Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“EFUSI PLEURA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen


Medical di Ruang 20 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Adira Deandra Chairie

180070300111057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
EFUSI PLEURA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura
yang terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Amin Huda, 2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan
berkumpul dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru
kolaps sebagian atau seluruhnya (Muralitharan, 2015)
2. Anatomi Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada.Masing-masing paru


berbentuk kerucut.Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura ke
dalam tiga lobus atas, tengah dan bawah.Paru kiri dibagi oleh
sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah.
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-
paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis
disebut pleura.
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi
paru dalam dua lapisan: lapisan viseral, yang dekat dengan
permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam
dari dinding dada. Paru-paru yaitu: paru-paru kanan, terdiri dari
tiga lobus (belah paru), lobus pulmo dextra superior, lobus nedia,
dan lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru
kiri, terdiri dari pulmo sinistra, lobus superior dan lobus inferior,
tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu: 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Kapasitas paru-
paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung
udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Kapasitas total, yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-
paru inspirasi sedalam-dalamnya.
b. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi maksimal.
3. Etiologi
Efusi pleura disebabkan oleh :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningakatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh Infeksi (eksudat)
a. Tubercolosis
b. Pneumonitis
c. Emboli paru
d. Kanker
e. Infeksi virus,jamur,dan parasit.
Non infeksi (transudat)
a. Gagal jantung kongesif (90% kasus)
b. Sindroma nefrotik
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Emboli paru
4. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa
membran pleura tidak terkena penyakit.Akumulasi cairan di
sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi
dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru
terdekat (Morton, 2012).
5. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Dispnea bervariasi
c. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian
yang mengalami efusi.
f. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
h. Fremitus fokal dan raba berkurang.
6. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani
dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa
antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks.Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-
jaringanyang berada dibawahnya.Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak
sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi
pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis
timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan
suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan
membran yang mengelilinginya (rongga pleura).Empiema
disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan
menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura.Cairan
yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih,
yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas
dan rasa sakit.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.
b. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan
dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau
tumor
c. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan
cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
d. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh
cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela
iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan
lokal).
e. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan
penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan
pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap
tidak dapat ditentukan.
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan
sumber cairan yang terkumpul.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik
(Betadine).
b. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura
setelah aspirasi.
c. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi
menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll.
Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
d. Antibiotika jika terdapat empiema
e. Operatif
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2) Pola nutrisi dan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola hubungan dan peran
7) Pola persepsi dan konsep diri
8) Pola sensori dan kognitif
9) Pola reproduksi seksual
10) Pola koping
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan di pleura paru dextra.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury fisik
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan,
mencerna dan mengabsorpsi makanan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive:
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilas
nafas keperawatan selama 3x24 jam pasien b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
menunjukkan keefektifan jalan nafas buatan
dibuktikan dengan kriteria hasil : c. Lakukan fisioterapi dada jika perl
a. Frekuensi pernafasan sesuai yang d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suctio
diharapkan e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
b. Ekspansi dada simetris. f. Monitor respirasi dan status oksigen.
c. Bernafas mudah. g. Posisikan pasien untuk mengurangi dispneu.
d. Pengeluaran sputum
e. Tidak didapatkan penggunaan otot Respiratory monitoring
tambahan. a. Monitoring frekuensi, irama dan kedalaman nafas.
f. Tidak didapatkan ortopneu b. Monitoring gerakan dada, lihat kesimetrisan.
g. Tidak didapatkan nafas pendek. c. Monitor pola nafas : takipneu
d. Beri terapi pengobatan respirasi.
Nyeri akut NOC : Pain management :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya, gali
agen injury fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, nyeri pengalaman pasien tentang nyeri dan tindakan apa yang
hilang/terkendali dengan kriteria hasil: dilakukan pasien
a. Mengenali faktor penyebab b. Kaji intensitas, karakteristik, onset, durasi nyeri.
b. Mengenali lamanya sakit (skala, c. Kaji ketidaknyamanan, pengaruh terhadap kualitas
intensitas, frekuensi dan tanda istirahat, tidur, ADL.
nyeri) d. Kaji penyebab dari nyeri
c. Menggunakan metode non- e. Monitoring respon verbal/non verbal
analgetik untuk mengurangi nyeri f. Atur posisi yang senyaman mungkin, lingkungan nyaman
d. Melaporkan nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri Pain control :
e. Menyatakan rasa nyaman setelah Ajarkan teknik relaksasi
nyeri berkurang
f. Tanda vital dalam rentang normal Management terapi :
Kelola pemberian analgetik

Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Nutritional management
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 jam Aktifitas:
berhubungan dengan diharapkan klien dapat terpenuhi a. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan kebutuhan nutrisinya, dengan kriteria b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
memasukkan, hasil: dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
mencerna dan a. Intake zat gizi (nutrien) c. Berikan makanan yang terpilih
mengabsorpsi b. Intake zat makanan dan cairan d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
makanan c. Berat badan normal e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutritional management:
a. Timbang berat badan secara rutin
b. Monitor turgor kulit
c. Monitor mual dan muntah
d. Monitor kalori dan intake nutrisi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Activity therapy
ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien Observasi :
suplai dengan dapat melakukan aktivitas dengan baik a. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: b. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai penignkatan tekanan Mandiri :
darah,nadi dan RR a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
b. Mampu melakukan aktivitas sehari- dilakukan
hari secara mandiri b. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
c. Tanda-tanda vital normal kemampuan fisik, psikologis dan sosial.
d. Level kelemahan c. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
e. Status kardiopulmonary adekuat d. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
f. Status respirasi : pertukaran gas penguatan.
dan ventilasi adekuat
Health education :
a. Ajarkan untuk penggunaan teknik relaksasi
b. Ajarkan Tindakan untuk mengehemat energi.

Kolaborasi :
a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
b. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan
berhubungan dengan penyakit jantung.
Resiko infeksi NOC : NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
tindakan invasive: keperawatan selama 3 x 24 jam, a. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh,
pemasangan WSD infeksi tidak terjadi dengan kriteria denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi,
(Water Seal hasil: penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malise)
Drainage) a. Tanda – tanda vital klien terutama b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
suhu dalam batas normal infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh
b. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi imun, dan malnutrisi )
pada daerah pemasangan WSD c. Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung
c. Nilai laboratorium terutama leukosit granulosit, absolut, hitung jenis, protein serum, dan
dalam batas normal ( leukosit algumin)
normal : 5000 – 10.000 rb/ul ). d. Amati penampilan praktik higiene Personal untuk
perlindungan terhadap infeksi

Mandiri
a. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak
menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang
mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan
pasien dengan pasien yang terinfeksi
b. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan
masing-masing pasien

Kolaborasi
a. Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau
kultur positif
b. Berikan terapi antibiotik, bila di perlukan

Health education
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau
terapi meningkatkan resiko terhadap infeksi
b. Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya, mencuci
tangan)
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Evaluasi keperawatan
pada asuhan keperawatan Efusi Pleura yaitu :
a. Bersihan jalan nafas kembali efektif
b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
c. Nyeri akut teratasi
d. Tidak terjadi resiko tinggi infeksi
e. Aktivitas sehari-hari kembali baik

DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Kusumo, A. H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1 2015.


Jogjakatra: MediAction Publishing.

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta:


Bumi Medika.

Anda mungkin juga menyukai