Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

KINETIKA SAFONIFIKASI ETIL ASETAT

Nama : Shavira Nargis Rambe


NIM : 171810301062
Kelas/Kelompok : A/4
Asisten : Mariyatul Kiftiyah

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinetika reaksi adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Laju reaksi yaitu
ukuran dari cepat lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung. Laju reaksi suatu reaksi kimia
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi yang terlibat dalam reaksi terhadap satuan
waktu. Laju atau kecepatan reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya atau
bertambahnya konsentrasi suatu produk. Laju reaksi merupakan perubahan pereaksi atau
reaktan menjadi suatu produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya
yaitu konsentrasi reaktan, suhu, luas permukaan reaktan, mekanisme reaksi dan katalis
(Syukri, 1999).
Proses penentuan laju reaksi dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu
konsentrasi awal dari setiap zat yang kemudian dipangkatkan dengan orde reaksinya. Nilai
orde reaksi pada setiap zat tidaklah sama dengan koefisien reaksi zat tersebut. Penentuan
orde reaksi pada percobaan ini terjadi pada reaksi saponifikasi etil asetat. Reaksi
saponifikasi ialah reaksi hidrolisis lemak oleh suatu alkali atau basa. Alkali atau basa yang
digunakan dalam proses saponifikasi adalah basa kuat, seperti kalium hidroksida (KOH)
dan natrium hidroksida (NaOH).
Percobaan tentang kinetika safonifiksi etil asetat perlu dilakukan untuk menentukan
nilai orde, konstanta laju, energi aktivasi dan faktor pra-eskponensial dari suatu larutan
yang akan diuji. Aplikasi pada percobaan kinetika saponifikasi etil asetat dalam kehidupan
sehari-hari yaitu pembentukan sabun dan pembentukan deterjen. Sabun dapat digunakan
untuk proses pembersihan dari kotoran dan kuman. Proses pembuatan sabun dapat
dilakukan melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada percobaan kinetika safonifikasi etil asetat yaitu bagaimana
cara menentukan orde, konstanta laju, energi aktivasi dan faktor pra-eksponensial untuk
reaksi etil asetat dengan basa menggunakan persamaan konduktansi.

1.3 Tujuan
Tujuan percobaan pada percobaan kinetika safonifikasi etil asetat adalah menentukan
orde, konstanta laju, energi aktivasi dan faktor pra-eksponensial untuk reaksi etil asetat
dengan basa menggunakan persamaan konduktansi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Etil Asetat (CH3COOCH2CH3)
Etil asetat memiliki rumus kimia yaitu CH3COOCH2CH3. Etil asetat adalah senyawa
kimia yang berwujud cairan dan berbau agak manis. Berat molekul etil asetat adalah
sebesar 88,11 gram/mol. Titik didih yang dimiliki oleh etil asetat adalah sebesar 77°C
sedangkan titik lelehnya sebesar -83°C. Tekanan uap etil asetat sebesar 12,4 kPa dan
densitas atau kerapatan etil asetat yaitu 3,04 kPa. Etil asetat bersifat mudah larut dalam air
dingin, air panas, dietil eter, aseton, alkohol dan benzena. Etil asetat bersifat berbahaya
apabila terjadi kontak dengan mata dan kulit. Etil asetat juga bersifat berbahaya apabila
tertelan dan terhirup. Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kontak dengan mata
yaitu segera basuh menggunakan air mengalir selama 15 menit sambil melepas kontak
lensa yang digunakan. Tindakan penanganan pertama untuk kontak langsung dengan kulit
yaitu segera bilas kulit dengan air mengalir selama 15 menit sambil melepas semua
pakaian yang terkontaminasi. Tindakan penanganan pertama apabila tertelan yaitu jangan
memuntakan apapun dan jangan memasukkan apapun ke dalam mulut orang yang tidak
sadar. Tindakan penanganan pertama apabila terhirup yaitu segera cari udara segar dan
berikan pernapasan buatan jika tidak dapat bernapas (Sciencelab, 2019).
2.12 Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida merupakan senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul
NaOH. Natrium hidroksida berbentuk padatan berwarna putih dan tidak berbau. Berat
molekul natrium hidroksida adalah sebesar 40 gram/mol. Titik didih natrium hidroksida
adalah sebesar 1390°C sedangkan titik lelehnya sebesar 318°C. Densitas atau kerapatan
natrium hidroksida adalah sebesar 2,1 gram/cm3. Natrium hidroksida bersifat mudah larut
dalam air dingin, etanol dan metanol tetapi tidak dapat larut dalam dietil eter dan pelarut
non polar lainnya. Indikasi bahaya dari natrium hidroksida adalah dapat menyebabkan
iritasi pada mata dan kulit. Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kontak dengan
mata yaitu segera basuh menggunakan air mengalir sambil melepas kontak lensa yang
digunakan. Tindakan penanganan pertama untuk kontak langsung dengan kulit yaitu segera
bilas kulit dengan air mengalir selama 15 menit sambil melepas semua pakaian yang
terkontaminasi (Sciencelab, 2019).
2.2 Landasan Teori
Ilmu yang mempelajari tentang kecepatan atau laju reaksi disebut kinetika kimia.
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap satuan waktu. Laju
reaksi dapat digunakan untuk mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau
seberapa cepat produk terbentuk. Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
A + B  AB (2.1)
Persamaan laju reaksi secara umum dituliskan sebagai berikut:
laju = k [A]x [B]y (2.2)
Keterangan
k = tetapan laju
[A] dan [B] = konsentrasi pereaksi A dan B
x dan y = koefisien reaksi
(Hiskia, 1992).
Kecepatan atau laju reaksi dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Konsentrasi reaktan
Konsentrasi reaktan akan berbanding lurus dengan laju reaksi. Konsentrasi reaktan yang
semakin banyak dapat menimbulkan terjadinya tumbukan antar molekul sehingga laju
reaksi yang dihasilkan juga akan semakin besar.
2. Luas permukaan
Luas permukaan yang semakin besar akan menyebabkan semakin banyaknya tumbukan
antar partikel yang terjadi, sehingga laju reaksi yang didapatkan juga akan semakin
besar.
3. Suhu
Suhu yang tinggi dapat meningkatkan energi kinetik partikel sehingga tumbukan antar
partikel juga akan meningkat. Tumbukan antar partikel yang semakin meningkat
menyebabkan laju reaksinya menjadi lebih cepat.
4. Tekanan
Tekanan yang semakin meningkat akan menyebabkan volume mengecil sehingga
konsentrasinya akan bertambah. Konsentrasi yang semakin banyak dapat mempercepat
laju reaksi yang terjadi.
5. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi namun tidak mengalami
perubahan secara kimia. Laju reaksi akan meningkat apabila energi aktivasi diturunkan.
Katalis yang ditambahkan pada suatu reaksi akan menurunkan energi aktivasi reaktan.
(Syukri, 1999).
Laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya konsentrasi molar zat. Satuan laju
reaksi yang digunakan yaitu mol.L-1.detik-1. Kecepatan atau laju reaksi dapat didefinisikan
sebagai:
1. Bertambahnya konsentrasi produk per satuan waktu
2. Berkurangnya konsentrasi pereaksi atau reaktan per satuan waktu
(Chang, 2004).
Kurva kecepatan atau laju reaksi dapat digambarkan dengan hubungan antara
konsentrasi reaktan terhadap waktu. Hubungan konsentrasi reaktan terhadap waktu yang
digambarkan akan menghasilkan kurva dengan nilai slope negatif pada setiap titiknya.
Nilai negatif pada slope dapat disebabkan karena konsentrasi reaktan atau pereaksi selalu
mengalami penurunan seiring dengan berjalannya proses reaksi. Slope akan bernilai positif
apabila nilai yang dihasilkan dalam proses reaksi produk meningkat (Sukardjo, 1990).
Orde reaksi merupakan jumlah pangkat pada faktor konsentrasi dalam hukum laju
dalam bentuk persamaan diferensial. Nilai orde reaksi hanya dapat dari suatu percobaan
dan tidak dapat diturunkan secara teori walaupun stokiometri reaksinya telah diketahui.
Metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal. Nilai orde reaksi
dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya yaitu menentukan seberapa besar pengaruh
perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi (Keenan, 1999).
Menurut Atkins (2006), menyatakan bahwa orde reaksi terbagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
1. Reaksi orde nol
Reaksi orde nol adalah reaksi yang berjalan dengan konstan dan tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi reaktan atau pereaksi. Persamaan reaksi orde nol dapat dituliskan sebagai
berikut:
v=k (2.3)
Grafik reaksi orde nol adalah sebagai berikut

Gambar 2.1 Kurva reaksi orde nol


2. Reaksi orde satu
Reaksi orde satu adalah reaksi yang berjalan jika laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi reaktan yang memiliki pangkat satu. Persamaan reaksi orde satu dapat
dituliskan sebagai berikut:
v = k [reaktan]1 (2.4)
Grafik laju reaksi orde satu adalah sebagai berikut
Log [reaktan]

t
Gambar 2.2 Kurva reaksi orde satu
3. Reaksi orde dua
Reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi yang
masing-masing berpangkat satu. Persamaan reaksi orde dua dapat dituliskan sebagai
berikut:
v = k [reaktan]2 (2.5)
Grafik reaksi orde dua adalah sebagai berikut
Log

t
Gambar 2.3 Kurva reaksi orde kedua
Saponifikasi adalah suatu proses pembuatan sabun. Saponifikasi hidrolisis ester
dalam suatu basa atau penyabunan merupakan reaksi yang tidak reversible, oleh sebab itu
penyabunan sering menghasilkan asam karboksilat dengan alkohol. Asam karboksilat yang
diperoleh dari hidrolisis suatu lemak disebut asam lemak. Hasil penyabunannya adalah
garam karboksilat karena hidrolisis berlangsung dalam suasana basa. Proses saponifikasi
misalnya terjadi pada reaksi trigliserida dengan alkali yang terjadi pada suhu 800oC.
Saponifikasi suatu trigliseraldehida akan menghasilkan suatu garam dari asam lemak ke
rantai panjang yang merupakan sabun

Gambar 2.4 Reaksi saponifikasi


(Fessenden, 1982).
Konduktivitas disebut juga daya hantar adalah kemampuan suatu zat untuk
menghantarkan arus listrik. Arus listrik dapat terjadi karena adanya aliran elektron dari
ion-ion yang terdapat dalam suatu larutan elektrolit. Konduktivitas dapat digunakan untuk
mengukur larutan atau cairan elektrolit. Konduktivitas suatu larutan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
1. Konsentrasi larutan
2. Jumlah ion yang ada dalam suatu larutan
3. Kecepatan ion-ion pada beda potensial antara kedua elektroda
Konduktivitas listrik ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu
larutan. Konduktivitas yang dihasilkan akan semakin tinggi apabila konsentrasi
elektrolitnya juga semakin banyak.

K= ( ) (2.5)

Konduktivitas molar merupakan konduktivitas dari suatu larutan jika konsentrasinya


sebesar satu molar. Konduktivitas molar pada ekektrolit dapat dituliskan sebagai berikut:
∆m = (2.6)

Keterangan:
K = konduktivitas (ohm-1.m-1)
A = luas penampang
R = tahanan (ohm)
c = konsentrasi molar
∆m = konduktivitas molar
(Hendayana, 1994).
Konduktansi adalah kemampuan suatu benda untuk menghantarkan arus listrik dari
suatu bahan. Konduktansi merupakan kebalikan dari resistansi. Resistansi adalah
kemampuan suatu benda untuk menahan atau menghambat aliran arus listrik. Konduktansi
dapat didefinisikan sebagai
I= (2.7)

atau dapat dituliskan sebagai


I=EL (2.8)
dimana:
I = arus listrik
E = tegangan listrik
R = hambatan
Konduktansi suatu larutan akan berbanding lurus dengan konsentrasi ionnya, luas
permukaan elektroda dan berbanding terbalik dengan jarak antar elektroda. Menurut
persamaan matematika dapat dijelaskan seperti berikut :
CA
L =  (2.9)
d
dimana:
C = konsentrasi (ekivalen per cm3)
d = jarak antar elektroda (cm)
A = luas elektroda (cm2)
 = konstanta kondutansi ion ekivalen.
(Hendayana, 1994).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Erlenmeyer
- Labu ukur 50 mL
- Pipet volume 5 mL
- Pipet volume 15 mL
- Gelas beaker 10 mL
- Pipet tetes
- Ball pipet
- Corong kaca
- Hot plate
- Termometer
- Vernier LabPro dan probe konduktivitas
- Botol semprot
3.1.2 Bahan
- NaOH 0,020 M
- Etil asetat 0,050 M
- NaCl
- Akuades
3.2 Skema Kerja
Etil asetat 0,05M

- disiapkan sebanyak 15 mL dan disiapkan pula NaOH 0,020 M sebanyak


15 mL
- diatur suhu hot plate pada suhu 35oC
- dipanaskan gelas beaker yang berisi sampel dan gelas yang berisi NaOH
dengan menggunakan hot plate
- dicampurkan kedua larutan tersebut lalu diukur konduktivitasnya
- disimpan file data dan dibuat print out dari setiap proses yang berhasil
- ditarik ke bawah menu file dan diekspor setiap data ke file teks
- dianalisis data menggunakan excel
- didiamkan larutan tersebut selama 30 menit
- diukur kembali nilai konduktivitasnya
- digunakan volume yang sama namun pada suhu 45oC
- dilakukan secara duplo
- ditentukan tetapan laju dengan menggunakan orde reaksi yang
ditemukan pada suhu rendah
 diukur kembali konduktivitas pada masing-masing campuran reaksi
Hasil
untuk memeriksa nilai
BAB 4. HASL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
T (ºC) K∞ Konstanta ɛ/[A0] Ea A (pra-eksponensial)

35 (1) 1069 -0,24185 0,47 9,554574 -0,04121

35 (2) 952 -0.51175 0,11 9,554574 -0,08719

45 (1) 1071 -0.26196 0,50 9,554574 -0,04439

45 (2) 1008 -0,26885 0,51 9,554574 -0,04556

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu membahas tentang kinetika safonifikasi etil asetat.
Safonifikasi merupakan suatu proses pembuatan sabun. Percobaan ini menggunakan bahan
berupa etil asetat yang direaksikan dengan natrium hidroksida kemudian diukur
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan alat yang
disebut dengan konduktometer. Konduktometer adalah suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur daya hantar larutan dan dapat digunakan untuk mengukur derajat ionisasi
suatu larutan. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan orde,
konstanta laju, energi aktivasi dan faktor pra eksponensial.
Konduktometer yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi
yaitu proses yang dapat digunakan untuk menentukan kebenaran alat petunjuk terhadap
standar ukur yang telah terukur. Kalibrasi pada alat konduktometer menggunakan larutan
natrium klorida (NaCl). Natrium klorida digunakan karena mempunyai nilai konduktivitas
yang tetap atau tidak berubah pada suhu kamar. Prinsip kerja konduktometer dalam
mengukur daya hantar suatu larutan adalah mencatat arus listrik yang mengalir pada sensor
atau elektroda. Sensor atau elektroda harus dibilas terlebih dahulu menggunakan akuades
setiap selesai digunakan, tujuannya yaitu agar menjaga akurasi alat dan agar hasil
percobaan yang didapatkan akurat. Nilai daya hantar larutan akan semakin besar apabila
nilai konsentrasinya juga semakin besar, hal ini disebabkan karena semakin banyak ion-ion
dari suatu larutan yang menyentuh konduktometer. Elektroda konduktometer dihubungkan
dengan komputer sehingga nilai konduktivitasnya dapat dilihat melalui layar laptop.
Reaksi antara etil asetat dengan natrium hidroksida dapat dituliskan sebagai berikut:
CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + C2H5OH (aq) (4.1)
Larutan etil asetat 0,050 M sebanyak 15 mL dan natrium hidroksida 0,020 M
sebanyak 15 mL dipanaskan dengan menggunakan hot plate sampai mencapai suhu 35ºC,
setelah mencapai suhu yang diinginkan kemudian kedua larutan tersebut dicampurkan dan
segera diukur nilai konduktivitasnya. Larutan tersebut harus diaduk terlebih dahulu
sebelum diukur dengan menggunakan konduktometer. Proses pengadukan betujuan agar
larutannya menjadi homogen. Nilai konduktivitas diukur dengan cara mencelupkan sensor
atau elektroda sampai menyentuh larutan dan bersamaan dengan memencet tombol start
pada aplikasi logger lite. Waktu pengukuran nilai konduktivitas yaitu selama 65 detik.
Variasi suhu yang digunakan dalam percobaan ini adalah 35ºC dan 45ºC. Percobaan ini
dilakukan secara duplo atau dua kali pengulangan. Tujuan dilakukan secara duplo yaitu
agar mendapatkan hasil yang akurat.
Nilai konduktivitas yang dihasilkan pada pengulangan pertama saat suhu 35ºC dalam
selang waktu selama 65 detik cenderung mengalami penurunan. Nilai konduktivitasnya
menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini membuktikan bahwa nilai
konduktivitas berbanding terbalik dengan waktu, semakin lamanya waktu pencelupan
sensor dalam suatu larutan maka nilai konduktivitas yang dihasilkan akan semakin kecil.
Penurunan nilai konduktivitas dengan bertambahnya waktu disebabkan karena adanya
interaksi ion yang terjadi dalam larutan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena
pada saat ion CH3COO- dihasilkan maka konsentrasi ion OH- akan berkurang. Ion dari OH-
yang berkurang akan menyebabkan nilai konduktivitas larutannya juga berkurang.

