosial ramah sosial akan
tercipta. Media sosial ramah sosial ini dimana masyarakat sudah mengonsumsi informasi-
informasi di media secara sehat. Sehingga konten negatif di media tidak akan mempengaruhi
masyarakat karena telah dibentengi dengan filter literasi media yang kokoh.

Salah satu cara untuk memulai pembelajaran literasi media adalah dimulai dari keluarga.
Kesadaran orang tua akan perkembangan anak yang serba ingin tahu dengan segala rasa
penasarannya. Orang tualah mentor pertama bagi anak dalam literasi media. Melalui
komunikasi keluarga, manfaat dari media dapat didapat secara maksimal. Keluarga
merupakan unit terkecil. Namun, dari hal kecil inilah akan berdampak besar nantinya. Selain
andil masyarakat dalam memberantas hoax, pemerintah juga harus berperan aktif di
dalamnya. Sehingga terjadi kerja sama antara masyarakat dan pemerintah demi kehidupan
yang lebih baik lagi ke depan.

Rahadi Pencegahan kuatnya arus informasi hoax dapat dilakukan dengan meningkatkan
literasi masyarakat melalui peran aktif pemerintah, pemuka masyarakat dan komunitas,
menyediakan akses yang mudah kepada sumber informasi yang benar atas setiap isu hoax,
melakukan edukasi yang sistematis dan berkesinambungan serta tindakan hukum yang efektif
bagi penyebarnya. Sebaiknya dilakukan pembekalan kepada masyarakat mengenai
pengetahuan akan internet sehat dengan literasi media sehingga dapat mengenali ciri-ciri
berita hoax, dan penerima berita dapat mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dalam
mengambil makna dari suatu berita.

Menurut Pakpahan, ada beberapa sanksi hukum yang dapat menjerat pelaku hoax
diantaranya:

1. UU ITE

2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

3. UU Penghapusan Diskriminasi Ras Etnis


Sehingga, mulai sekarang setiap orang harus berhati-hati dan tidak sembarangan dalam
menyebarkan setiap pesan secara berantai lewat perangkat elektronik.
3. Analisis

 Pendidikan Kewarganegaraan
Perkembangan mengenai berita hoax yang merajalela di Indoensia ini dapat menjadi
ancaman yang nyata bagi kedaulatan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Penyebaran informasi palsu hingga diskriminasi etnis yang sering dijadikan isu
di media adalah hal yang sering menimbulkan perpecahan di masyarakat. Pendidikan
Kewarganegaraan cukup penting untuk dapat mengakomodir visi kewarganegaraan di era
Digital Citizenship saat ini. Upaya untuk merespon perubahan masyarakat global dan
tantangan yang menyertainya dengan melalukan revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menyiapkan para siswa memiliki kompetisi ekonomi, produktivitas kerja yang
kompleks, keamanan global, dan perkembangan media internet yang sangat krusial bagi
keberlangsungan demokrasi.
 Ekonomi
Hoax bukan hanya menyesatkan, tapi juga berpotensi merugikan secara ekonomi.
Bahkan, kerugian ekonomi yang timbul akibat hoax bisa sangat besar, belum termasuk
kerugian nonmateriil. Demikian diungkapkan Chief Digital Startup, Ecommerce &
Fintech (DEF) Sharing Vision yang juga Co Chief Executive Officer (Co-CEO) Bandung
Initiative Movement (BIM), Nur Islami Javad (Jeff), di Bandung, Selasa, 20 Agustus
2019. Hoax, menurut dia, bisa membuat klien dan calon klien menjauh. "Hoax juga bisa
membuat konsumen lari dan pada gilirannya akan menekan angka penjualan dan omzet
usaha," ujarnya. Dampak yang paling besar, menurut dia, akan terjadi pada perusahaan
yang melantai di bursa. Hoax berpotensi menghilangkan kepercayaan pasar dan pada
gilirannya akan menekan harga saham. "Bagi dunia usaha, kepercayaan itu sangat penting
dan dampaknya akan sangat luas, khususnya untuk pemasaran," ujar Jeff.
 Sosiologi
Kemajuan teknologi informasi mendorong perubahan kultur dan kebiasaan
masyarakat, termasuk salah satunya adalah menyebarkan berita atau informasi. Sosiolog
UGM Derajad S Widhyharto mengungkap alasan sebagian orang 'suka' menyebarkan
berita hoax. Sebelum dunia internet berkembang seperti ini, setiap orang harus
menunjukkan identitasnya ketika berpendapat. Namun ketika ada isu yang belum tentu
benar dan kebetulan sesuai dengan opininya, seseorang kemudian menyebarkannya
begitu saja Manurut Derajad, ada dua kelompok masyarakat yang kerap memproduksi isu
hoax. Pertama adalah mereka yang euforia terhadap teknologi baru. Permasalahan yang
muncul kemudian adalah pada pengguna medium penyebaran informasi. Masyarakat
harus memiliki kemampuan cek dan ricek, jika tak ingin berita hoax menyebar.
Kontrol sosial yang pertama adalah dalam peer group atau kelompok sepermainan.
Kelompok ini bukan berarti untuk mereka yang masih anak-anak saja, tetapi semua umur.
Mereka diharapkan bisa saling mengingatkan ketika ada yang menyebar info palsu agar
tak disebar ke luar kelompok.
4. Kesimpulan

Penyebaran berita palsu atau hoax kian marak teradi di Indonesia seiring dengan
perkembangan teknologi informasi yang kian maju. Penyebaran hoax dapat terjadi melalui
sosial media. Di Indonesia sendiri penggunaan sosial media dilakuka oleh 170 juta orang dari
keseluruhan populasi masyarakat yang ada di Indonesia. Hal ini sangat memungkinkan
penyebaran hoax dapat dengan mudah tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat.
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar penyebaran hoax tidak terjadi terus menerus adalah
dengan meningkatkan literasi digital di setiap lapisan masyarakat, upaya ini juga perlu
didukung oleh pemerintah dan tokoh penting di masyarakat. Pemerintah pun harus dengan
tegas dalam menindaklanjutin peneybaran hoax ini, adapun uaya pemerintah yang telah
dilakukan adalah adanya beberapa sanksi hukum yang dapat menjerat pelaku hoax
diantaranya: (1) UU ITE, (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), (3) UU
Penghapusan Diskriminasi Ras Etnis
Penyebaran hoax juga sangat berdampak pada beberapa sektor dalam kehidupan masyarakat
diantaranya dalam kehidupan berkewarganegaraan (PKN), ekonomi, dan sosiologi.

SUMBER REFERENSI

Marwan, M. R., & Ahyad, A. (2016). Analisis penyebaran berita hoax di Indonesia. Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma, 5(1), 1-16.

Maheswari, N. P. S. (2018). HOAX DALAM DINAMIKA NILAI PERSATUAN DAN


KESATUAN BANGSA. Jurnal Kewarganegaraan, 2(1), 1-7.

Juliani, R. (2017). Media Sosial Ramah Sosial Vs Hoax. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi
Komunikasi Penyiaran Islam, 136-149.

Muchtarom, M., Pramanda, A. Y., & Hartanto, R. V. P. PENGUATAN ETIKA DIGITAL


PADA SISWA UNTUK MENANGGULANGI PENYEBARAN BERITA BOHONG
(HOAX) DI MEDIA SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN. PAEDAGOGIA, 21(2), 142-157.

Nugroho, B, P. (2016). Tinjauan Sosiologis Soal Kegemaran Masyarakat Melahap Berita Hoax.
Tinjauan Sosiologis Soal Kegemaran Masyarakat Melahap Berita Hoax
https://news.detik.com/berita/d-3384902/tinjauan-sosiologis-soal-kegemaran-masyarakat-
melahap-berita-hoax. Diakses pada 6 November 2021 Pukul 17:00.

Rachmawati, A, R. (2019). Kerugian Ekonomi AkibatHoax Sangat Besar. https://www.pikiran-


rakyat.com/ekonomi/pr-01317680/kerugian-ekonomi-akibat-hoax-sangat-besar. Diakses
pada 6 November 2021 Pukul 17:10.

Anda mungkin juga menyukai