Anda di halaman 1dari 10

LP DAN ASKEP SYOK HIPOVOLEMIK

Nama : sinyi selli sollitan


Kelas : A2/7
Nim : 1714201048

LP & ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HIPOVOLEMIK


Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat
gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang
fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman
oksigen ke jaringan
Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala seperti berikut:
1.     Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau TAR (tekanan arterial rata-rata)
kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.
2.     Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.
3.     Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian kapiler yang
jelek.
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan cairan tubuh,
cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit (Grace, 2006).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.  
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler
dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan
cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan
interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok
hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan
menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.
Klasifikasi
Menurut berat gejala, dapat dibedakan menjadi 4 stadium syok hipovolemik
     Tahap I (presyok, compensated)
Terjadi bila kehilangan plasma darah 10-15% ± 750 ml dari volume darah. Pusing, takikardi
ringan, sistolik 90-100 mmHg
     Tahap II (ringan, compensated)
Terjadi apabila kehilanagan plasma darah 20-25 % ± 1000-1200 ml. Gelisah, keringat dingin,
haus, diuresis berkurang, takikardi . 100x/menit, TD sistolik 80-90 mmHg
     Tahap III (sedang, reversible)
Terjadi kehilangan plasma darah 30-45% ± 1500-1750 ml. Gelisah, pucat, dingin, oliguri,
takikardi >100x/menit, sistolik 70-80 mmHg
     Tahap IV (berat, ireversibel)
Bila terjadi kehilangan darah 35-50%  ± 2000 ml pucat, sianoti, dingin, takipnea, anuri,
kolaps pembuluh darah, takikardi/tak teraba lagi, sistolik 0-40 mmHg

