Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

(KURIKULUM, PESERTA DIDIK, DAN KELAS)

Disusun untuk memenuhi tugas Pengelolaan Pendidikan

Oleh:

M. Rizky.A.A ( 1831811036 )

Rayi Permana ( 1831811018 )

Yusuf

Naufal syahrul ( 1831811002 )

Maulana akbar ( 1831811008 )

Taufik Muhammad ( 1831811014 )

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Sukabumi


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNnya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan Satuan Pendidikan (Kurikulum, Peserta Didik,
dan Kelas” ini. Makalah ini secara keseluruhan berasal dari beberapa literatur. Makalah ini
menjelaskan tentang pengelolaan kurikulum di sekolah atau lembaga pendidikan, pengelolaan
peserta didik, dan pengelolaan kelas agar tercipta tujuan dari pengelolaan. Penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dalam penambahan literatur belajar kita.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Karena itu kritik dan saran dari para pembaca selalu penulis harapkan dalam perbaikan pembuatan
makalah selanjutnya.

Sukabumi, Oktober 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK

Pendidikan kepada anak merupakan kewajiban bagi orang tua, hanya sajah banyak yang
tidak menyadari bahwa orang tua sebenarnya merupakan guru yang pertama dan utama bagi
anak anaknya dalam membangun dan mendidik moralitas anak anak. Siapapun yang menjadi
orang tua berkewajiban untuk mengarahkan dan membingbing masa depan anak anak
mereka, anak anak merupakan tumpuan generasi yang akan datang, anak anak merupakan
cita cita orang tuanya, anak anak merupakan cita cita bangsa dan negaranya, eksis atau
tidaknya bangsa ini tergantung bagai mana generasi yang akan datang, maka di perlukan
pengarahan dan bingbingan terutama dalam pendidikan secara nasional yang di tunjukan
untuk bertujuan mempertahankan bangsa dan negaranya.

Anak anak seperti kertas putih atau anak anak punya potensi untuk di kembangkan sesuai
dengan kebutuhan lingkunganya tergantung bagai mana pendidikan yang di teriman oleh
anak anak dai orang tua nya, disinilha konep pendidikan memberikan strategi dalam
mendidik anak anak. Tidak ada jalan lain, kecuali dengan nasehat nasehat yang baik dari
orang tuanya kepada anak anaknya, ketika orang tuanya sudah mempercayakan kepada
institusi pendidikan maka mau tidak mau institusi pendidikan yang di terapkan harus di
sesuaikan dengan kebutuhan orang tuanya.

Benar apa yang di sabdakan oleh nabi Muhammad SAW bahwa bayi yang di lahirkan
dalam keadaan fithrah (suci), tergantung bagai mana siapa yang mendidiknya dan bagai
mana proses pendidikan di lakukan, semuahnya tergantung siapa dan akan kemana tujuan
pendidikan untuk seorang anak yang baru lahir tersebut. Lalu seorang anak yang dalam
keadaan dirinya di tentukan oleh pengaruh lingkungan sebagai mana yang di kemukakan
dalam konsep teori Behaviorisme. Berbeda pula dengan pandangan teori kognitif yang
memberikan penjelasa bahwa seorang anak mempunyai potensi bakat dan minat di dalam
dirinya yang tidak mudah untuk di pengaruhi lingkungannya, dia membawa potensi hereditas
(gen) yang membentuk dirinya sejak lahir.

Namun pada prinsipnya bahwa manusia hidup pada dasarnya di mulyakan oleh tuhannya,
tetapi banyak manusia yang tidak menyadarinya bahwa dirinya sebagai mahluk yang paling
mulia di antara mahluk lainnya.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


Pertumbuhan merupakan istilah yang menunjukan perubahan yang semakin
meningkat, pertumbuhan lebih cenderung bagaimana seorang anak yang berada
pada waktu pertama kali di lahirkan sampai padak kematian mengalami
pertumbuhan secara jasmaninya. Tumbuh ibarat tanaman berawal dari mulai
benih sampai kepada menghasilkan buah dan mengalami kematian. Sementara itu,
perkembangan berkaitan dengan kematangan seseorang yang selalu mengalami
pola pikir yang terus maju, tentunya hal ini bisa di bedakan bagaimana seseorang
itu berjalan, bagaimana seseorang itu berbicara, bagaimana seseorang itu
menghadapi pergaulan hidupnya. Penulias memiliki asumsi bahwa pertumbuhan
berkaitan dengan peningkatannya secara jasmani, sementara perkembangan
berkaitan dengan peninggakatannya secara rohani. Dalam perkembangan juga di
bicarakan tentang perkembangan social dan moral.
Proses perkembangan social dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan
proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan social siswa sangat
bergantung pada kualitas proses belajar khususnya belajar social. Siswa tersebut
baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas.
Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemamouan siswa dalam
bersikap dan berprilaku social yang selaras dengan moral agama, moral tradisi,
moral hukum, dan norma moral lainya.
Perkembangan social dan moral menjadikan setiap orang beradaptasi di
dalam lingkungan,. Dimana manusia selalu berfikir akan peran dan tanggung
jawabnya didalam kenyataan – kenyataan yang berhadapan dengan
ketidaknyataan, nyata adalah sesuatu yang tampak dilihat, dan bendanya dengan
benar wujud dapat dilihat oleh mata telanjang sementara tidak nyata merupakan
sesuatu yang tidak tampak dan tidak terlihat, bahkan bendanya benar benar wujud
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Ngalim purwanto ( 2014: 43 ) berfikir adalah suatu keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan manusia yang terarah kepada suatu
tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman/ pengertian yang kita
kehendaki.
Penulis memiliki argumentasi bahwa berfikir akan selalu verkaitan dengan
apa yang di lihat, didengar, dan di rasakan kemudian terjadi proses berfikir yang
matang, berfikir akan terjadi jika aqda sebab yang merangsangnya, kesempurnaan
berfikir akan menjadi rasional jika berfikir menggunakan hukum sebab akibat
tersebut. Melihat contoh diata pesulis menganalogikan dengan kemepurnaan
seorang peroko. Sebagaimana rokok merupakan hal yang wajib bagi peroko.
Tidak bisa akan dirokok sebatang rokok apalagi berbatang batang rokok jika tidak
ada api yang menyala, perokok menyebutnya sebagain korek api, apipun menjadi
wajib adanya, sebab rokok tidak akan bisa dirokok tanpa adanya api yang
menyalakan.
Argumentasi ini menjadikan penulis menyadari bahwa proses berfikir
pada dasarnya membutuhkan sebuah keterkaitan yang menyebabkan seseorang
untuk berfikir secara mendalam, yang kemudian dituangkan dalam komunikasi
seorang baik secara lisan maupun tulisan. Dalam mempelajari hal- hal yang
abstrak diperlukan akal untuk berfikir yang kuat disamping penguasaan atas
perinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini ialah belajar
matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi
agama

C. Aliran Belajar
Ngalim Purwanto (2014:89) menyatakan bahwa teori belajar yang terkenal antara lain :

1. Teori Condtioning
Teori ini dikembangkan oleh Pavlov dari rusia yang melakukan percobaan-
percobaan sebagai berikut, Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa,
sehingga kelenjar ludahnya berada diluar pipihnya, dimasukan ke kamar yang gelap.
Dikamar itu hanya ada sebuah lubang yang terletak didepan moncongnya tempat
menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan percobaan-
percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah pipa yang
dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian, dapat diketahui
keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu pada waktu diadakan percobaan-
percobaan. Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan-percobaan itu ialah
makanan, lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna dan sebuah
bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapatkan
kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflex dapat dipelajari, dapat berubah karena
mendapat latihan. Teori ini merangsang setiap peserta didik untuk melakukan apa
yang telah diinginkan oleh gurunya, seperti seorang guru memberi permen kepada
peserta didik agar mau belajar dan mampu menjawab apa yang ditanyakan kepada
gurunya.

2. Teori Connectionisme
Teori trial and error setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru
akan melakukan tindakan yang bersifat coba-coba secara membabibuta. Jika
dalam usaha itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi
tuntutan maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian dipegangnya, karena
latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan
perbuatan yang cocok itu makin lama makin efesien, sementara teori law of effect
tingkah laku terjadi secara otomatis dimana dalam belajar dilatih dengan syarat-
syarat tertentu (Ngalim Purwanto, 2014:98).
Teori trial and error menjadikan setiap individu bergerak secara leluasa
tanpa batas-batas yang jelas dan terukur, teori ini berbuat dengan serampangan
tanpa adanya pertimbangan akibat yang dilakukannya, mencoba untuk mencari
sesutau yang benar tetapi kecenderungannya lebih kepada percobaan yang belum
memiliki cara yang benar. Sedangkan, teori law of effect memiliki cara yang
dibenarkan berdasarkan intruksi untuk mencapai tujuan yang ingin diraihnya
dengan latihan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan oleh setiap individu
tersebut
3. Teori Belajar Psikologi Gestal
Menurut teori ini manusia bukan hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya
berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Belajar
menurut psikologi gestal dapat diterapkan sebagai berikut
1. Dalam belajar factor pemahaman atau pengertian merupakan factor yang
penting, dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan dan pengalaman.
2. Dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling central,
belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif mekanistis belaka, tetapi
dilakukan dengan sadar bermotif dan bertujuan. (Ngalim Purwanto 2014:101)

Hanya orang-orang yang belajar yang dapat mengerti akan situasi, yang
kemudian dapat disikapi dengan bijak Bahasa yang digunakan lebih santun dan
lebih bermartabat.

