Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PALITIF

KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :

Al Khairul Rizwan : 19320003

Ferli Randani : 19320013

Nurul Nepiana : 19320023

Ria Mualifah :

Tiya Naadila : 19320035

Wiwin Mardiani : 19320036

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya
kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah komunikasi terapeutik
paliatif dengan judul makalah ini dengan baik.

Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah ini, sehingga dapat melengkapi
khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
       
‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti ‘menyelubungi’)merupakan jenis pelayanan
kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti menyembuhkan. Perawatan
paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup  pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama
yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri
dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif
care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup  pasien dan keluarga
mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial, spiritual (kemenkes
RI Nomor 812, 2007).
Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian
sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan ketidakberdayaan
dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada disamping
perawat. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat
dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
 Apa saja jenis perawatan paliatif
 Apa saja model/tempat perawatan paliatif
1.3 TUJUAN
 Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
 Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
 Mengetahui model/tempat perawatan paliatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI


Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih
individu.Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).

2.2 CARA KOMUNIKASI

1. Komunikasi Verbal
Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :
 Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah dimengerti,  
singkat dan jelas.
 Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang
diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
 Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang
dirasakan oleh pasien.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan
suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya
mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman
secara fisik maupun emosionalnya.
 Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat
mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan,
kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
 Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan
tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.

2.3 PRINSIP KOMUNIKASI


Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)
 Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami     
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
 Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan  
saling menghargai.
 Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
 Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
 Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
 Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
 Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
 Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
 Kejujuran dan komunikasi terbuka.
 Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang
lain tentang kesehatan.
 Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
 Bertanggung jawab.
2.4 TEKNIK KOMUNIKASI
 Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting.
 Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan
dibicarakan. 
 Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
 Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan
tidak menilai.
 Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan
klien.
 Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi
perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar
klien mengetahui dan menerima perasaannya.
   Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
 Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas, dan 
berfokus pada realitas.
 Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.
 Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk
meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
 Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukan
bahwa perawat bersedia menunggu respon.
 Informing
 Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut.
 Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.
 Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI

Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)

 Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat


 Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
 Kurangnya pengetahuan
 Perbedaan persepsi
 Perbedaan harapan
 Tidak ada kepercayaan (BHSP)
2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF

Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski
pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis
dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif meliputi :

Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya.


  Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien.
Tidak mempercepat atau memperlambat kematian.
Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu.Menawarkan sistem pendukung
untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.

2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF

Prinsip Perawatan Paliatif Care Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari
pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang
competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric
palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52) Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

 Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
 Tidak mempercepat atau menunda kematian.
 Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
 Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
 Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
 Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
 Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
 Menghindari tindakan yang sia-sia.

2.8 FASE TERMINAL

Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Carpenito,
1995).Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak  ada harapan 
lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu 
kecelakaan.Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat
berlangsung singkat atau panjang.
2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5
tahap, yaitu:
1.      Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak.
2.      Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang
telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
3.      Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan
sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4.      Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan
melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
 5.      Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi
yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangatmembantu apabila kien dapat
menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal.
Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL


1.      Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase
akut ke kronik.
2.    Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit
yang kronik.
3.    Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4.    Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan
telah berjalan lama.
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF

3.1 KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan karbina, 2009).
            Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya
tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (purwaningsih dan karbina, 2009).
            Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami oleh
seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang pasien mengalami
ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan.
 Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)
- Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam menghadapi
kehilangan dan kematian
-Selalu berada didekat klien
-Pertahankan kontak mata
 Teknik komunikasi fase anger (marah)
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing dan
menggunakan teknik respek.
 Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada pasien apa
yang diinginkan
 Teknik komunikasi fase depressio
Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.
 Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga
terhadap kematian pasien.
3.2 KOMUNIKASI PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR
Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien
mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.
            Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran
merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada
proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan
kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun
ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik ditingkat korteks serebri,
batang otak keduanya.
            Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan pasien yang tidak
sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang menjadi salah satu elemen komunikasi.
Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif
Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya. Walaupun banyak perdebatan bahwa komunikasi
trapeutik tetap dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan
komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik sekalipun dia
dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.

3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF


 PASIEN
 KELUARGA
 KOMUNITAS
BAB IV
PENUTUP
4.I KESIMPULAN
Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya hubungan
yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan klien. Komunikasi
trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini keperawatan begitu pula untuk pasien
dengan keperawatan paliatif.
                  Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik secara umum akan membantu perawat
memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara khusus, yang membedakan komunikasi
paliatif dengan yang lain salah satunya adalah perawat melibatkan segenap support system dalam
berkomunikasi untuk menunjang paliatif care tersebut.
DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai