Anda di halaman 1dari 27

OIKUMENIKA

Peran Gereja-gereja di Siempat Nempu Hulu dalam Membangun Gerakan Oikumene

Siempat Nempu Hulu

Dosen Pengampu:

Charles Sihombing, M.Th

NIDN: 2306106402

Oleh:

Yogi Togatorop

NIM: 1810053

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU SUMATERA UTARA

2021
ABSTRAK

Ada sebagian orang melihat gereja Oikumene sebagai suatu usaha untuk menyatukan
seluruh gereja, dengan mempunyai satu tata gereja, satu pengakuan iman, satu papan nama,
satu kuasa administratif. Pendek kata, menjadikan satu semuanya (uniformitas). Hal ini
berarti seluruh gereja, dengan berbagai latar belakang, berlainan suku, bahasa, kebudayaan,
dan tradisi dilebur menjadi satu. Akibatnya satu pihak, orang kecewa karena sampai begitu
jauh dan lama tidak ada tanda-tanda peleburan jadi satu gereja Kristen yang esa di Indonesia.
Pada pihak lain, ada orang yang kuatir dan menjadi takut jika seluruh gereja harus
meleburkan diri menjadi satu gereja. Hal ini berarti setiap gereja akan kehilangan
identitasnya. Maka ada, sebagian gereja mengambil jarak dalam mengikuti gerakan
Oikumene. Selama keputusan bersama menguntungkan, maka akan ditaati. Jika tidak sesuai
dengan selera dan pendapat, maka akan saling berjalan sendiri-sendiri.

Sebenarnya gerakan Oikumene bukanlah soal menguntungkan atau merugikan , bukan


pula suatu target tertentu, di mana gereja-gereja hanya bersikap memenuhi porsi kewajiban
masing-masing untuk memenuhi target itu. Tetapi Oikumene adalah suatu sikap iman yang
mendorong gereja-gereja untuk berjalan bersama-sama pada satu jalan dan arah yang sama.
Pada hakikatnya gereja itu sudah satu dalam Kristus yang adalah kepala gereja. Dengan
kesadaran ini mendorong gereja-gereja berjalan bersama-sama pada satu jalan, menampakkan
kesatuan gereja Yesus Kristus di dunia ini.

I. Pendahuluan

Awalnya gereja adalah satu, tetapi gereja yang satu itu kemudian tersebar kemana-
mana didunia ini lalu menyatakan diri sebagai “gereja”. Persebaran ini membuat struktur
dasar hidup dan pelayanan gereja menjadi berbeda-beda. Walaupun begitu, perbedaan
tersebut bukanlah menjadi satu alasan untuk saling membeda-bedakan tetapi oleh perbedaan
tersebut maka kharisma yang diterima dari Tuhan akan mewarnai hidup dan pelayanan dalam
gereja. Dalam hal inilah, maka kesadaran untuk mewujudkan kesatuan lahir dan berkembang
menuju gereja yang satu yang menyadari diri satu sebagai tubuh Kristus. Sehingga yang
disebut “Oikumene” mencakup gereja-gereja yang menyadari diri adalah satu dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang oikumenis tanpa menekankan tata cara peribadatan dan doktrin gereja
tertentu tetapi menerima keberlangsungan kegiatan sebagai media yang menyatukan.
Demikianlah yang secara umum turut diusahakan oleh Gereja-gereja termasuk di daerah
penelitian penulis di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Silumboyah Kab. Dairi. Usaha
menyatukan adalah prioritas melalui kegiatan oikumenis yang dilakukan. Walaupun setiap
kegiatan tidak selalu diikuti oleh alasan tertentu yang tidak bisa ikut dengan kegiatan yang
diprakarsai gerakan Oikumene Kecamatan Siempat Nempu Hulu.

Gereja yang Esa beranjak dari pergumulan akan perpecahan dalam tubuh Gereja dan
persoalan teologi sehingga gereja memiliki keberanian untuk melepaskan diri dari
denominasi dan sektenya sendiri dan membentuk satu Gereja Kristus dengan satu ekspresi
kepercayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, pertanyaan yang tengah kita pergumulan
dewasa ini adalah, tantangan yang dihadapi oleh gereja-gereja yang juga menjadi tantangan
bagi kita khususnya gereja-gereja di Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Lalu apakah usaha
yang dilakukan untuk mencapai kesatuan gereja-gereja tersebut? Selanjutnya akan dijelaskan
dalam bagian pembahasan.

II. Pembahasan
II.1. Makna Oikumene

Istilah Oikoumene nyaris diartikan sebagai universal atau makna aslinya adalah bumi
yang dihuni. Kata oikos dalam bahasa Yunani berarti “rumah”, mene adalah “bumi”.
Pemahaman tentang hal ini dalam kehidupan batin gereja sejajar dengan konsep Alkitab.
Istilah Oikoumene merupakan istilah misi yang analog dengan dinamisme konsep Alkitab
dan berpusat pada pesan iman. Paulus meringkas pesan ini sebagai, "sebab jika kamu
mengakui dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu. Bahwa
Allah telah. Membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan"
(Rm. 10:9). Jadi sesungguhnya Oikoumene merupakan istilah untuk menggambarkan misi
kekristenan, gerakan Oikounene untuk mendiami bumi yang kepadanya Injil diberitakan. Itu
semacam parafrase bagian akhir Injil Matius, untuk pergi dan membaptis bangsa-bangsa
(Mat. 28: 18-20) atau bagian pembuka kisah para Rasul “kamu akan menjadi saksiku sampai
ke ujung” (Kis. 1 : 8)1

1
Geogre B. Grose dan Benjamin J. Hubbard (ed.), Tiga Agama Satu Tuhan: Sebuah Dialog, (Terj. Santi Indra
Astuti, Mizan, Bandung, 1998), hlm. 227
Kata Oikumene mempunyai dua arti yang saling terkait. Pertama sesuai arti
harfiahnya, ialah “rumah kediaman”. Kedua, maknanya adalah “dunia yang dihuni manusia”.
Jadi gerakan Oikumene adalah gerakan untuk menjadikan dunia ini sebuah rumah hunian
bagi manusia sebagai sebuah keluarga besar. Istilah Oikumene terdapat dalam Alkitab, dan
digunakan oleh gereja-gereja, terutama di Barat setelah berakhirnya Perang Dunia Il.