Dalam penutupannya Ngalim Purwanto (2014:101) menyatakan bahwa dalam


menyimpulkan pendapat teori tersebut janganlah hendaknya memandang suatu
yang saling bertentangan, dan menganggap yang satu itu benar dan yang lainnya
salah. Dengan teori tersebut diharapkan dapat memberikan suatu solusi dalam
memecahkan masalah yang terjadi pada peserta didik.

D. Pakar Psikologi Kepribadian Anak

Berikut merupakan tokoh tokoh psikologi kepribadian, yaitu :

1. Sigmund Freud ( Psikoanalis Klasik )

a. Tahap infantile ( 0-5 tahun )


Merupakan tahap yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian

1) Fase Oral ( 0-1 tahun )


Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah
kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan atau minum menjadi
sumber kenikmatannya.
2) Fase Anal ( 1-2/3 tahun )
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, mengeluarkan
feces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi
sisa makanan
3) Fase Falis ( 2/3-5/6 tahun )
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Pada mulanya
anak sama sama mencintai ibunya dan memandang ayah sebagai saingan dalam
perebutan kasih sayang ibu.

2. Carl Gustav Jung ( Psikologi Analitik )

Jung ( Alwisol, 2011:56 )

1) Tahap Anarkis ( 0-6 tahun )


Ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadis, pengalaman pada fase ini
sering muncul ke dalam kesadaran sebagai gambaran primitive yang tidak dapat di
jelaskan secara akurat.
2) Tahap Monarkis ( 6-8 tahun )
Ditandai dengan perkembangan ego dan mulainya pikiran verbal dan logika, pada
tahap ini anak memandang dirinya sebagai objekif, menganggap dirinya sebagai
orang ketiga
3) (8-12 tahun )
Ditandai dengan pembagian ego menjadi dua objectif dan subjektif. Anak ini
memandang dirinya sebagai individu yang terpisah

3. Henry Murray ( Personologi )


Murray ( Alwisol, 2011:192 )

1) Kompleks Klaustral
Hidup didalam kandungan sangat aman, tenang, dan sangat tergantung, suatu
kondisi yang sering kita harapkan untuk dapat kita alami kembali.
2) Kompleks Uretral
Berhubungan dengan ambisi yang berlebihan, dan sangat mencintai dirinya sendiri
3) Kompleks Kastrasi
Ketakutan kastrasi sebagai sumber kecemasan orang dewasa. Berkembang dari
masturbasi di usia anak anak yang di barengi dengan hukuman dari orangtua.

4. Gordon Allport ( Keunikan Individu )

Gordon Allport ( Alwisol, 2011:224 )

1) Usia 0-3 tahun


- Aspek diri fisik
- Aspek identitas diri yang berkesinambungan
- Aspek bangga diri
2) Usia 4-6 tahun
- Aspek perluasan diri
- Aspek gambaran diri
3) Usia 6-12 tahun
- Aspek penguasaan rasional
4) Usia remaja
- Aspek berusaha memiliki
5) Usia dewasa
- Diri sebagai si tahu

5. Carl Rogers ( Terpusat pada Pribadi )

Rogers ( Alwisol, 2011:275 )

1) Terbuka untuk mengalami : Orang yang terbuka untuk mampu mendengar


dirinya sendiri, merasakan secara mendalam pengalaman, dan kognitif dalam
dirinya tanpa merasa terancam.
2) Hidup menjadi : kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin
pada setiap eksistensi
3) Keyakinan organismic : mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti
keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku yang memuaskan
4) Pengalaman kebebasan : pengalaman hidup bebas tanpa adanya paksaan.
5) Kreativitas : kemungkinan besar memunculkan produk dan hidup kreatif.
6. Albert Bandura ( Belajar Sosial )
Bandura ( Alwisol, 2011:285 )

1) Belajar Melalui Observasi, orang memperoleh respons yang tidak terhingga


diikuti dengan hubungan dan penguatan.
2) Peniruan, penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, melibatkan
proses kognitif
3) Tingkah laku, membuat orang dapat mentransfor apa yang di pelajari apa yang di
amatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru.
4) Mengubah tingkah laku lama,
5) Simbolik, film dan televise menyajikan tingkah laku yang tak terhitungn sajian
itu berpotensi sebagai sumber tingkah laku.
6) Konsisi, mempelajari respon emosional.

7. B.F. Skinner ( Behaviorisme )

Konsep perkembangan kepribadian yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka
dalam menerima dan lebih tanggap dalam merespons.

8. Neal E. Miller dan John Dollard ( Stimulus response

Dollard dan Miller ( Alwisol,2011:345 )

Kemampuan memakai bahasa dan respons isyarat sangat di pengaruhi oleh


konteks social dimana orang itu berkembang. Bahasa adalah produk social, dam kalau
proses bahasa itu penting lingkungan social pasti juga penting dalam perkembangan
kepribadiannya.

Anda mungkin juga menyukai