Laporan 1 Shavira Nargis (17-62)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN MASSA MOLAR DENGAN PENURUNAN TITIK BEKU

Nama : Shavira Nargis Rambe


NIM : 171810301062
Kelompok :4
Asisten : Muh. Kiki Afindia Joenata

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat koligatif larutan merupakan suatu sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis
zat terlarutnya, melainkan bergantung dari jumlah atau banyaknya zat terlarut yang
digunakan. Jumlah zat terlarut yang digunakan ditentukan oleh konsentrasi larutannya. Zat
terlarut yang ditambahkan ke dalam suatu pelarut akan menyebabkan keadaan fisik
pelarutnya berubah. Perubahan fisik pelarut tersebut memiliki besaran yang sebanding
dengan besarnya molalitas zat terlarut tersebut (Oxtoby, 2001).
Pengaplikasian percobaan penurunan titik beku ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu
dapat dimanfaatkan sebagai proses pembuatan es krim, proses pengawetan pada ikan,
antibeku pada daerah salju dan antibeku radiator mobil. Antibeku pada radiator mobil
menggunakan bahan berupa etilen glikol sehingga pada musim dingin air radiator tidak
membeku. Antibeku pada daerah yang bersalju dapat digunakan untuk mengatasi jalanan
yang tertutup salju sehingga saljunya akan mencair.
Percobaan penentuan massa molar dengan penurunan titik beku ini menggunakan
penambahan zat yang bersifat non volatil atau tidak mudah menguap yang memiliki berat
molekul tertentu yang dimasukkan dalam sebuah pelarut. Jumlah zat non volatil yang
ditambahkan dalam suatu pelarut sangat mempengaruhi penurunan titik bekunya. Senyawa
murni yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam laurat sedangkan senyawa
campurannya yaitu berupa asam laurat dan asam benzoat. Penentuan titik beku pada
larutan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya massa molar asam benzoat serta
untuk menentukan titik beku pada asam laurat.

1.2 Tujuan
Tujuan pada percobaan penentuan massa molar dengan penurunan titik beku adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengetahuan etntang sifat koligatif dari larutan non-elektrolit
2. Menentukan massa molat zat terlarut dengan metode penurunan titik beku
3. Mengevaluasi keakuratan metode dengan membandingkan dengan massa molar yang
dihitung dari rumus molekul
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.2.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan bahan kimia yang berwujud cairan yang tidak berwarna, tidak
memiliki bau dan tidak berasa. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,02 gram/mol.
Titik didih akuades adalah sebesar 100° C sedangkan titik lelehnya adalah sebesar 0° C.
Akuades memiliki pH senilai 7, sehingga bersifat netral dan tekanan uapnya adalah sebesar
2,3 kPa. Akuades termasuk bahan yang tergolong tidak berbahaya karena tidak
menyebabkan iritasi, korosif dan merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya apabila
terjadi kontak dengan mata, kulit, tertelan maupun terhirup, sehingga tidak ada penanganan
secara khusus ketika terkena akuades (Sciencelab, 2019).
2.1.2 Asam Benzoat (C6H5COOH)
Asam benzoat merupakan bahan kimia yang berwujud padatan berwarna putih dan
tidak berbau. Berat molekul asam benzoat adalah sebesar 122,12 gram/mol. Titik didih
asam benzoat adalah sebesar 249°C sedangkan titik lelehnya adalah sebesar 122,4°C.
Asam benzoat bersifat mudah larut dalam alkohol, aseton, benzena, dietil eter dan
kloroform. Asam benzoat berbahaya jika terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup, atau
tertelan. Tindakan pertolongan pertama apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas
dengan menggunakan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika
tertelan yaitu jangan memuntahkan apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam
mulut orang yang tidak sadarkan diri. Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa
ke udara segar dan berikan pernapasan buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).
2.1.3 Asam Laurat (C12H24O2)
Asam laurat merupakan bahan kimia yang berwujud padatan yang berwarna putih,
tidak berbau dan tidak berasa. Berat molekul asam laurat adalah sebesar 200,32 gram/mol
sedangkan berat jenisnya adalah sebesar 0,867. Titik didih asam laurat adalah sebesar
298,9°C sedangkan titik lelehnya adalah sebesar 43,2°C. Asam laurat bersifat tidak dapat
larut dalam air dingin. Asam larutan bersifat berbahaya apabila terjadi kontak dengan mata
dan kulit serta berbahaya apabila terhirup dan tertelan. Tindakan pertolongan pertama
apabila terkena mata dan kulit yaitu segera bilas dengan menggunakan air mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama jika tertelan yaitu jangan memuntahkan
apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak sadarkan diri.
Pertolongan pertama jika terhirup yaitu segera bawa ke udara segar dan berikan pernapasan
buatan apabila susah bernapas (Sciencelab, 2019).

