Bang Air Badil
Bang Air Badil
Metode yang digunakan dalam perhitungan debit banjir rancangan adalah distribusI
Gumbel, data debit banjir disungai dapat dilihat dalam table 3.1.
1998 20.3
1999 10.8
2000 14.4
2001 23.1
2002 19.4
2003 14.5
2004 23
2005 24.8
2006 15.4
2007 25
Debit banjir di sungai
2008 11.9
2009 8.8
2010 14.6
2011 24
2012 23.6
2013 21.5
2014 22.3
2015 24.4
2016 25
2017 18.5
Dalam pelaksanaan perhitungan, data debit banjir di Sungai diurutkan dari nilai
terendah ke nilai yang lebih tinggi seperti pada table 3.2
Proses perhitungan debit banjir di sungai dengan metode distribusi Gumbel adalah sebagai
berikut:
• ̅)
Nilai rata-rata (X
̅ = Ʃ (Xi)
X
n
= 385
20
= 19,265
=
531,026
√
20 − 1
= 5,28
Jumlah data dalam perhitungan Debit Banjir Rancangan Q100 th adalah 10 tahun, sehingga
nilai Yn dan Sn adalah sebagai berikut :
Jumlah data (n) = 20
Harga rata- rata reduce variate (Yn) = 0,5236
Reduced standard deviation (Sn) = 1,0630
Reduced variated (Yt) = 4,6001 (periode 100 th)
𝑌𝑡−𝑌𝑛
Maka nilai K = 𝑆𝑛
4,6001−0,5236
= 1,0630
= 3,835
Menghitung Debit Rancangan Q100 th
Cara Perhitungan :
1. Periode Ulang 2 tahun (Yt = 0,3065)
𝑌𝑡−𝑌𝑛 0,3065−0,5236
• K= = = -0,204
𝑆𝑛 1,0630
• XT = Xr + (K . S) = 19,265 + (-0,204 x 5,286) = 18,186 m3/dt
Diketahui :
- Q = 3,7 m3/dt
- V = 1 m/dt
- k = 40
- m = 1,5
4.5−3 3,7−3
Interpolasi : 2.7−2.3 = 𝑥
X = 0,19
Maka n = 2,49
b/h = 2,49
b = 2,49 h
- Q = A.V
b = 2,57 h
b = 2,57 . 1 m
b = 2,57 m ≈ 2,6m
3. Pintu Intake
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya butiran padat dan kasar di dalam saluran.
Persamaan yang di gunakan (KP-02, Halaman 113):
Q = µ . b . a . √2 . 𝑔 . 𝑍
Dimana :
Q = debit, (m3/dt)
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
Diketahui :
Q = 3,7 (m3/dt)
µ = 0,80 (koefisien debit)
b = 2,6 m
z = 0,15-0,30 m
Penyelesaian:
Q = µ . b . a . √2 . 𝑔 . 𝑍
Jadi untuk merencanakan tinggi muka air rencana, harus di pertimbangkan pula:
1. Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.
2. Tinggi air di sawah.
3. Kehilangan tinggi energi di saluran dan boks tersier.
4. Kehilangan energy di bangunan sadap.
5. Kemiringan saluran primer.
6. Kehilangan energy di bangunan utama.
Elevasi mercu bendung direncanakan 0,10 m diatas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang. Elevasi
ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. (KP-02, halaman
114)
2. Elevasi Mercu
Data-data perencanaan
Lebar sungai : 22,26 meter
Q desain (Q100 th) : 39,460 m3/dt
Elevasi dasar sungai : + 205,00
Elevasi dasar intake : + 206,5
Elevasi Mercu Bendung : +208,27
3. Perencanaan Mercu
➢ Perencanaan tinggi bendung (Mercu bendung tipe ogee III )
Tinggi Bendung (P) = Elevasi mercu bendung – elevasi dasar sungai
= +208,27 – +205,00
= 3,27 m
➢ Perhitungan lebar pintu pembilas
a. Lebar Bendung (B)
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar
rata-rata sungai pada ruas yang stabil. (KP 02 hal. 48)
Lebar Bendung (B) = 1,2 x Lebar sungai
= 1,2 x 22,26 m
= 26,7 m
b. Lebar pintu pembilas
1 1
Lebar pintu pembilas menggunakan rentang (6 s/d 10) dari lebar
bendung.
1
Lebar Pintu Pembilas = 6 x Lebar bendung
1
= 9 x 26,7 m
= 2,97m diambil 3m
c. Pembagian Pintu dan Pilar
• Lebar pintu pembilas sudah termasuk pintu pembilas dan pilar
pemisah antara pintu.
• 3 pintu (setiap pintu lebar 0,75 m) Lebar pintu menyesuaikan
pintu sorong standart 0,5 s/d 1,5 m.
• 2 pilar (pilar lebar 0,25 m)
• 1 pilar penahan (dengan lebar 0,4 m)
• Direncanakan intake berada di kanan.
d. Lebar Mercu Bendung
b = B – (Lebar pilar Mercu x n) – (2 x Dinding Penahan)
= 26,7 – (0,25m x 2) – (1 x 0,4)
= 25,8 m
He = 2,34 m
Be = 26,7 m - 0,44 He
= 26,7 m – 0,44 x 2,33 m
= 25,67 m
𝑣2 Q 𝑄
He = Hd + 2𝑔
dimana, V = A = 𝐵𝑒(𝑃+𝐻𝑒)
Q 𝑄
V = =
A 𝐵𝑒(𝑃+𝐻𝑑)
39,460
= 25,67(3,27+2,33)
= 0,27
(𝑣)2
He = Hd + 2𝑔
(𝑣)2
Hd = He - 2𝑔
(0,27)2
Hd = 2,34 - 2 × 9,8
Hd = 2,33 m
r = 0,5 × Hd
= 0,5 × 2,33
= 1,165
Kontrol Cd= C0 × C1 × C2
C0 = 𝐻𝑒⁄𝑟 = 2,33⁄1,165 = 2,00
dari grafik didapat = 1,36
𝑃 3,27
C1 = = = 1,40
𝐻𝑒 2,33
𝑃 3,27
C2 = 𝐻𝑒
= 2,33 = 1,40
Kontrol : Cd = Co x C1 x C2
Diketahui :
✓ Hd = 2,33 m
Sumber : KP 2 hlm. 56
R1 = 0,48 Hd X1 = 0,115 Hd
= 0,48 × 2,33m = 0,115 × 2,33m
= 1,12 m = 0,268 m
R2 = 0,22 Hd X2 = 0,214 Hd
= 0,22 × 2,33m = 0,214 × 2,33m
= 0,51 m = 0,498 m
Lengkung Hilir
X1,81 = 1,939 x 2,330,81 x Y
X1,81 = 1,939 x 2,330,81 x Y
X1,81 = 3,847 x Y
Y = (X1,81) / 3,847
dy/dx = (1,81 X0,81) / 3,847
X0,81 = 3,847 / 1,81
0,81
X = √2,125 → X = 2,536 m
Maka, Y = (2,5361,81) / 2,948 = 5,278 m
Koordinat
x y
0,100 0,037
0,200 0,130
0,300 0,271
0,400 0,457
0,500 0,684
0,600 0,951
0,700 1,257
0,800 1,601
0,900 1,982
1,000 2,398
1,100 2,850
1,200 3,336
1,300 3,856
0,750 1,425
0,800 1,601
0,850 1,787
0,900 1,982
0,183 0,102
Q
− 2 xgx(Z + He + Yz ) = 0
BexYz
Dimana, Q = debit, (m3/dt)
Yz = tinggi muka air di atas ambang, m
g = percepatan gravitasi, (9,8 m/dt2)
Be = lebar efektif mercu, m
He = tinggi energy di atas mercu, m
Z = tinggi jatuh, m
➢ Hasil perhitungan :
➢ Perhitungan q
Persamaan yang digunakan :
Q
q=
Be
Dimana, q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
Q = debit, m3/dt
Be = lebar efektif mercu, m
- q= Q
Be
39,460 𝑚3 /𝑑𝑡
= 25,67 𝑚
= 1,54 m3/dt/m
➢ Perhitungan Hc
Persamaan yang digunakan :
q2
Hc = 3
g
Dimana, Hc = kedalaman air kritis, m
q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
g = percepatan gravitasi, (9,8 m/dt2)
q2
- Hc = 3
g
3 (1,54 𝑚3 /𝑑𝑡/𝑚)2
=√
9,81 𝑚/𝑑𝑡 2
= 0,62 m
1
- V1 = 2 xgx( + He + z )
2
1
=√2𝑥9,81 𝑚/𝑑𝑡 2 𝑥(2 x2,34 m + 0,17m)
= 5,13 m/dt
𝑄 39,460
- Y1 = 𝑉1 . 𝐵𝑒 = 5,13 . 25,67 = 0,299 m
- Y2 = 0,5. √1 + 8. 𝑓𝑟² − 1 . y1
Q = A.v
V = k.R2/3.I1/2
A = ( b + mh )h = (22,6 + h)h = 22,6h + 1,5h2
P = b + 2h√𝑚2 + 1 = 22,6 + 2h√1,52 + 1
𝐴 22,6h + 1,5h²
R =𝑃=
22,6 + 2h√1,52 +1
22,6h + 1,5h²
v = 40.( )2/3. (0,002)1/2
22,6 + 2h√1,52 +1
22,6h + 1,5h²
= 1,79.( )2/3
22,6 + 2h√1,52 +1
(22,6h + 1,5h²)5/3
39,460 = 1,79 . (22,6 + 5,5h)2/3
V = k . R2/3 . I1/2
2/3
(bh+mℎ2 )
V =k.[ ] . I1/2
b + 2h√𝑚2 +1
2/3
(22,6x0,45+0,452 )
V = 40 . [ ] . (0,002)1/2
22,6 + 2x0,45√1,52 +1
V = 1,02 m/dt
- Mencari beda tinggi energi antara hulu dan hilir bendung (Z)
Z = Elv. tinggi energi hulu – Elv. tinggi energi hilir
Z = +209,225 – +206,125
Z = 3,22 m
3 𝑞2
hc = √𝑔
Dimana :
Q 39,460
q = debit per satuan lebar = = = 1,54 m3/dt/m
𝐵𝑒 25,67
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2
hc = kedalaman air kritis, m
3 1,54 2
hc =√ = 0,88 m
9,81
𝑍 3,22
= = 3,66
ℎ𝑐 0,88
𝑍
2.0 < ℎ𝑐 = 3,66 < 15.0 » KP 02 Hal 76
3,22
a = 0,28 x 0,88 √
0,88
a = 0,47 m
Jadi, D = R = L = 5,78 m
➢ Keamanan Terhadap Rembesan
Tabel 8.1 Harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL) KP 02 Hal 150
➢ Metode Lane
∑ 1/3 𝐿ℎ+ ∑ 𝐿𝑣
CL = 𝑍
» KP 02 Hal 149
Dimana :
CL = Angka rembesan Lane (lihat tabel 8.1)
∑ Lv = Jumlah panjang vertikal, m
∑ LH = Jumlah panjang horisontal, m
Z = Beda tinggi muka air, m
a. Kondisi Normal
- Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV = (8,22+10,04) = 18,26 m
- Perhitungan angka rembesan Lane (CL)
Muka air normal di hulu mercu = + 107,85 (El.mercu)
Muka air normal di hilir mercu = + 105,6 (El.koperan)
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 208,27– 205,00
= 3,27 m
CLI = Ld / Z
= 18,26 / 3,27
= 5,58 > CL = 4,0 (kerikil halus) ,OK
b. Kondisi Banjir
- Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV = (8,22+10,04) = 18,26 m
- Perhitungan angka rembesan Lane (CL)
Muka air banjir di hulu mercu = + 211,61 (El.mercu)
Muka air banjir di hilir mercu = + 208,39 (El.koperan)
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 211,61 – 208,39
= 3,22 m
CLI = Ld / Z
= 18,26 / 3,22
= 5,67 > CL = 4,0 (kerikil halus), OK
𝐿𝑑
P =H- 𝐿
z » KP 02 Hal 140
Dimana :
P = Gaya angkat, kN/m2
H = Tinggi energi di hulu bendung, m
Ld = Panjang rembesan, m
L = Total panjang rembesan, m
Z = Beda tinggi muka air di hulu dan hilir bendung, m
✓ Gaya Horizontal :
1. Gaya horizontal akibat tekanan air
2. Gaya horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur
3. Gaya horizontal akibat gempa
A. Gaya Vertikal
B. Gaya Horizontal
Momen
Notasi F (ton) Kh F x Kh Y (m)
(tm)
V MT H MG
Gaya/Tekanan
(ton) (ton.m) (ton) (ton.m)
Akibat Berat Konstruksi 229,15 1257,80 - -
Akibat Berat Air (Mw) 17,39 295,3 - -
Akibat Uplift (Mu) -111,66 -1028,58 - -
Tekanan Air - - 11,29 68,54
Tekanan Tanah Aktif (Pa) - - 10,76 51,76
Tekanan Tanah Pasif (Pp) - - -16,95 -63,24
Tekanan Lumpur (Ps) - - 9,80 98,30
Akibat Gempa 13,14 68,52
A. Gaya Vertikal
B. Gaya Horizontal
Tabel. Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur
Kh = 0,18 (diketahui)
Momen
Notasi F (ton) Kh F x Kh Y (m)
(tm)
V MT H MG
Gaya/Tekanan
(ton) (ton.m) (ton) (ton.m)
Akibat Berat Konstruksi 229,15 1257,80 - -
Akibat Berat Air (Mw) 72,10 881,42 - -
Akibat Uplift (Mu) -211,12 -1714,00 - -
Tekanan Air - - -53,78 -297,20
Tekanan Tanah Aktif (Pa) - - 1,64 7,91
Tekanan Tanah Pasif (Pp) - - -25,99 -96,96
Tekanan Lumpur (Ps) - - 9,80 98,30
Akibat Gempa 53,10 274,85
➢ Kontrol Stabilitas
a. Kondisi Normal
∑ V ∑ MT ∑ H ∑ MG
Gaya/Tekanan (ton.m)
(ton) (ton.m) (ton)
Tanpa Gempa
134,88 524,52 28,04 223,88
Dengan Gempa
134,88 524,52 41,18 292,4
∑MT
Rumus : SF =
∑MG
∑MT 524,52
Tanpa gempa, SF = ∑MG
= 223,88
= 2,34 ≥ 1,50 (OKE)
∑MT 524,52
Dengan gempa, SF = = = 1,79 ≥ 1,20 (OKE)
∑MG 292,4
𝑓 . ∑v
Rumus : SF = ∑H
f . ∑v
Tanpa gempa, SF = ∑H
≥ 1,50
tan 40 . 134,88
SF = ≥ 1,50
28,04
f . ∑v
Dengan gempa, SF = ∑H
≥ 1,20
tan 40 . 134,88
SF = 41,18
≥ 1,20
L ∑MT − ∑MG
e = –
2 ∑V
∑V 6xe
σ1 = x (1 ± L )
L
L ∑MT − ∑MG L
e= 2
– ∑V
≤ 6
15 524,52− 223,88 15
= 2
– 134,88
≤ 6
L ∑MT − ∑MG L
e= 2
– ∑V
≤ 6
15 524,52− 292,4 15
= 2
– 134,88
≤ 6
b. Kondisi Banjir
Tabel. Rekapitulasi Gaya- Gaya
∑ V ∑ MT ∑ H ∑ MG
Gaya/Tekanan (ton.m)
(ton) (ton.m) (ton)
Tanpa Gempa
90,13 425,22 38,55 164,1
∑MT
Rumus : SF =
∑MG
∑MT 425,22
Tanpa gempa, Sf = = = 2,6 ≥ 1,50 (OKE)
∑MG 164,1
∑MT 425,22
Dengan gempa, Sf = = = 1,30 ≥ 1,20 (OKE)
∑MG 318,95
𝑓 . ∑v
Rumus : SF =
∑H
f . ∑v
Tanpa gempa, SF = ∑H
≥ 1,50
tan 40 . 90,13
SF = 38,55
≥ 1,50
f . ∑v
Dengan gempa, SF = ∑H
≥ 1,20
tan 40 . 90,13
SF = ≥ 1,20
91,65
L ∑MT − ∑MG
e = –
2 ∑V
∑V 6xe
σ1 = x (1 ± L )
L
Keadaan tanpa gempa; L = 15 m
L ∑MT − ∑MG L
e= – ≤
2 ∑V 6
15 425,22−164,1 15
= 2
– 90,13
≤ 6