Anda di halaman 1dari 57

USULAN PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL ANAK


MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK
KELOMPOK B TK DHARMA WANITA DOULE

CHELZY RIZKY AZHARI


NIM 201762006

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2021
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : JL.Kpt.Piere Tendean No 109 A, Baruga Kendari, Telp.3007847

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan Penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi


Verbal Anak Melalui Metode Bercerita pada anak kelompok B TK Dharma
Wanita Doule”

Atas Nama :

Nama : Chelzy Rizky Azhari


NIM : 201762006
Jur/Prodi : Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, naskah usulan penelitian ini telah memenuhi
syarat untuk diseminarkan.

Kendari, … Maret 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.Sasmin,M.Pd Rosnawati, S.Pd.,M.Pd


NIDN : 8879011019 NIDN : 0903037503

Disahkan :
Ketua Prodi PG-PAUD

Aris Suziman,S.Pdi.,M.Pd
NIDN : 0906058304
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................
ivBF
DAFTAR ISI...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah.................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................... 8
A. Kajian Teori........................................................................ 8
1. Konsep Kemampuan Komunikasi Verbal.................... 8
a. Pengertian Bahasa dan Manfaat Bahasa Verbal.... 8
b. Perkembangan Bahasa Verbal Anak......................
c. Langkah Pengembangan Bahasa Verbal Anak......
d. Aspek Kemampuan Bahasa Anak...........................
2. Metode Bercerita.......................................................... 10
a. Konsep Metode Bercerita........................................10
b. Tujuan Bercerita......................................................
c. Fungsi Bercerita.......................................................
d. Manfaat Metode Bercerita.......................................
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita.........
f. Jenis – Jenis Cerita.................................................
B. Kerangka Pikir.................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 22
A. Pendekatan Penelitian....................................................... 22
B. Lokasi Penelitian................................................................ 22
C. Rancangan Tindakan......................................................... 23
D. Teknik, Instrumen, dan Prosedur Pengumpulan Data....... 27
1. Teknik Pengumpulan Data........................................... 27
2. Instrumen Pengumpulan Data..................................... 28
3. Prosedur Pengumpulan Data....................................... 29
E. Teknik, Prosedur Analisis Data dan Indikator
Keberhasilan....................................................................... 30
1. Teknik Analisis Data.................................................... 30
2. Prosedur Analisis Data................................................ 32
3. Indikator Keberhasilan................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 35
LAMPIRAN............................................................................................ 37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)................... 38


2. Rencana Program Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan I...... 41
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan I 43
4. Lembar Observasi Aktivitas Anak................................................... 46
5. Penggalan Cerita Naskah Dongeng................................................ 48
6. Lembar Indikator Penilaian Kemampuan Bahasa Anak................. 51
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Kanak-anak merupakan usia yang paling tepat untuk

mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut dengan

istilah “golden age” di mana anak sangat peka terhadap rangsangan-

ransangan yang baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik,

intelektual, sosial, emosi dan bahasa. Berbahasa tentang anak

sebenarnya bukanlah hal yang aneh anak-anak adalah individu yang

biasa ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak dilahirkan sampai

tahun pertama anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan pada tahun

awal lebih kritis dibanding dengan perkembangan selanjutnya sehingga

dikatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan gambaran awal

manusia sebagai seorang manusia, anak sejak dilahirkan telah memiliki

miliaran sel neuron yang siap dikembangkan pada masa ini

pertumbuhan sel jaringan otak terjadi sangat pesat. Sampai usia 4

tahun jaringan otak nya telah tersusun. Jaringan tersebut akan

berkembang secara optimal jika ada rangsangan dari luar berupa

pengalaman yang dipelajari oleh anak. Sebaliknya jika sel akan mati

karena kurang menerima rangsangan ataupun rangsang yang diberikan

kepada anak jangan tidak tepat oleh karena itu, orang tua dan pendidik
perlu memahami tentang perkembangan anak agar dapat membentuk

pengalaman yang sesuai dan dibutuhkan dalam perkembangan anak.

Perkembangan awal lebih penting dari perkembangan

selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan

pengalaman. Salah satu aspek penting perkembangan adalah

perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

sangat penting dalam kehidupan manusia karena selain berfungsi

sebagai alat untuk mengatakan pikiran dan perasaan kepada orang

lain, bahasa juga merupakan alat untuk memahami perasaan dan

pikiran orang lain. Selain itu, bahwa mereka yang kosakatanya akan

memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih kosakata yang tepat

sebagai alat untuk menyampaikan gagasan mereka. Kenyataan, anak-

anak prasekolah rata-rata belum banyak menguasai kosakata. Hal ini

terlihat dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di sekolah,

kadang juga anak tidak mau berbahasa jika ada pertanyaan dari guru

atau dalam kegiatan lain, hal ini tentu akan menghambat

perkembangan bahasanya. Di sini peran guru sangat dibutuhkan dalam

mengembangkan bahasa verbal anak terutama di sekolah.

Mengembangkan bahasa dengan menggunakan teknik bercerita akan

menambah kosakata anak yang dapat digunakan dalam

mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi dalam

kehidupan sehari-hari.
Perkembangan berpikir anak-anak atau prasekolah sangat pesat

perkembangan intelektual anak akan sangat pesat dan terjadi pada

kurun usia 0 sampai usia prasekolah. Masa-masa ini segala potensi

kemampuan belajar anak dapat dikembangkan secara optimal tentunya

dengan membantu orang-orang yang berada di lingkungan tersebut,

misalnya dengan bantuan orang tua dan guru taman kanak-kanak.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia

taman kanak-kanak adalah kemampuan bahasa verbal. Penguasaan

bahasa verbal sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak

sistematika berbahasa anak menggambarkan sistematika dalam

pikirannya. Yang termaksud dalam penyambungan bahasa selain

berbahasa adalah menyimak membaca dan menulis.

Perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak memang

masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian potensinya dapat

dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa

yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang

yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi keterampilan anak

dalam berbahasa. Di taman kanak-kanak guru merupakan salah

seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Guru

taman kanak-kanak harus mengupayakan berbagai strategi

pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa verbal

anak.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada kelompok B TK

Dharma Wanita Doule Kelurahan Doule, Kecamatan Rumbia,

Kabupaten Bombana diperoleh gambaran bahwa kemampuan

berbahasa anak masih rendah, dari 20 anak didik yang telah

memperoleh ketuntasan sebanyak 9 anak atau 45%. rendahnya

kemampuan berbahasa anak disebabkan karena kegiatan

pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan bahasa, kurang

bervariasi, selain itu media yang digunakan belum dapat menarik

perhatian anak media yang digunakan kurang dikembangkan,

pengelolaan kelas pada saat pembelajaran kurang baik kurangnya

kesiapan anak dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas. Hal

tersebut terlihat saat pembelajaran membaca gambar sederhana,

media yang di digunakan tidak berwarna yaitu guru menggambar di

papan tulis dan memberi keterangan , gambar dengan tulisan di

samping gambar, saat guru menggambar anak ribut sendiri.

Melihat dari hasil observasi di TK Dharma Wanita Doule peneliti

menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi verbal anak masih

sangat rendah, maka untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

verbal dibutuhkan metode yang tepat yaitu dengan melalui metode

bercerita serta peran guru yang aktif dan inovatif dan media buku cerita

yang menarik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah "apakah kemampuan komunikasi verbal anak dapat

ditingkatkan melalui metode bercerita pada anak kelompok B TK

Dharma Wanita Doule Kelurahan Doule, Kecamatan Rumbia,

Kabupaten Bombana.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal anak melalui

metode bercerita pada anak kelompok B TK Dharma Wanita Doule

Kelurahan Doule Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan kepada guru dalam proses

pengembangan komunikasi verbal anak melalui metode bercerita di

TK Dharma Wanita Doule kelurahan Doule Kecamatan Rumbia

kabupaten Bombana.

2. Sebagai bahan acuan bagi kesempurnaan peneliti-peneliti yang

lain.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Kemampuan Komunikasi Verbal

a. Pengertian Bahasa dan Manfaat Bahasa Verbal

Bahasa adalah mencangkup segala sarana komunikasi dengan

menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna pada

orang lain. Berbahasa adalah ucapan, pikiran dan perasaan orang lain

yang teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antara anggota

masyarakat (Hartati, 2006). Bahasa merupakan pikiran dan perasaan

untuk menyampaikan makna kepada orang lain yang digunakan sebagai

sarana komunikasi. Berbahasa tentang berbicara tentunya tidak akan

lepas dari bahasa karena bahasa adalah sarana untuk bercerita. Oleh

sebab itu manfaat bahasa antara lain :

a. Sebagai alat untuk berkomunikasi.

b. Sebagai alat untuk mengembangkan intelektual.

c. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan atau buah pikiran kepada

orang lain.

d. Melalui bahasa, pendengar atau penerima akan mampu memahami

apa yang dimaksud oleh pengirim berita.


b. Perkembangan Bahasa verbal

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung

seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus berbicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan

perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan berkorelasi

dengan pertumbuhan, memiliki tahap berurutan dan mempunyai pola yang

tetap. Perkembangan berbahasa merupakan suatu proses menggunakan

bahasa ekspresif dalam bentuk arti perkembangan berbahasa.

Perkembangan berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan

keinginannya sendiri hal ini tidak sama dengan menulis. Seorang bayi dari

hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan

berbicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya,

ada yang cepat berbahasa dan ada pula yang membutuhkan waktu yang

agak lama. Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu

memberikan stimulasi yang sesuai dengan keunikan masing-masing anak.

Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan

jasmani terutama yang bertahan dengan proses berbicara komunikasi

tersebut makin meningkat dan meluas misalnya dengan orang yang ada di

sekitar lingkungan dan perkembangan dengan orang lain dikenal dan

bersahabat dengannya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara

pengertian berbahasa dan berbahasa. Bahasa mencangkup segala

bentuk komunikasi baik berupa diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan


bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah, antonim atau seni.

Sedangkan berbicara verbal adalah berbahasa secara lisan yang

merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi dan paling

penting serta paling banyak digunakan. Perkembangan bahasa tersebut

selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua

sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada

masa ini sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk

belajar dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi anak masa kanak-

kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena seringkali anak

dapat berbahasa dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun

faktor terpenting didalam anak banyak bicara yaitu:

a. Integrasi yaitu makin cerdas atau pintar anak semakin cepat

penguasaan keterampilan berbahasa.

b. Jenis disiplin, yaitu anak-anak cenderung dibesarkan dengan cara

disiplin lebih banyak bicara ketimbang pada suatu kekerasan.

c. Posisi urutan, yaitu anak sulung cenderung atau didorong oleh orang

tua untuk berbicara dari pada adiknya.

d. Besarnya keluarga.

e. Status sosial ekonomi.

f. Status ras.

g. Berbahasa dua

Potensi anak berbahasa verbal didukung oleh beberapa hal antara lain :
a. Kematangan alat berbahasa, kemampuan berbicara juga tergantung

pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-

langit lebar rongga mulut dan lain-lain dapat mempengaruhi

kematangan berbahasa verbal anak.

b. Kesiapan berbahasa. Kesiapan mental anak sangat tergantung pada

pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya

dimulai sejak anak berusia antara 12 sampai 18 bulan, yang disebut

dengan Teachable Moment dari perkembangan berbahasa. Anak-anak

sudah siap untuk belajar bicara yang sesungguhnya. Apabila tidak ada

gagasan anak akan segera dapat berbahasa sekalipun belum jelas

maksudnya.

c. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak-anak suatu model

tertentu agar dapat melafalkan kata yang tepat untuk dikombinasikan

dengan kata yang lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.

Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain misalnya orang tua atau

saudara, dari radio yang sering didengar di TV, artis film yang

bicaranya jelas dan berarti anak akan mengalami kesulitan apabila

tidak pernah memperoleh modal sebagaimana diatas. Dengan

sendirinya potensi anak tidak dapat berkembang sebagaimana

mestinya.

d. Kesempatan berlatih, apabila anak kurang mendapatkan latihan

berbahasa akan timbul frustasi dan bahkan seringkali marah yang

tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua dan lingkungannya.


Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar bicara

yang pada umumnya disebut "anak ini lamban" bicaranya.

e. Motivasi anak untuk belajar dan berlatih. Memberikan motivasi dan

melatih anak untuk berbahasa sangat penting bagi anak karena untuk

mempengaruhi kebutuhan untuk memanfaatkan potensi anak, orang

tua hendaknya selalu berusaha agar memotivasi anak untuk

berbahasa jangan terganggu atau tidak mendapat pengarahan.

f. Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan

potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan

contoh atau model bagi anak, berbahasa dengan pelan yang mudah

diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau

membetulkan, apabila dalam berbahasa anak tersebut berbuat

kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya dilakukan terus-menerus

dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila

berbahasa dengan orang lain.

c. Langkah Pengembangan Bahasa Verbal Anak

Langkah-langkah untuk membantu pengembangan bahasa akan

dijabarkan sebagai berikut :

a. Membaca adalah kegiatan yang penting yang dapat dilakukan

bersama setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjukkanlah

gambar yang yang ada di gambar tersebut. Mintalah anak untuk

menunjukkan gambar yang sama dengan gambar yang disebut


tadi. Jadikan kegiatan membaca menjadi kegiatan yang

menyenangkan dengan menarik dan dilakukan setiap hari.

b. Berbahasalah mengenai kegiatan sederhana yang orangtua,

anak-anak dilakukan dengan menggunakan bahasa yang

sederhana.

c. Memperkenalkan kata-kata baru pada anak setiap harinya, dapat

berupa nama-nama tanaman, nama hewan dan lain-lain.

d. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Kesempatan

baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia

sampaikan.

e. Berbahasalah pada anak setiap hari, pandanglah mereka ketika

berbahasa atau mendengarkan mereka. Biar mereka tahu bahwa

mereka sangat penting.

d. Aspek Kemampuan Bahasa Anak

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena disamping berfungsi sebagai alat untuk

menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus

berfungsi sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.

Kemampuan berbahasa tidak hanya diperlukan oleh manusia yang sudah

dewasa, tetapi juga diperlukan bagi kehidupan anak-anak. Perkembangan

anak usia 3-6 tahun sedang mengalami fase peralihan dari masa

egosentris ke masa sosial. Dia mulai sadar bahwa lingkungan tidak selalu

sesuai dengan keinginannya sehingga ia harus belajar menyesuaikan diri


kepada tuntutan lingkungannya itu. Perkembangan bahasa anak usia 1-2

tahun merupakan tahun kritis bagi anak, dimana setelah melewati masa

pralinguistik, masa mulai mengucapkan kata-kata linguistik. Pada masa ini

anak mulai mengucapkan kata-kata pertama. Anak senang meniru bunyi-

bunyi dan kata-kata yang didengarkannya. Akan tetapi kata-kata yang

dapat ditiru oleh anak terbatas pada kalimat satu kata. Selain itu, pelafalan

kata yang diucapkan masih salah. Oleh karena itu, orang dewasa di

sekitar anak diharapkan dapat memberikan contoh pengucapan atau

pelafalan, kata atau kalimat yang benar.

Perkembangan bahasa 3-5 tahun adalah dimana anak sudah dapat

berbahasa dengan baik, anak mampu menyebutkan nama panggilan

orang lain, mengerti perbandingan dua hal, memahami konsep timbal

balik menyanyikan lagu sederhana, juga anak dapat menyusun kalimat

sederhana. Usia ini anak mulai senang mendengarkan cerita sederhana

dan mulai banyak bercakap-cakap, banyak bertanya seperti apa,

mengapa, bagaimana, juga dapat mengenal tulisan sederhana.

Menurut Bromley (dalam Dhieni 2010), mendefinisikan bahwa

sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide

maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.

Simbol simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca sedangkan

Simbol-simbol verbal dapat di ucapkan dan di dengar. Anak dapat

memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai

dengan kemampuan berpikirnya.


Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa terdapat

dua daerah pertumbuhan bahasa, yaitu bahasa yang bersifat

pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan ekspresif (producing),

anak usia TK berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif.

Hal ini berarti bahwa anak telah mengungkapkan keinginananya,

penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan.

Bahasa lisan sudah dapat digunakan untuk sebagai alat komunikasi.

Aspek-aspek yang berkitan dengan perkembangan bahasa lisan anak

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kosa Kata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalaman berinteraksi

dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.

2. Sintaks (tata Bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata Bahasa akan tetapi melalui

contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya,

anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan

kalimat yang baik.

3. Semantik

Semantik adalah pengggunaan kata sesuai dengan tujuannya.

Anak TK sudah dapat mengespresikan keinginan, penolakan dan

pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang

tepat.
4. Fonem (bunyi kata)

Anak taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan untuk

merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang

mengandung arti.

Prinsip-prinsip yang harus di perhatikan dalam mengembangkan

kemampuan Bahasa anak TK adalah :

1. Interaksi

Interaksi anak dengan lingkungan di sekitarnya akan membantu

anak memperluas kosa katanya dan memperoleh contoh-contoh

dalam menggunakan kosa kata tersebut secara tepat.

2. Ekspresi

Mengespresikan kemampuan bahasa anak dapat dilakukan melalui

pemberian kesempatan kepada anak untuk mengungkapakan

pikiran dan perasaannya secara bebas. Adapun tujuan

pembelajaran di TK menurut instruksional umum bidang

pengembangan bahasa (Kemdiknas,2013) adalah : anak

mengenal nama-nama anggota tubuhnya melalui pengamatan dan

dapat mengungkapkannya dengan lafal yang benar, anak

mengenal nama-nama benda di luar dirinya/lingkungannya melalui

pengamatan dan dapat mengucapkannya dengan lafal yang benar,

anak mengenal bermacam-macam bunyi dan penggolongannya

melalui pengamtan, anak mengenal kata-kata yang hampir sama

bunyinya melaui pengamatan, anak mampu memahami perintah,


menerapkan dan mengkomunikasikan isi perintah tersebut dengan

benar melalui pengamatan dan perbuatan, anak berminat

mendengarkan isi cerita, dapat mengahayal dan menghargai

melalui pengamatan dan perbuatan, anak mengenal serta

membedakan kalimat-kalimat sederhana yang benar dan yang

salah melalui pendengarannya, anak mau melakukan pesan-pesan

yang harus disampaikan kepada orang lain maupun untuk dirinya

sendiri, anak senang dan mampu menggunakan kalimat perintah

dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain tujuan kurikuler dan tujuan

instruksional umum, pembelajaran bahasa di TK (Dhieni, 2010)

bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melaui

bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi

secara efektif dan membangitkan minat untuk dapat berbahasa

Indonesia.

2. Metode Bercerita

a. Konsep Metode Bercerita

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak

didik taman kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di

taman kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan dalam upaya

memperkenalkan, memberikan keteragan, atau penjelasan tentang hal

baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat

mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak taman kanak-kanak.


Materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya

berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka bercerita tersebut

harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita

dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga ketika anak pulang anak

menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran di taman

kanak-kanak. Namun demikian, pada prakteknya tidak selalu pada saat

kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembuka,

kegiatan inti maupun waktu-waktu senggang di sekolah misalnya pada

saat waktu istrahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang

mengasyikkan bagi anak taman kanak-kanak.

Metode bercerita lebih dikenal dan banyak dipergunakan di taman

kanak-kanak. Pada dasarnya, metode bercerita ini sepadan dengan

metode ceramah, dengan kata lain usia taman kanak-kanak dipergunakan

istilah metode bercerita sedangkan untuk anak usia sekolah dan orang

dewasa menggunakan metode ceramah. Cerita tersebut menyampaikan

dengan menarik. Memorinya mampu merekam beberapa kabar berita.

Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun, yang ditandai oleh berbagai

kemampuan sebagai berikut :

a. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi

b. Memiliki berbagai perbedaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata

tanya dan kata sambung.

c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.


d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan dengan

menggunakan kalimat sederhana.

e. Mampu mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

Sederhana yang sesuai dengan karakternya. Iya akan

mendengarkan cerita itu dan menikmatinya lalu meminta cerita berikutnya

karena keasikan.

Abdul Azizi dan Abdul Majid (2012) dalam bukunya "mengajarkan anak

lewat cerita" bahwa sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi

beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita

tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma. Tentunya hal ini

tidak terjadi pada pembelajaran pengembangan bahasa verbal di taman

kanak-kanak karena akan berdampak buruk pada anak didik taman

kanak-kanak, mungkin dengan cerita tersebut si anak akan melakukan

hal-hal buruk karena semua informasi dan peristiwa sebuah cerita akan

berdampak sekali dalam pembentukan akal, dan moral seorang anak, baik

dari segi budaya, imajinasi maupun bahasa kesehariannya.

Taman kanak-kanak adalah lembaga pendidikan yang pertama

yang dimasuki oleh seorang anak. Karena taman kanak-kanak tersebut

merupakan dasar untuk melangkah lebih lanjut pada pendidikan

seterusnya. Seorang anak mempunyai potensi untuk menyerap segala hal

lebih cepat sehingga mudah membentuk dan mengarahkan dirinya. Hal

tersebut sesuai dengan tujuan program kegiatan taman kanak-kanak,

(Kemendiknas, 2013) pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya."


Menurut Piaget (Tampubulon,2011) "sejak lahir hingga dewasa

pikiran anak berkembang melalui jenjang-jenjang periode sesuai dengan

tingkat kematangan anak itu secara keseluruhan dengan instruksi-

instruksi nya dengan lingkungan". Bahasa anak juga berkembang dengan

jenjang-jenjang itu. Jenjang jenjang yang sesuai dengan tahap

perkembangan anak TK adalah sebagai berikut :

a. Jenjang sensoris motoris : sejak lahir hingga 18/24 bulan dalam

mendekati akhir periode ini bahasa anak mulai tumbuh, dan

pemikirannya juga sudah mulai tumbuh.

b. Jenjang profesional : 18/24 bulan hingga 6/7 tahun dengan ciri dan

perkembangan kemampuan berpikir dengan simbol-simbol (lambang-

lambang)

Dengan demikian bercerita adalah suatu metode perkembangan

bahasa verbal yang dapat dikembangkan beberapa aspek fisik maupun

psikologis bagi anak taman kanak-kanak sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Untuk kegiatan pendidikan di TK bercerita adalah

kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada anak didik untuk

menyampaikan materi pembelajaran dengan menarik. Namun demikian

tidak menutup kemungkinan bercerita dapat dilakukan dihadapan anak

didik oleh guru atau antar guru, orang tua murid, oleh anak didik itu

sendiri, bahkan dapat menggunakan media audio visual dengan

mendengarkan kaset melalui radio,dan menonton TV.


b. Tujuan Bercerita

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak

mampu mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan

orang lain, anak dapat bertanya apa bila tidak dapat memahaminya, anak

dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan

mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakan dan

mengekspresikan terhadap apa yang di dengarkan dan di ceritakannya,

sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami lambat laun di dengarkan,

diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakannya kepada orang lain. Karena

menurut Jerome S Brunner (Tampubolon,2011) "Bahasa berpengaruh

besar pada perkembangan pikiran anak".

Tujuan metode bercerita juga di definisikan oleh Hidayati (2010),

mengurutkannya ada 8 (delapan) tujuan metode bercerita bagi anak,

diantaranya :

a. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosakata

anak, terutama bagi anak batita yang sedang belajar bicara.

b. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-

bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih,

gembira, kesal dan lucu.

c. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila

cerita yang disajikan adalah cerita lucu.


d. Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya

ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis

dan cerdas.

e. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak.

f. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak.

g. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.

h. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan,

menanamkan nilai etika dan moral juga kebenaran, serta melatih

kedisiplinan.

i. Membangun hubungan personal dan ikatan batin orang tua dengan

anak.

c. Fungsi Bercerita

Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah

membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran

anak dapat difungsikan dengan baik, untuk membantu kemampuan

berbahasa, dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan

mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap

perkembangannya, selanjutnya anak dapat mengekspresikannya melalui

bernyanyi,bersyair,menulis ataupun menggambar, sehingga pada

akhirnya anak mampu membaca situasi gambar, tulusan atau Bahasa

isyarat. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses menyimak dalam

tahap perkembangan bahasa anak.


Rangkaian urutan kemampuan mendengar, berbahasa, membaca

menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahapan perkembangan

anak, karena setiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya,

untuk itu melalui metode bercerita, diharapkan guru memahami gaya

belajar anak baik individual maupun secara kelompok dengan

mengembangkan pembelajaran terpadu dan sistematik yang berpusat

pada anak. Dengan digunakannya metode bercerita, diharapkan anak

didik menemukan beberapa hal penting berikut (Desy, 2012), antara lain :

a. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dan anak.

b. Media menyampaikan pesan/moral dan agama yang efektif

c. Pendidikan imajinasi fantasi

d. Menyalurkan dan mengembangkan emosi

e. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita

f. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin

g. Sarana hiburan menarik perhatian

h. Menggugah minat baca

i. Sarana membangun watak mulia

d. Manfaat Metode Bercerita

Menurut Musfiroh (2005) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat

bercerita sebagai berikut :

a. Hantu pembentukan pribadi dan moral anak

b. Merangsang minat menulis anak

c. Merangsang minat baca anak


d. Membuka cakrawala pengetahuan

Sedangkan menurut Bachri (2015), manfaat bercerita adalah dapat

memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab dalam bercerita anak

mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru

baginya. Adapun manfaat lainnya dari metode bercerita bagi anak TK

(Desy,2012) adalah :

a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK dapat dirangsang,

untuk mampu memahami isi atau ide ide pokok dalam cerita

secara keseluruhan.

b. Cerita termasuk hubungan sebab akibatnya.

c. Melatih daya konsentrasi anak TK, untuk memusatkan

perhatiannya kepada keseluruhan cerita, sekaligus menangkap

ide dalam pokok cerita.

d. Mengembangkan daya imajinasi anak artinya dengan bercerita

anak dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau

menggambarkan sebuah situasi yang berada diluar jangkauan

inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya

ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.

e. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta

mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan

tahap perkembangannya, anak usia TK senang mendengarkan

cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan

menarik.
f. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi

secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi

komunikatif.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode bercerita

Metode bercerita memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut

kelebihan metode bercerita (Desy,2012) antara lain :

a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak

b. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien

c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana

d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah

e. Cara relatif tidak banyak memerlukan biaya

Berikut kekurangan metode bercerita Desy (2012) antara lain :

a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau

menerima penjelasan dari guru.

b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan

siswa untuk mengutarakan pendapatnya

c. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih

lemah sehingga sulit memahami tujuan pokok isi cerita

d. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya

tidak menarik.
f. Jenis-jenis Bercerita

Berdasarkan ciri-cirinya cerita dibagi menjadi dua yaitu :

1. Cerita Lama

Cerita lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang

mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis-

jenis cerita lama menurut Desy (2012) adalah sebagai berikut :

a) Dongeng adalah cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal,

tidak benar terjadi dan bersifat fantasi atau khayalan. Dongeng

macamnya sebagai berikut :

 Mite adalah cerita atau dongeng yang berhubungan dengan

kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk

halus

 Legenda adalah dongeng tentang kejadian alam yang aneh

dan ajaib

 Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang

diceritakan seperti kehidupan manusia.

 Saga adalah dongeng yang berisi ke gagah berani an

seseorang pahlawan yang terdapat dalam sejarah tetapi

ceritanya bersifat khayalan.

b) Hikayat melukiskan raja atau dewa yang bersifat khayalan

c) Cerita berangkai adalah cerita yang di dalam terdapat

beberapa cerita sebagai sisipan


d) Cerita Panji adalah bentuk cerita seperti hikayat tetapi berasal

seperti kesusastraan jiwa

e) Tambo adalah cerita mengenai asal usul keturunan, terutama

keturunan raja-raja yang dicampur dengan khayalan. Dengan

kata lain jenis cerita yang tepat untuk anak TK adalah jenis

cerita fabel karena mereka sedang senang senangnya dengan

hewan pilihan jenis cerita tersebut dalam penyampaiannya

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Cerita Baru

Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan

dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru

dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini

dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya.

3. Kerangka Pikir

Berdasarkan berbagai penelitian dan teori di atas dapat kita ketahui

bahwa kemampuan bahasa dapat dikuasai oleh anak apabila anak

menguasai empat keterampilan yakni mendengarkan, berbicara,

membaca, serta menulis, keterampilan tersebut dapat kita kembagkan

dengan berbagai metode, namun pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode bercerita yang menuturkan sesuatu yang

mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dengan tujuan

membagikan pengalaman dan pengetahuan pada orang lain, agar metode

bercerita dapat menarik perhatian anak maka digunakan dongeng-


dongeng yang menarik. Oleh sebab itu, metode bercerita dengan

menggunakan dongeng yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa pada anak usia 5-6 tahun, dimana pada usia

tersebut anak sedang mengalami perkembangan bahasa yang pesat,

anak terampil dalam mendengarkan, berbicara, membaca serta menulis,

dimana lingkungan sosial yang baik serta peran orang dewasa yang aktif

juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak bahasa anak.

Guru atau orang dewasa yang berada di sekitar anak didik harus

dapat memberikan layanan yang terbaik terhadap perkembangan bahasa

anak, memberi pengetahuan tentang bahasa sesuai kebutuhan anak

dengan metode yang menyenangkan bagi anak usia dini. Maka dari itu,

sebagai upaya meningkatkan bahasa pada anak, kami akan melakukan

penelitian yang mana kami akan laksanakan pada kelompok B di TK

Dharma Wanita Doule Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana dengan

metode bercerita dengan menggunakan dongeng, dengan metode dan

dongeng yang tersebut diharapkan proses pembelajaran akan lebih efektif

dan menyenangkan bagi anak. Sehingga dapat meningkatkan

perkembangan bahasa anak dengan baik.


Secara lebih jelas kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada

bagan dibawah ini :

Masalah :
- Pembelajaran
kurang bervariasi.
- Media kurang
menarik
- Pengelolaan kelas
Kondisi Awal kurang baik

Siklus I Penerapan
Tindakan metode
Siklus II
bercerita

Kemampuan komunikasi
Kondisi Akhir anak meningkat

2.1 Bagan Kerangka Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindak Kelas (PTK),

karakteristik yang khas dari Penelitian Tindakan Kelas yakni tindakan-

tindakan (Aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki proses belajar

mengajar di kelas (Kemmis dan Tagggar dalam Wardani, 2009). penelitian

ini direncanakan dalam dua siklus apabila siklus pertama belum berhasil,

maka dilanjutkan siklus kedua. Namun, jika siklus kedua belum mencapai

ketuntasan maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus

Ketiga. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya

kemampuan bahasa verbal anak yang dapat ditingkatkan melalui metode

bercerita.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Dharma Wanita Doule

Kelurahan Rumbia Kabupaten Bombana. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan April sampai Mei 2021, semester genap tahun ajaran 2020/2021.

C. Rancangan Tindakan

Prosedur Penelitian ini ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap

siklus terdiri dari kegiatan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan (observasi), evaluasi dan refleksi yang membentuk siklus


demi siklus sampai penelitian ini tuntas. Adapun rincian kegiatan dalam

siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu :

1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)

2) Membuat lembaran observasi, baik untuk guru maupun untuk anak

didik yang digunakan untuk melihat bagaimana kondisi dan proses

pembelajaran di kelas ketika dilaksanakannya kegiatan belajar

melalui metode bercerita.

3) Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka

membantu anak memahami pembelajaran dengan baik.

4) Mendesain alat evaluasi dengan menggunakan format penilaian

kemampuan bahasa anak untuk melihat apakah dengan metode

bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan

rencana pembelajaran yang telah dibuat (sesuai dengan kurikulum).

Adapun langkah-langkahnya adalah :

1) Kegiatan awal

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melakukan

apersepsi yaitu penyampaian tema dan tujuan pembelajaran yang


akan dilaksanakan, kemudian mengenalkan media pembelajaran

yang akan digunakan yaitu metode bercerita.

2) Kegiatan Inti

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

rencana kegiatan harian yang telah disusun oleh peneliti. Pada

kegiatan ini, lakukan observasi terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan dan melakukan penilaian untuk mengetahui

keberhasilan anak didik.

3) Kegiatan Penutup

pada tahap ini dilakukan tanya jawab kepada anak didik tentang

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

C. Observasi dan Evaluasi

Pada penelitian ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan

observasi. Observasi merupakan upaya untuk mengamati segala

peristiwa atau kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

tersebut berlangsung dengan menggunakan lembar observasi dan

melaksanakan evaluasi berdasarkan teks yang dibuat. Peneliti

melakukan observasi terhadap guru untuk melihat apakah pelaksanaan

tindakan sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat dan kepada

anak didik untuk melihat apakah mampu melaksanakan pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan bahasa verbal anak sesuai yang

diharapkan. Setelah itu, guru melakukan penilaian untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan tindakan


d. Refleksi

Dalam tahap ini, kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang terjadi

pada setiap pertemuan dalam satu siklus akan diperbaiki pada

pertemuan berikutnya atau pada siklus berikutnya. Refleksi merupakan

upaya untuk mengkaji yang telah ada atau yang tidak terjadi, apa yang

telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan

perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan

untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai

tujuan penelitian yang telah ditetapkan dengan kata lain refleksi

merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam

mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam

mencapai tujuan akhir.

2.Siklus II

Kegiatan pada siklus II ini dilakukan setelah mempelajari hasil

refleksi pada siklus I, yaitu : bagaimana hasilnya, apakah kekurangannya,

apa penyebab dan apa yang dilakukan selanjutnya. Hal ini dilakukan agar

siklus II dapat dilaksanakan tindakan yang lebih efektif. Tahap-tahap

tindak siklus II ini akan diperbaiki dan disempurnakan pada siklus

selanjutnya.
Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas

Alternative Pemecahan Pelaksanaan


Permasalahan
(Rencana Tindakan) (Tindakan)

Tujuan/ Analisis data I Observasi


Refleksi I
Terselesaikan Evaluasi (Monitoring)

Siklus
Belum Tuntas
Selanjutnya

Gambar 3.1 Kerangka Model PTK. (Arikunto,2011)

D. Teknik, Instrumen, dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan anak didik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar pengamatan (observasi) dan format penilaian kemampuan

komunikasi verbal anak.


a) Observasi, merupakan penilaian yang dilakukan dengan

mengamati perolaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu atau

kegiatan serta dilengkapi alat rekam data.

b) Penilaian, yakni berdasarkan observasi yang telah dilakukan

untuk megetahui data tentang keberhasilan pemahaman anak.

c) Dokumentasi , yakni berupa catatan – catatan perkembangan anak

baik berupa laporan perkembangan peserta didik.

2. Instrumen pengumpulan data

Instrument pengumpulan data berupa tatacara yang akan

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a) Instrument observasi, adalah dengan menggunakan lembar

observasi tentang aktivitas guru dan anak didik disetiap pertemuan.

b) Instrument penilaian dengan menggunakan lembar penilaian

kemampuan berbahasa anak.

c) Instrumen dokumentasi, menggunakan kamera untuk merekam

aktivitas peserta didik selama kegiatan berlangsung baik berupa

video atau foto.

3. Prosedur penelitian data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan

metode observasi, penilaian, dan dokumentasi.

a) Metode observasi
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas

guru dan peserta didik. Observer mengamati pelaksanaan tindakan

pada siklus I pertemuan I sampai dengan pertemuan II.

b) Penilaian

Penilaian menggunakan tanda symbol bintang (*) yang sesuai

dengan indikator kinerja yang dicapai anak didik.

c) Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi

E. Teknik, Prosedur Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

1. Teknik analisis data

Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan analisis

deskriptif, baik deskriptif kualitatif maupun deskriptif kuantitatif. Metode

deskriptif adalah metode analisis yang menggambarkan fenomena

penelitian secara objektif deskriptif kualitatif yaitu metode analisis

menggambarkan fenomena cara kualitatif (tanpa menyebut angka),

sedangkan deskriptif kuantitatif yaitu metode analisis yang

menggambarkan fenomena dalam bentuk angka-angka, yang dalam

penelitian ini angka tersebut tertuang dalam bentuk presentase lisan

belajar anak secara klasikal.

Dalam menganalisis data dan memberikan penilaian pada setiap

indikator aspek pengamatan dalam penelitian tindakan ini, penelitian

menggunakan kriteria bentuk penilaian selama ini digunakan guru TK


untuk menilai kemampuan awal dan aktivitas anak dalam meningkatkan

kemampuan berbahasa anak melalui kegiatan metode bercerita. Dengan

pedoman pemberian nilai dalam bentuk simbol-simbol seperti **** = BSB

(Berkembang Sangat Baik), iya itu jika penggunaan kemampuan

berbahasa melalui kegiatan metode bercerita tanpa dibimbing oleh guru,

*** = BSH (Berkembang Sesuai Harapan), jika kemampuan berbahasa

melalui kegiatan metode bercerita perlu dibimbing guru namun tidak

secara langsung. ** = MB (Mulai Berkembang), jika kemampuan

berbahasa anak melalui kegiatan metode bercerita masih bimbingan

secara langsung oleh guru, * = BB (Belum Berkembang), jika kemampuan

berbahasa anak melalui kegiatan metode bercerita sama sekali dibantu

oleh guru dari awal.

Untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam aspek berbahasa anak,

maka peneliti melakukan observasi awal dengan meminta pada guru

untuk melakukan pembelajaran dengan cara selama ini dilakukan dalam

mengembangkan kemampuan berbahasa verbal anak. Kegiatan observasi

awal pada anak perlu dilaksanakan selanjutnya dilakukan penjumlahan

nilai kategori seperti tersebut diatas yang diperoleh setiap anak untuk

mengamati dan menilai keberhasilan untuk suatu proses kegiatan yang

dilakukan guru dengan apa adanya, yang hasil pengamatan nya diolah

dengan melakukan analisis perhitungan, seperti formulasi-formulasi

berikut:
Perolehan nilai anak = ( BSBx4) + (BSBHx3) + (MBx2) + (BBx1)

Jumlah Seluruh Indikator Penelitian

Hasil prolehan nilai anak tersebut diatas konverensi kembali dalam

bentuk nilai kualitatif yang nilai akhir yang akan diperoleh masing-masing

anak, dengan formulasi hitungan sebagai berikut :

1. BSB = jika akhir hitungan akhir 3,50 - 4,00

2. BSH = jika akhir hitungan akhir 3,00 - 3,49

3. MB = jika akhir hitungan akhir 1,50 – 2,99

4. BB = jika akhir hitungan akhir 0,01 – 1,49

Kemudian di adakan analisis secara klasikal berdasarkan hasil

hitungan dengan menggunakan formasi diatas dan formulasi hitungan

secara klasikal itu seperti berikut :

% Keberhasilan anak = nilai konverensi anak ( BSB dan BSH)x100

Jumlah keseluruhan anak

2. Prosedur analisis data

Dalam melakukan analisis data harus didasarkan pada prosedur

dan langkah-langkah tertentu. Berikut ini adalah beberapa langkah

analisis data, yaitu :

a) Pengumpulan data, tahap awal dalam mengumpulkan data untuk di

analisis.

b) Tahap penyuntingan, proses pengecekkan kejelasan dan

kelengkapan terkait dengan instrument pengumpulan data.


c) Tahap pengkodean, yang merupakan proses identifikasi dan

klarifikasi semua pernyataan pada instrument untuk mengumpulkan

data berdasarkan variable yang sedang dipelajari.

d) Tahap pengujian, yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari

segi validitas maupun relabilitas instrument dari pengumpulan data.

e) Tahap mendeskripsikan data, yaitu proses menggabarkan data

dengan menyajikan dalam bentuk table frekuensi atau diagram

dengan berbagai ukuran kecendrungan sentral dan ukuran

disperse. Tujuannya untuk memahami karakteristik data sampel

dari suatu penelitian

3. Indikator keberhasilan

Berdasarkan hasil evaluasi atau penilaian yang telah disesuaikan

tersebut dengan formasi di atas, selanjutnya diberi makna kualitatif berupa

nilai kemampuan komunikasi verbal anak kemudian dipresentasikan dan

disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun indikator kinerja yang diterapkan untuk keberhasilan

anak adalah : jika anak sebanyak 75% anak kelompok B TK Dharma

Wanita Doule Kelurahan Doule Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana,

telah memperoleh BSB = Berkembang Sangat Baik (****) atau BSH =

Berkembang Sesuai Harapan (***) sejumlah 75% berdasarkan hasil

penelitian dari instrumen penilaian beberapa item-item indikator

kemampuan berbahasa verbal anak melalui metode bercerita yang

diamati dan diberikan nilai (terdapat dalam lembaran observasi atau


asemen checklist) maka penilaian tindakan ini dihentikan karena

dipandang telah terselesaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Aeni Nur E. 2010. Metode Pengembangan Kemampuan


Berbahasa.Jakarta: Depdiknas.

Ali, Muhamad. 2014. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.


Bandung: Penerbit Angkasa.

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S, Suhardjono, dan Supardi. 2013. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azizi, A dan Majid, A. 2012. Didaktik Metodik di TK. Jakarta: Kemdiknas.

Bachri, S Bachtiar. 2015. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Tekhnik dan


prosedurnya. Jakarta: Depdikbud.

Dajan, Anto. 2013. Pengentar Metode Statistik. Jakarta: LP3 ES.

Desy. 2012. Cara Pintar Mendongeng, Jakarta: Mirzan.

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2010. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Hartati, dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas


Rendah. Bandung: UPI.

Hidayati, Nia. 2010. Buku, Dongeng, dan Minat Baca. Jakarta: Murti
Bunanta Foundation.

Hurlock, B. E. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Irwan, Prayitno. 2014. Anakku Penyejuk Hatiku. Jakarta: Tarbiyatuna.

Kemdiknas. 2013. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:


Kemdiknas.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:


Depdiknas.

Moeslichatoen, R. 2015. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak


(TK). Jakarta: Rineka Cipta.
Saleh, Chasimar, dkk. 2011. Pedoman guru Bidang Pengembangan
Kemampuan Berbahasa di TK. Jakarta: Depdikbud.

Soeparmoto, dkk. 2014. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES.


Tampubolon. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Widodo, Isye. 2012. Sampai Dimana Kemampuan Anak Prasekolah.


Jakarta: Klinik Peka.
LAMPIRAN
Lampiran I

RPPH Siklus I Pertemua I

Kelompok :B

Tema / Sub tema : Alam semesta/ Bercerita dongeng tentang

“Kera Babon, yang egois”

Waktu : 2x30 menit

Bidang Pengembangan : Kemampuan Berbicara/ berbahasa

Kompetensi Dasar : Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi

secara lisan, memiliki pembendaharaan kata

dan bahasa yang jelas.

Indikator : 1. Melakukan percakapan sederhana pada

anak.

2. Anak dapat menyampaikan pendapatnya

secara jelas.

3. Anak dapat menjawab pertanyaan dengan

jelas.

4. Anak dapat bercerita dengan jelas.

Tujuan Pembelajaran : Anak dapat berekspresi dan memperagakan

sesuai dengan cerita yang diceritakan.

METODE :

 Bercakap-cakap
 Bercerita

 Tanya Jawab

ALAT / SUMBER BELAJAR

 Buku cerita dongeng yang digunakan guru untuk menjelaskaskan

pada kegiatan awal

 Alat dan sumber belajar yang digunakan pada hari itu disesuaikan

dengan kegiatan yang diprogram guru.

Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (15 Menit)

 Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

 Guru mengecek kesiapan anak

 Anak duduk sesuai dengan yang ditujukan guru

 Guru menyiapkan anak untuk masuk pada kegiatan selanjutnya

 Guru memperkenalkan tema pembelajaran yang akan dilakukan

 Anak mengikuti perintah guru

B. Kegiatan Inti

 Guru memperkenalkan kudul cerita yang akan diceritakan.

 Guru memberikan penjelasan kepada anak-anak.

 Guru memberikan contoh serta memperagakan cerita yang akan di

ceritakan.

 Anak mendengarkan penjelasan guru.

 Anak menyiapkan diri untuk bercerita sesuai judul cerita yang di

berikan.
 Anak mengambil buku yang akan di ceritakan.

 Anak memulai kegiatan bercerita (cerita dongeng), dengan

bimbingan guru.

 Anak berantusias bercerita sesuai isi cerita yang diberikan guru

 Setelah semua kegiatan inti dilakukan guru mengajak anak untuk

mengisi kegiatan istirahat

C. Kegiatan Akhir (15 menit)

 Anak masuk kembali dalam ruangan untuk melaksanakan kegiatan

selanjutnya.

 Anak didik mengatur kembali kursi dan posisi duduk nya seperti

semula.

 Guru mengingatkan dan menanyakan kembali tentang

pembelajaran yang telah dipelajari

 Guru bersama anak merefleksikan hasil pembelajaran yaitu

manfaat bercerita

 Guru mengajak anak untuk bersiap-siap mengakhiri kegiatan.

 Guru mengajak anak untuk bernyanyi, berdoa, dan mengucapkan

salam.

D. Penilaian

 Evaluasi penilaian dilaksanakan selama tindakan penelitian

dilaksanakan

 Evaluasi/penilaian digambarkan dengan menggunakan symbol

sebagai berikut :
 Simbol BSB (Berkembang Sangat Baik) = 4* Berarti anak

telah mempu menyelesaikan tugas dengan baik tanpa

bimbingan guru/orangtua lain.

 Simbol BSH (Berkembang Sesuai Harapan) = 3* yang

berarti anak telah mampu menyelesaikan tugas sesuai

dengan yang diharapkan guru.

 Simbol MB (Mulai Berkembang) =2* berati anak mulai

mampu menyelesaikan tugas tetapi masih perlu latihan dan

bimbingan guru/orang lain.

 Simbol BB (Belum Berkembang) =1* berarti anak belum

mampu menyelesaikan tugas, sepenuhnya masih perlu

bimbingan guru/orangtua lain.

Rumbia, February 2021

Guru Kelompok B Peneliti

………………….. Chelzy Rizky Azhari

Mengetahui,

Kepala TK Dharma Wanita Doule

………………………………
Lampiran II

Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan I

No Uraian Ya/Tidak Komentar

A. Kegiatan Pendahuluan (30 Menit)

1. Mengajak anak untuk mengikuti

apel pagi.

2 Mengajak anak untuk masuk kelas

Mengucapkan salam dan mengajak


3. anak untuk berdoa.

B. Kegiatan Inti (60 Menit)

1 Guru mengatur posisi duduk anak-

anak.

2 Guru mampu menjelaskan gambar

cerita dongeng.
3. Guru mampu menyampaikan sub

tema cerita kepada anak.

Guru mampu menceritakan dan


4.
mengajarkan/mencontohkan untuk

memperagakan sesuai mimik yang

diceritakan.

Guru mampu memanfaatkan waktu

yang singkat.

Guru mengajukan pertanyaan


kepada anak.
5
Guru memberikan kesempatan

pada anak bertanya.

C. Kegiatan Akhir (30 Menit)

1. Mengajak anak untuk

menyimpulkan kembali isi cerita.

2. Guru melakukan tanya jawab

tentang kegiatan seharian.

3. Guru menutup kegiatan dengan doa

setelah melakukan kegiatan.

Observer,

Chelzy Rizky Azhari

Lampiran 3
Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan I

NO Uraian YA/Tidak Komentar

A.Kegiatan Pendahuluan (30 Menit)

1 Anak mengikuti apel pagi

2 Anak masuk dikelas dengan tertib

3 Anak mengucapkan salam dan

doa bersama

4 Anak termotivasi untuk ikut

belajar

B. Kegiatan Inti (30 Menit)

1 Anak mendengarkan penjelasan

guru

2 Anak mau mengukuti perintah

guru

3 Anak dapat merespon dengan

senang tentang tema da nisi

cerita dongeng yang disampaikan

guru

4 Anak mau menunggu giliran

untuk maju kedepan

5 Anak mau menceritakan kembali

apa yang diceritakan sesuai yang


dicontohkan gurunya

Anak terlihat aktif di setiap


6 kegiatan

Anak dapat berekspresi dan


7
memperagakan isi cerita

Anak mampu menceritakan isi


8
cerita secara berturut-turut

Bertanggung jawab terhadap


9
tugas yang diberikan

C.Kegiatan Akhir (30 Menit)

1 Mengajak anak untuk

menyimpulkan kembali isi cerita

2 Guru melakukan Tanya jawab

tentang kegiatan seharian

3 Guru menutup kegiatan dengan

doa setelah melakukan kegiatan

Observer,

Chelzy Rizky Azhari

Lampiran 4.

Penggalan Cerita Naskah Dongeng yang digunakan pada Siklus I


Kera Babon yang Egois

Dahulu kala, ketika dunia masih muda tanahnya kering dan genangan

airnya pun masih sangat sedikit. Tetapi seekor kera babo menemukan

genangan air dan dia ingin menguasainya sendiri. Dia mengusir semua

hewan yang dating mendekat. Dia terus mengawasinya sepanjang hari.

Pada malam hari ia menyalakan api dan mengamati tiap mahluk

yang bersembunyi di kegelapan. Pada suatu pagi, kera babon melihat

zebra datang untuk minum. Pada hari tersebut, zebra itu berwarna putih

polos. Kera babon itu meneriakinya dengan marah. ”Ini bukan airmu’’.

Kata zebra ”ini milik semua orang”.

Kedua hewan itu mulai bertengkar. Akhirnya zebra itu menendang

babon dengan kedua kaki belakangnya. Dia tersungkur kedalam kayu

bakar selagi kera babon itu melayang ke udara. Kayu bakar itu

meninggalkan tanda hitam diseluruh tubuh zebra. “bodohnya aku,dia

berkata” Tapi kera babon itu perlu diberi pelajaran. ’’Ternyata,

keberniannya mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Garis-garis hitam

yang ada ditubuhnya membantu zebra itu untuk bersembunyi di

rerumputan yang tinggi. Kera babon itu mendarat keras dengan

pantatnya, membuat pantatnya menjadi merah mengkilap dan gundul.

Sejak saat itu kera yang egois bersembunyi diantara bebatuan, maka

binatang-binatang yang lain dapat minum digenangan itu kapanpun

mereka mau. Ketika mereka melihat pantat kera babon yang merah,

mereka tertawa Hahahahahaha………


Lampiran 5.

Lembar Indikator Penilaian Kemampuan Berbahasa Anak

Nama I

NO Indikator Tercapai

BB MB BSH BSB

1 Anak mampu menjawab pertanyaan

sederhana

2 Anak mampu mengulang kalimat yang

lebih kompleks

3 Anak mengungkapkan pesan moral

dalam cerita

4 Anak mampu mengutarakan pendapat

pada oranglain/teman

5 Anak dapat mengkomunikasikan

kegiatan dengan kalimat

6 Anak mampu menceritakan kembali

cerita dongeng yang didengar

Jumlah

Perolehan

Observer,

Chelzy Rizky Azhari

Anda mungkin juga menyukai