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan merupakan suatu sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis
zat terlarutnya, melainkan bergantung dari jumlah atau banyaknya zat terlarut yang
digunakan. Jumlah zat terlarut yang digunakan ditentukan oleh konsentrasi larutannya. Zat
terlarut yang ditambahkan ke dalam suatu pelarut akan menyebabkan keadaan fisik
pelarutnya berubah. Perubahan fisik pelarut tersebut memiliki besaran yang sebanding
dengan besarnya molalitas zat terlarut tersebut (Oxtoby, 2001).
Sifat koligatif larutan diperoleh dari pengurangan potensial kimia pelarut yang
berwujud cairan akibat adanya zat terlarut. Potensial kimia padatan dan uap tidak
mengalami perubahan akibat adanya penambahan zat telarut. Kesetimbangan uap akan
terbentuk apabila tejadi pada suhu yang tinggi sedangkan kesetimbangan padatan dan
cairan akan terbentuk jika terjadi pada suhu rendah. Sifat-sifat fisik koligatif larutan adalah
sebagai berikut:
1. Penurunan tekanan uap (∆P)
2. Kenaikan titik didih (∆Tb)
3. Penurunan titik beku (∆Tf)
4. Tekanan osmosis (π)
(Atkins, 1994).
Sifat koligatif larutan berdasarkan jenis larutannya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat koligatif larutan elektrolit lebih
tinggi daripada sifat koligatif larutan non elektrolit, hal ini berdasarkan pada jumlah zat
terlarutnya. Larutan elektrolit akan menyebabkan zat terlarutnya bertambah, hal ini
disebabkan karena ion-ionnya dapat terurai secara sempurna dalam larutan sedangkan
jumlah zat terlarut dalam larutan non elektrolit akan tetap karena ion-ionnya tidak terurai
(Sastrohamidjojo, 2005).
2.2.2 Penurunan Titik Beku
Jumlah massa pada suatu atom berbeda-beda. Massa atom bernilai sangat kecil
misalnya massa atom hidrogen yaitu sekitar 1,7 triliyun gram. Massa atom dapat diukur
dengan cara membandingkan atom dengan atom lainnya yang bertindak sebagai
pembanding. Atom yang biasa digunakan sebagai pembanding adalah atom karbon (C)
yang memiliki nomor massa sebesar 12. Atom karbon mempunyai perbandingan sebesar
12 kali lebih berat dibandingkan atom hidrogen. Satuan massa atom yang digunakan
adalah amu (atom masses unit). Massa atom relatif (Ar) dapat dirumuskan dengan cara
sebagai berikut:
massa atom rata−rata X
Ar X = 1
massa atom C−12
2
(2.1)
Kumpulan dari atom-atom yang membentuk suatu molekul memiliki berat yang disebut
dengan massa molekul relatif atau Mr. massa molekul relatif dapat dirumuskan dengan
cara sebagai berikut:
massa molekulunsur
Mr X = 1
massa atomC−12
2
(2.2)
Massa molekul relatif juga dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh massa atom
relatif, sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Mr = ∑ Ar (2.3)
(Brady, 1992).
Titik beku larutan adalah suhu pada suatu pelarut saat terjadi perubahan wujud dari
zat cair menjadi zat padat. Penurunan titik beku dilambangkan dengan (∆Tf) atau freezing
point depression. Penurunan titik beku merupakan selisih antara titik beku pelarut dengan
titik beku larutan, dimana titik beku larutan lebih rendah dibandingkan titik beku
pelarutnya. Titik beku pelarut murni besarnya adalah 0 oC maka titik beku larutannya
bernilai lebih rendah dari 0oC (Bird, 1993).
Titik beku larutan diukur berdasarkan jumlah zat terlarut yang dinyatakan dalam
fraksi mol. Penurunan titik beku larutan dilambangkan dengan fungsi Kf. Harga tetapan
penurunan titik beku berupa 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram zat pelarut. Tetapan titik
beku molal setiap pelarut berbeda-beda bergantung pada jumlah molal pelarut yang
digunakan (Soekardjo, 2004).
Cara untuk menentukan titik beku suatu larutan ketika larutan tersebut dalam
keadaan yang sangat encer menurut Hukum Roult adalah sebagai berikut :
ΔTf = m x Kf (2.4)
dimana:
Δ Tf : penurunan titik beku larutan (°C)
Kf : tetapan penurunan titik beku molal (°C/m)
m : molalitas larutan (mol/kg)
Penurunan titik beku suatu larutan dalam keadaan encer berbanding lurus dengan
kosentrasinya pada larutan dengan tekanan tetap (Achmad,1996).
Penjumlahan pada penurunan titik beku menggunakan konsentrasi satuan molal.
Molalitas dalam suatu larutan adalah jumlah mol per kilogram pada suatu pelarut.
Molalitas dilambangkan dengan m sedangkan satuannya mengacu pada massa pelarutnya
yaitu mol/kg. Persamaan molalitas dalam suatu larutan dapat dituliskan sebagai berikut:
mol larutan
Molaritas ( m ) = (2.5)
Kg pelarut
(Alberty, 1992).
Larutan yang mengandung zat terlarut yang bersifat non volatil atau tidak mudah
menguap maka dapat menurunkan tekanan uap pelarutnya. Penurunan tekanan uap akan
semakin besar apabila konsentrasinya semakin tinggi. Zat pelarut apabila ditambahkan zat
tidak mudah menguap ke dalamnya akan menyebabkan tenaga bebas pelarut tersebut akan
turun. Penurunan tenaga bebas sesuai dengan persamaan Nernst. Persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut:
Gº1 – Gº = RT ln x (2.6)
dimana,
Gº1 – Gº : penurunan tenaga bebas pelarut
R : tetapan gas murni umum
T : suhu mutlak
x : fraksi mol pelarut dalam larutan
(Syukri, 1999).
Gambar 2.1 Diagram Fasa
Sumber: Atkins, 1994.
Pergeseran kurva pada diagram fasa larutan akan menyebabkan terjadinya perbedaan
dengan diagram fasa pelarut murni. Larutan dapat membeku apabila suhu larutan lebih
rendah dari titik beku larutan murninya. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
ΔTf = Tof – Tf (2.7)
Penurunan titik beku suatu larutan juga tergantung pada besarnya fraksi mol pelarut. Fraksi
mol pelarut dapat dinyatakan sebagai X sedangkan fraksi mol zat terlarut dinyatakan
sebagai X1, sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
X = 1- X1 (2.8)
Persamaan penurunan titik beku apabila dinyatakan sebagai X1 adalah berikut:
ΔTf = (R(Tof )2/ΔHf) X1 (2.9)
dimana,
ΔTf : penurunan titik beku
ΔHf : panas pencairan pelarut
R : tetapan gas murni umum
Tof : titik beku pelarut murni
X1 : fraksi mol zat terlarut
Larutan dengan molalitas m dengan penambagan zat terlarut sebesar 1000 gram sehingga
larutan tersebut mempunyai fraksi mol zat terlarut sebesar:
X1 = m / (1000/M)+ m)) (2.10)
M adalah berat molekul dari suatu pelarutnya. Larutan encer m yang mendekati nilai 0,
maka X1 = mM/1000, sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
ΔTf = (R(Tof )2 M.m)/1000ΔHf (2.11)
Nilai X1 = m.M/1000 dapat diperoleh bahwa:
m = 1000 X1/M (2.12)
Fraksi mol zat terlarut dapat dinyatakan sebagai berikut:
X1= m1 / (m1 + m) = (W1/M1) / {(W1/M1 + W/M)} (2.13)
dimana:
W1 : berat zat terlarut
M1 : berat molekul zat terlarut
W : berat pelarut
Larutan encer yang digunakan, maka (W1/M1) >> (W/M) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
X1 = (W1.M) / (W.M1) dan ΔTf = (1000/kf) / M1 x (W1/W) (2.14)
Rumus yang digunakan untuk menghitung harga kf adalah sebagai berikut:
Kf = (W.M1.ΔTf) / (1000 W1) (2.15)
Rumus yang digunakan untuk menghitung berat molekul suatu zat terlarut adalah sebagai
berikut:
M1 = (1000.kf ) / ΔTf x (W1/W) (2.16)
(Atkins, 1994).
2.2.3 Logger Lite
Logger lite adalah suatu software yang dapat digunakan untuk menyensor suhu,
kelembapan dan konduktivitas pada suatu senyawa. Software ini dihubungkan dengan
perangkat laptop atau PC. Software ini dapat juga digunakan untuk mengolah data. Logger
lite dihubungkan ke laptpop dengan cara memencet ikon ikon setup pada toolbar lalu pilih
interval dan lamanya waktu yang akan digunakan. Tekan tombol collect bersamaan dengan
dimasukannya sensor suhu ke dalam larutannya. Logger lite yang dicelupkan dalam suatu
wadah akan menunjukkan grafik pada layar monitor. Klik ikon stop ketika pengukuran
telah selesai (Syarifudin, 2010).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Sensor temperatur 1 buah
- Software logger lite 1 buah
- Laptop 1 buah
- Tabung reaksi 2 buah
- Waterbath 1 buah
- Batang pengaduk 1 buah
- Gelas beaker 400 mL 1 buah
- Gelas beaker 1000 mL 1 buah
- Neraca analitik 1 buah
- Penjepit kayu 1 buah
- Botol semprot 1 buah
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Asam benzoat
- Asam laurat
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Penentuan Titik Beku Asam Laurat Murni
Asam Laurat 8 g