Grafik Ln vs t (1)
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 temperatur 35 (1)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t

Gambar 4.1 Grafik ln terhadap t pada suhu 35ºC pada pengulangan pertama
Besarnya nilai orde reaksi yang didapatkan tergantung dari besarnya nilai
konduktivitas yang dihasilkan pada setiap bertambahnya waktu. Nilai konduktivitas yang
dihasilkan dalam percobaan ini cenderung menurun dengan bertambahnya waktu.
Penurunan nilai konduktivitas ini disebabkan karena suhu yang digunakan sudah tidak
stabil.
Larutan yang telah diuji konduktivitasnya kemudian didiamkan selama 30 menit dan
ditutup dengan aluminium foil selama proses pendiaman. Proses penutupan dengan
aluminium foil bertujuan agar larutannya tidak terkontaminasi dengan suhu luar. Proses
pendiaman bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai konduktivitasnya.
Larutan yang didiamkan juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya konstanta tak
terhingga. Larutan diuji kembali dengan konduktometer setelah didiamkan selama 30
menit. Nilai konduktivitas yang diperoleh setelah larutan didiamkan yaitu lebih rendah
dibandingkan dengan nilai konduktivitas tanpa perlakuan pendiaman, hal ini dapat
disebabkan karena terjadi penurunan suhu. Suhu yang digunakan akan menurun meskipun
telah ditutup dengan aluminium foil. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai konduktivitas
dipengaruhi oleh besarnya suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka nilai
konduktivitasnya akan semakin besar.

Grafik Ln vs t (2)
1,2

0,8
LN

0,6

0,4 temperatur 35 (2)

0,2

0
0 20 40 60 80
t

Gambar 4.2 Grafik ln terhadap t pada suhu 35ºC pada pengulangan kedua
Pengukuran nilai konduktivitas pada suhu 45ºC sama halnya saat mengukur nilai
konduktivitas pada suhu 35ºC. Besarnya nilai konstanta tergantung dari temperatur yang
digunakan. Semakin besar temperaturnya maka nilai konstanta yang dihasilkan juga akan
semakin besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin besarnya nilai konstanta yang
lebih besar pada saat suhu 45ºC dibandingkan saat suhu 35ºC. Konstanta juga berhubungan
dengan energi aktivasi. Energi aktivasi yang digunakan pada percobaan ini bernilai sama
pada suhu 35ºC ataupun 45ºC maupun saat percobaan pertama atau kedua yaitu sebesar
9,554574. Nilai konstanta dapat juga digunakan untuk mencari besarnya faktor pra-
eksponensial pada suatu larutan. Hasil yang didapat menurut grafik dan data bahwa faktor
pra-eksponensial akan meningkat seiring dengan besarnya nilai konstanta.

Grafik Ln vs t (1)
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 tempertur 45 (1)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t

Gambar 4.3 Grafik ln terhadap t pada suhu 45ºC pada pengulangan pertama

Grafik Ln vs t (2)
1,8
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 temperatur (2)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t

Gambar 4.4 Grafik ln terhadap t pada suhu 45ºC pada pengulangan kedua
BAB 5. PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini yaitu nilai konduktivitas pada
larutan etil asetat 0,050 M dengan natrium hidroksida 0,020 M akan menurun seiring
dengan bertambahnya waktu. Besarnya nilai konstanta tergantung pada temperatur yang
digunakan, semakin besar temperaturnya maka konstantanya akan semakin besar. Nilai
konstanta yang diperoleh saat suhu 35ºC pada pengulangan pertama dan kedua yaitu
sebesar -0,241 dan -0,511 sedangkan pada suhu 45ºC pada pengulangan pertama dan kedua
ialah -0,261 dan -0,268. Energi aktivasi yang dihasilkan bernilai sama baik pada suhu 35ºC
dan 45ºC serta baik pada pengulangan pertama dan kedua. Nilai energi aktivasinya yaitu
sebesar 9,554574 kJ/mol. Faktor pra-eksponensial yang dihasilkan saat suhu 35ºC pada
pengulangan pertama dan kedua adalah sebesar -0,041 dan -0,087 sedangkan saat suhu
45ºC pada pengulangan pertama dan kedua adalah sebesar -0,044 dan -0,045.

5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini yaitu praktikan harus lebih memahami konsep tentang
kinetika safonifikasi etil asetat agar percobaan yang akan dilakukan berjalan dengan baik.
Pencucian sensor konduktometer harus sebersih mungkin agar hasil yang didapatkan
bersifat akurat. Proses pengadukan harus diperhatikan agar larutan benar-benar menjadi
larutan yang homogen. Proses pencelupan sensor konduktometer ke dalam larutan yang
akan diukur harus dilakukan bersamaan dengan dipencetnya ikon start pada monitor agar
nilai konduktivitas yang didapat sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 2006. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004 . Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph. 1982 . Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.
Hendayana. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hiskia. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Keenan, Charles. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Etil asetat. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926853. [diakses 15 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Natrium hidroksida. [SerialOnline].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927468. [diakses 15 Maret 2019].
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB Press.
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Pada saat suhu 35ºC dan pengulangan pertama

t (s) K ɛ/A0 k Ea A plot ln


0 1428 0,050477 #NUM! #NUM! 0,94352
1 1391 0,102319 -0,24185 9,554574 -0,04121 0,974179
2 1353 0,12824 -0,24185 9,554574 -0,04121 0,990677
3 1334 0,144611 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,00154
4 1322 0,144611 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,00154
5 1322 0,156889 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,009926
6 1313 0,155525 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,008984
7 1314 0,171896 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,020469
8 1302 0,170532 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,019497
9 1303 0,175989 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,023402
10 1299 0,186903 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,03135
11 1291 0,196453 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,038458
12 1284 0,196453 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,038458
13 1284 0,207367 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,046766
14 1276 0,215553 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,053129
15 1270 0,227831 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,062895
16 1261 0,233288 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,067324
17 1257 0,240109 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,072939
18 1252 0,241473 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,074073
19 1251 0,245566 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,077495
20 1248 0,25648 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,086785
21 1240 0,25648 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,086785
22 1240 0,264666 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,093912
23 1234 0,261937 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,091521
24 1236 0,278308 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,106108
25 1224 0,283765 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,111102
26 1220 0,304229 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,130449
27 1205 0,316508 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,142552
28 1196 0,324693 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,150839
29 1190 0,324693 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,150839
30 1190 0,323329 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,149446
31 1191 0,324693 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,150839
32 1190 0,323329 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,149446
33 1191 0,336971 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,163614
34 1181 0,346521 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,173848
35 1174 0,346521 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,173848
36 1174 0,354707 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,182836
37 1168 0,365621 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,195146
38 1160 0,377899 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,209461
39 1151 0,377899 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,209461
40 1151 0,383356 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,215988
41 1147 0,40382 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,241431
42 1132 0,40382 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,241431
43 1132 0,418827 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,261124
44 1121 0,425648 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,270386
45 1116 0,435198 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,283696
46 1109 0,446112 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,299422
47 1101 0,452933 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,309544
48 1096 0,459754 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,3199
49 1091 0,466576 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,3305
50 1086 0,472033 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,339162
51 1082 0,473397 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,341354
52 1081 0,472033 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,339162
53 1082 0,478854 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,350226
54 1077 0,47749 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,347992
55 1078 0,482947 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,356993
56 1074 0,48704 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,363861
57 1071 0,495225 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,377905
58 1065 0,496589 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,380287
59 1064 0,500682 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,387505
60 1061 0,510232 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,404783
61 1054 0,514325 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,412382
62 1051 0,510232 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,404783
63 1054 0,514325 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,412382
64 1051 0,521146 -0,24185 9,554574 -0,04121 1,425315
65 1046 1,948158 -0,24185 9,554574 -0,04121 0,626999

Grafik Ln vs t (1)
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 temperatur 35 (1)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t
2. Pada saat suhu 35ºC dan pengulangan kedua

t (s) k ɛ/A0 k Ea A plot ln


0 10
1 2521 0,036329 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,935643
2 2464 0,056724 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,947061
3 2432 0,065647 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,952189
4 2418 0,049713 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,943089
5 2443 0,055449 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,946335
6 2434 0,075844 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,958154
7 2402 0,081581 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,961559
8 2393 0,087317 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,965
9 2384 0,092416 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,968091
10 2376 0,098789 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,971996
11 2366 0,101338 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,973571
12 2362 0,107075 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,977144
13 2353 0,107712 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,977543
14 2352 0,105163 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,975949
15 2356 0,107712 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,977543
16 2352 0,112173 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,980353
17 2345 0,114085 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,981565
18 2342 0,114085 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,981565
19 2342 0,113448 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,98116
20 2343 0,114085 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,981565
21 2342 0,117909 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,984002
22 2336 0,114085 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,981565
23 2342 0,117909 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,984002
24 2336 0,118547 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,98441
25 2335 0,121734 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,986457
26 2330 0,123008 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,987279
27 2328 0,131294 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,992676
28 2315 0,131294 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,992676
29 2315 0,138942 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,997737
30 2303 0,140854 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,999015
31 2300 0,145315 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,002015
32 2293 0,148502 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,004175
33 2288 0,150414 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,005477
34 2285 0,157425 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,010297
35 2274 0,158062 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,010738
36 2273 0,159975 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,012067
37 2270 0,163799 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,014739
38 2264 0,164436 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,015187
39 2263 0,164436 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,015187
40 2263 0,164436 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,015187
41 2263 0,170172 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,019241
42 2254 0,170172 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,019241
43 2254 0,170809 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,019694
44 2253 0,170809 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,019694
45 2253 0,170172 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,019241
46 2254 0,174634 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,022428
47 2247 0,176546 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,023803
48 2244 0,182282 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,027962
49 2235 0,182919 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,028427
50 2234 0,188018 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,032172
51 2226 0,18993 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,033587
52 2223 0,196303 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,038346
53 2213 0,200765 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,041717
54 2206 0,202677 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,043171
55 2203 0,202677 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,043171
56 2203 0,207776 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,047081
57 2195 0,212874 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,051034
58 2187 0,212874 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,051034
59 2187 0,218611 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,055536
60 2178 0,221797 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,058062
61 2173 0,218611 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,055536
62 2178 0,221797 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,058062
63 2173 0,226896 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,062142
64 2165 0,227533 -0,51175 9,554574 -0,08719 1,062656
65 2164 1,606756 -0,51175 9,554574 -0,08719 0,186064

Grafik Ln vs t (2)
1,2

0,8
LN

0,6

0,4 temperatur 35 (2)

0,2

0
0 20 40 60 80
t
3. Pada saat suhu 45ºC dan pengulangan pertama

t (s) K ɛ/A0 k Ea A plot ln


0 857
1 0
2 992
3 2861 0,059777 -0,26196 9,554574 -0,04439 0,948806
4 2754 0,140782 -0,26196 9,554574 -0,04439 0,998967
5 2609 0,185475 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,030299
6 2529 0,253073 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,083859
7 2408 0,188827 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,03277
8 2523 0,493855 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,375524
9 1977 0,282682 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,110105
10 2355 0,169274 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,018603
11 2558 0,178771 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,02541
12 2541 0,198324 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,039868
13 2506 0,212291 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,050579
14 2481 0,225698 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,061179
15 2457 0,238547 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,071646
16 2434 0,251955 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,082904
17 2410 0,253073 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,083859
18 2408 0,259777 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,089638
19 2396 0,262011 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,091585
20 2392 0,267598 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,096499
21 2382 0,273743 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,101981
22 2371 0,275419 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,103491
23 2368 0,304469 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,130682
24 2316 0,33352 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,15998
25 2264 0,350838 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,178563
26 2233 0,362011 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,191033
27 2213 0,367598 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,197417
28 2203 0,377095 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,208508
29 2186 0,381564 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,213833
30 2178 0,387709 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,221271
31 2167 0,398324 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,234444
32 2148 0,405028 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,242983
33 2136 0,406704 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,245145
34 2133 0,413408 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,253907
35 2121 0,418436 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,2606
36 2112 0,425698 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,270455
37 2099 0,428492 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,274307
38 2094 0,432961 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,280542
39 2086 0,439665 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,290065
40 2074 0,444693 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,297345
41 2065 0,447486 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,301443
42 2060 0,450279 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,305579
43 2055 0,456425 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,314815
44 2044 0,461453 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,322516
45 2035 0,462011 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,32338
46 2034 0,465922 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,329473
47 2027 0,46648 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,330351
48 2026 0,472626 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,340114
49 2015 0,472626 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,340114
50 2015 0,476536 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,346437
51 2008 0,477654 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,348259
52 2006 0,483799 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,358415
53 1995 0,487709 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,364994
54 1988 0,489385 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,367843
55 1985 0,493296 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,374557
56 1978 0,494972 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,377464
57 1975 0,5 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,386294
58 1966 0,5 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,386294
59 1966 0,502793 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,391272
60 1961 0,506145 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,397313
61 1955 0,506145 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,397313
62 1955 0,510056 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,404459
63 1948 0,511732 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,407554
64 1945 0,515642 -0,26196 9,554574 -0,04439 1,414854
65 1938 1,598324 -0,26196 9,554574 -0,04439 0,172983

Grafik Ln vs t (1)
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 tempertur 45 (1)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t
4. Pada saat suhu 35ºC dan pengulangan kedua

t (s) k ɛ/A0 k Ea A plot ln


0 2680 0,018541 -0,26885 9,554574 -0,04556 0,926016
1 2649 0,133373 -0,26885 9,554574 -0,04556 0,994045
2 2457 0,19378 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,036454
3 2356 0,23445 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,068274
4 2288 0,255383 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,08584
5 2253 0,273325 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,101606
6 2223 0,285287 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,112507
7 2203 0,297249 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,123736
8 2183 0,306818 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,132969
9 2167 0,312799 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,138856
10 2157 0,319378 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,145438
11 2146 0,325359 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,151521
12 2136 0,331938 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,158326
13 2125 0,337919 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,164617
14 2115 0,3439 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,171012
15 2105 0,350478 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,178168
16 2094 0,356459 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,184788
17 2084 0,36244 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,191519
18 2074 0,370813 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,201138
19 2060 0,372608 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,20323
20 2057 0,384569 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,217454
21 2037 0,397129 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,23294
22 2016 0,40311 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,240522
23 2006 0,409091 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,248244
24 1996 0,409091 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,248244
25 1996 0,411483 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,251373
26 1992 0,412679 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,252946
27 1990 0,41567 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,256905
28 1985 0,420455 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,263317
29 1977 0,421651 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,264935
30 1975 0,427632 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,273117
31 1965 0,430622 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,277268
32 1960 0,433014 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,280617
33 1956 0,437799 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,287393
34 1948 0,44378 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,296015
35 1938 0,44378 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,296015
36 1938 0,449761 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,304808
37 1928 0,453947 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,311068
38 1921 0,460526 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,321087
39 1910 0,463517 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,325716
40 1905 0,468301 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,333222
41 1897 0,47189 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,338934
42 1891 0,479067 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,350575
43 1879 0,485646 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,361511
44 1868 0,48744 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,364538
45 1865 0,492823 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,37374
46 1856 0,497608 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,382072
47 1848 0,501196 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,388419
48 1842 0,504785 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,394852
49 1836 0,510167 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,404665
50 1827 0,510167 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,404665
51 1827 0,516746 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,416935
52 1816 0,516148 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,415806
53 1817 0,521531 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,426056
54 1808 0,52512 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,433009
55 1802 0,526914 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,436523
56 1799 0,532297 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,447214
57 1790 0,532297 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,447214
58 1790 0,538278 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,459368
59 1780 0,540072 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,463071
60 1777 0,543062 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,469305
61 1772 0,546651 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,476887
62 1766 0,550239 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,484582
63 1760 0,551435 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,487173
64 1758 0,558014 -0,26885 9,554574 -0,04556 1,501657
65 1747 1,602871 -0,26885 9,554574 -0,04556 0,180064

Grafik Ln vs t (2)
1,8
1,6
1,4
1,2
1
LN

0,8
0,6 temperatur (2)
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80
t

Anda mungkin juga menyukai