Dalam tradisi agama Kristen, ada yang disebut dengan istilah Oikumene (bahasa
Yunani, Oikos=rumah, monos=satu: Oikumene satu rumah). Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat ditarik benang merah, bahwa di dalam agama Kristen ada sebuah konsep yang
merupakan solusi untuk para pemeluknya dalam menyikapi adanya pluralisme agama, yaitu
gerakan Oikumene. Dan semua pengartian-pengartian tentang Oikumene seperti yang
tersebut di atas menuju kepada satu arah yaitu semacam kesadaran baru bahwa seluruh
manusia di muka bumi ini tidak mungkin untuk menganut agama Kristen. Mereka
mengumpamakannya seperti sebuah rumah yang terdiri dari banyak bilik (kamar). Namun
rumah dengan banyak bilik tersebut merupakan satu kesatuan yang bisa saling berinteraksi
dengan baik.2

II.2. Gerakan Oikumene

Dari beberapa istilah ini, mengalami beberapa penyesuaian dengan konteks


perkembangan kekristenan sedunia. Tadinya hanya sebatas lingkungan kekristenan di
wilayah kerajaan Romawi, tetapi kemudian menunjuk pada kekristenan secara umum. Dari
situ berkembang lagi menjadi gereja-gereja agama Kristen dan agama-agama non-Kristen,
dan berkembang lagi sampai kepada hubungan gereja-gereja dengan ideologi-ideologi.
Gerakan ini sangat dikenal dengan gerakan Oikumene. Gerakan yang peduli pada relasi-relasi
antar denominasi gereja (kekristenan) antara agama Kristen dengan agama-agama lain,
ideologi-ideologi bahkan tentang lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah.3

Gerakan Oikumene inilah berdasarkan pada doa Tuhan Yesus pada Yohanes 17:20-21
"dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya
kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti
engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dari doa Tuhan Yesus

2
Sumartana, Noegroho Agoeng, Zuly Qodir (ed.), Pluralisme, Konfik dan Perdamaian (Studi Bersama Antar
Iman), (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002), hlm. 94-95
3
Victor I. Tanja, Pluralisme Agama dan Problem Sosial (Diskursus Tiologi tentang Isu-isu Kontemporer, (Pustaka
Cidesindo, Jakarta, 1998), hlm. 154
ini dapat disimpulkan bahwa gerakan Oikumene adalah perwujudan doa dan harapan Tuhan
Yesus sendiri. Yesus berdoa seperti ini kama Yesus melihat bahwa orang-orang yang menjadi
pengikut-Nya ternyata cenderung terpecah-belah. Yesus menginginkan adanya kesatuan
dalam pemberitaan Injil.4

III. Peran Gereja Dalam Membangun Gerakan Oikumene


III.1. Gereja Methodist Indonesia Silumboyah
III.1.1.Letak Geografis

GMI Silumboyah berada di Desa Silumboyah, Kecamatan Siempat Nempu Hulu,


Kabupaten Dairi. Gereja ini terletak di pinggir jalan yang mudah dijangkau, namun lokasi
gereja tersebut lumayan sepi karena warga yang bermukim berada sekitar 400 m dari gereja.
Hanya saja ada rumah-rumah warga yang terpisah-pisah sehingga di lingkungan gereja
tersebut kelihatan ramai.

III.1.2.Sejarah Singkat Gereja

Sesuai dengan informasi yang saya peroleh, awalnya di Silumboyah tidak ada
denominasi GMI, tetapi akibat perpecahan dari gereja HKBP Silumboyah, maka yang tidak
setuju dengan HKBP waktu itu membentuk ibadah di seorang rumah jemaat. Lalu pada
akhirnya, seorang pimpinan distrik mengusulkan membentuk GMI di sana dan mulailah
mereka berinisiatif mencari lokasi yang pas dan strategis. Nah, hingga saat ini gereja tersebut
remi dan sudah menjadi gedung permanen dan sudah memiliki sertifikat tanah.

III.1.3.Hubungan Gereja dengan Lembaga Oikumene

Sejauh informasi yang penulis peroleh, hubungan gereja dengan lembaga Oikumene
hanya dulu saja yang aktif. Sekarang karena para pelopornya sudah tua dan sebagian sudah
meninggal maka tidak ada yang menjadi aktivisnya. Tetapi, sekarang ini, jemaat tidak ada
yang mau sebagai pelopor, karena wawasan akan hal tersebut masih kurang dan beranggapan
itu adalah beban berat.

III.1.4.Pemahaman Tentang Oikumene dan Gerakan Oikumene

Sesuai informasi dari narasumber, memang betul bahwa jemaat masih kurang
memiliki wawasan dan pemahaman mengenai gerakan Oikumene ini. Akan lebih baik jika

4
Eka Darmaputera, Berbeda tapi Bersatu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1974). Hlm. 80.
pimpinan jemaat memberikan wawasan mengenai Oikumene ini agar ke depannya bisa
menerima dan berkembang.

III.1.5.Peran Serta Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Sejauh ini peran gereja hanya mengikuti kegiatan-kegiatan Oikumene ketika


diselenggarakan di Desa Silumboyah, di liar tersebut maka tidak jarang atau bahkan tidak ada
yang ikut. Hanya, karena sih di desa, denominasi gereja ikut dalam melaksanakan kegiatan
tersebut.

III.1.6.Program Kerja Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Sejauh ini dan sesuai informasi dari narasumber, belum terdapat program kerja yang
membangun gerakan Oikumene, tetapi program kerja yang masih berfokus pada
pertumbuhan ke dalam, karena masih banyak yang perlu dibenahi dalam gereja tersebut.

III.1.7.Hambatan Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Yang menjadi hambatan dalam membangun gerakan Oikumene ialah jemaat yang
kurang memahami betul dan belum menerima dengan secara mutlak jika dimasukkan anggota
Oikumene agar mempermudah membangun gerakan. Hambatan lain juga karena gereja masih
memfokuskan diri untuk bersatu di dalam atau berfokus pada pertumbuhan gereja itu sendiri.

III.1.8.Harapan Gereja Tentang Masa Depan Oikumene di Daerah Setempat,


Kabupaten, Provinsi, atau Nasional

Harapan GMI Silumboyah di masa depan ialah agar dalam melakukan penginjilan
sambil dilakukan pemberian wawasan mengenai gerakan Oikumene ini, apa fungsinya dan
tujuan dari gerakan tersebut. Dan jemaat pun akan tahu dan mengerti akan hal ini.

III.2. Gereja Pantekosta di Indonesia Silumboyah


III.2.1.Letak Geografis

GPdI Silumboyah terletak di Desa Silumboyah, Kecamatan Siempat Nempu Hulu,


Kabupaten Dairi. Gereja ini berada jauh dari pemukiman warga desa namun masih terletak di
pinggir jalan. Gereja ini juga terletak di dekat perbatasan antara Desa Silumboyah dengan
Desa Siagmbir-gambir.

III.2.2.Sejarah Singkat Gereja

Melalui wawancara dengan pimpinan jemaat, gereja ini terbentuk akibat perpecahan
dari GSJA Silumboyah. Lalu karena perpecahan itu, dibentuk oleh pihak GPdI Medan
memberi bantuan untuk membuat gedung. Pada masa itu gedung kecil dan lama-kelamaan
berkembang menjadi gedung yang besar seperti sekarang ini.

III.2.3.Hubungan Gereja dengan Lembaga Oikumene

Gereja ini belum pernah menjadi anggota Oikumene melalui penjelasan bapak M.
Sihombing, jadi belum memiliki hubungan dengan lembaga Oikumene.

III.2.4.Pemahaman Tentang Oikumene dan Gerakan Oikumene

Gereja belum begitu mengerti bagaimana pentingnya gerakan Oikumene, sehingga


gereja juga belum memiliki banyak kontribusi untuk membangun gerakan Oikumene. Namun
gereja juga sudah mulai berusaha untuk memberikan pemahaman kepada jemaat gereja.

III.2.5.Peran Serta Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Gereja ini sesuai dengan penjelasan dari narasumber, belum terlalu memperhatikan
bagaimana membangun gerakan Oikumene, tetapi mereka masih fokus untuk penginjilan ke
dalam. Hanya saja kegiatan kecil yang dilakukan Oikumene gereja diundang untuk
menghadiri.

III.2.6.Program Kerja Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Belum memiliki program kerja khusus mengembangkan gerakan Oikumene karena


juga belum pernah menjadi anggota gerakan Oikumene.

III.2.7.Hambatan Gereja dalam Membangun Gerakan Oikumene

Karena jemaat sudah mendarah daging di aliran pentakosta, jadi sesuai informasi yang
saya dapat ialah jemaat masih fanatik dengan kepercayaan, jadi mereka menganggap bahwa
Oikumene itu kumpulan orang di luar karismatik. Itulah yang menjadi hambatan dalam
membangun gerakan Oikumene nantinya.
III.2.8.Harapan Gereja Tentang Masa Depan Oikumene di Daerah Setempat,
Kabupaten, Provinsi, atau Nasional

Pimpinan jemaat GPdI berharap agar Oikumene semakin maju dan pemahaman jemaat
mengenai Oikumene bisa dimengerti, juga berharap agar badan kepengurusan gerakan
Oikumene tetap semangat untuk mulai merancangkan gerakan Oikumene.

IV. Penutup
IV.1. Kesimpulan

Memalui proses penulisan karya ilmiah ini dan juga melalui hasil pengamatan dan
penelitian terhadap bagaimana Oikumene di Desa Silumboyah yang diwakili dua denominasi
gereja tersebut, saya penulis menyimpulkan bahwa gerakan Oikumene di Desa Silumboyah di
sebagian besar denominasi gereja masih kurang aktif. Bahkan, gereja sampai saat ini masih
belum aktif dalam mengikuti gerakan Oikumene. Faktor penyebabnya ialah dengan adanya
sebagian jemaat yang belum terbuka dalam mengikuti gerakan Oikumene dan dari informasi
yang penulis dapat, adanya tokoh pelopor terbentuknya dan termasuk anggota gerakan
Oikumene tidak lagi ada, maka jemaat tidak mau mengikuti jejaknya. Tetapi ada juga
sebagian jemaat dalam denominasi gereja tersebut mau mengikuti kegiatan Oikumene di
Desa Silumboyah walaupun tidak tergolong anggota. Walaupun demikian gereja harusnya
menjadi anggota karena sudah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Oikumene.
Saya sendiri penulis merasa bahwa gereja harus memberikan wawasan mengenai Oikumene
ini agar jemaat semakin semangat dalam mengikuti gerakan ini demi kemajuan gereja-gereja
di Indonesia ini, khususnya di Desa Silumboyah ini.

IV.2. Tinjauan Teologis

Jika ditinjau dari segi teologisnya, penulis menghubungkan Oikumene ini dengan
perkataan Paulus di Jemaat Roma, "sebab jika kamu mengakui dengan mulutmu bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu. Bahwa Allah telah. Membangkitkan Dia
dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan" (Rm. 10:9). Jadi sesungguhnya
Oikumene merupakan istilah untuk menggambarkan misi kekristenan, gerakan Oikumene
untuk mendiami bumi yang kepadanya Injil diberitakan. Jadi, sama halnya di Desa
Silumboyah ini, juga memasukkan Injil di tengah-tengah mereka dalam denominasi yang
beragam.
IV.3. Relevansi

Istilah Oikumene mulai muncul dari berabad-abad yang lalu. Oikumene digunakan
untuk menyebut wilayah persatuan orang-orang Kristen di lingkungan kerajaan Romawi.
Ketika masa-masa reformasi gereja yang menyebabkan perpecahan secara besar-besaran di
kalangan orang-orang Kristen, Oikumene kembali digunakan untuk menyebut sebuah usaha
penyatuan orang-orang Kristen. Usaha dari masa reformasi ini terus diupayakan pada masa
lalu hingga pada masa ini orang-orang Kristen berbicara tentang gereja di seluruh dunia.
Tentunya, di jaman sekarang ini gereja harus bersatu, banyak konflik yang menyerang gereja.
Salah satunya setiap hari raya besar bagi umat Kristen masih sering terjadi pengeboman di
gereja-gereja.
Daftar Pustaka

Geogre B. Grose dan Benjamin J. Hubbard, Tiga Agama Satu Tuhan: Sebuah Dialog, Terj.
Santi Indra Astuti, Mizan, Bandung, 1998

Sumartana, Noegroho Agoeng, Zuly Qodir, Pluralisme, Konfik dan Perdamaian (Studi
Bersama Antar Iman, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002

Victor I. Tanja, Pluralisme Agama dan Problem Sosial Diskursus Tiologi tentang Isu-isu
Kontemporer, Pustaka Cidesindo, Jakarta, 1998

Eka Darmaputera, Berbeda tapi Bersatu BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1974
LAMPIRAN
Rancang Pertanyaan WSL
Penelitiaan : Mengenal Gereja, BKAG dan Lembaga Keagamaan Kristen dan
Perannya Membangun Gerakan Oikumene di Sumatera Utara, Riau dan Aceh.

Peran GMI Desa Silumboyah, Kecamatan Siempat Nempu Dalam Membangun Gerakan Oikumene

==================================================
====
Daftar Pertanyaan WSL

1. Kapan GMI Silumboyah didirikan dan siapa yang menjadi ketua pertamanya?

2. Mengapa disebut GMI Silumboyah ?

3. Siapakah yang menjadi pelopor berdirinya ini GMI Silumboyah?

4. Apa yang melatar belakangi berdirinya GMI Silumboyah?

5. Apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi gereja GMI Silumboyah dan bagaimana cara
dalam mengatasi tantangan tersebut?

6. Apa saja yang telah dilakukan gereja GMI Silumboyah kepada masyarakat dalam menyikapi
tugas gereja sebagai diakonia?

7. Apakah GMI Silumboyah terlibat aktif dalam organisasi Gerakan Oikumene?

8. Apakah GMI Silumboyah juga telah membangun hubungan antar gereja-gereja di Desa
Silumboyah?

9. Apakah langkah konkret yang dilakukan oleh gereja GMI Silumboyah di dalam mempererat
hubungan antar gereja-gereja yang ada di Desa Silumboyah?

10. Apakah GMI Silumboyah pernah melakukan pelayanan-pelayanan kepada saudara-saudara


kita yang diluar agama kita?

11. Bagaimana hubungan gereja GMI Silumboyah dengan pemerintah setempat?

12. Di dalam menyikapi wabah virus covid-19 yang melanda dunia saat ini, apa yang telah
dilakukan oleh Gereja GMI Silumboyah saat ini?

13. Apakah kegiatan yang dikuti oleh GMI Silumboyah dalam menjalin hubungan antar gereja-
gereja?
14. Apakah peran yang bisa dilakukan oleh GMI Silumboyah dalam membangun Gerakan
Oikumene?

15. Apakah gereja GMI Silumboyah kemungkinan memiliki pengaruh terhadap perkembangan
Gerakan Oikumene?

16. Apakah jemaat di GMI Silumboyah mendukung dan terlibat aktif dalam setiap bidang
kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya gerakan oikumene?

17. Bagaimana dan apa yang menjadi kesan Pimpinan Jemaat GMI Silumboyah dalam
membangun gerakan oikumene?

18. Apa yang menjadi pesan dan saran kepada setiap orang yang terlibat dalam membangun
gerakan oikumene agar tetap terus berkembang dan aktif?

Bandar Baru, 09 Pebruari 2021

Disetujui Dosen Pengampu Peneliti/Pewawancara

Charles Sihombing, M.Th Yogi Togatorop


NIDN. 2306106402 NIM. 1810053
Rancang Pertanyaan WSL
Penelitiaan : Mengenal Gereja, BKAG dan Lembaga Keagamaan Kristen dan
Perannya Membangun Gerakan Oikumene di Sumatera Utara, Riau dan Aceh.