2.3 Etiologi
Pada umumnya syok hipovolemik disebabkan karena perdarahan, sedang penyebab
lain yang ekstrem adalah keluarnya garam (NaCL).
1.     Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh
seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2.     Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang
besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500–1000 ml perdarahan atau fraktur femur
menampung 1000–1500 ml perdarahan.
3.     Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma
atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
-       Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
-       Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
-       Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.
Syok hipovolemik yang terjadi karena berkumpulnya cairan di ruang interstisiil
disebabkan karena: meningkatnya permeabilitas kapiler akibat cedera panas, reaksi alergi,
toksin bekteri.
Shock hipovolemik yang paling sering terjadi adalah shock hemoragik, akan tetapi
kehilangan cairan tubuh dalam jumlah banyak, antara lain disebabkan oleh muntaber, juga
dapat menimbulkan shock hipovolemik. Terjadinya kehilangan cairan dapat dibagi atas :
·        Kehilangan cairan eksternal (kehilangan cairan ke luar tubuh) : terjadi pada gastroenteritis,
sengatan matahari keringat berlebihan, poliura, dan luka bakar, perdarahan, renal (DM,
diabetes insipidus)
·        Kehilangan cairan internal : disebabkan oleh sejumlah cairan yang berkumpul pada
ruangan peritoneal dan pleura, seperti ascites, ileus obstruktif, hemotgoraks,
hemoperitoneum, patah tulang panggul atau iga
Patofisiologi
            Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4
sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal dan
sistem neuroendokrin.system hematologi berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi
secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan
pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk sumbatan
immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak akan mendedahkan lapisan
kolagennya, yang secara subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari
subatan yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin
yang sempurna dan formasi matur.
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan
meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan
pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan
penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus
karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga
merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah
dari kulit, otot, dan GI.
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan pelepasan
rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian dip roses kemudian
terjadi pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan
pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal. Adrenal
bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH.
ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan darah
dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air
dan garam (NaCl) pada tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of Henle.
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan.
Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme
anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam
laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).
Tanda dan Gejala
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan
takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada
pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang
cepat atau singkat.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.
Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
1.     Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2.     Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis
penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi
mengurangi asidosis jaringan.
3.     Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan
curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri
turun tidak di bawah 70 mmHg.
4.     Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan
menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan; (2)
Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta (3) Bola mata
cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan oleh
metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik dengan celah ion
yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan
kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika
(hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada
insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal melakukan
metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis ditangguhkan sebelum pH
darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,0–7,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama
satu jam. Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihan basa.
v  Kardiovaskuler
-           Gangguan sirkulasi perifer ; pucat, ekstremitas dingin (kurangnya pengisian vena perifer
lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah), nadi cepat dan halus.
-           Tekanan darah rendah, biasa ada mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3
dari volume sirkulasi darah.
-           Vena perifer kolaps. Penilaian vena di leher lebih baik.
-           CVP rendah
v  Respirasi
-       Dapat hipoksia otak, klien menjadi gelisah sampai tidak sadar.
v  Gastrointestinal
-       Mual dan muntah
v  Perkemihan
-       Produksi urine berkurang
v  Dermatologi
-       Turgor menurun, mata cekung, dan mukosa mulut kering.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis
Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar
glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes
kehamilan. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar hemoglobin
dan nilai hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh ditunda menunggu hasil
pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok hipovolemik mungkin rendah, normal, atau
tinggi, tergantung pada penyebab syok.Jika pasien mengalami perdarahan lambat atau
resusitasi cairan telah diberikan, nilai hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena
kehilangan volume cairan tubuh tanpa hilangnya sel darah merah seperti pada emesis, diare,
luka bakar, fistula, hingga mengakibatkan cairan intravaskuler menjadi pekat (konsentarted)
dan kental, maka pada keadaan ini nilai hematokrit menjadi tinggi
b. Radiologi
Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi
secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi
intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi. .Langkah diagnosis pasien
dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat ditemukan kehilangan
darah pada sumber perdarahan.
-       Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit
gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi
perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom
Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
mencari sumber perdarahan.
-       Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
-       Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.
-       Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
-       Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
a.         Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
b.         Meredistribusi volume cairan
c.         Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
A. Perawatan Umum
-   Pasang infus D5%, PZ atau RL
-   Ambil contoh darah untuk pemeriksaan : BJ Plasma, HB, gula darah, BUN, kreatinin serum,
analisa gas darah, elektrolit dan golongan darah reaksi silang
-   Pasang kateter CVP, infus dipercepat sampai tekanan CVP anatara 5-10cmH2O
-   Bila CVP ≤ 5 H2O, lakukan tes beban cairan dengan PZ diberikan dengan kecepatan
20ml/menit dalam 10-15 menit (200-300 ml selama 10-15 menit), CVP diperiksa setiap 3
menit
-   Bila CVP tetap => syok hipovolemik
-   Bila CVP cepat meningkat => syok kardiogenik, atau sudah terdapat kelebihan cairan (fluid
overload)
-   Bila CVP ≥ 15 H2O, kelebihan caoran positif, sangat mungkin syok kardiogenik
-   Periksa EKG, pasang monitor jantung
-   Pasang kateter, ukur produksi urine setiap jam (normal lebih dari 20ml/jam)
-   Berikan O2 lewat kateter hidung bila syok berat
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b.      Pengkajian Primer
1)      Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi
nafas tambahan
2)      Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada,
atau adanya bantuan pernafasan
3)      Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time
(CRT)
4)      Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan
sesorik serta refleks pupil.
c.       Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
1)      Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat
keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan
mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatan sekarang.
2)      Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang
abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi,
nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas
selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan,
jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3)      Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi
kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4)      Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung,
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis,
anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur
ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik,
murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5)      Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi
6)      Persepsi diri
7)      Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau
kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8)      Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
9)      Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10)  Nilai-Nilai Kepercayaan
11)  Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat,
penatalaksanaan)
12)  Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya
serta gejala-gejala yang menyertai
13)  Pertumbuhan dan Perkembangan
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan
tidak adekuat , mual muntah
b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat
edema paru.
3.      Intervensi Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan
tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
1)      Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2)      Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
Intervensi :
1)      Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet
seimbang
Aktivitas Keperawatan
-       Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makan
-       Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien beraktivitas
-       Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara mandiri
-       Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat
edema paru.
Kriteria Hasil:
1)      Bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea
2)      Menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik
3)      Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1)   Instruksikan dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan
perbaikan mobilitas dinding dada.
2)      Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
3)   Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
4)   Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
5)   Bantu klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien

Anda mungkin juga menyukai