- dimasukkan dalam tabung reaksi


- dimasukkan dalam waterbath panas sampai semua padatan meleleh
- diukur suhunya hingga diatas 50℃ dengan sensor suhu
- dimasukkan dalam waterbath suhu kamar beserta sensor suhunya
- dicatat penurunan suhu setiap 5 detik selama 640 detik
- dibuat grafik temperatur versus waktu
- diambil suhu ketika konstan sebagai nilai titik beku
- dilelehkan kembali padatan yang terbentuk untuk melepas sensor
- dilakukan triplo
Hasil

3.2.2 Penurunan Titik Beku Campuran Asam Laurat dan Asam Benzoat
Asam Laurat 8 g

- dimasukkan dalam tabung reaksi


- ditambah 0,75 g asam benzoat
- dimasukkan dalam waterbath panas sampai semua padatan meleleh
- diukur suhunya hingga diatas 50℃ dengan sensor suhu
- dimasukkan dalam waterbath suhu kamar beserta sensor suhunya
- dicatat penurunan suhu setiap 5 detik selama 640 detik
- dibuat grafik temperatur versus waktu
- diambil suhu ketika konstan sebagai nilai titik beku
- dilelehkan kembali padatan yang terbentuk untuk melepas sensor
suhunya
- dilakukan triplo
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Penentuan Titik Beku Asam Laurat
Zat Tf (oC) Tf (rata-rata) SD ΔTf
(oC)
1 2 3 (oC)

Asam Laurat 43,2 41,4 41,5 42,0 1,4

Asam Laurat + 39,1 37,2 41,1 39,1 1,9 2,9


Asam Benzoat

4.1.2 Penentuan Mr Asam Benzoat


ΔTf Massa As. Massa As. Kf As. Laurat Mr. Asam Mr As Benzoat
(oC) Benzoat (g) Laurat (g) (oC/m) Benzoat (g/mol) teoritis (g/mol)

2,9 0,75 8,0 3,9 126,08 122,12

4.2 Pembahasan
Sifat koligatif larutan merupakan suatu sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis
zat terlarutnya, melainkan bergantung dari jumlah atau banyaknya zat terlarut yang
digunakan. Jumlah zat terlarut yang digunakan ditentukan oleh konsentrasi larutannya. Zat
terlarut yang ditambahkan ke dalam suatu pelarut akan menyebabkan keadaan fisik
pelarutnya berubah. Perubahan fisik pelarut tersebut memiliki besaran yang sebanding
dengan besarnya molalitas zat terlarut tersebut (Oxtoby, 2001).
Percobaan kali ini yaitu membahas tentang penentuan massa molar dengan
penurunan titik beku. Penurunan titik beku merupakan selisih antara titik beku pelarut
dengan titik beku larutan, dimana titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku pelarutnya. Penurunan titik beku dilambangkan dengan (ΔTf ) atau freezing point
depression. Titik beku pelarut murni besarnya adalah 0oC maka titik beku larutannya lebih
rendah dari 0oC. Titik beku larutan adalah suhu pada suatu pelarut saat terjadi perubahan
wujud dari zat cair menjadi zat padat (Bird, 1993).
Percobaan penentuan massa molar dengan penurunan titik beku dilakukan dengan
dua prosedur percobaan yaitu menentukan titik beku pada asam laurat murni dan
menentukan titik beku pada campuran asam laurat dan asam benzoat. Larutan yang
terbentuk adalah campuran dari asam laurat dan asam benzoat sedangkan senyawa yang
berperan sebagai zat pelarut adalah asam laurat. Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah akuades, asam benzoat dan asam laurat. Tujuan dilakukannya
percobaan ini adalah untuk mengetahui tentang sifat koligarif pada larutan non elektrolit,
menentukan massa molar zat terlarut dan membandingkan massa molar yang dihitung dari
rumus molekulnya.
Perlakuan pertama yaitu menentukan titik beku asam laurat murni. Perlakuan ini
dilakukan dengan cara menyiapkan terlebih dahulu dua gelas beaker yang masing-masing
berisi air biasa dan air yang telah dipanaskan dengan penangas air. Massa asam laurat yang
dibutuhkan adalah sebesar 8 gram. Asam laurat tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi
kemudian dimasukkan dalam gelas beaker yang dipanaskan. Tujuan dimasukkannya ke
dalam gelas beaker yang dipanaskan yaitu agar dapat melelehkan asam laurat. Tabung
reaksi yang berisi asam laurat yang telah leleh kemudian dicelupkan sensor suhu.
Pengukuran dengan menggunakan sensor suhu dilakukan setiap 5 detik selama 640 detik.
Tabung reaksi yang dicelupkan sensor suhu akan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang
berisi air biasa apabila suhu yang terbentuk mencapai 50oC. Tujuan dipindahkannya ke
dalam gelas beaker yang berisi air biasa yaitu agar asam laurat yang telah meleleh dapat
membeku kembali. Tabung reaksi yang telah diukur selama 640 detik tersebut kemudian
dicelupkan kembali ke dalam gelas beaker yang dipanaskan, tujuannya agar asam lauratnya
meleleh kembali. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sebanyak tiga kali
pengulangan atau triplo, tujuannya agar mendapatkan hasil yang presisi.
Nilai Tf yang terbentuk pada percobaan ini adalah sebesar 43,2oC, 41,4oC dan
41,5oC. Suhu rata-rata yang diperoleh pada percobaan asam laurat murni adalah sebesar
42,0oC sedangkan suhu rata-rata pada larutan tersebut adalah sebesar 39,1oC. Menurut
Sciencelab (2019), titik leleh asam laurat adalah sebesar 43,2oC. Hasil yang diperoleh telah
sesuai dengan literatur dimana hasil percobaan dengan titik leleh yang sesungguhnya tidak
berbeda jauh.
Grafik asam laurat dan campuran
(percobaan 1)
80
70
60
50 asam laurat
campuran
Waktu (s)

40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Temperatur (oC)

Gambar 4.1 Grafik Asam Laurat dan Campurannya


Grafik yang dihasilkan menggambarkan bahwa penurunan titik beku pada senyawa
campuran lebih tinggi dibandingkan dengan pelarutnya. Hasil yang diperoleh tersebut tidak
sesuai dengan dengan literatur. Menurut Bird (1993), titik beku larutan harus lebih rendah
dibandingkan dengan titik beku pada pelarutnya. Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh
tersebut kemungkinan disebabkan karena kurang bersihnya sensor suhu yang digunakan.
Perlakuan kedua yaitu menentukan titik beku larutan campuran asam laurat dan asam
benzoat. Asam benzoat yang digunakan adalah sebesar 0,75 gram sedangkan asam
lauratnya adalah 8 gram. Kedua bahan tersebut kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi
yang sama. Tabung reaksi tersebut dimasukkan dalam gelas beaker yang berisi air panas
sambil dicelupkan logger lite ke dalamnya. Tujuannya yaitu untuk mencairkan kedua
bahan tersebut agar dapat mengetahui titik bekunya. Tahap yang dilakukan juga seperti
pengukuran pada asam laurat murni. Suhu yang sudah mencapai sekitar 50oC maka tabung
reaksi tersebut segera dipindahkan ke dalam gelas beaker. Pengujian tersebut dilakukan
selama 640 detik. Perlakuan ini juga dilakukan secara triplo atau tiga kali pengulangan,
tujuannya agar mendapatkan nilai presisi yang baik.
Nilai Tf yang terbentuk pada percobaan ini adalah sebesar 39,1oC, 37,2oC dan
41,1oC. Suhu rata-rata yang diperoleh pada percobaan larutan asam benzoat dan asam
laurat adalah sebesar 39,1oC. Menurut Bird (1993), suatu larutan yang ditambahkan dengan
zat terlarut maka akan menyebabkan terjadinya penurunan titik beku dan penurunan
tekanan uapnya. Penurunan ini disebabkan karena adanya zat terlarut yang berupa asam
benzoat yang dapat menyebabkan menghambatnya interaksi molekul asam laurat untuk
membeku. Penambahan zat terlarut dalam suatu larutan akan mengakibatkan terjadinya
jumlah partikel dalam larutan tersebut sehingga menyebabkan energi kinetik yang
dihasilkan akan berkurang.
Nilai ∆Tf dapat dicari dengan cara mengurangkan Tf o atau Tf pada pelarut murni
berupa asam laurat dengan nilai Tf pada larutan asam laurat dan asam benzoat. Nilai
∆Tf yang dihasilkan pada percobaan yaitu sebesar 2,9oC. Hasil ini telah sesuai dengan nilai
∆Tf teoritis yaitu sebesar 2,9oC. Penentuan massa molar asam benzoat dapat dihitung
dengan memasukkan nilai ∆Tf hasil percobaan. Massa molar asam benzoat yang dihasilkan
yaitu sebesar 126,08 gram/mol. Hasil percobaan ini hampir mendekati dengan massa molar
asam benzoat secara teoritis yaitu sebesar 122,12 gram/mol.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan penentuan massa molar dengan penurunan titik beku
adalah sebagai berikut:
1. Sifat koligatif yang digunakan dalam percobaan ini adalah penurunan titik beku (ΔTf).
Penurunan titik beku merupakan selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutannya. Titik beku akan menurun apabila dalam suatu larutan ditambahkan dengan
zat terlarut. Penurunan titik beku (ΔTf) yang dihasilkan pada percobaan ini adalah
sebesar 2,9℃ .
2. Massa molar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus penurunan titik beku. Massa
zat terlarut dalam percobaan ini adalah massa molar asam benzoat. Massa molar yang
diperoleh adalah sebesar 126,08 g/mol.
3. Metode yang digunakan cukup akurat karena hasil yang diperoleh dari percobaan
hampir mendekati dengan nilai massa molar secara teoritis. Massa molar asam benzoat
secara teoriritis adalah sebesar 122,12 g/mol sedangkan massa molar yang dihasilkan
dari percobaan adalah sebesar 126,08 g/mol.

5.2 Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu praktikan harus berhati-hati saat
menuangkan bahan ke dalam tabung reaksi karena berkurangnya massa dapat
mempengaruhi perhitungan hasil massa molarnya. Proses pemindahan tabung reaksi dari
waterbath panas ke waterbath suhu kamar harus benar-benar dipastikan bahwa suhunya
telah mencapai 50℃ atau lebih. Sensor suhu yang akan digunakan harus dibersihkan
terlebih dahulu agar larutan yang akan diuji tidak terkontaminasi oleh zat lain. Alat-alat
yang akan digunakan juga harus dalam keadaan bersih dan kering agar larutan atau
senyawa yang direaksikan tidak terkontaminasi oleh zat lain.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti.


Alberty, R. 1992.Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Atkins, P. 1994. Kimia Fidika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Brady, J. 1992. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Oxtoby, David. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Aquades. [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. (diakses 20 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Asam Benzoat. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld= 9927096. (diakses 20 April 2019).
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Asam Laurat. [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsld= 9926802. (diakses 20 April 2019).
Soekardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.
Syarifudin. 2010. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
LAMPIRAN

Massa zat pelarut (asam laurat) = 8 gram


Massa zat terlarut (asam benzoat) = 0,75 gram
Mr asam benzoat teoritis = 122,12 g/mol
43,2+41,4 +41,5
Tf pelarut murni = = 42,0 oC
3
39,1+ 37,2+ 41,1
Tf larutan = = 39,1oC
3
∆Tf percobaan = Tf o – Tf = 42,0oC – 39,1oC = 2,9oC
Kf = 3,9oC/molal
1. Perhitungan Teoritis
a.Mencari ∆Tf Teoritis

∆Tf = m x Kf

g 1000
∆Tf = × × Kf
Mr P

0,75 g 1000
∆Tf = × x 3,9oC/molal
122,12 g/mol 8g

∆Tf = 2,9oC

b. Mencari Mr Asam Benzoat

∆Tf = m x Kf

g 1000
∆Tf = × × Kf
Mr P

0,75 g 1000
2,9oC = × x 3,9oC/molal
Mr 8g

0,75 g × 1000× 3,9℃ /molal


Mr =
2,9℃ × 8 g
Mr = 126,08 g/mol

2. Standar Deviasi

a. Standar Deviasi Asam Laurat Murni

SD =
√ ∑ ( x 1−x)2
n−1
=
√ (43,2−42,0)2+( 41,4−42,0)2 +(41,5−42,0)2
2

=
√ 1,44 +0,36+0,25
2
= √ 2,05
= 1,4
b. Standar Deviasi Campuran

SD =
√ ∑ ( x 1−x)2
n−1

=
√ (39,1−39,1)2+(37,1−39,1)2 +(41,1−39,1)2
2

=
√ 0+3,6+4
2
= √ 3.8
= 1,9

Grafik asam laurat dan campuran


(percobaan 1)
80
70
60
50 asam laurat
Waktu (s)

campuran
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Temperatur (oC)
Grafik asam laurat dan campuran
(percobaan 2)
80
70
Temperatur (oC) 60
50 asam laurat
campuran
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Waktu (s)

Grafik asam laurat dan campuran


(percobaan 3)
90
80
70
Temperatur (oC)

60 campuran
50 asam laurat
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Waktu (s)

Anda mungkin juga menyukai