Peran GPdI Desa Silumboyah, Kecamatan Siempat Nempu Dalam Membangun


Gerakan Oikumene

==================================================
====
Daftar Pertanyaan WSL

1. Kapan GPdI Silumboyah didirikan dan siapa yang menjadi ketua pertamanya?

2. Mengapa disebut GPdI Silumboyah ?

3. Siapakah yang menjadi pelopor berdirinya ini GPdI Silumboyah?

4. Apa yang melatar belakangi berdirinya GPdI Silumboyah ini?

5. Apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi GPdI Silumboyah dan bagaimana cara dalam
mengatasi tantangan tersebut?

6. Apa saja yang telah dilakukan GPdI Silumboyah kepada masyarakat dalam menyikapi tugas
gereja sebagai diakonia?

7. Apakah GPdI Silumboyah terlibat aktif dalam organisasi Gerakan Oikumene?


8. Apakah GPdI Silumboyah juga telah membangun hubungan antar gereja-gereja di Desa
Silumboyah?

9. Apakah langkah konkret yang dilakukan oleh GPdI di dalam mempererat hubungan antar
gereja-gereja yang ada di Desa Silumboyah?

10. Apakah GPdI Silumboyah pernah melakukan pelayanan-pelayanan kepada saudara-saudara


kita yang diluar agama kita?

11. Bagaimana hubungan GPdI Silumboyah dengan pemerintah setempat?

12. Di dalam menyikapi wabah virus covid-19 yang melanda dunia saat ini, apa yang telah
dilakukan oleh GPdI Silumboyah saat ini?

13. Apakah kegiatan yang dikuti oleh GPdI Silumboyah dalam menjalin hubungan antar gereja-
gereja?

14. Apakah peran yang bisa dilakukan oleh GPdI Silumboyah dalam membangun

Gerakan Oikumene

15. Apakah gereja GPdI Silumboyah kemungkinan memiliki pengaruh terhadap perkembangan
Gerakan Oikumene?

16. Apakah jemaat di GPdI Silumboyah mendukung dan terlibat aktif dalam setiap bidang
kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya gerakan oikumene?

17. Bagaimana dan apa yang menjadi kesan Pimpinan Jemaat GPdI Silumboyah dalam
membangun gerakan oikumene?

18. Apa yang menjadi pesan dan saran kepada setiap orang yang terlibat dalam membangun
gerakan oikumene?

Bandar Baru, 09 Pebruari 2021

Disetujui Dosen Pengampu Peneliti/Pewawancara

Charles Sihombing, M.Th Yogi Togatorop


NIDN. 2306106402 NIM. 1810053
Mata Kuliah Oikumenika

Semester Genap Tahun 2021 STT GMI Bandar Baru, Sibolangit, Sumatera Utara.

Penelitian tentang Perkembangan Gerakan Oikumene

di Sumatera Utara, Riau dan Aceh

Transkip Wawancara Penelitian GMI Silumboyah

NARASUMBER:
Nama : Ls. P. Sitohang

Jabatan : Layleader GMI Silumboyah

Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Maret 2021

Pukul : 17.00 WIB

PENELITI :

Nama : Yogi E.D Togatorop

Tmpt/tgl. Lhr : Silumboyah, 14 Januari 2000

Mata Kuliah : Oikumenika

Semester/Tingkat : VI/ Tiga

Perguruan Tinggi : STT GMI Bandar Baru

Dosen : Charles Sihombing, M. Th

Lokus Penelitian : GMI Silumboyah

Tempat Wawancara : Rumah bapak. P. Sitohang

Dialog Interaktif Antara Peneliti dengan Narasumber

Peneliti : Kapan GMI Silumboyah didirikan dan siapa yang menjadi ketua
pertamanya?

Narasumber : Jadi gereja kita ini berdiri pada tahun 1995 yang di mana pada waktu itu
anggota jemaat berkumpul di rumah bapak A. Sitindaon yang diketuai oleh saya sendiri (P.
Sitohang). Dan digedungkan pada bulan Juni tahun 1996 oleh bantuan DS. Lewat Pdt. R.
Sihombing.

Peneliti : Mengapa disebut GMI Silumboyah ?


Narasumber : Karena dulu kami hanya jemaat yang masih kurang pengetahuan tentang
gereja, maka kami berinisiatif menyebut GMI Silumboyah dan dikarenakan berada di Desa
Silumboyah.

Peneliti : Siapakah yang menjadi pelopor berdirinya ini GMI Silumboyah?

Narasumber : Yang menjadi pelopor berdirinya GMI Silumboyah ialah, R. Sihite, P.


Sitohang (Saya sendiri), I. Banjar Nahor, dan A. Sitindaon. Jadi kami adalah pelopor
berdirinya GMI Silumboyah yang pada saat itu jemaat hanya 7 KK (Kepala Keluarga).

Peneliti : Apa yang melatar belakangi berdirinya GMI Silumboyah?

Narasumber : Awalnya kami semua yang termasuk pelopor GMI ini, kami berjemaat di
HKBP Silumboyah yang pada saat itu kami menentang sebuah kebijakan yang disampaikan
pimpinan pada saat itu. Jadi, kami tidak terima begitu, akhirnya kami tidak mau beribadah ke
situ lagi. Setiap anggota jemaat yang tidak setuju dengan pimpinan HKBP waktu itu
bergabung ke kami, lalu kami beribadah aja di rumah bapak Sitindaon dan di sana kami
berdiskusi atas tawaran dari DS S.P. Manik.

Peneliti : Apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi gereja GMI Silumboyah dan
bagaimana cara dalam mengatasi tantangan tersebut?

Narasumber : Tantangan yang dihadapi GMI Silumboyah adalah sekarang ini, banyak
jemaat yang malas beribadah dan malas mengikuti ibadah lainnya seperti komsel dan lainnya.
Jadi untuk mengatasi ini, kami sebagai pimpinan termasuk, masih sulit dalam mengubah
pemikiran jemaat yang masih dikatakan primitif kepada pemikiran yang lebih maju. Saya
rasa itu yang menjadi tantangan yang dihadapi GMI Silumboyah.

Peneliti : Apa saja yang telah dilakukan gereja GMI Silumboyah kepada masyarakat
dalam menyikapi tugas gereja sebagai diakonia?

Narasumber : Jadi yang sudah GMI Silumboyah lakukan kepada masyarakat dalam
menjalankan tugas diakonia adalah mengunjungi saudara/i yang sakit dalam desa ini dan
mendoakan masyarakat yang perlu didoakan walaupun di luar jemaat kita. Kita sebagai umat
percaya, jangan hanya dalam denominasi saja kita layani, tetapi masyarakat yang bisa kita
jangkau.

Peneliti : Apakah GMI Silumboyah terlibat aktif dalam organisasi Gerakan Oikumene?
Narasumber : Mengenai hal ini, dulu memang GMI Silumboyah terlibat aktif dalam
Gerakan Oikumene yang pada saat itu, pelopor gereja ini masih aktif dan masih semangat
dalam organisasi. Tetapi belakangan ini, karena ada yang sudah meninggal, maka semakin
pasiflah GMI Silumboyah ini dalam Gerakan Oikumene sekarang ini. Tetapi setiap kegiatan
yang dilakukan Oikumene, gereja kita selalu turut dalam kegiatan itu.

Peneliti : Apakah GMI Silumboyah juga telah membangun hubungan antar gereja-
gereja di Desa Silumboyah?

Narasumber : Tentu saja menjalin hubungan yang baik, karena dalam kegiatan Oikumene
juga kita diajak saling bersatu padu dalam melakukan pelayanan dan menjalin kerja sama
yang baik.

Peneliti : Apakah langkah konkret yang dilakukan oleh gereja GMI Silumboyah di
dalam mempererat hubungan antar gereja-gereja yang ada di Desa Silumboyah?

Narasumber : Langkah konkretnya adalah menghargai gereja lain dan membantu jemaat-
jemaat yang di luar denominasi kita walaupun bantuannya hanya sekedar karena kita juga
sebenarnya masih denominasi kecil di desa ini.

Peneliti : Apakah GMI Silumboyah pernah melakukan pelayanan-pelayanan kepada


saudara-saudara kita yang diluar agama kita?

Narasumber : Kalau ini pernah, tetapi tidak terlalu menekankan ke sana, yang pertama kita
lihat dulu yang di dalam gereja. Kalau di luar Agama seingat saya pernah, dalam membantu
biaya pembangunan Masjid mereka dulu.

Peneliti : Bagaimana hubungan gereja GMI Silumboyah dengan pemerintah setempat?

Narasumber : Hal ini memang sepatutnya menjalin hubungan baik dengan pemerintah
setempat. Sejauh ini masih menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan pemerintah
setempat.

Peneliti : Di dalam menyikapi wabah virus covid-19 yang melanda dunia saat ini, apa
yang telah dilakukan oleh Gereja GMI Silumboyah saat ini?

Narasumber : Sejauh ini dalam menyikapi Covid-19 ini, gereja melakukan pelayanan yang
di mana setiap majelis memimpin ibadah yang dilakukan di setiap kelompok di daerah
masing-masing. Sekarang karena sudah diperbolehkan di gereja, maka kami membagikan
masker dan melakukan hal sesuai protokol kesehatan dengan mencek suhu dan memberi
handsanitizer.

Peneliti : Apakah kegiatan yang dikuti oleh GMI Silumboyah dalam menjalin
hubungan antar gereja-gereja?

Narasumber : Kegiatan yang diikuti GMI Silumboyah adalah setiap ada misalnya kegiatan
Oikumene maka gereja kita turut serta, baik dalam kata sambutan, pembacaan nyanyian, dan
berperan sebagai pengkhotbah, dan masih banyak lagi.

Peneliti : Apakah peran yang bisa dilakukan oleh GMI Silumboyah dalam membangun
Gerakan Oikumene?

Narasumber : Yang dilakukan GMI Silumboyah dalam membangun gerakan Oikumene


ialah dengan mendukung setiap program yang kita anggap membangun solidaritas setiap
gereja di Desa Silumboyah dengan memberi saran dan dorongan begitu.

Peneliti : Apakah gereja GMI Silumboyah kemungkinan memiliki pengaruh terhadap


perkembangan Gerakan Oikumene?

Narasumber : Ya, sejauh ini jika dilihat dari segi kegiatan pasti ada, walaupun pengaruhnya
mungkin tidak terlalu besar. Karena kegiatan yang diikuti selama ini masih lokal aja.

Peneliti : Apakah jemaat di GMI Silumboyah mendukung dan terlibat aktif dalam
setiap bidang kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya gerakan
oikumene?

Narasumber : Seperti yang saya katakan tadi, karena tokoh pelopor yang ikut aktif dalam
Gerakan Oikumene tidak lagi ada atau sudah meninggal, maka gereja ini hanya dilibatkan
dalam kegiatan yang kecil saja, sebagai penghargaan bahwa sebelumnya pernah sebagai
anggota aktif.

Peneliti : Bagaimana dan apa yang menjadi kesan Pimpinan Jemaat GMI Silumboyah
dalam membangun gerakan Oikumene?

Narasumber : Selama ini, yang menjadi kesan adalah saya merasa adanya perkembangan
yang di alur ini terdapat kisah sedih dan senang dalam membangun Gerakan Oikumene.

Peneliti : Apa yang menjadi pesan dan saran kepada setiap orang yang terlibat dalam
membangun gerakan oikumene agar tetap terus berkembang dan aktif?
Narasumber : Pesan saya kepada setiap orang yang terlibat ialah tetap semangat dan selalu
andalkan Tuhan dalam berbagai kegiatan demi membangun kemajuan dan membangun kerja
sama antar gereja di Desa ini dan semoga juga jemaat yang masih pasif dalam Oikumene bisa
semakin aktif dan menyadari perlunya solidaritas antar denominasi yang berbeda.

LEMBAR TANDA WAWANCARA

Saya Yogi Togatorop telah melakukan wawancara dengan Lay Leader GMI
Silumboyah pada Sabtu, 27 Maret 2021. Wawancara ini dilakukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Oikumenika, dengan dosen pengampu Charles
Sihombing, M.Th.

Peneliti Narasumber

Yogi Togatorop P. Sitohang

Dokumentasi
Saya dan narasumber melakukan pengambilan gambar sebagai bukti bahwa saya melakukan
wawancara dengan pimpinan GMI Silumboyah sebagai Lay Leader di rumah bapak tersebut.

Mata Kuliah Oikumenika

Semester Genap Tahun 2021 STT GMI Bandar Baru, Sibolangit, Sumatera Utara.

Penelitian tentang Perkembangan Gerakan Oikumene

di Sumatera Utara, Riau dan Aceh

Transkip Wawancara Penelitian GPdI Silumboyah

NARASUMBER:

Nama : Pdt. M. Sihombing

Jabatan : Gembala GPdI Silumboyah

Hari/Tanggal : Senin, 15 Maret 2021

Pukul : 16.00 WIB

PENELITI :
Nama : Yogi E.D Togatorop

Tmpt/tgl. Lhr : Silumboyah, 14 Januari 2000

Mata Kuliah : Oikumenika

Semester/Tingkat : VI/ Tiga

Perguruan Tinggi : STT GMI Bandar Baru

Dosen : Charles Sihombing, M. Th

Lokus Penelitian : GPdI Silumboyah

Tempat Wawancara : Rumah bapak M. Sihombing

Bentuk Dialog Interaktif Antara Peneliti dengan Narasumber

Peneliti : Kapan GPdI Silumboyah didirikan dan siapa yang menjadi ketua
pertamanya?

Narasumber : Sebenarnya GPdI ini didirikan tahun 1990, dan karena ayah saya sendiri
sebagai gembala waktu itu (Alm. J. Sihombing) yang memulai untuk membentuk gereja ini.

Peneliti : Mengapa disebut GPdI Silumboyah ?

Narasumber : Di sini karena berada di desa Silumboyah dan karena dulu ini belum terlalu
fokus dengan nama gereja yang bagus, karna konteks di Silumboyah, ya dibuat aja gitu GpdI
Silumboyah.

Peneliti : Siapakah yang menjadi pelopor berdirinya ini GPdI Silumboyah?

Narasumber : Iya seperti yang saya katakan tadi oleh bapak saya sendiri yaitu J. Sihombing
dengan atas izin dari pihak GPdI pusat untuk membentuk gereja ini.

Peneliti : Apa yang melatar belakangi berdirinya GPdI Silumboyah?

Narasumber : Ya, yang melatarbelakangi gereja ini dulu akibat perpecahan gereja GSJA
Silumboyah akibat adanya kurang pas antar jemaat dengan pimpinan, maka ayah saya
berinisiatif membentuk sebuah kelompok setelah perpecahan itu, dan mulailah membentuk
gedung kecil dan lama-lama terbentuklah gereja sekarang ini.

Peneliti : Apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi gereja GPdI Silumboyah dan
bagaimana cara dalam mengatasi tantangan tersebut?
Narasumber : Kalau berbicara tantangan, yang saya lihat ya itu berada dalam jemaat yang
memiliki karakter, misalnya dalam Alkitab ada domba dan ada kambing. Ya kan ada jemaat
seperti domba, dan ada seperti kambing, tetapi masih dalam rumpun atau kandang yang sama
begitu. Ya kita ditantang untuk membentuk jemaat agar seperti domba begitu, itulah kira-kira
tantangannya. Bagaimana cara mengatasinya ya kita harus berangkat dari Alkitab supaya
mereka bisa mengenal dan supaya hidup dengan damai begitu.

Peneliti : Apa saja yang telah dilakukan gereja GPdI Silumboyah kepada masyarakat
dalam menyikapi tugas gereja sebagai diakonia?

Narasumber : Dalam hal diakonia oleh Gereja ini sudah lakukan, jadi gini, jemaat yang
sudah mengenal Yesus walaupun kurang dalam begitu, gereja ini hanya melakukan pelayanan
yang bertumbuh ke dalam saja, bukan ke luar. Karena denominasi gereja ini masih minim
dalam melakukan penginjilan ke luar, jadi dalam pelayanan hanya ke dalam saja. Artinya
gereja ini hanya membenahi jemaat yang di dalam saja, begitu kira-kira yang menjadi
pelayanan gereja ini.

Peneliti : Apakah GPdI Silumboyah terlibat aktif dalam organisasi Gerakan


Oikumene?

Narasumber : Sebenarnya, gereja kami ini kalau tergolong dalam organisasi Oikumene
belum menjadi anggota aktif begitu, tetapi jika ada kegiatan-kegiatan di kampung kita ini
yang berbau Oikumene pasti gereja ini ikut dalam kegiatan tersebut begitu.

Peneliti : Apakah GPdI Silumboyah juga telah membangun hubungan antar gereja-
gereja di Desa Silumboyah?

Narasumber : Yah kalau hal ini sudah tentunya kita menjalin hubungan baik, walaupun
berbeda denominasi tetapi kan kita satu kepercayaan. Gereja boleh beda, tetapi kita satu
Tuhan. Ya, ini sudah terjalin dalam semua gereja di sini. Menjalin hubungan yang baik, baik
antar pimpinan, jemaat, maupun hal yang lain begitu.

Peneliti : Apakah langkah konkret yang dilakukan oleh gereja GPdI Silumboyah di
dalam mempererat hubungan antar gereja-gereja yang ada di Desa Silumboyah?

Narasumber : Langkah konkret, yah mungkin kamu masih ingat kan gereja kami
mengadakan KKR, ya menurut saya itulah langkah konkret yang dilakukan GPdI ini dalam
membangun hubungan, karena semua denominasi kami undang dan mengadakan persekutuan
doa, mendoakan yang sakit, dan bahkan pembagian Alkitab secara gratis.

Peneliti : Apakah GPdI Silumboyah pernah melakukan pelayanan-pelayanan kepada


saudara-saudara kita yang diluar agama kita?

Narasumber : Sejauh ini yang saya lihat dalam desa kita, belum ada secara nyata yang
boleh saya jelaskan. Tetapi untuk hubungan gereja di luar agama kita terkhusus di tempat kita
ini, sudah baik dan sudah saling menghargai.

Peneliti : Bagaimana hubungan gereja GPdI Silumboyah dengan pemerintah setempat?

Narasumber : Kalau hubungan dengan pemerintah setempat sudah tergolong baik, karena
tanpa ada hubungan yang baik, pasti gereja ini tercap kurang baik kan begitu. Dan juga ketika
mengadakan kegiatan bakalan susah nanti kalau hubungan dengan pemerintah kurang baik.

Peneliti : Di dalam menyikapi wabah virus covid-19 yang melanda dunia saat ini, apa
yang telah dilakukan oleh Gereja (GPdI Silumboyah) saat ini?

Narasumber : Sejauh ini, dari awal lock-down kemarin, kami tetap membuat ibadah, tetapi
dengan di rumah masing-masing dengan setiap yang memimpin ada saya kirim lewat WA
pribadi khotbah saya dan juga tata ibadah yang mereka akan lakukan begitu. Dan juga
pembagian masker juga saya lakukan dengan rekan-rekan pelayan saya kepada setiap jemaat.

Peneliti : Apakah kegiatan yang dikuti oleh GPdI Silumboyah dalam menjalin
hubungan antar gereja-gereja?

Narasumber : Kegiatan yang diikuti gereja ini adalah mengikuti setiap acara Natal
Oikumene yang diikuti setiap gereja di desa ini. Saya rasa itu sebagai kegiatan yang diikuti
gereja ini dalam menjalin hubungan dengan gereja lain.

Peneliti : Apakah peran yang bisa dilakukan oleh GPdI Silumboyah dalam
membangun Gerakan Oikumene?

Narasumber : Peran yang bisa dilakukan ya karena belum tergolong aktif, ya hanya saja
mengikuti kegiatan seperti acara Natal tadi, maka terkadang saya disuruh sebagai pendoa
syafaat begitu. Itu yang boleh saya berikan.

Peneliti : Apakah gereja GPdI Silumboyah kemungkinan memiliki pengaruh terhadap


perkembangan Gerakan Oikumene?
Narasumber : Iya kembali lagi, karena kurang aktif jadi saya rasa pengaruh terhadap
perkembangan Oikumene ini saya rasa tidak berpengaruh ya.

Peneliti : Apakah jemaat di GPdI Silumboyah mendukung dan terlibat aktif dalam
setiap bidang kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya gerakan
oikumene?

Narasumber : Tentu mendukung sih sebenarnya kalau tergolong anggota Oikumene belum
aktif, tetapi walaupun belum tergolong aktif, tetap juga mendukung setiap kegiatan
Oikumene begitu.

Peneliti : Bagaimana dan apa yang menjadi kesan Pimpinan Jemaat GPdI Silumboyah
dalam membangun gerakan oikumene?

Narasumber : Ya kesan yang saya alami banyak suka-duka sih, tapi sebagai pimpinan
sudah pasti mengalami ini kan, ya itu yang boleh saya berikan. Pernah kami hanya ikut dalam
kegiatan, tidak ada ambil bagian begitu dalam kegiatan Oikumene, saya ibarat hanya
penonton begitu. Tapi, itu bukan membuat down begitu kan. Tetap menjadi semangat dalam
melayani.

Peneliti : Apa yang menjadi pesan dan saran kepada setiap orang yang terlibat dalam
membangun gerakan Oikumene agar tetap terus berkembang dan aktif?

Narasumber : Pesan yang boleh saya sampaikan ya tetap semangatlah dalam membangun
Oikumene dan semoga juga gereja ini tergolong aktif dalam Oikumene di Desa Silumboyah
ini. Saya pikir begitu, mudah-mudahan atas izin Tuhan, ke depannya gereja ini menjadi
anggota aktif dalan Oikumene.

LEMBAR TANDA WAWANCARA

Saya Yogi Togatorop telah melakukan wawancara dengan pimpinan jemaat GPdI
Silumboyah pada Senin, 15 Maret 2021. Wawancara ini dilakukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Oikumenika, dengan dosen pengampu Charles
Sihombing, M.Th.
Peneliti Narasumber

Yogi Togatorop Pdt. M. Sihombing


Dokumentasi

Saya dan narasumber melakukan pengambilan gambar sebagai bukti bahwa saya melakukan
wawancara dengan pimpinan GPdI Silumboyah di rumah bapak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai