2B Farmasi
Oleh :
POLTEKKES RS DR SOEPRAOEN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar
salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air misalnya
campuran lemak-lemak dan minyak lemak.
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya
dasar tipe M/A (Syamsuni, 2006).
3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
Kekurangan Salep
Berdasarkan basis :
Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga
sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan
kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
4. Fungsi Salep
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai
antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
2 Karakteristik Pasta
Kelebihan Pasta
Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan
Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerjalocal
Konsentrasi lebih kental dari salep
Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep
Kekurangan Pasta
Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
Dapat menyebabkan iritasi kulit
2.2 cara membuat sediaan salep dan pasta
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep
dasar. Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu:
1. Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fasa yang homogeny.
2. Metode Triturasi :
zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau
dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan
sisa basis.Ketentuan lain;
Zat yang dapat larut dalam basis salep : (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)ad mudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat
+sebagian basis (sama banyak) ad homogenkan ad tambah sisa basis
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air
dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu
dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
3. Salep yang dibuat dengan peleburan
Dalam cawan porselen
Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian
lemaknya (air ditambahkan terakhir)
Bila bahan bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang
meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa) ad lebihkan 10-20%.
Masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat), yaitu pengaruh pengaruh
yang terjadi jika obat yang satu dicampurkan dengan yang lainnya. Inkompatibilitas obat
dapat dibagi atas 3 golongan
1. Inkompatibilitas terapeutik
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan perubahan
demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan daripada yang
diharapkan
Hasil kerjanya kadang kadang menguntungkan, namun dalam banyak hal justru merugikan
dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai contoh: Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila
diberikan bersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium,
magnesium atau bismuth)
2. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan di sini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan yang timbul
pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-perubahan kimia. Meleleh
atau menjadi basahnya campuran serbuk.
Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat bercampur secara
homogen. Penggaraman (salting out). Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
3. Inkompatibilitas kimia
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh
berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah reaksi reaksi di mana terjadi
senyawa baru yang mengendap.
Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena proses
oksidasi/reduksi maupun hidrolisa. Perubahan perubahan warna, Terbentuknya gas dll.
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata
tercapai.
2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara
bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang
sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.
vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.
Pembuatan :
bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan
bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
R/ Zinci Oxyde
Olei Olivie
Cara pembuatan :
Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no. 100. Setelah itu tambahkan dalam
mortir Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan minyaknya sekaligus,
diaduk baik-baik sampai diperoleh masa yang homogen.
Tipe emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian minyak kira-kira 3% diganti
dengan Cera alba. Penggerusan jangan lama-lama, karena dapat terjadi pecahnya emuls.
Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum (1 tetes per
5 gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua Calcis akan
terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu ditambah ZnO
dan dicampur baik-baik.
- Vaselinum album ad 10 g
- Sulfur 400 mg
- Vaselinum album ad 10 g
- Vaselinum album ad 1 g
1. Pasta kering
Sulf Praecip 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Icthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
s.ad.us.ext
R/ Resorcinoli 5
Sulfur 5
Zinci Oxydi 40
Cetramacologi 1000 3
Cetostearyakoholi 12
Paraffin Liquid 10
Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku disbanding
salep.
Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)
Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian.
Cocok untuk luka akut.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
BAB III
PENUTUP
4.1 kesimpulan
1. Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dandigunakan
sebagai obat luar.
2. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang digunakan untuk pemakaian topical.
3. Perbedaan pasta dengan salep:
Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku
disbanding salep.
Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)
Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada
tempat pemakaian.
Cocok untuk luka akut.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4.2 saran
Sebaiknya dalam membuat sediaan pasta dan salep pelajari dahulu
karakteristik bahan aktif yang digunakan agar dalam pembuatan sedian pasta dan
salep dapat menghasilkan sediaan yang diinginkan.
Daftar pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta