Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahKeperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu:

Andi Sutandi, S.Kep. Ners

Disusun oleh:

Kelompok 2 Kepewaratan Reguler D

Asep Syarifuddin CKR0180119

Diyah Ayu Indriyani CKR0180126

Herawati Isna Fauzi CKR0180132

Kramayudha Arnansyah CKR0180136

Nur Ismi Awalia CKR0180143

Rosanti CKR0180147

Siti Parida CKR0180148

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT MATERNITAS” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penulisan makalah ini. Tak lupa penulis juga menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Andi Sutandi, S.Kep., Ners. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan gawat darurat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan bermanfaat bagi penulis
maupun pembacanya.

Kuningan, November2021

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan maternitas merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa


seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil.
Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam
keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera
ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan
bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
sangat penting yang dihadapi di Ne gara-negara berkembang.Berdasarkan riset World
Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih
tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup tinggi
seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa,
dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah
satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sebanyak 49 per
100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei
sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2017).

Hasil dari data tersebut, menyampaikan bahwa AKI di Indonesia masih tinggi jika
dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN. Tingginya AKI selama tahun 2010-2013
disebabkan oleh perdarahan saat bersalin, selain itu juga ada 4 penyebab utama dari
kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir (BBL) yaitu dapat disebabkan oleh adanya
perdarahan saat bersalin, infeksi sepsis, hipertensi dan preeklampsia atau eklampsia, dan
persalinan macet atau distosia (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Berdasarkan hasil riset Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012, kejadian meninggalnya ibu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini
memberikan kontribusi sebesar 59% dari kematian bayi. Hasil survei penduduk antar sensus
(SUPAS) tahun 2015, bahwa jumlah AKB sebanyak 22,23 per 1.000 jumlah kelahiran
hidup, hal ini sudah sesuai dengan target Millinium Development Goals (MDGs) yaitu
sebesar 23 per kelahiran hidup AKB merupakan jumlah kematian bayi dalam rentang usia 0
– 11 bulan pertama kehidupan (Kemenkes, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami angkat yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar kegawatdaruratan maternitas?
2. Bagaimana cara mendeteksi kegawatdaruratan maternitas?
3. Apa saja kondisi kegawatdaruratan dalam masa kehamilan?
4. Apa saja kondisi kegawatdaruratan dalam masa persalinan?
5. Apa saja kondisi kegawatdaruratan dalam masa nifas?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dalam kegawatdaruratan maternitas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai bahan bacaan atau referensi
bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui.........

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kegawat Daruratan Maternitas

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba,seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011).Sedangkan kegawatdaruratan
obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwayang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.Terdapatsekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, &
Phillip Steer, 1999). Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu danjaninnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu, janin dan bayi baru lahir(Saifuddin, 2002).Masalah kedaruratan selama kehamilan
dapat disebabkan oleh komplikasikehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul
secara bersamaan.

Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan tepat,cermat,
dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan.Ukuran keberhasilan daripertolongan ini adalah
waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian lain daripenderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggalatau menjadi cacat, sehingga diperlukan
tindakan diagnosis dan penanggulangan segera.

Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan


secarasistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC,
yaitu :

 A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas hambatan
 B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
 C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

Kegawatan atau kegawatdaruratan maternitas adalah kegawatan atau kegawatdaruratan


yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan ataunifas.Kegawatdaruratan maternitas dapat
terjadi secara tiba tiba, bisa disertai dengankejang, atau dapat terjadi sebagai akibat dari
komplikasi yang tidak dikelola atau dipantaudengan tepat.

2.1.1 Cara mencegah dan merespon kegawatdaruratan


Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan
perencanaanyang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang
terus menerusterhadap ibu/klien.

Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran


mereka dan bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap
kegawatdaruratan secara paling efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik
dan diagnose medis, juga tindakan yang harus dilakukannya. Selain itu juga harus
memahami obat-obatan dan penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping obat
tersebut. Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat
menjalankan atau memfungsikannya dengan baik.

2.1.2 Penatalaksanaan dan pengkajian awal kasus kegawatdaruratan maternitas secara


cepat
Perawat seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian
tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta
bantuan. Jika ibutidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
dengan cepat.Jikadicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringkan ibu miring
ke kiri dengan bagiankaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti
BH/Bra.Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda - tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang
keluar.
a. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit:
adakahpucat, suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji
kulit (dingin), nadi(cepat >110 kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah,
sistolik < 90 mmHg).
b. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang hamil, usia
kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dansekarang, bagaimana proses
kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yangkeluar, placenta
tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih(apakah
penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa:
tekanandarah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih.Periksa
temperature (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru
(pernafasan dangkal),abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen),
payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan
darah(rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit)
temperatur (lebihdari 38oC), uterus (status kehamilan).
f. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit
kepala,pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.

2.1.3 Peran Perawat dalam kondisi kegawatdaruratan


Dalam kegawatdaruratan maternitas, peran perawat antara lain:
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa dengan :
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan
sirkulasi
b. Menghentikan perdarahan
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a. Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan
panaspada bayi
b. Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c. Menyiapkan alat pelindung diri
d. Menyiapkan obat obatan emergensi
4. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
a. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan
yangberkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam
pengembangansumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan keahlian
b. Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu dan
bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe motherhood,
bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.
2.2 Deteksi Kegawat Daruratan Maternitas
Kegawat daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses
kehamilan,persalinan maupun masa nifas. Sebelum melakukan deteksi
terhadapkegawatdaruratan maternal, maka perlu mengetahui apa saja penyebab kematian
ibu.Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung seperti
toksemiagravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani oleh tenaga
kesehatan.Olehkarena penyebab terbanyak kematian ibu preeklamsia/eklamsia maka pada
pemeriksaanantenatal nantinya harus lebih seksama dan terencana persalinannya.Dengan
asuhanantenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini dan minoritas
kasusditemukan secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia berat.
Skrining bertujuan mengidentifikasi anggota populasi yang tampak sehat yang
memilikirisiko signifikan menderita penyakit tertentu.Syarat suatu skrining adalah murah
dan mudahdikerjakan.Akan tetapi, skrining hanya dapat menunjukkan risiko terhadap suatu
penyakittertentu dan tidak mengkonfirmasi adanya penyakit.
2.2.1 Deteksi Preeklamsia/Eklamsia
Preeklamsia/Eklamsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada seorang wanita
hamil dan umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan ditandai
denganadanya hipertensi dan protein uria. Pada eklamsia selain tanda - tanda preeklamsia
jugadisertai adanya kejang.Preeklamsia/Eklamsia merupakan salah satu penyebab
utamakematian ibu di dunia.Tingginya angka kematian ibu pada kasus ini sebagian
besardisebabkan karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat pelayanan dasar
sehinggapenderita dirujuk dalam kondisi yang sudah parah, sehingga perbaikan kualitas
di pelayanankebidanan di tingkat pelayanan dasar diharapkan dapat memperbaiki
prognosis bagi ibu danbayinya.
Identifikasi wanita dengan risiko preeklamsia mempunyai keuntungan sebagai
berikut :
a. Pengawasan lebih ketat
b. Diagnosis lebih akurat
c. Intervensi tepat waktu
d. Pencegahan komplikasi sejak dini

Metode skrining dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti dibawah ini :

1. Anamnesa Faktor Risiko Preeklampsia


Metode skrining yang pertama adalah dengan melakukan anamneses pada ibu,
untuk mencari beberapa faktor risiko sebagai berikut :
a. Usia Ibu
b. Ras
c. Metode Kehamilan
d. Merokok selama hamil
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Paritas
h. Kehamilan sebelumnya
2. Pengukuran Tekanan Darah
Metode skrining yang kedua adalah dengan melakukan pengukuran tekanan darah
setiapkali antenatal care.Hipertensi didefinisikan sebagai hasil pengukuran sistolik
menetap(selama setidaknya 4 jam) >140–150 mmHg, atau diastolic 90–100 mmHg.
Pengukurantekanan darah bersifat sensitif terhadap posisi tubuh ibu hamil sehingga
posisi harus seragam, terutama posisi duduk, pada lengan kiri setiap kali
pengukuran. Apabila tekanandarah ≥160/100 maka kita dapat menetapkan
hipertensi.Pengukuran tekanan darah dapat berupa tekanan darah Sistolik, Tekanan
Darah Diastolik dan MAP (Mean Arterial Pressure).
3. USG Doppler
Pada pasien Preeklamsia terdapat perubahanpatofisiologis yaitu:
a. Gangguan implantasi tropoblast
b. Perfusi uteroplacenta yang berkurang dan mengarah ke disfungsi endotel
c. Aliran uteroplacenta bertahanan tinggi

Akibat patofisiologis diatas, terdapat tiga lesi patologis utama yang terutama
berkaitandengan preeklamsia dan eklamsi yaitu:

1) Perdarahan dan nekrosis dibanyak organ, sekunder terhadap konstriksi


kapiler
2) Endoteliosis kapiler glomerular
3) Tidak adanya dilatasi arteri spiral

Gambaran tersebut ditunjukkan dalam USG dengan :

a. Notch diastolik yang menetap diatas 24 minggu


b. Nilai ratio flow velocity doppler yang abnormal
4. Serum Biomarker
2.2.2 Deteksi Perdarahan Dalam Masa Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
1. Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan muda merupakan perdarahan pada kehamilan dibawah 20
minggu atau perkiraan berat badan janin kurang dari 500 gram dimana janin belum
memilikikemampuan untuk hidup diluar kandungan. Terjadinya perdarahan pada
kehamilan muda memberikan suatu kemungkinan diagnosis yang bermacam-macam.
Untuk memastikan apakah yang terjadi pada wanitatersebut, Anda harus melakukan
penilaian klinik berdasar tanda dan gejala di bawah ini:
ABORTUS
Langkah pertama dari serangkaian kegiatan penatalaksanaan abortus inkomplit adalah
penilaian kondisi klinik pasien.Penilaian ini juga terkait dengan upaya diagnosis
danpertolongan awal gawatdarurat.Melalui langkah ini, dapat dikenali berbagai
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis,
perdarahan hebat(massif) atau trauma intraabdomen.Pengenalan ini sangat bermanfaat
bagi upayapenyelamatan jiwa pasien.Walau tanpa komplikasi, abortus inklompit
merupakan ancamanserius bila evakuasi sisa konsepsi tak segera dilaksanakan.
Beberapa jenis komplikasi abortus inkomplit, dapat timbul secara bersamasehingga
dibutuhkan kecermatan petugas kesehatan atau penolong agar dapatmembuat skala
prioritas dalam menanggulangi masing-masing komplikasitersebut.
Gejala dan Tanda
Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi, sebaiknya dipikirkan suatu abortus
inklomplit apabila :
 Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari satu bulan, dihitung dari
haidterakhir)
 Terjadi perdarahan per vagina
 Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)
 Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)

Apabila tidak terdapat gejala tersebut diatas, sebaiknya dipertimbangkan diagnosis


lain(misalnya infeksi panggul).

Penapisan Komplikasi Serius

Bila seorang pasien datang dengan dugaan suatu abortus inkomplit, penting
sekaliuntuk segera menentukan ada-tidaknya komplikasi berbahaya (syok,
perdarahan hebat,infeksi/sepsis dan trauma intra abdomen/perforasi uterus).Bila
ditemui komplikasi yangmembahayakan jiwa pasien maka harus segera dilakukan
upaya stabilisasi sebelumpenanganan lanjut/merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Riwayat Medik

Informasi khusus tentang reproduksi, yang harus diperoleh diantaranya:

 Hari pertama haid terakhir dan kapan mulai terlambat haid


 Alat kontrasepsi yang sedang digunakan (amenore akibat kontrasepsi
hormonaldapat dikelirukan dengan abortus bila kemudian terjadi monoragia)
 Perdarahan per vaginam (lama dan jumlahnya)
 Demam, menggigil atau kelemahan umum
 Nyeri abdomen atau punggung/bahu (berkaitan dengan trauma intra
abdomen)
 Riwayat vaksinasi dan kemungkinan risiko tetanus (abortus provokatus)
Informasi medik yang penting meliputi:
 Alergi obat (anestesi atau antibiotika)
 Gangguan hematologi (anemia bulan sabit/sickle sell anemia,
thalasemia,hemofili atau gangguan pembekuan darah)
 Penggunaan obat jangka panjang (misalnya, kortikosteroid)
 Minum jamu atau obat – obatan yang tidak jelas komposisi dan
khasiatnya(apabila bersifat toksik, dapat menimbulkan efek samping yang
serius)
 Kondisi gangguan kesehatan lain (misalnya, malaria dan kehamilan)
Pemeriksaan Fisik
Penting untuk diperhatikan :
 Periksa dan catat tanda vital (temperatur, tekanan darah, pernafasan, nadi)
 Gangguan kesehatan umun (anemia, kurang gizi, keadaan umum jelek)
 Periksa keadaan paru, jantung, ekstremitas
Pemeriksaan Abdomen
Periksa adanya :
 Massa atau kelainan intra abdomen lainnya
 Perut kembung dengan bising usus melemah
 Nyeri ulang – lepas
 Nyeri atau kaku dinding perut (pelvik/suprapublik)
Pemeriksaan Panggul 8
Tujuan utama pemeriksaan panggul atau bimanual adalah untuk mengetahui besar,
arah, konsistensi uterus, nyeri goyang serviks, nyeri tekan parametrium, pembukaan
ostiumserviks. Melihat sumber perdarahan lain (trauma vagina/serviks) selain akibat
sisa konsepsi.
Derajat Abortus
Dengan memperhatikan temuan dari pemeriksaan panggul, tentukan derajat abortus
yang dialami pasien. Pada abortus iminens, pasien harus diistirahatkan atau tirah
baring totalselama 24-48 jam. Bila perdarahan berlanjut dan jumlahnya semakin
banyak, atau jikakemudian timbul gangguan lain (misal, terdapat tanda-tanda infeksi)
pasien harus dievaluasiulang dengan segera.Bila keadaannya membaik, pasien
dipulangkan dan dianjurkan periksaulang 1 hingga 2 minggu mendatang.Untuk
abortus insipiens atau inkomplit, harusdilakukan evakuasi semua sisa konsepsi.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan hasilproses evakuasi untuk menetukan
adanya massa kehamilan dan bersihnya kavum uteri.Karena waktu paruh CG adalah
60 jam, pada berapa kasus, uji kehamilan dengan dasar deteksi hCG, akan memberi
hasil positif beberapa hari pasca keguguran.
Kehamilan Ektopik yang Terganggu
Kehamilan ektopik ialah terjadinya implantasi (kehamilan) diluar kavum
uteri.Kebanyakan kehamilan ektopik di tuba, hanya sebagian kecil di ovarium, kavum
abdomen,kornu. Kejadian kehamilan ektopik ialah 4,5-19,7/1000 kehamilan.
Beberapa faktor risikoialah : radang pelvik, bekas ektopik, operasi pelvik, anomalia
tuba, endometris dan perokok.Gejala trias yang klasik ialah : amenorrhea, nyeri perut
dan perdarahan pervaginam. Padakondisi perdarahan akan ditemukan renjatan, dan
nyeri hebat di perut bawah. Uterusmungkin lebih besar sedikit, dan mungkin terdapat
massa tumor di adneksa. Dengan USGkehamilan intrauterin akan dapat ditentukan,
sebaliknya harus dicari adanya kantong gestasiatau massa di adneksa/kavum douglas.
Bila USG ditemukan kantong gentasi intrauterine (secara abdominal USG), biasanya
kadar BhCG ialah 6500 iu; atau 1500 iu bila dilakukan USG transvaginal. Bila
ditemukan kadar seperti itu dan tidak ditemukan kehamilan intrauterin,carilah adanya
kehamilan ekstrauterin.
2. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan merupakan perdarahan
dalamkehamilan yang terjadi setelah usia gestasi diatas 22 minggu. Masalah yang
terjadi padaperdarahan kehamilan lanjut adalah morbiditas dan mortalitas ibu yang
disebabkan olehperdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang
persalinan (sebelum bayidilahirkan), perdarahan intrapartum dan prematuritas,
morbiditas dan mortaltas perinatalpada bayi yang akan dilahirkan.
Penatalaksanaan umum
a. Siapkan fasilitas tindakan gawatdarurat karena perdarahan
anterpartummerupakan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan
ibu
b. Setiap tingkat fasilitas pelayanan harus dapat mengenali, melakukan
stabilitasi,merujuk dan menatalaksana komplikasi pada ibu dan anak sesuai
dengan jenjangkemampuan yang ada
c. Setiap kasus perdarahan anterpartum memerlukan rawat-inap
danpenatalaksanaan segera
d. Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk
memenuhidefisit dan tingkat gawatdarurat yang terjadi
e. Tegakkan diagnosis kerja secara cepat dan akurat karena hal ini
sangatmempengaruhi hasil penatalaksanaan perdarahan antepartum
f. Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan
danmengacu pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi
yangdikandung
g. Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan
pertimbanganutama
3. Perdarahan pasca persalinan
Pada pascapersalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan
kalapersalinan dan jumlah perdarahan yang melebihi 500 ml. pada kenyataannya,
sangat sulituntuk membuat determinasi batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah
perdarahan murniyang terjadi. Berdasarkan temuan diatas maka batasan operasional
untuk periodepascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan.
Sedangkan batasan jumlahperdarahan, hanya merupakan taksiran secara tidak
langsung dimana disebutkan sebagaiperdarahan abnormal yang menyebabkan
perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah,limbung, berkeringat dingin,
menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit,kadar Hb < 8 g%).
Masalah
a. Morbiditas dan mortalitas ibu yang disebabkan oleh perdarahan setelah
bayilahir dan dalam 24 jam pertama persalinan
b. Perdarahan pascapersalinan lanjut (setelah 24 jam persalinan)
c. Hasil upaya pertolongan sangat tergantung dari kondisi awal ibu
sebelumbersalin, ketersediaan darah dan paokan medic yang dibutuhkan,
tenagaterampil dan handal serta jaminan fungsi peralatan bagi tindakan gawat
darurat
Penatalaksanaan umum
a. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
(termasukupaya pencegahan Perdarahan Pascapersalinan)
c. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan (di
ruangpersalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya
(diruang rawat gabung). Perhatikan pelaksanaan asuhan mandiri.
d. Selalu siapkan keperluan tindakan gawatdarurat
e. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkandengan masalah dan komplikasi
f. Atasi Syok (lihat Penatalaksanaan Syok)
g. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan
pijatanuterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500
cc NS/RLdengan 40 tetesan per menit)
h. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan
jalanlahir
i. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah (lihat Solusio
Plasenta)
j. Pasang kateter menetap dan pantau masuk-keluar cairan
k. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik

2.3 Kegawatdaruratan Masa Kehamilan


Masa kehamilan merupakan salah satu masa penentu untuk kesejahteraan ibu
danjanin.Perubahan yang terjadi pada masa kehamilan merupakan kondisi normal yang
biasadisebut sebagai kondisi fisiologi terhadap perubahan sistem tubuh wanita seiring
denganbesarnya janin yang dikandungnya.Namun demikian, perubahan yang terjadi dapat
pulamenjadi patologis dan dapat mengancam ibu, bayi yang dikandungnya atau kedua-
duanya.
Kondisi patologis dalam kehamilan dapat dialami saat usia kehamilan muda
ataupunkehamilan lanjut. Dalam kondisi demikian dapat terjadi dalam kondisi yang
bisadiprediksikan ataupun tidak. Namun demikian, masalah patologis dalam kehamilan
tetapharus mendapatkan perhatian serius , hal ini terkait erat dengan kedaruratan baik untuk
ibuataupun janin yang dikandungnya. Kedaruratan yang terjadi pada masa kehamilan
berkaitanerat dengan perdarahan yang memiliki implikasi terjadinya syok.Dengan kondisi
demikian inidapat menimbulkan gangguan untuk kesejahteraan janin dimana pada awal
kehamilanmerupakan masa pembentukan organ atau organogenesis dan selanjutnya
merupakan masaperkembangan janin itu sendiri.Sedangkan, kegawatan yang terjadi dalam
masa kehamilanbagi ibu dapat meningkatkan angka kematian baik dari kehamilan secara
langsung ataupuntidak langsung dari kehamilannya.
2.3.1 Kegawatdaruratan Kehamilan Muda
Dalam kasus kegawatdaruratan pada masa kehamilan muda dapat dipilah menjadi
tigakemungkinan dan ini merupakan tanda dan bahaya yang harus diwaspadai oleh
wanita yangsedang hamil muda.Kondisi yang dapat menimbulkan tanda bahaya adalah
perdarahan,yang dapat dimungkinkan karena terjadi abortus, dan kehamilan ektopik
terganggu (KET)ataupun molahydatidosa.
1. Abortus (Perdarahan)
Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang
mengalamiterlambat haid (dengan jarak waktu lebih dari satu bulan sejak waktu
haidterakhir) dan mempunyai satu atau lebih tanda berikut ini : perdarahan,
kakuperut, pengeluaran sebagai produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau
uterusyang lebih kecil dari seharusnya. Jika abortus merupakan kemungkinan
diagnosis, kenali dan segera tanganikomplikasi yang ada.
Macam – macam abortus :
a. Abortus Imminens (keguguran mengancam)
 Perdarahan pervaginamsedikit
 Hasil konsepsi masih di dalamuterus
 Tidak ada pembukaan ostiumuteri internum (OUI)
 Nyeri memilin
 Uterus sesuai dengan usiakehamilan
 Tes hamil (+)
b. Abortus Incipient (keguguran tidak dapat dicegah)
 Perdarahan >> kadangbergumpal
 Hasil konsepsi masih didalam uterus
 Terdapat pembukaan servik
 Uterus sesuai dengan usiakehamilan
 Mules/nyeri sering dan kuat
c. Abortus Inkomplit (kegigiran tidak lengkap)
 Pengeluaran sebagian hasilkonsepsi
 Masih ada sisa di dalamuterus
 Terdapat pembukaan ostiumuteri internum (OUI) danteraba sisa
 Perdarahan >>> / tidakberhenti jika hasil konsepsibelum keluar semua
 Bisa sampai syok bilaperdarahan sangat banyak
d. Abortus Komplit (keguguran lengkap)
 Pengeluaran sebagian hasilkonsepsi
 Masih ada sisa di dalamuterus
 Terdapat pembukaan ostiumuteri internum (OUI) danteraba sisa
 Perdarahan >>> / tidakberhenti jika hasil konsepsibelum keluar semua
 Bisa sampai syok bilaperdarahan sangat banyak
2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Jika terjadi perdarahan pada kehamilan kurang dari 22 minggu, kondisi ini berkaitan
dengankehamilan ektopik terganggu (KET) yang terjadi karena sel telur yang sudah
dibuahi dalamperjalanan menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah
berkembang sebelummencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar
rongga rahim. Bila tempat nidasitersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan
besarnya buah kehamilan, akan terjadiruptura dan menjadi kehamilan ektopik yang
terganggu (KET).
Tanda adanya kehamilan ektopik :
a. Kehamilan ektopik
 Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang ireguler, mual,
pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks,
perlukaan serviks,pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil yang
meningkat
 Nyeri pada abdomen dan pelvis
b. Kehamilan ektopik terganggu
 Sakit perut mendadak yang mula-mula terdapat pada satu sisi
kemudian menjalarke bagian tengah atau ke seluruh perut sehingga
menekan diafragma
 Nyeri bahu iritasi saraf frenikus)
 Darah intraperitoneal meningkat timbul nyeri dan terjadi defence
muskuler dannyeri lepas.
 Bila terjadi hematoke retrouterina dapat menimbulkan nyeri defekasi
danselanjutnya diikuti dengan syok (Hipotensi dan hipovolemia)
 Serviks tertutup
 Perdarahan dari uterus tidak banyak dan berwarna merah tua
 Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
3. Mola hidatidosa
Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari villi khorialis. Tanda adanya
molahidatidosa adalah :
 Gejala sangat bervariasi mulai perdarahan mendadak disertai shock
sampaiperdarahan samar – samar sehingga sukar untuk dideteksi
 Seperti hamil muda, tetapi derajat keluhan sering lebih hebat
 Uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Tidak ada tanda-tanda adanya janin
 Nyeri perut
 Serviks terbuka
 Mungkin timbul preeklamsia atau eklamsia pada usia kehamilan > 24 minggu
 Penegakkan diagnosis kehamilan mola dibantu dengan pemeriksaan USG
Tanda dan gejala mola hidatidosa :
a. Data Subjektif
 Amenorea
 Nyeri Perut
b. Data Objektif
 Terdengar DJJ
 HCg >>> utama setealah hari ke 100
 USG. gambaran badai salju (snow flakepattern)
 Perdarahan Pervaginam
 Uterus lebih besar/ tidak sesuai denganusia kehamilan
 Tidak teraba bagian anak
2.3.2 Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
Kegawatdaruratanmaternal dalam masa kehamilan lanjut yang sangat erat
hubungannya dengan kesejahteraanbayi serta dapat pula mengancam keselamatan
ibu.Masalah yang terjadi pada wanita hamillanjut, pada dasarnya dapat dicegah dengan
pemberian asuhan yang tepat dengankehamilannya.Namun demikian ada hal yang tidak
dapat diprediksikan yang dapatmengancam ibu saat kehamilan lanjut dan berupa
perdarahan.
Dalam kasus kegawatdaruratan pada masa kehamilan lanjut dapat terjadi
masalahyang merupakan tanda dan bahaya yang harus diwaspadai oleh wanita hamil.
Kondis yang dapat menimbulkan tanda bahaya dapat berupa peningkatan tekanan darah,
perdarahan,adanya persalinan yang tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun adanya
perubahanpembesaran perut yang berlebihan. Oleh karena itu, pada kegawatdaruratan
usia lanjut inimemerlukan kerjasama sama dengan ibu serta keluarga dan pengamatan
yang cermatterhadap semua perubahan yang terjadi pada ibu hamil.
1. Perdarahan Ante Partum
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada kehamilan lanjut, diantaranya adalah :
 Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan
 Perdarahan intrapartum sebelum kelahiran
Perdarahan pada kehamilan lanjut dapat dibedakan seperti dalam Tabel dibawah ini :

Gejala Dan Tanda FaktorPredesp Penyulit Lain Diagnosa


Utama osisi
 Perdarahan tanpa Grandemultipa  Syok PlasentaPrevi
nyeri, usia gestasi ra  Perdarahan setelah a
>22 mg koitus
 Darah segar atau  Tidak ada kontraksi
kehitaman dengan uterus
bekuan  Bagian terendah
 Perdarahan dapat janin tidakmasuk
terjadisetelah miksi pintu atas panggul
ataudefikasi,  Kondisi janin
aktivitas fisik, normal atau
Kontraksi Braxton  terjadi gawat janin
Hicksatau koitus
 Perdarahan dengan  Hipertensi  Syok yang tidak SolutioPlase
nyeri interminten  Versi luar sesuaidengan jumlah nta
ataumenetap  Traumaab darah yang keluar
 Warna darah dominal (tipe tersembunyi)
kehitaman dan cair,  Polihidram  Anemia berat
tetapi mungkin ada nion  Melemah atau
bekuan jika  Gemelli hilangnyagerak janin
solusiorelative baru  Defisiensi  Gawat janin atau
 Jika ostium terbuka, gizi hilangnyadenyut
terjadi jantung janin
perdarahanberwarna  Uterus tegang dan
merah segar nyeri
2. Preeklamsia\eklamsia
A. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat (PEB) merupakan penyakit hypertensi primigravidayang
muda.Bila muncul padamultigravida karena ada faktorpredesposisi seperti
hypertensi,diabetes atau kehamilan ganda.
Tanda-tandanya yaitu :
 Terjadi kehamilan > 20 mg
 Hypertensi (Systolis 160 mm / >Diastolis 110 mmHg / >)
 Proteinuria > 5 gram
B. Eklamsia
Eklamsia adalah penyakit hypertensi yang akut dengan kejang dan koma
padawanita hamil/nifas. Tanda dan gejala diawali dengan gejala Preeklamsia
dan selanjutnyadisertai dengan kegelisahan danhyperrefleksi yang mendahului
serangan kejang.
3. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda yang dialami ibu hamil, dapat menimbulkan masalah baik untuk
janinataupun ibunya serta proses persalinan. Melihat resiko demikian, maka
persalinansebaiknya dilakukan di tempat rujukan.
Tanda dan gejala kehamilan ganda :
a. Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar abdomen melebihi
ukuranyang seharusnya untuk usia kehamilan akibatpertumbuhan uterus yang
pesatpada trimester dua.
b. Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar HCg)
c. Adanya riwayat kembar dalam keluarga
d. Riwayat penggunaan obatpenyubur sel telur
e. Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian besar dan/atau
banyakbagian kecil yang semakin mudah diraba terutama trimester ketiga
f. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang
jelas berbeda (berbeda >10 denyut jantung per menit dan terpisah dari jantung
ibu).
4. Kelainan dalam lamanya kehamilan
Kelainan dalam lamanya kehamilan akan terkait dengan suatu proses
persalinan,apabila kehamilan kurang waktu (pre term) maka persalinan akan
menghasilkan bayipremature, dengan permasalah terkait dengan maturitas janin yang
belum sempurnasehingga memerlukan penangan khusus. Sedangkan kalau kehamilan
postterem,berhubungan dengan persalinan lebih bulan, hal ini terkait dengan
kemampuan plasentauntuk memberikan makan pada janin sampai dengan 40 minggu.
Dampak dari kehamilanpreterm maupun post term dapat menimbulkan kelainan pada
janin salah satunya berupaintra uteri growt retardasti (IUGR) yang tentunya memiliki
permasalah berbeda terkaitdengan kebutuhan janin itu sendiri.
A. Kehamilan kurang waktu (pre term)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 28-
37minggu. Permasalahan yang terjadi adalah bayi premature dengan dengan
beratbadan 1000-2500 gram, penyebab kejadian + 7 % dari semua kelahiran
hidup.
B. Kehamilan lebih waktu (post term)
Adalah kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia ≥42 minggu penuh
(294 hari)terhitung sejak hari pertama haid terakhir.
5. Kelainan air ketuban
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion.Cairan ketuban
initerdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik.Cairan
inidihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air
kencingjanin, serta cairan otak pada anensefalus.Pada ibu hamil, jumlah cairan
ketuban iniberagam. Pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai
1000 cc kemudianmenurun lagi setelah minggu ke 38 sehingga akhirnya hanya
tinggal beberapa ratus cc saja.Kelainan air ketuban bisa berbentuk melebihi atau
kurang dari volume yang normal.
A. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah dini (KPD)
atau ketubanpecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan
lahir/vagina sebelum prosespersalinan atau disebut juga Premature Rupture of
Membrane = Prelabour Rupture OfMembrane = PROM
Tanda dan Gejala :
 Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemakputih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi
bau.
 Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air
ketuban keluardari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairanketuban pada forniks posterior
 USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
 Terdapat infeksi genital (sistemik)
 Gejala chorioamnionitis
B. Polihidramnion
Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi ketika jumlah cairan amnion
berlebihan/melebihi 2000 ml.
C. Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan ketika cairan amnion sangat
sedikit.Kondisi inibiasanya terjadinya akibat insufisiensi uteroplasenta.
2.3.3 Kegawatdaruratan Syok Obstetri
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringansehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolisme.Syok sulit di definisikan, hal ini berhubungan
dengan sindrom klinik yang di namis, yang di tandai dengan perubahan sehubungan
penurunan sirkulasi volume darah yang menyebabkan ketidaksadaran jika tidak di
tangani dapat menyebabkan kematian.
Pada kondisi hamil, syok dapat terjadi pada kehamilan muda ataupun
kehamilanlanjut, penyebabnya dapat disebabkan karena nyeri ataupun perdarahan yang
berdampak pada keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk
kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung ), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah
(misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Curigai atau antisipasi syok, jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut :
 Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik, atau mola)
 Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (plasenta previa,
solutionplasenta, rupture uteri)
 Perdarahan setelah melahirkan (seperti rupture uteri, atonia uteri, robekan
jalanlahir, plasenta yang tertinggal)
 Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septik,
amnionitis,metritis, pienefretis )
 Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus,
ruptureuteri, robekan jalan ahir)

Diagnosis syok, jika terdapat tanda atau gejala :

 Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)
 Tekanan darah yang rendah ( sistolik kurang dari 90 mmHg)

Tanda dan gejala lainnya :

 Kesadaran penderita menurun, berkeringat, gelisa, aptis/bingungan/pingsan/tidak


sadar
 Penderita merasa mual (mau muntah)
 Kulit penderita dingin, lembab dan pucat.
 Nafas dangkal dan kadang tak teratur (30 kali/menit
 Mata penderita nampak hampa, tidak bercahaya dan manik
matanya/pupil)melebar
2.4 Kegawatdaruratan Masa Persalinan
2.4.1 Kegawatdaruratan masa persalinan kala I dan kala II
Secara umum terdapat berbagaikasus yang masuk dalam kategori
kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala I dan II,dan manifestasi klinik kasus
kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yangcukup luas.Dari berbagai
kasus yang ada, kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala I dan II tentang kasus
yang sering dan ataumungkin terjadi yaitu; emboli air ketuban, distosia bahu, persalinan
dengan kelainan letak (sungsang), partus lama dan preeklamsia.
1. Emboli air ketuban
Emboli air ketuban merupakan sindrom dimana cairan ketuban memasuki
sirkulasidarah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock.
Sebanyak25% wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam.
Kondisi iniamat jarang dengan perbandingan 1 : 8000 sampai 1 : 30.000. Sampai saat
inimortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%.Meskipun
telahdiadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal hal yang
dapatmenurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian
ke IIIdi negara berkembang.
Tanda dan gejalanya yaitu :
a. Pada umumnya emboli air ketuban terjadi secara mendadak dan
diagnoseemboli air ketuban harus pertama kali dipikirkan pada pasien hamil
yang tiba tibamengalami kolaps.
b. Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi,
namunumumnya gejala dan tanda yang terlihat adalah; sesak nafas, wajah
kebiruan, terjadi gangguan sirkulasi jantung, tekanan darah mendadak turun
dan nadi kecil/cepat.
2. Distosia bahu
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan.Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif
untukmenentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala
denganseluruh tubuh.Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan
persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik.
Distosia bahu adalah kondisi darurat oleh karena bila tidak segera ditangani
akanmenyebabkan kematian janin dan terdapat ancaman terjadinya cedera syaraf
daerah leherakibat regangan berlebihan/terjadinya robekan (Widjanarko, 2012).
American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) menyatakan
bahwapenelitian yang dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan
bahwa tanda dan gejala distosia bahu yaitu :
a. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah
b. Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin
yangdikandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram
3. Persalinan dengan kelainan letak (sungsang)
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi
bokong(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
berada padafundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah
pintu atas
panggul atau simfisis (Manuaba, 1988).
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih
dahulu,sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian
terbesarbayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak
mempunyaimekanisme “Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan
padat,sehingga hanya mempunyai waktu 8 menit, setelah badan bayi
lahir.Keterbatasanwaktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage
dapatmenimbulkan kematian bayi yang besar (Manuaba, 1998).
Tanda dan gejala :
a. Pemeriksaan abdominal
 Letaknya adalah memanjang.
 Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
 Pada funfus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari
 pada bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Ballotement)
b. Auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi
dariumbilikus (Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 609). Auskultasi denyut
jantung janindapat terdengar diatas umbilikus jika bokong janin belum masuk
pintu ataspanggul.Apabila bokong sudah masuk pintu atas panggul, denyut
jantung janinbiasanya terdengar di lokasi yang lebih rendah (Debbie Holmes
dan Philip N.Baker, 2011).
c. Pemeriksaan dalam
 Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sacrum
 Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus.
 Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke
bawah
 dan teraba oleh jari-jari pemeriksa, sehingga dapat dikelirukan
dengankepala oleh karena tulang yang keras.
4. Partus lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12
jamatau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan
aktif(Syaifuddin AB, 2002). Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari24jam pada primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva (Mochtar,
1998).
Tanda dan gejala :
a. Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 cm), tidakdidapatkan
kontraksi uterus
b. Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jaminpartu
c. Pembukaan serviks tidak melewati garis waspada partograf :
 Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksiper 10 menit
dan kurang dari 40 detik
 Secondary arrest of dilatation atau arrest of descent
 Secondary arrest of dilatation dan bagian terendahdengan caput
terdapat moulase hebat, edema serviks,tanda rupture uteri immenens,
fetal dan maternaldistress
 Kelainan presentasi (selain vertex)
5. Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah
usiakehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu
yangcepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
proteindi dalam urin/proteinuria. (Fadlun, 2013).Preeklamsia adalah suatu sindrom
khaskehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan
pengaktifanendotel.(Leveno, 2009).Preeklamsia merupakan suatu penyakit
vasopastik, yangmelibatkan banyak sistem dan ditanda i oleh hemokonsentrasi,
hipertensi yang terjadisetelah minggu ke 20 dan proteinuria.(Bobak, 2005).
Kriteria minimal dari preeklamsia adalah sebagai berikut :
 Tekanan darah 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
 Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ pada dipstick
Peningkatan kepastian preeklamsia (berat) adalah :
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Proteinuria 2 g/24 jam atau 2+ pada dipstick
 Nyeri kepala menetap atau gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium menetap
2.4.2 Kegawatdaruratan masa persalinan kala III dan kala IV
Perdarahan postpartum merupakan suatu komplikasi potensial yang mengancam
jiwapada persalinan pervaginam dan sectio cesaria.Meskipun beberapa penelitian
mengatakanpersalinan normal seringkali menyebabkan perdarahan lebih dari 500 ml
tanpa adanya suatugangguan pada kondisi ibu.Hal ini mengakibatkan penerapan definisi
yang lebih luas untukperdarahan postpartum yang didefinisikan sebagai perdarahan yang
mengakibatkan tanda -tanda dan gejala-gejala dari ketidakstabilan hemodinamik, atau
perdarahan yangmengakibatkan ketidakstabilan hemodinamik jika tidak diterapi.Kasus
ini menjadi penyebabutama kematian ibu.Secara umum terdapat berbagai kasus yang
masuk dalam kategorikegawatdaruratan maternal masa persalinan kala III dan IV, dan
manifestasi klinik kasuskegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang
cukup luas.Dari berbagaikasus yang ada, masa persalinan kala III dan IV tentang kasus
yang sering dan atau mungkin terjadi yaitu; atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan
lahir, perdarahan post partum (primer) dan syok obstetric.
1. Atonia uteri
Atonia uteri terjadi jika miometroium tidak berkontraksi.Dalam hal ini uterus
menjadilunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta menjadi
terbuka lebar.Penyebab perdarahan post partum ini lebih banyak (2/3 dari semua
kasus perdarahan postpartum) oleh Atonia Uteri.Atonia uteri didefinisikan
sebagai suatu kondisi kegagalanberkontraksi dengan baik setelah persalinan
(Saifudin AB, 2002). Sedangkan dalam sumber lain atonia didefinisikan sebagai
hipotonia yang mencolok setelah kelahiran placenta (Bobak, 2002). Dua definisi
tersebut sebenarnya mempunyai makna yang hampir sama, intinya bahwa atonia
uteri adalah tidak adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir.
Tanda dan gejala :
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan
atoniadengan penyebab perdarahan yang lainnya.
b. Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan darah tidak
merembes.Yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai
gumpalan.Hal initerjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah.
c. Tanda dan gejala lainnya adalah terjadinya syok, pembekuan darah pada
serviks/posisitelentang akan menghambat aliran darah keluar
 Nadi cepat dan lemah
 Tekanan darah yang rendah
 Pucat
 Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
 Pernapasan cepat
 Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran
 Urin yang sedikit
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal
dalamrongga rahim.Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini
atauperdarahan pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum.
Gejalanya berupa :
a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera (P3)
c. Uterus berkontraski dan keras
d. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
e. Inversio uteri akibat tarikan
f. Perdarahan lanjutan
3. Robekan jalan lahir
Serviks mengalami laterasi pada lebih dari separuh pelahiran pervaginatum,
sebagianbesar berukuran kurang dari 0.5 cm. Robekan yang dalam dapat meluas
ke sepertiga atasvagina.Cedera terjadi setelah setalah rotasi forceps yang sulit atau
pelahiran yang dilakukanpada serviks yang belum membuka penuh dengan daun
forseps terpasang pada serviks.Robekan dibawah 2 cm dianggap normal dan
biasanya cepat sembuh dan jarangmenimbulkan kesulitan.
Gejala :
a. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
b. Uterus kontraksi dan keras
c. Plasenta lengkap, dengan gejala lain
d. Pucat, lemah, dan menggigil
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4
tingkatanyaitu:
 Tingkat I : Robekan hanya terdapat pada selaput lendir vagina dengan
atautanpa mengenai kulit perineum
 Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot
perineitransversalis, tetapi tidak mengenai sfringter ani
 Tingkat III : Robekan menganai seluruh perineum dan otot sfringter ani
 Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
4. Perdarahan post partum (primer)
Perdarahan kala IV atau primer adalah perdarahan sejak kelahiran sampai 24 jam
pascapartum.atau kehilangan darah secara abnormal, rata-rata kehilangan darah
selama pelahiran pervaginam yang ditolong dokter obstetrik tanpa komplikasi
lebihdari 500 ml.
Penyebab perdarahan kala IV Primer yaitu atonia uteri, retensio plasenta dan
laserasi luas pada vagina dan perineum.Sangat jarang laserasi segmen bawah
uterus atau ruptur uterus.
5. Syok obstetric
Syok adalah merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusiyang adekuat keorgan - organ vital atau suatu kondisi yang mengancam
jiwa danmembutuhkan tindakan segera dan intensif.
Gejala Syok :
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali permenit atau lebih)
b. Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mm/hg)
c. Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau
sekitarmulut)
d. Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
e. Pernapasan cepat (30 kali permenit atau lebih)
f. Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran
g. Urine yang sedikit (kurang lebih dari 30ml per jam).
2.5 Kegawatdaruratan Masa Nifas
Setelah proses persalinanberlangsung, tubuh serta fungsinya akan kembali pada
keadaan semula atau yang biasadisebut dengan proses involusi. Dalam proses involusi,
diawali dari kelahiran plasenta danselaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
hingga kembalinya traktus reproduksiwanita pada kondisi tidak hamil. Proses tersebut
disebut juga masa puerperium atauperiode pemulihan pascapartum yang akan belangsung
sekitar 6-8 minggu.Dalam masa puerperium diperlukan pengawasan dan pengamatan yang
serium karenamerupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
1. Kegawatdaruratan ibu nifas dengan perdarahan post partum sekunder
Perdarahan pada Masa Nifas/Perdarahan Post Partum Sekunder (late
postpartumhemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi lebih dari 24 jam dengan
kehilangandarah lebih dari 500 mL setelah persalinan vaginal atau lebih dari 1.000
mL setelahpersalinan abdominal.

Tanda Dan Gejala Diagnosis Penyulit


 Uterus tidak berkontraksi dan atonia uteri  Syok
lembek.  Bekuan darah
 Perdarahan segera setelah anak padaserviks atau
lahir posisitelentang
akanmenghambat
alirandarah keluar

 Darah segar mengalir luka/robekan jalan  Pucat


segerasetelah bayi lahir lahir  Lemah
 Uterus berkontraksi dan keras  Menggigil
 Plasenta lengkap
 Plasenta atau sebagian selaput retensi sisa  Uterus berkontraksi
tidak lengkap plasenta tetapi tinggi fundus
 Sub-involusi uterus tidak berkurang
 Perdarahan
 Uterus berkontraksi danlembek. gangguan  Pucat dan limbung
 Plasenta lahir lengkap pembekuan darah  Anemia
 Perdarahan  Demam
 Riwayat perdarahan lama

2. Kegawatdaruratan ibu nifas dengan preeklamsia/eklamsia post partum


Keluhan terkait kondisi kegawat daruratan pada ibu post partum perlu dicurigai
adanyapreeklampsia berat atau preeklampsia pasca persalinan. Bila ibu post partum
dengan gejala dalam 48 jam sesudah persalinanyang mengeluh nyeri kepala hebat,
penglihatan kabur, dan nyeri epigartrium, harusmewaspadai adanya eklamsia berat
atau eklamsia.
3. Kegawatdaruratan ibu nifas dengan sepsis puerpuralis
Sepsis puerperalis merupakan infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap
saatantara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelahpersalinan atau abortus. Untuk menentukan apakah sepsis puerpuralis terjadi,
maka dapat mendeteksinya melalui adanya dua atau lebih dan hal – hal berikut ini :
a. Nyeri pelvik
b. Demam >38,5° diukur melalui oral kapan saja;
c. Vagina yang abnormal
d. Vagina berbau busuk;
e. Keterlambatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
4. Kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara
yangbiasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
padaputting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Bila tidak segera
ditangani menyebabkan Abses Payudara(pengumpulan nanah lokal di dalam
payudara)merupakan komplikasi berat dari mastitis
Untuk menentukan adanya kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis, dapat diilhat
daritanda dan gejala yang muncul , biasanya terjadinya akhir minggu pertama pasca
partum. Halini berkaitan erat dengan produksi dari ASI yang dihasilkan oleh kelenjar
acinin yang dalamalveoli dan tidak dapat dipancarkan keluar. Dengan demikian akan
medapatkan tandagejala kegawatdaruratan ibu nifas dengan mastitis seperti dibawah
ini :
a. Adanya nyeri ringan sampai berat
b. Payudara nampak besar dan memerah
c. Badan terasa demam seperti hendak flu, nyeri otot, sakit kepala, keletihan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Ny. “N” hamil 25 tahun dilarikan ke RS Guna Bangsa tanggal 07-04-2019


klienmengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIBmenggunakan
sepeda motor. Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk danterhempas dari sepeda motornya
sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalamkeadaan tidak sadarkan diri dengan posisi
terlentang, terlihat darah segardari daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga
usia kehamilannya 20 minggu. Dari pengkajiandi RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110
x/menit, suhu 36,1C, RR 29 x/menit,nafas cepat dan dangkal, akral dingin (Gcs 7) dan terdapat
suara tambahan (ronchi),CRT>3detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi pada ulna sinistra,
contusion pada daerah inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil pemeriks
aan ketuban intact.

A. Primary Survary
1. Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir2. 
2. Breathinga.
a. Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi 32x/ menit
Listen : Terdengar suara nafas stidor 
b. Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu pernafasan 
3. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga,hidung, mulut, CRT
> 3 detik.
4. Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran spoor.

B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Nama  : Ny. N
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Condong Catur
2. Data Penanggungjawab
Nama : Tn. W
Umur : 29 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Condong Catur
3. Alasan dating/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pukul 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak
berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas
dari sepeda motornya sejauh 1 meter.
4. Keluhan Utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang,
terlihat darah segar ke arah kaki dan keterangan keluarga usia kehamilannya 29 minggu.
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat Darah : cair Keluhan : tidak ada
6. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Menikah
Usia menikah pertama kali : 22 tahun
Menikah ke :1
Lama : 3 tahun
7. Riwayat Obstetrik (G2P1A0)

Ham Persalinan Nifas


il ke Tangg Umur Jenis Penolo Komplik J BB Lakta Komplik
al kehamil persalin ng asi K si asi
an an
1 20-03- Aterm Spontan Bidan Tidak L 260 ASI Tidak
10 ada 0 gr eks ada
8. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
b. Kunjungan ANC
1) Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : mual, flek-flek
Komplikasi : tidak ada
Terapi : asam folat
2) Trimester II
Frekuensi : -
Keluhan :-
Komplikasi : -
Terapi :-
3) Trimester III
Frekuensi : -
Keluhan :-
Komplikasi : -
Terapi :-
c. Imunisai TT : 1x
TT I : tanggal 25 januari
d. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ny.N mengatakan belum merasakan pergerakan janin
10. Riwayat Kesehatan
Ny. N mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC,Hepatitis),
menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun (Jantung, ginjal).
Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun danmenahun): Keluarga
mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis), menurun
(DM, Asma, Hipertensi), menahun(Jantung, ginjal).
11. Riwayat Keturunan Kembar
Keluarga mengatakan tidak punya riwayat keturunan kembar
12. Riwayat Operasi
Ny.N mengatakan tidak ada riwayat operasi
13. Riwayat Alergi Obat
Ny.N mengatakan tidak ada alergi obat
14. Pola Pemenuhan Kebutuhan

a. Nutrisi Sebelum Hamil Saat Hamil

Makan
Frekeunsi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Porsi 1 piring 1 piring
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Minum
Frekuensi 6-7x sehari 7-8x sehari
Jenis Air putih, teh Air puti, teh, suus
Porsi 1 gelas 1 gelas
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b.Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Konsisten Lembek Lembek
Lama 2jam/hari 2jam/hari
Keluhan Tidak ada Tidak hari
BAK
Frekuesnsi 3-4x sehari 4-5x sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Konsisten Cair Cair
Lama 2jam/hari 2jam/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c.Personal Hygen
Mandi 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi 3x/hari 3x/hari
Keramas 3x/minggu 3x/minggu

d. Pola seksualitas
Frekuensi 3x/minggu 1x/minggu
Keluhan Tidak ada Tidak ada

15. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan


Ny. N mengatakan tidak adakebiasaan yang mengganggu kesehatan
16. Data psikososial, spiritual, ekonomi
a. Ny. N mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini
b. Ny. N mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung
c. Ny. N mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga baik-baik saja
d.  Ny. N mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik.
e. Ny. N mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
f.Ny. N mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social
g.  Ny. N mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik
17. Pengetahuan Ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ny.N mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan, persalinan dan nifas.
18. Lingkungan yang berpengaruh
Ny. N mengatakan sekitar rumah tidak ada pengaruh buruh dan tidak memelihara hewan
dirumah
19. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran status emosional : sopor
Tanda vital : stabil
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 83x/menit
Suhu : 36,5
BB : 52kg
TB : 155cm

b.pemeriksaan fisik

Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeritekan

Wajah :Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak adacloasma
gravidarum

Mata :Simetris, tidak ada secret,sclera putih, konjungtiva merah muda

Hidung :Simetris, Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerakcuping hidung saat
bernafas

Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan gusi,
lidah bersih

Telinga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.

Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis

Dada :Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur

Payudara :Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan

Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka,tidak ada bekas
operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidakada striae gravidarum

Palpasi:

Leopold I : fundus tegang


Leopold II : belum teraba

Leopold III : belum teraba

Leopold IV : belum teraba

osbron tes : tidak dilakukan

Pemeriksaan Mc. Donald

TFU : - cm TBJ : - gram

Auskultasi:

DJJ : - x/mnt

Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkapmasing-masing 5, tidak ada odema,
tidak ada sianosis, kuku bersih warnamerah muda

Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak ada
odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna merah mud

Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema,tidak ada bekas luka operasi,
tidak ada pembesaran kelenjar bartholini

Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan

Periksa DalamTanggal : 07-03-2012

Pukul :10.10WIB

Indikasi : keluarnya flek-flek

Hasil : tidak ada pembukaan serviks

c. Pemeriksaan penunjang

Tanggal :07-03-2012

Pukul :10.10 WIB

USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus

4. data penunjang

dilakukan Pemeriksaan pp test dengan hasil positif.


C. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Perdarahan Rsiko syok
- Penolong mengatakan korban (hipovolemik)
mengalami pendarahan hebat
- Penolong mengatakan keluar darah
segar dan menggumpal pada daerah
jalan lahir
DO :
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak pucat
- Pasein lemah
2. DS : Perdarahan Kekuarangan volume
- Penolong mengatakan korban banyak cairan
mengeluarkan darah
DO :
-Td 90/70 mmHg
Nadi 110x/menit
Suhu 36,1 C
3. DS : Nyeri abdomen Gangguan rasa
-pasien mengatakan nyeri pada perut nyaman
bagian bawah dan pada pingang.
DO :
-pasien tampak tidak sadarkan diri
aetelah kecelakaan
-TD 90/70 mmHg
-nadi 110x/menit
-suhu 36,1C
-RR 29x/menit
D. Diagnosa keprawatan
a. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
b. Kekuarangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan absietas dan nyeri abdomen
E. Rencana keperawatan

N Diagnose Tujuan dan hasil kriteria hasil Intervensi


o
1. Resiko  Syok prevention  Syok prevention
syok  Syok management 1. Monitor status
berhubunga Kriteria hasil: sirkulasi, warna kulit,
n dengan 1. Nadi diabatas yang suhu tubuh, denyut
perdarahan diharapkan jantung dan ritme,
2. Irama jantung dalam batas nadi perifer dan
yang diharapkan kapiler refill
3. Irama 2. Monitor suhu dan
Pernafasan yang di pernafasan
harapkan 3. Monitor tanda awal
 Hidarasi syok
1. Indicator: 4. Monitor tanda dan

 Mata tidak cekung gejala asites

 Demam tidak 5. Berikan cairan iv dan

ditemukan oral yang tepat

 TD normal 6. Ajarkan keluarga dan


pasien tentang tanda
2. Hematocrit DBN
dan gejala datangnya
syok
7. Syok managements
8. Monitor fungsi
neurologis
2. Kekuaranga  Fluid balaces  Fluid balce
n volume  Hydration  Hydration
cairan  Nutritional status  Nutritional status
berhubunga Kriteria hasil: Kroyeria hasil:
n dengan 1. Mempertahankan urin 1. Mempertahankan
perdarahan output sesuai BB, BJ, urin output sesuai
urine normal, HT normal. dengan usai, BB, BJ,
2. Tekanan darah, nadi, suu urin normal, HT
tubuh dalam. normal.
F. Implementasi keperawatan

NO. Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi


1. 07-12- Resiko syok -syok prevention
2019 berhubungan dengan  Memonitor status sirkulasi, warna
perdarahan kulit, suhu tubuh, denyut jantung
dan ritme, nadi perifer dan kapiler
refill
 Memonitor suhu dan pernafasan
 Memonitor tanda awal syok
 Memberikan cairan iv dan oral yang
tepat
 Mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya
syok.
-syok management
 Memonitor fungsi

2. Gangguan rasa nyaman 1. Menggunakan pendekatan yang


dengan ansietas dan nyeri menenangkan
abdomen 2. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
3. Membantu pasien mengenali situasi
yang menimbulkan kecemasan
4. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, presepsi
5. Memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6. Neurologis
7. Memonitor fungsi renal
8. Memonitor tekanan dandi
9. Memonitor status cairan, input dan
ouput.
3. Kekurangan volume  Fluid management
cairan berhubungan 1. Mempertahankan cacatan intake
dengan perdarahan dan ouput yang akurat
2. Memonitor tekanan darah pasien
3. Memonitor vital sign
 Hyovolmeia management
1. Memberikan n cairan iv dan
monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
2. Memonitor tingkat HB dan HB
3. Mendorong pasien untuk
menambah intake oral
4. Mengkolab orasi dengan dokter

G. Evaluasi keperawtan

NO Tanggal Diagnose Evaluasi


keperawatan
1. 07-4-2019 Resiko syok S: keluarga mengatakan pasien masih
berhubungan dengan Nampak panic
perdarahan O:
-perdarahan sudah mulai berhenti
-pasien tampak tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
2. Kekurangan volume S: Keluarga mengatakan darah pada bagian
cairan berhubungan pervaginaan mulai berhenti
dengan perdarahan O: tidak ada lagi tanda-tanda kekuarangan
cairan
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
3. Gangguan rasa S: pasien mengatakan nyeri pada perut
nyaman bagian bawah dan pada pinggang sudah
berhubungan dengan mulai berkurang
ansietas dan nyeri O: nyeri mulai berkurang dengan skala
abdomen nyeri 6
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad Ilham. Dachlan, Ery Gumilar. 2013. Deteksi preeklamsia dan eklamsia,
disampaikan dalam SOGU 5 Surabaya.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Maternity Nursing. Alih Bahasa: Maria A. Wijayarini, PeterI.
Anugerah. Edisi ke-4. Jakarta: EGC

Kemenkes, 2014.Buku Kesehatan Ibu dan Anak,

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.

Setyarini, Didien Ika. Suprapti.2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.

WHO, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2011).Panduan AsuhanIntranatal.


Jakarta

Winkjosastro, H. dkk. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-6. Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai