Anda di halaman 1dari 9

Analisis Keterkaitan Keamanan Pangan (Sylvia Laksmi Sardi)

ANALISIS KETERKAITAN KEAMANAN PANGAN DAN WORLD TRADE


ORGANIZATION DALAM ASPEK KULTURAL, ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
Sylvia Laksmi Sardy

Abstrak

Dewasa ini, dunia perdagangan internasional secara nyata menunjukkan penolakan terhadap adanya
persepsi kultural mengenai apa yang aman untuk dimakan, hal yang sebenarnya sudah menjadi tradisi selama
berabad-abad. Di dalam Persetujuan SPS-WTO, penggunaan “ilmu pengetahuan” telah menjadi dasar dalam
mengatasi silang pendapat terkait isu keamanan pangan ini. Namun demikian, Persetujuan SPS banyak
diragukan oleh banyak pihak, kritik terutama terkait aspek etika, kultural, perubahan teknologi dll. Pendekatan
SPS terhadap keamanan pangan, dipertanyakan keseimbangannya didalam masalah ekonomi terhadap masalah
kultural. Pangan dalam sisi kultural melawan pangan dalam sisi komersial. Dispute mengenai Beef Hormones di
dalam forum WTO merupakan contoh kongkrit mengenai hal ini. Hal-hal terkait persepsi lokal mengenai pangan
dan keamanan pangan, evolusi teknologi produksi pangan, dan aspek ketersediaan pangan, dicoba untuk
dieksplorasi, untuk menganalisa keterkaitan antara Persetujuan SPS, tradisi pangan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada akhirnya, disadari bahwa sebagaimanapun kuatnya unsur ilmu pengetahuan dan ekonomi dalam
aspek keamanan pangan, adalah kurang bijak untuk menghilangkan kepercayaan yang sudah bertahun-tahun
ada di kehidupan banyak manusia di dunia ini.
Kata kunci: pangan, kebudayaan, kesepakatan SPS, ilmu pengetahuan, keamanan pangan

Abstract

Recently, international trade regime has rejected cultural perceptions of what is safe to eat, overturning
millennia of tradition. In WTO Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), “science” has been
used as the arbiter in resolving disputes related to food safety. However, the SPS Agreement is under attack by
many parties, critics cite concern on ethical, local culture, unpredictably changing technology etc. The WTO-SPS
approach is increasingly challenged for its balance in favor of economic consideration towards it’s a unique
cultural identities. Food as culture and food as commerce. Dispute on Beef Hormones is the ideal example on this
matter. The local perception of food and food safety, evolution of food production technologies, and security
aspects of food, then being explored, in order to analyze the relationship between SPS Agreement, food tradition,
science and technology. At the end, it is realized that no matter how strong the faith in science and economics, it
is unwise to dismiss the deeply-rooted beliefs of many people in the world.
Key words: food, culture, SPS Agreement, science, food security, food safety

1. PENDAHULUAN membuat suatu konflik antara peran kultural dan


komersial dari pangan. Secara ekonomis, tingkat
kebutuhan pangan amat penting terutama dalam
1.1. Latar Belakang memenuhi suplai kebutuhan pokok dan
Makanan/pangan, sebagai salah satu kebutuhan memenuhi berbagai bentuk pola makan
pokok manusia, memiliki aspek kultural. manusia. Karena nilai ekonomis pangan terkait
Gagasan kultural megenai apa yang aman dan dengan produksi, akumulasi dan distribusi,
boleh untuk dimakan sudah tercantum dalam selanjutnya manusia mempelajari bagaimana
berbagai aturan keagamaan sejak zaman keterkaitan dirinya dan orang lain terhadap
dahulu. Selain itu, seseorang dapat membentuk aspek-aspek ekonomis ini. Manusia mengimpor
makna tentang keamanan pangan, berdasarkan atau mengekspor pangan sesuai kebutuhan,
tradisi dan persepsi kultural yang dianutnya. kepentingan ekonomis, dan pola-pola hubungan
Pangan juga memiliki aspek komersial. dagang yang telah ada dengan berbagai bentuk
Pada saat ini kemajuan teknologi telah kebudayaan. Umumnya, bentuk perdagangan
memungkinkan manusia untuk menghasilkan bidang pangan cenderung dapat meningkatkan
pangan yang berlimpah, dengan menggunakan status ekenomi dan sosial suatu kelompok dan
berbagai metode produksi yang baru, seperti juga meningkatkan potensi untuk membentuk
modifikasi genetik. hubungan baru dengan kelompok-kelompok lain.
Peraturan keamanan pangan yang ada di Konflik antara aspek kultur dan
berbagai negara di dunia terkadang telah perdagangan/komersil dari pangan memiliki
1
Jurnal Standardisasi Vol. 7 No. 1, Maret 2005: 1 - 9

keterkaitan dengan aspek komersial, seperti terkait pada ilmu pengetahuan, teknologi dan
yang terjadi pada kasus Beef Hormones di WTO. ekonomi dibanding dengan kultur/budaya.
Kecenderungan pilihan konsumen terhadap Dengan adanya pertumbuhan kepentingan
pangan yang diproduksi melalui proses yang ekonomi dari sisi pertanian dan food processing,
lebih tradisional, yaitu dengan meminimisasi selanjutnya muncul suatu skema pengembangan
penggunaan teknologi, dapat mengakibatkan baru yaitu meningkatnya dukungan finansial dan
munculnya ketentuan-ketentuan dagang yang peraturan-peraturan yang dibuat oleh
lebih ketat dan melindungi para produsen lokal. pemerintah, termasuk peraturan keamanan
pangan. Pemerintah memastikan keamanan
1.2. Persetujuan SPS suplai pangan dan perlindungan kepentingan
dalam negeri melalui berbagai persyaratan
Persetujuan Sanitary and Phytosanitary (SPS)
termasuk karantina, persyaratan uji, pestisida
(SPS Agreement) di dalam kerangka WTO
dan batas sisa aditif serta persyaratan pelabelan.
berupaya menjembatani konflik kultural/komersil
Seiring dengan semakin kompleksnya produksi
ini dengan membantu pengusaha komersial,
pangan dan meningkatnya perdagangan
konsumen bisnis dan para pembeli yang pada
internasional, berbagai peraturan nasional,
umumnya berdasar pada ilmu pengetahuan.
regional dan multilateral dikeluarkan untuk
Sebagai konsekuensi, larangan impor, standar
mengatur lintas perdagangan dan untuk
terkait produk kesehatan, karantina, pengujian
melindungi kesehatan masyarakat.
dan persyaratan lain yang berdasarkan hanya
pada persepsi lokal terhadap apa yang aman Ketersediaan pangan tingkat nasional,
untuk dimakan tidak lagi dapat diterima. merupakan suatu kepentingan utama yang tidak
bisa ditawar-tawar lagi. “Kebutuhan utama dari
Persetujuan SPS merupakan suatu titik
masyarakat manapun terhadap keseluruhan total
balik yang legal secara internasional. Aturan di
produksi adalah mendapatkan pangan yang
dalamnya, yang berdasarkan pada basis
cukup demi kelangsungan kehidupan dan
keilmiahan, telah merubah pakem tradisi
populasi”.
mengenai pangan dan perilaku suatu bangsa
dalam hal pangan dan keamanan pangan. Dari evolusi ini dalam hubungan antara
produksi, kultur/budaya dan peraturan, terdapat
Suatu pengukuran SPS (SPS Measure)
empat jenis hubungan antara produksi pangan,
haruslah “berdasar pada prinsip-prinsip ilmiah”
kultur dan peraturan.
dan pada penilaian risiko (risk assessment).
Pengukuran ini tidak mungkin dipertahankan
tanpa “bukti ilmiah yang memadai”. Standar 2.1. Jenis 1: Pertanian Tradisional
internasional untuk keamanan pangan yang Jenis pertama adalah komunitas pertanian
ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission tradisional, di mana pertanian merupakan
memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut dan pekerjaan mendasar dan warga memproduksi
merupakan acuan untuk peraturan nasional. apa yang dapat mereka makan dari lahan
Tulisan ini mencoba mengeksplorasi sendiri.
hubungan antara Persetujuan SPS, kultur dalam Masyarakat memutuskan apakah satu
pangan, ilmu pengetahuan dan teknologi. pangan aman untuk dimakan melalui
pengalaman pribadi terhadap pangan tersebut
2. SISTEM PRODUKSI PERTANIAN atau dari pengalaman peribadi orang lain – suatu
bentuk pengalaman empiris.
Sebagian besar negara-negara
Hingga saat ini pertanian merupakan pekerjaan
berkembang kurang lebih berada dalam
paling mendasar dan gaya hidup bagi sebagian
tingkatan ini, walaupun demi keamanan pangan
besar orang di dunia. Pada komunitas petani
atau alasan ekonomi mereka berharap untuk
tradisional, dimana masih sedikit sekali produk
berubah.
pangan non-lokal, masyarakat menentukan
apakah pangan tersebut aman untuk Struktur untuk pengaturan pangan pada
dikonsumsi, melalui pengalaman. Pada saat itu, tingkat pertanian tradisional sering terfokus pada
hanya terdapat sedikit sekali peraturan perlindungan konsumen, percampuran ekonomi
pemerintah terkait pangan. Selanjutnya secara dan pemurnian pangan. Terdapat bukti peraturan
bertahap, hubungan harmonis antara produksi dan mekanisme-mekanisme perbaikan yang
pangan dan kultur/budaya menjadi menurun, berlangsung sejak zaman kuno.
seiring berubahnya pertanian menjadi suatu
bisnis daripada cara untuk hidup. Kini produksi
pangan di sebagian besar negara maju lebih
2
Analisis Keterkaitan Keamanan Pangan (Sylvia Laksmi Sardi)

2.2. Jenis 2: Produksi Pertanian pangan yang aman dan dalam teknologi baru
Jenis kedua dari hubungan historis antara seperti modifikasi genetik. Struktur peraturannya
produksi pangan dan kultur/budaya adalah merefleksikan kepentingan ekonomi dalam bisnis
produksi pertanian, saat dimana pertanian dan produksi pangan dan melibatkan inovasi
kehidupan pertanian ditransformasi oleh sains teknologi.
dan teknologi. Hubungan harmonis antara Dengan jenis ini, seperti pada jenis kedua,
produksi pangan dan kultur/budaya tetap kuat peraturan apapun sepertinya mempengaruhi
namun mulai menipis seiring dengan perdagangan internasional dan mengalami
menghilangnya kealamian lokal dari produksi penelaahan yang sangat cermat. Peraturan
pangan. Teknologi pertanian baru sangat dagang multilateral bersifat mengikat, seperti
meningkatkan panen, menuju pada surplus hasil yang terjadi dalam Agriculture Agreement dan
panen yang berkelanjutan, dan teknologi Persetujuan SPS dalam WTO.
perusahaan modern melahirkan industri
pemrosesan pangan.
2.4. Jenis 4: Hibrid
Produksi pertanian mengubah produksi
Terdapat jenis keempat, yang memamerkan
pangan dari sifat kultural menjadi aspek
pengaruh yang kuat dari tahapan pertama yang
komersial masyarakat. Teknologi membuat
dikombinasikan baik dengan tahapan kedua atau
mekanisasi yang meningkatkan panen.
ketiga. Dalam jenis ini, pangan sebagai
Penyubur, insektisida, pestisida dan hibridisasi
kultur/budaya tetap ada berdampingan dengan
meningkatkan kemampuan produksi petani dan
teknologi, pangan impor dan masalah
mengarah pada kemampuan pertanian untuk
ketersediaan pangan.
menyediakan pangan bukan hanya untuk
komunitas lokal namun juga pasar nasional dan Negara maju seperti Jepang dan negara
internasional. Teknologi yang terkait dengan anggota EC telah mengalami kemajuan dalam
pemrosesan, pendinginan, pengepakan dan bidang teknologi. Namun konsumen tetap
transportasi yang diperbaharui memperpanjang memperlihatkan sisa-sisa dari jenis pertama.
jarak antara petani dengan konsumen. Pada beberapa negara Eropa Barat dan Jepang,
faham agraria tidak lantas menghilang.
Karakteristik jenis ini adalah jumlah petani
Penduduk menilai kualitas dan keamanan
menurun, mengubah masyarakat dan
pangan dari sumbernya atau pangan dengan
kultur/budaya, sementara lahan pertanian dan
tempat alaminya, semakin aman dan lebih baik
panen meningkat.
pangan tersebut.
Beberapa negara berkembang di dunia
2.3. Jenis 3: Pergeseran Teknologi, Teknologi membentuk bagian dari jenis ini. Untuk negara-
Baru dan Produksi Pangan negara ini keamanan pangan sering membebani
Jenis ketiga yang mewakili masa sekarang pertimbangan lain. Mereka mendukung sistem
dengan memasukkan teknologi revolusioner dari multilateral yang berbasis pada sains, yang
rekayasa genetik baru ke dalam dunia produksi mereka percaya akan mengurangi keputusan
dan pemrosesan pangan. Produksi pangan dan impor subjektif dan faham proteksionis.
kultur/budaya tidak lagi memiliki hubungan yang Karena warga dari banyak populasi dan
harmonis, karena mayoritas penduduk tidak lagi negara berkembang yang mementingkan
memiliki pengetahuan perorangan tentang ekonomi seperti Cina, India, dan negara-negara
produksi, dari apa yang mereka makan. muslim di mana aturan Qur’an diikuti yaitu
Pertanian harus berkonfrontasi dengan rekayasa memegang teguh kepercayaan mengenai
genetik pada bibit dan tanaman, iradiasi dan keterikatan pangan
teknologi yang membuat fortified and functional
dan kultur/budaya, cukup beralasan untuk
food. Sistem peraturan yang ada mengarah pada
mengira bahwa negara-negara ini mungkin akan
aspek dalam proses-proses produksi seperti
mengetahui bahwa tradisi mereka bertentangan
analisis bahaya dan titik kontrol kritis (HACCP,
dengan komitmen dagangnya. Bagaimanapun
Hazard Analysis and Critical Control Point),
juga, mereka akan menyesuaikan tradisi mereka
sertifikasi organik dan penggunaan hormon
dengan dua pertimbangan penting, yaitu
pertumbuhan, sebagai tambahan untuk
ketersediaan pangan dan akses pasar.
keamanan produk.
Amerika Serikat termasuk kuat dengan
jenis ketiga ini. Kebijakan Amerika Serikat 3. PANGAN SEBAGAI KOMERSIL
memamerkan rasa percaya diri dalam bidang Persetujuan SPS memperbaiki iklim
agribisnis, dalam kemampuan sains dan internasional untuk perdagangan produk-produk
metodologi sains untuk memastikan suplai pangan. Persetujuan SPS yang meliputi seluruh
3
Jurnal Standardisasi Vol. 7 No. 1, Maret 2005: 1 - 9

ukuran sanitasi (termasuk proses dan metode dapat dilakukan setelah dilaksanakannya
produksi) dalam lingkupannya ini, mensyaratkan penelaahan resiko (risk assessment).
bahwa sains menyokong seluruh pengukuran Tujuan kedua adalah untuk membentuk
yang berkaitan dengan resiko penggunaan suatu rangkaian peraturan internasional yang
pangan bagi kehidupan dan kesehatan manusia berdasar pada ilmu pengetahuan. Suatu
serta menghubungkan standar domestik dan pengukuran keamanan pangan haruslah
internasional. memiliki dasar ilmiah. Persetujuan SPS
Pasal 2 dari Persetujuan SPS (hak dan mewajibkan pemerintah untuk mengandalkan
kewajiban-kewajiban dasar) dimulai dengan bukti ilmiah dalam pengembangan ukuran
menyatakan ulang mengenai hak kedaulatan sanitasi dan membuat penilaian resiko
anggota untuk menggunakan ukuran sanitasi berdasarkan keilmiahan sebagai satu-satunya
yang diperlukan. Hak dasar ini diperkuat dengan justifikasi yang dapat diterima untuk pengukuran
ketetapan yang berkaitan dengan kemampuan SPS. Penelaahan resiko (risk assessment)
anggota mengadopsi tingkat perlindungan yang merupakan aspek integral untuk persyaratan-
sesuai di bawah lingkup tertentu. Seorang persyaratan ini.
anggota dapat mengharmonisasikan ukurannya
dengan standar internasional, seperti standar
3.2. Bahaya (Hazard)
Codex.
Persetujuan SPS menganjurkan pemerintah
Persetujuan SPS menggunakan sains
untuk mempertimbangkan pendapat lokal
untuk merubah pola dari kedaulatan GATT yang
mengenai bahaya atau resiko, seperti keinginan
tidak terlalu mengikat menjadi lebih mengikat.
untuk mengurangi konsumsi pengawet
Melalui “perluasan” dari GATT 1994, Persetujuan
makanan/pangan atau untuk menunda
SPS mewajibkan pemerintah untuk
pemasaran pangan yang dibuat dengan
mengandalkan sains dalam pengembangan
teknologi genetik, dengan mengupayakan suatu
ukuran sanitasi. Ukuran sanitasi harus “berdasar
penelaahan resiko (risk assessment).
pada prinsip-prinsip ilmiah” dan tidak boleh
dipertahankan tanpa “bukti ilmiah yang Persetujuan SPS selalu mendahulukan
memadai.” Penelaahan resiko (risk assessment) kepentingan perdagangan bebas daripada nilai-
menentukan apakah suatu bahaya beresiko bagi nilai dan pilihan nasional/domestik yang dapat
kehidupan manusia atau kesehatan. Bila resiko membatasi efek perdagangan, dan meletakkan
tersebut ada, kemudian pemerintah dapat kultur/budaya untuk lebih dipertimbangkan terkait
membuat suatu ukuran SPS yang memberikan dengan manajemen risiko keaman pangan atau
tingkat perlindungan yang “sesuai” bagi dalam pengukuran yang dipergunakan dalam
warganya. Persetujuan TBT (contoh: mutu atau pelabelan
informasi).

3.1. Tujuan Persetujuan SPS


4. RESIKO DAN PENELAAHAN RESIKO
Persetujuan SPS dibuat dengan tujuan
(RISK ASSESSMENT)
perbaikan kesehatan manusia. Suatu tujuan
yang tampaknya melebihi peranan Organisasi
Perdagangan Dunia dan terkoordinasi melalui Suatu upaya pengukuran (measure) dalam
program-program Organisasi Kesehatan Dunia keamanan pangan, terkait dengan resiko (istilah
(WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian dalam WTO) atau bahaya (istilah dalam Codex).
(FAO). Peranan ini diakui, sebagai contoh, Dalam penerapannya suatu instansi regulator
dalam kebijaksanaan yang diberikan pada harus melakukan penilaian apakah suatu bahaya
anggota, seperti disebutkan dalam pasal 3:3 (hazard) ada kaitannya dengan resiko terhadap
yaitu mengadopsi tingkat perlindungan yang kesehatan ataupun kehidupan manusia, sebelum
sesuai, dan di dalam hak anggota yang menerapkan pengukuran keamanan pangan.
disebutkan dalam pasal 5:7 yaitu melakukan Evaluasi terhadap resiko haruslah berdasarkan
tindakan pencegahan. Dalam memutuskan penelaahan resiko (risk assessment), dimana
tingkat perlindungan yang sesuai untuk upaya pengukuran harus dilakukan berdasarkan
masyarakatnya, suatu negara anggota dapat sains/keilmiahan dan harus dipelihara melalui
mempertimbangkan faktor-faktor lokal dan ketersediaan bukti ilmiah.
karakteristiknya. Dengan menggunakan prinsip Seperti dinyatakan di dalam Persetujuan
tindakan pencegahan, suatu negara anggota SPS bahwa setiap negara anggota harus
dapat bertindak pada saat yang lain tidak menjamin pengukuran sanitasi (sanitary
bertindak. Namun demikian, untuk sebagian measure) yang diterapkan, adalah berdasar
besar anggota penggunaan otoritas ini hanya pada suatu penelaahan, sesuai dengan situasi
4
Analisis Keterkaitan Keamanan Pangan (Sylvia Laksmi Sardi)

dan kondisi, terhadap resiko pada kehidupan suatu disiplin yang timbul, dan dasar
manusia atau kesehatan, yaitu dengan metodologis untuk mnelaah dan mengatur risiko-
mempertimbangkan teknik penelaahan resiko risiko yang berkaitan dengan bahaya pangan
yang telah dikembangkan oleh Codex tetap berada dalam fase berkembang.”
Alimentarius Commission dan organisasi Persetujuan SPS hanya menggunakan
internasional yang terkait lainnya. istilah penelaahan resiko dan mendefinisikannya
Penelaahan resiko, dipertimbangkan oleh sebagai suatu evaluasi. Evaluasi itu mungkin
United States, Kanada dan beberapa negara melibatkan faktor-faktor ilmiah dan non-ilmiah
berkembang, sebagai suatu langkah maju dalam ketika kesehatan hewan dan tumbuhan berada
upaya pengambilan keputusan terkait keamanan pada isu tersebut, tetapi akan lebih menyempit
pangan sehingga lebih objektif, dan memberikan ketika kesehatan dan kehidupan manusia
ruang gerak untuk menggunakan pertimbangan dipertaruhkan.
terkait kehidupan dan kesehatan. Pada saat isu Beef Hormones muncul
dalam WTO, terminologi Codex telah banyak
4.1. Terminologi Risiko dalam WTO dan berubah. Codex telah meninjau ulang konsep
Codex Alimentarius penelaahan resiko dari hanya memfokuskan
pada sains dan kebijakan (policy), menggunakan
Terdapat perbedaan-perbedaan penting antara
pendekatan multifokus. Penelaahan resiko
definisi penelaahan resiko dalam SPS dan
diganti dengan analisa resiko (risk analysis),
Codex. Seiring dengan berlanjutnya kerja dalam
metodologi dasar yang digunakan dalam
Codex, penelaahan resiko dalam rangkaian
pengembangan standar keamanan pangan yang
standar internasional Codex, mungkin akan
memiliki 3 tahapan proses, seperti diilustrasikan
semakin jauh berbeda dibandingkan dalam
dalam Gambar 1.
terminologi WTO.
Satu petunjuk mengenai perbedaan ini
ditemukan dalam terminologi yang digunakan
oleh kedua organisasi. Bahasa SPS, dikukuhkan
dalam teks legal, merefleksikan konsep-konsep
yang digunakan pada awal 1990-an. Sebaliknya
diskusi dalam Codex dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mengenai istilah-istilah dan artinya
telah berkembang seiring dengan berjalannya
waktu dan kerja yang dilakukan dalam Codex.
“Analisis resiko keamanan pangan merupakan

Melakukan Penelaahan Resiko secara Kuantitatif dan Ilmiah


(Risk Assessment)

Menentukan langkah yang tepat dalam melindungi


masyarakat (regulasi) terkait resiko yang ditemukan
(Risk Management)

Melakukan komunikasi/edukasi yang tepat kepada


masyarakat terkait resiko yang ditemukan
(Risk Communication)

Gambar 1 Tahapan Risk Analysis

5
Jurnal Standardisasi Vol. 7 No. 1, Maret 2005: 1 - 9

5. PENGUKURAN SANITASI (SANITARY menganggap bahwa prinsip tersebut akan


MEASURE) digunakan untuk menunggangi penyokong ilmiah
dari Persetujuan SPS dan meminta agar prinsip
pencegahan tidak digunakan oleh manajer resiko
Suatu pengukuran sanitasi merupakan reaksi untuk mengatur penelaahan resiko (risk
dari bahaya (hazard) atau resiko yang dibahas assessment).
dalam Bagian 3. Namun di dalam Persetujuan
Kewajiban lain yang terkait dengan
SPS, reaksi dari pemerintah domestik bukanlah
pengukuran sanitasi bersifat kompleks. Suatu
difokuskan kepada pengukuran sanitasi dari
negara anggota yang memilih menggunakan
produk yang diimpor, namun lebih kepada
tingkat perlindungan yang sesuai (appropriate
peraturan yang dibuat. Seperti dinyatakan dalam
level of protection) domestik, daripada
Persetujuan SPS, “ seluruh pengukuran sanitasi
menggunakan standar internasional yang ada,
yang dapat secara langsung maupun tidak
harus memperhatikan persyaratan non-
langsung mempengaruhi perdagangan
diskriminasi yang ada dalam Persetujuan SPS.
inernasional, harus dikembangkan dan
Artinya regulator di negara tersebut hendaknya
diterapkan sesuai dengan Persetujuan SPS”.
memberikan perlakuan yang sama untuk produk
Persetujuan SPS sendiri mengakui adanya
nasional maupun impor, seperti dipersyaratan
kepentingan nasional suatu negara dalam
dalam Persetujuan SPS tersebut.
menerapkan peraturan keamanan pangan
(appropriate level of protection), dimana di sisi
lain melampaui kedaulatan dan perbedaan 6. COMMITTEE ON SANITARY AND
kultur/budaya, ilmu pengetahuan digunakan PHYTOSANITARY MEASURE DALAM
sebagai dasar pembuatan suatu peraturan WTO
(berdasarkan scientific principles).
Apabila pihak regulator di suatu negara Persetujuan SPS dalam kerangka WTO,
anggota telah dapat menentukan adanya bahaya membentuk suatu komite SPS Measure sebagai
dari produk pangan dan menunjukkan resiko forum konsultasi reguler, untuk menerapkan
terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, Persetujuan SPS dan untuk menjamin
maka selanjutnya pihak tersebut hendaknya pelaksanaan salah satu tujuan Persetujuan SPS
menentukan bagaimana merespon bahaya sendiri yaitu harmonisasi. Seperti dinyatakan
tersebut dengan cara memilih pengukuran dalam artikel 12.1 pada Persetujuan SPS yaitu
sanitasi mana yang hendak digunakan. Apabila “suatu komite khusus dalam WTO akan dibentuk
terdapat standar internasional yang relevan, sebagai forum untuk pertukaran informasi,
secara umum negara tersebut hendaknya konsultasi, dan negosiasi di antara negara
menggunakan standar internasional sebagai anggota WTO dalam seluruh aspek terkait
dasar pengukuran, kecuali bila negara tersebut Persetujuan SPS”. Seluruh negara anggota
menentukan tingkat perlindungan yang berbeda WTO adalah bagian dari Komite ini. Sedangkan
kepada rakyatnya, yang tentu saja harus organisasi yang terkait seperti WHO dan Codex
memenuhi prinsip ‘scientific justification’. Alimentarius Commission, termasuk juga
Bentuk dari hak prerogatif nasional ini organisasi swasta internasional, memiliki status
dapat dilihat dalam ketetapan Persetujuan SPS sebagai peninjau (observer).
pada tingkat perlindungan dan pencegahan yang Komite SPS melakukan review terhadap
sesuai (Appropriate level of Protection). pelaksanaan dari Persetujuan SPS,
Interpretasi akhir dari prinsip pencegahan sebagaimana dibutuhkan. Review yang
(precautionary principles) yaitu suatu konsep dilakukan difokuskan pada aspek transparansi,
yang didapat dari hukum lingkungan yang akan termasuk prosedur notifikasi, bantuan teknis dan
menjadi faktor penting dalam mendefinisikan partisipasi negara berkembang, harmonisasi
keseimbangan antara kultur dan sains. Para inernasional, ekivalensi, adaptasi terhadap
pendukung prinsip pencegahan berargumen, kondisi regional, penelaahan resiko (risk
bahwa untuk pengakuan secara eksplisit dan assessment) dan penyelesaian perbedaan
klarifikasi peranannya dalam proses keamanan pendapat (dispute settlement).
pangan, tindakan pencegahan dibutuhkan untuk
Hal ini dapat dilihat pada saat Amerika
membangun rasa percaya diri konsumen dalam
berencana memberlakukan “The Bioterrorism
proses analisis resiko (risk analysis) dan untuk
Act” pada bulan November 2003. Banyak negara
mengindikasikan bahwa perlindungan kesehatan
anggota WTO memberikan tanggapan, terutama
publik merupakan tujuan akhir yang utama. Di
terkait masalah liberalisasi perdagangan. Blok
sisi lain, beberapa pihak mencurigai prinsip
negara berkembang mempertanyakan berbagai
tindakan pencegahan, dimana mereka
ketentuan dalam Bioterrorism Act tersebut,
6
Analisis Keterkaitan Keamanan Pangan (Sylvia Laksmi Sardi)

karena dianggap dapat mempersulit upaya Konseksuensi lainnya, karena semakin


negara berkembang dalam menembus pasar meluasnya jaringan perdagangan dunia,
dunia. Fungsi Dispute Settlement di dalam peraturan yang dibuat di suatu negara akan
komite SPS memainkan peranan yang penting mempengaruhi perdagangan dunia, yang pada
dalam menyelesaikan berbagai perbedaan akhirnya bukan menjadi regulasi domestik saja,
pendapat tersebut. namun dapat mempengaruhi keseluruhan food
Komite SPS memainkan peranan yang supply chain.
cukup penting dalam mempromosikan Kultur/budaya dan kebutuhan pangan di
harmonisasi. Komite ini mendorong penggunaan setiap wilayah berbeda-beda. Hal ini
standar internasional, dengan memberikan berpengaruh pada volume perdagangan pangan
konsultasi teknis. Komite ini memiliki hubungan secara global yang pada kenyataannya semakin
yang harmonis dengan Codex Alimentarius meningkat terutama terkait pada keamanan
Commission, dimana fungsi utama dari komite ini pangan. Pengaruh kultur ini bahkan dapat
adalah mengembangkan prosedur untuk menjadi hambatan non-teknis dalam
melakukan pengawasan harmonisasi perdagangan, baik disengaja maupun tidak.
internasional dan penggunaan standar Seperti kasus Beef Hormones, antara US
internasional. Komite ini berkoordinasi dengan dengan EC, merupakan contoh konsekuensi dari
Codex Alimentarius untuk mengembangkan perbedaan antara pangan yang diproduksi dan
daftar standar internasional yang terkait dengan kultur setempat. Silang pendapat yang paling
pengukuran sanitasi, yang dipertimbangkan signifikan pada kasus modifikasi genetik pada
memiliki pengaruh signifikan dalam pangan suatu revolusi dalam teknologi produksi
perdagangan. pangan amatlah mempengaruhi suplai pangan
Fungsi lain dari komite ini adalah dan perdagangan dunia.
mengembangkan pedoman terkait appropriate Persetujuan SPS telah mengurangi
level of sanitary protection. Dalam melakukan ini, kemampuan suatu negara untuk merespon
komite harus mempertimbangkan seluruh faktor adanya bahaya atau resiko pada pangan, hanya
yang relevan, termasuk resiko kesehatan berdasarkan alasan kultur/budaya. Hal ini
manusia. dikarenakan pembuktian adanya bahaya dan
resiko dari suatu pangan yang dikonsumsi
haruslah berdasarkan pembuktian secara ilmiah.
7. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Persetujuan SPS ditandatangani pada
tahun 1995, dalam situasi dimana isu keamanan
Pangan ternyata amat terkait dengan pangan menjadi amat penting, mad cow disease
kultur/budaya. Selama bertahun-tahun sedang mencuat, dimana keterbatasan ilmu
masyarakat lokal dan agama yang dianut pengetahuan dipertanyakan (1), munculnya
memiliki pakem tertentu terhadap makanan yang revolusi dalam produksi pangan – modifikasi
dikonsumsi dan apa yang aman untuk dimakan. genetika, yang banyak dipertanyakan oleh
Pangan yang dikonsumsi dikaitkan juga dengan konsumen dunia mengenai keuntungan dan
tanah, komunitas, keluarga, status dan lainnya. kerugiannya pada kesehatan manusia (2), dan
Berdasarkan keterlibatan secara langsung dalam meningkatnya perhatian pada isu ketersediaan
proses produksi pangan, manusia dapat pangan dan akses pasar di banyak negara
mengambil suatu kesimpulan, berdasarkan berkembang (3). Keadaan (1) dan (2)
pengalaman individu, terhadap apa yang aman mengurangi kepercayaan konsumen pada
untuk dimakan. Hubungan antara produsen dan pendekatan ilmiah yang digunakan oleh
konsumen amat dekat, karena pada banyak Persetujuan SPS, sedangkan keadaan (3) justru
situasi, produsen adalah juga konsumen dari mendukung keberadaan Persetujuan SPS ini.
produksi pangan tersebut. Seperti telah disebutkan sebelumnya masalah
Namun seiring dengan semakin yang timbul dalam isu Beef Hormones, bisa
modernnya sistem produksi pangan, hubungan merupakan contoh paling nyata pada saat ini,
antara produsen dengan konsumen semakin dimana suatu pengukuran sanitasi haruslah
menjauh, konsumen tidak tahu sama sekali atas melalui penelaahan resiko (risk assessment)
proses produksi dari pangan yang mereka yang tepat dengan situasinya, namun dilengkapi
konsumsi, dimana proses produksi berlangsung, dengan bukti ilmiah. Dispute yang terjadi antara
sumber alam yang digunakan dan lainnya. US dengan EC dapat diacu kembali pada
Konsekuensi dari situasi tersebut adalah pembahasan Bagian 2. Dimana US
konsumen harus bertumpu kepada instansi dikategorikan pada Jenis III, sedangkan EC
regulator yang membuat peraturan-peraturan dikategorikan pada Jenis IV. Produksi Pertanian
atas keamanan pangan yang dikonsumsi. di US, menyetujui adanya penggunaan teknologi
7
Jurnal Standardisasi Vol. 7 No. 1, Maret 2005: 1 - 9

baru yaitu modifikasi genetik, yang digunakan produksi beras atau makanan lainnya. Sebagai
untuk meningkatkan mutu dan hasil produksi. Di contoh, Cina dan India mengizinkan produksi
sisi lain, konsumen negara maju di dalam EC, dan pemasaran dari beberapa produk pangan
walaupun telah mengalami kemajuan dalam yang telah dimodifikasi secara genetik.
bidang teknologi, namun masih memperlihatkan Namun demikian, dukungan publik
sisa-sisa dari jenis pertama sistem produksi terhadap pendekatan Persetujuan SPS haruslah
pertanian, yaitu pertanian tradisional. Penduduk diperbaiki. Hal ini dapat dilakukan dengan
menilai kualitas dan keamanan pangan dari mewujudkan interpretasi yang fleksibel atas
sumbernya, yaitu semakin dekat pangan dengan konsep dan definisi, dengan melibatkan publik
tempat alaminya, semakin aman dan lebih baik dalam menentukan bahaya/resiko dan
pangan tersebut. Konsumen di EC amat tidak rancangan penelaahan resiko (risk assessment).
menyetujui adanya penggunaan teknologi Lebih lanjut adalah bijak untuk
revolusioner dari rekayasa genetik baru ke mempertimbangkan pengakuan atas peranan
dalam dunia produksi dan pemrosesan pangan. kultur/budaya terhadap pangan.
Inilah yang pada akhirnya memicu Beef
Interpretasi Persetujuan SPS, harus
Hormones Dispute di WTO.
belajar mulai dari pengecer makanan (segmen
Lebih lanjut kebanyakan konsumen di EC, distribusi makanan yang terdekat dengan
telah kehilangan kepercayaan terhadap konsumen), dimana beberapa dari mereka yang
kemampuan sains/ilmu pengetahuan dalam berhasil memperoleh kepercayaan konsumen
menentukan keamanan dari jaringan suplai dalam penjualan makanan yang mengandung
pangan yang kompleks. Metode empiris bahan-bahan yang dimodifikasi secara genetik
tradisional dalam menentukan keamanan secara langsung. Kepercayaan konsumen juga
pangan (melalui pengalaman individu) masih harus menjadi tujuan akhir para ahli bidang
belum tergantikan oleh fokus keilmiahan dalam perdagangan. Waktu pendidikan dan
Persetujuan SPS ini. Karena ilmu pengetahuan kepercayaan yang mereka bawa lebih penting
sendiri tidak seterusnya dapat mampu dalam jangka panjang, untuk mencapai
memberikan data yang dibutuhkan, ilmu persetujuan konsumen atas peraturan-peraturan
pengetahuan tidak selamanya obyektif. Sebagai dan produk-produk baru, daripada interpretasi
contoh, suatu penelaahan resiko melibatkan persetujuan yang cepat dan mengikat.
banyak sekali keputusan subyektif, seperti Interpretasi persetujuan yang fleksibel dapat
apakah akan mendasari keputusan pada data menyokong kenyamanan konsumen terhadap
yang tidak lengkap, penerimaan atas data yang peraturan-peraturan dan produk baru sementara
melibatkan populasi yang berbeda, dan waktu dan pengalaman empirisme memiliki
pemilihan atas metodologi yang digunakan. pengaruh positifnya sendiri. Karena untuk
Aspek lain yang menentukan aman sebagian orang, sains itu sendiri tidak akan
tidaknya suatu makanan secara fisik atau moral pernah menjadi penentu yang cukup untuk
adalah di dalam teks religius. Sebagai contoh, masalah keamanan pangan.
binatang tertentu dikategorikan tidak aman
secara moral dalam agama Islam, demikian juga
8. KESIMPULAN
halnya dengan minuman keras. Dalam kasus ini,
proses produksi pangan haruslah menjamin ke
halalan dari pangan tersebut. Pangan ternyata lebih dari sekedar pengisi perut
Pangan juga amat terkait dengan isu dan sesuatu lebih dari hanya sekedar komersial.
ketersediaan. Manusia harus makan untuk Makanan adalah kebutuhan hidup yang penuh
menjamin suplai nutrisi untuk ketahanan hidup. warna dengan sejarah, tradisi, keyakinan agama
Setiap negara di dunia berupaya untuk menjamin dan makna sosial yang ada selama berabad-
ketersediaan pangan tersebut untuk rakyatnya. abad. Makanan bersifat lokal dan personal.
Upaya untuk menjamin ketersediaan pangan di Kenyataan ini tidak dapat dilihat secara otomatis
negara berkembang, pada akhirnya tetapi akan berpengaruh negatif untuk
menghasilkan dukungan untuk perdagangan perdagangan dunia. Bahkan negara-negara
terbuka dan pendekatan obyektif dari dengan sistem federal membiarkan adanya
Persetujuan SPS. Tingginya kebutuhan akan perbedaan peraturan di beberapa wilayah di
ketersediaan pangan juga berujung pada negara tersebut. Tentunya kemudian dalam
keinginan untuk menggunakan teknologi baru, pasar global dan dalam interpretasi Persetujuan
seperti modifikasi genetik dari suplai pangan, SPS haruslah ada suatu ruang gerak yang lebih
dimana pemerintah dan konsumen terkait besar yang dibuat untuk kultur pangan, dimana
mengharapkan bahwa teknologi baru tersebut konsumen dapat memberikan kontribusi yang
dapat menjawab tingginya kebutuhan akan
8
Analisis Keterkaitan Keamanan Pangan (Sylvia Laksmi Sardi)

lebih besar dalam proses produksi pangan 5. Marsha. A. Echols. Food Safety and WTO.
tersebut, daripada hanya sekedar konsumen. Kluwer International. The Hague. 2001.
6. Agreement on Application of Sanitary and
Phytosanitary Measures. Legal Txt. WTO
Secretariat.
DAFTAR PUSTAKA
7. Understanding the Codex Alimentarius.
1999.
1. David Freestone and Ellen Hey. The
8. Risk Analysis : Working Principles for Risk
Precautionary Principle and International
Analysis. Codex Alimentarius. 1998.
Law. Kluwer International, The Hague.
1996.
2. Ronald. Cotterill. Competitive Dtrategy
Analysis in the Food System. Westview BIODATA
Press. 1993.
3. Michele. D. Carter. Selling Science under the Sylvia Laksmi Sardi, lahir di Jakarta tanggal 8
SPS Agreement. Minnesota Journal. 1997. Maret 1976. Menamatkan S1 bidang Teknologi
Industri Pertanian IPB, dan S2 bidang
4. Marsha. A. Echols. Sanitary and
international agriculture, Larenstein University,
Phytosanitary Measure in the World Trade
The Netherlands. Saat ini bekerja sebagai Staf
Organization. American Bar Association.
Pusat Kerjasama Standardisasi Badan
1996.
Standardisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai