Anda di halaman 1dari 13

Makalah Semi Solid dan Liquid

Pasta dan Salep

2B Farmasi

Oleh :

Anastasia Khansa S.H (184052)

Emilia Mahmudah (184061)

Jales Veva Jaya B.T (184070)

Ketut Sudiana (184081)

Saroh Dewi Pertiwi (184087)

Septian Yudha Prasetya (184089)

POLTEKKES RS DR SOEPRAOEN

JL. Sudanco Supriyadi No. 22 Sukun, Malang

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia


farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid, dan semi solid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.

Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang


bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan supositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.

Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu


diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian sediaan salep dan sediaan pasta?
2. Bagaimana cara membuat sediaan salep dan pasta?
3. Apa contoh formulasi salep dan pasta?
4. Apa berbedaan pasta dengan salep?

1.3 Tujuan masalah


1. Mengetahui pengertian sedian salep dan pasta.
2. Mengetahui cara membuat sediaan salep dan pasta.
3. Mengetahui contoh formulasi salep dan pasta
4. Mengetahui berbedaan pasta dengan salep?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Salep dan Pasta

2.1.1 pengertian salep

Menurut Farmakope Indonesia edisi III


Ointment (Unguentum) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogeny dalam dasar salep yang cocok.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit
atau selaput lendir.

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat


kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep
yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak
bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak
mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air
dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua
terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai
emolien (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air
antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”. Dasar ini dinyatakan
juga dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan dilap basah,
sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat
menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep
hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan
dengan
air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan termatologik (Dirjen
POM, 1995).
Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga disebut
sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep
jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin,
lanolin
anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel” (Dirjen POM,
1995).

1. Menurut Konsistensinya salep dapat dibagi:

a. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensinya seperti mentega,


tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
b. Cream (krim) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),
suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit
yang diolesi.
d. Cerata adalah salep lemak yang mengandung presentase lilin (wax) yang
tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).
e. Gelones/spumae/jelly adalah salep yang lebih halus, umumnya cair dan
sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis,
biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan
titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan air
mendidih).

2. Menurut dasar salepnya. Salep dapat dibagi:

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar
salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air misalnya
campuran lemak-lemak dan minyak lemak.
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya
dasar tipe M/A (Syamsuni, 2006).

Kualitas Dasar Salep Kualitas dasar salep yang ideal adalah:


a. Satabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam
kamar.
b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi dan ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan
f. Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif (Anief,
2007).
Persyaratan Salep Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:
1. Pemerian: tidak boleh berbau tengik
2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat

keras, kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis

salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat

bahan obat dan tujuan pemakaian salep.

4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan

lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

5. Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

3. Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan Salep:
 Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
 Sebagai bahan pelumas pada kulit.
 Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit.
 Sebagai obat luar

Kekurangan Salep
Berdasarkan basis :
 Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga
sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
 Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan
kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .

4. Fungsi Salep

 Sebagai bahan aktif pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit


 Sebagai bahan pelumas pada kulit
 Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
yang dengan larutan berair dan perangsang kulit
2.1.2 Pengertian Pasta

Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai
antiseptik, atau pelindung.

Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.

2 Karakteristik Pasta

 Daya adsorbs pasta lebih besar


 Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian.
 Sehingga cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
 Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung
 bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

Kelebihan Pasta

 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut
 dengan tendensi mengeluarkan cairan
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerjalocal
 Konsentrasi lebih kental dari salep
 Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep

Kekurangan Pasta

 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
 Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
 Dapat menyebabkan iritasi kulit
2.2 cara membuat sediaan salep dan pasta

2.2.1 cara pembuatan salep

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep
dasar. Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu:

1. Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fasa yang homogeny.
2. Metode Triturasi :
 zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau
dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan
sisa basis.Ketentuan lain;
 Zat yang dapat larut dalam basis salep : (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)ad mudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat
+sebagian basis (sama banyak) ad homogenkan ad tambah sisa basis
 Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air
dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu
dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
3. Salep yang dibuat dengan peleburan
 Dalam cawan porselen
 Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian
lemaknya (air ditambahkan terakhir)
 Bila bahan bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang
meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa) ad lebihkan 10-20%.

Masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat), yaitu pengaruh pengaruh
yang terjadi jika obat yang satu dicampurkan dengan yang lainnya. Inkompatibilitas obat
dapat dibagi atas 3 golongan

1. Inkompatibilitas terapeutik

Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan perubahan
demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan daripada yang
diharapkan

Hasil kerjanya kadang kadang menguntungkan, namun dalam banyak hal justru merugikan
dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai contoh: Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila
diberikan bersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium,
magnesium atau bismuth)

Fenobarbital dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi dari barbituratnya.


Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan chinotoxine yang tidak dapat
bekerja lagi terhadap malaria.
Mencampur hipnotik dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja
rasionil. Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi
bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan.

2. Inkompatibilitas fisika.

Yang dimaksudkan di sini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan yang timbul
pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-perubahan kimia. Meleleh
atau menjadi basahnya campuran serbuk.

Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat bercampur secara
homogen. Penggaraman (salting out). Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.

3. Inkompatibilitas kimia

Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh
berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah reaksi reaksi di mana terjadi
senyawa baru yang mengendap.

Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena proses
oksidasi/reduksi maupun hidrolisa. Perubahan perubahan warna, Terbentuknya gas dll.

2.2.2 cara membuat pasta

1. Pencampuran

Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata
tercapai.

2. Peleburan

Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara
bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang
sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.

Bahan dasar pasta :

vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.

Pembuatan :

bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan
bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.

Contoh pembuatan pasta dalam skala labor

Pembuatan pasta pendingin


Contoh resep :

R/ Zinci Oxyde

Olei Olivie

Calcii Hydroxidi Solutio aa 10

Cara pembuatan :

Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no. 100. Setelah itu tambahkan dalam
mortir Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan minyaknya sekaligus,
diaduk baik-baik sampai diperoleh masa yang homogen.

Tipe emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian minyak kira-kira 3% diganti
dengan Cera alba. Penggerusan jangan lama-lama, karena dapat terjadi pecahnya emuls.

Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum (1 tetes per
5 gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua Calcis akan
terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu ditambah ZnO
dan dicampur baik-baik.

2.3. contoh formulasi sediaan salep dan pasta

2.3.1 contoh formulasi sediaan salep

Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon

1. Acid Salicylici Unguentum (Salep Asam Salisilat)

Tiap 10 gram mengandung:

- Acidum salicylicum 200 mg

- Vaselinum album ad 10 g

2. Acid Salicylici Sulfuris Unguentum (Salep Asam Salisilat Belerang)

Tiap 10 gram mengandung:

- Acidum salicylicum 200 mg

- Sulfur 400 mg

- Vaselinum album ad 10 g

3. Hyoscini Oculentum (Salep mata Hiosina / Skopolamin)

Tiap gram mengandung:

- Hyoscini hydrobromidum 2,5 mg


- Paraffinum liquidum 65 mg

- Vaselinum album ad 1 g

2.3.2. contoh formulasi sediaan pasta

1. Pasta kering

Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).

Contoh resep pasta kering : R/ Bentonit 1

Sulf Praecip 2

Zinci Oxydi 10

Talci 10

Icthamoli 0,5

Glycerini

Aquae aa 5

s.ad.us.ext

2. Resorcinoly Sulfuricy Pasta

R/ Resorcinoli 5

Sulfur 5

Zinci Oxydi 40

Cetramacologi 1000 3

Cetostearyakoholi 12

Paraffin Liquid 10

Vaselin Flavi Ad 100

4.1 Perbedaan Pasta dengan Salep :

 Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku disbanding
salep.
 Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)
 Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian.
 Cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
BAB III

PENUTUP

4.1 kesimpulan
1. Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dandigunakan
sebagai obat luar.
2. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang digunakan untuk pemakaian topical.
3. Perbedaan pasta dengan salep:
 Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku
disbanding salep.
 Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)
 Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada
tempat pemakaian.
 Cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.

4.2 saran
Sebaiknya dalam membuat sediaan pasta dan salep pelajari dahulu
karakteristik bahan aktif yang digunakan agar dalam pembuatan sedian pasta dan
salep dapat menghasilkan sediaan yang diinginkan.
Daftar pustaka

Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press

Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI

Anonim. 1995.Farmakope Indonesi edisi IV . Jakarta: Depkes RI

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai