Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ANATOMI FISIOLOGI

NAMA KELOMPOK :
DAENG FARAHNAZ E. A.
EVIE KURNIAWATI
JUITA LESTARI
RIFDA AMALIA A.
VISCHA ARUM G.
KELAS : D-4 GIZI (KELOMPOK B)
DOSEN: Dr. ISKANDAR ZULKARNAEN, M.Sc
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF (NEUROLOGI KLINIK)

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF


Struktur dan FungsiSistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf
tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf
pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui
berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima
oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan
berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang.
Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal
sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi
yang tidak seimbang atau sakit.

Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas


Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem
saraf tepi dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi yang
menerima rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh sistem
saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian
jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang
berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respon
adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban disebut
efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan
(volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter
melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom.
Efektor dari sitem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom,
efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.

Fungsi Saraf
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf
sensori . Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban atau respon.
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ tubuh sebagai
kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga Efferent Motorik Pathway.
Sel Saraf (Neuron)

Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik. Neuron
merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat exitability artinya
siap

memberi respon saat terstimulasi.


Satu sel saraf mempunyai badan sel disebut soma yang mempunyai satu atau lebih tonjolan
disebut dendrit. Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu dari dua ekspansi
yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu neuron. Dendrit dan
badan sel saraf berfungsi sebagai pencetus impuls sedangkan akson berfungsi sebagai
pembawa impuls. Sel-sel saraf membentuk mata rantai yang panjang dari perifer ke pusat dan
sebaliknya, dengan demikian impuls dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron
lainnya. Tempat dimana terjadi kontak antara satu neuron ke neuron lainnya disebut sinaps.
Pengahantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlangsung dengan perantaran zat
kimia yang disebut neurotransmitter

Jaringan Penunjang

Jaringan penunjang saraf terdiri atas neuroglia. Neuroglia adalah sel-sel penyokong untuk
neuron-neuron SSP, merupakan 40% dari volume otak dan medulla spinalis. Jumlahnya lebih
banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10 berbanding satu. Ada empat jenis
sel neuroglia yaitu: mikroglia, epindima, astrogalia, dan oligodendroglia

Mikroglia

Mempunyai sifat fagositosis, bila jaringan saraf rusak maka sel-sel ini bertugas untuk
mencerna atau menghancurkan sisa-sisa jaringan yang rusak. Jenis ini ditemukan diseluruh
susunan saraf pusat dan di anggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Sel-sel ini
mempunyai sifat yang mirip dengan sel histiosit yang ditemukan dalam jaringan penyambung
perifer dan dianggap sebagai sel-sel yang termasuk dalam sistem retikulo endotelial sel.

Epindima

Berperan dalam produksi cairan cerebrospinal. Merupakan neuroglia yang membatasi sistem
ventrikel susunan saraf pusat. Sel ini merupakan epitel dari pleksus choroideus ventrikel otak.
Astroglia

Berfungsi sebagai penyedia nutrisi esensial yang diperlukan oleh neuron dan membantu
neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi dan transmisi
sinaptik. Astroglia mempunyai bentuk seperti bintang dengan banyak tonjolan. Astrosit
berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki I perivaskuler dan menghubungkannya dalam
sistem transpot cepat metabolik. Kalau ada neuron-neuron yang mati akibat cidera, maka
astrosit akan berproliferasi dan mengisi ruang yang sebelumnya dihuni oleh badan sel saraf
dan tonjolan-tonjolannya. Kalau jaringan SSP mengalami kerusakan yang berat maka akan
terbentuk suatu rongga yang dibatasi oleh astrosit

Oligodendroglia

Merupakan sel yang bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam SSP. Setiap


oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron, membran plasmanya membungkus tonjolan
neuron sehingga terbentuk lapisan myelin. Myelin merupakan suatu komplek putih
lipoprotein yang merupakan insulasi sepanjang tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran ion
kalium dan natrium melintasi membran neuronal .

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP dibungkus oleh selaput
meningen yang berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis dari benturan atau
trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan yaitu durameter, arachnoid dan piamater.

Rongga Epidural

Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi pembuluh darah dan
jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan. Bila cidera mencapai lokasi ini akan
menyebabkan perdarahan yang hebat oleh karena pada lokasi ini banyak pembuluh darah
sehingga mengakibatkan perdarahan epidural

Rongga Subdural

Berada diantara durameter dan arachnoid, rongga ini berisi berisi cairan serosa.

Rongga Sub Arachnoid

Terdapat diantara arachnoid dan piameter. Berisi cairan cerebrospinalis yang salah satu
fungsinya adalah menyerap guncangan atau shock absorber. Cedera yang berat disertai
perdarahan dan memasuki ruang sub arachnoid yang akan menambah volume CSF sehingga
dapat menyebabkan kematian sebagai akibat peningkatan tekanan intra kranial (TIK).

Otak

Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut cerebellum dan batang
otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak orang dewasa yaitu mempunyai berat
lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac
out put serta membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa.
Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme
otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila
kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu
dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi
bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut struktur
subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi untuk
mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang diterima sehingga individu merasakan,
menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat
banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks motorik
berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.

Struktur sub kortikal

a. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan
dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap tubuh.

b. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri

c. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat
dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi

d. Hipofise
Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar endokrin
dalam sintesa dan pelepasan hormon.

Cerebrum

Terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan keduanya dipisahkan oleh
fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri terbagi menjadi hemisper kanan dan kiri.
Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum.
Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang
diatasnya, yaitu:

1. Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis


2. Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis
3. Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis
4. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang temporalis

Cerebelum (Otak Kecil)

Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah lapisan
durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum
sekitar 150 gr atau 8-8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi
hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada
umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat
terlaksana dengan sempurna.
Batang Otak atau Brainstern

Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan tempat
berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur
kegiatan jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.

Komponen Saraf Kranial

a. Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII

b. Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII

c. Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X

d. Komponen motorik visceral

Eferen viseral merupakan otonom mencakup N III, N VII, N IX, N X. Komponen eferen
viseral yang 'ikut' dengan beberapa saraf kranial ini, dalam sistem saraf otonom tergolong
pada divisi parasimpatis kranial.

1. N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari mukosa
hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.

2. N. Optikus

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus. Pada
dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.

3. N. Oculomotorius

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini berfungsi sebagai
saraf untuk mengangkat bola mata

4. N. Trochlearis

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus oblique yang
berfungsi memutar bola mata

5. N. Trigeminus

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan saraf
mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini
mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi
dan meningen.
6. N. Abducens

Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis. Kerusakan
saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik
ke medial seperti pada Strabismus konvergen.

7. N. Facialias

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi untuk sensasi
umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.

8. N. Statoacusticus

Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan

9. N. Glossopharyngeus

Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori khusus.
Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan gerakan
menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga
mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan
telinga tengah.

10 N. Vagus

Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-otot
pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi bagian
bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam
tubuh.

11. N. Accesorius

Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan komponen
spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi muskulus Trapezius
dan Sternocieidomastoideus.

12. Hypoglosus

Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah.
Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada
trigonum hypoglosi.

Medula Spinalis

Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis
vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi cornu
vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu
pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian
thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari
coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalispun terbungkus
oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera.

Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian substansia grissea dan


substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi canalis centralis sehingga membentuk
columna dorsalis, columna lateralis dan columna ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh
substansia alba atau badan putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi
oleh myelin. Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari
SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia grisea berfungsi
sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat di medula spinalis.Disepanjang medulla
spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis menuju otak yang disebut
sebagai jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras
desenden. Subsatansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa impuls
sensorik dari sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls motorik dari otak ke saraf tepi.
Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat dimeudla spinalis.

Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula spinalis, pusat
koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada umumnya penghantaran
impuls sensorik di substansia alba medula spinalis berjalan menyilang garis tenga. ImPuls
sensorik dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian
juga dengan impuls motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi
melalui medula spinalis akan menyilang.

Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks
motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam
sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan
membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka. Gangguan fungsi UMN maupun
LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda dengan
sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas',
ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka
(hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid),
ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka
(hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang.
Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini
tiba di medula spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron
LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka
akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan
kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.

Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks.
Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea medula spinalis. Refleks adalah
jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang
terjadi baik dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks terjadi
melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung reflex
Fungsi medula spinalis

1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis.

2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai

3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum

4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

Lengkung reflex

o Reseptor: penerima rangsang

o Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (ke pusat
refleks)

o Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia grisea), tempat
terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi pemindahan
/penerusan impuls)

o Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel efektornya
berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf /penggerak)

o Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks. Dapat
berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel kelenjar.

Sistem Saraf Tepi

Kumpulan neuron diluar jaringan otak dan medula spinalis membentuk sistem saraf tepi
(SST). Secara anatomik digolongkan ke dalam saraf-saraf otak sebanyak 12 pasang dan 31
pasang saraf spinal. Secara fungsional, SST digolongkan ke dalam: a) saraf sensorik (aferen)
somatik : membawa informasi dari kulit, otot rangka dan sendi, ke sistem saraf pusat, b) saraf
motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot rangka, c) saraf
sesnsorik (eferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera ke sistem saraf pusat, d)
saraf mototrik (eferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot polos, otot
jantung dan kelenjar. Saraf eferen viseral disebut juga sistem saraf otonom. Sistem saraf tepi
terdiri atas saraf otak (s.kranial) dan saraf spinal.

Saraf Otak (s.kranial)

Bila saraf spinal membawa informasi impuls dari perifer ke medula spinalis dan membawa
impuls motorik dari medula spinalis ke perifer, maka ke 12 pasang saraf kranial
menghubungkan jaras-jaras tersebut dengan batang otak. Saraf cranial sebagian merupakan
saraf campuran artinya memiliki saraf sensorik dan saraf motorik

Saraf Spinal

Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan kemudian dari kolumna
vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang vertebra. Celah tersebut dinamakan
foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena
mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik.
Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari serat –serat eferen. Serat
eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat
eferen keluar dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen
medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan demikian
terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5 pasang saraf spinal
lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf spinal koksigeal. Untuk
kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang
tersusun sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang sangat
kompleks banyak interneuron. Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal
melayani suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk
fungsi sensorik. Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat
memberikan gambaran letak kerusakan.

Sistem Saraf Somatik

Dibedakan 2 berkas saraf yaitu saraf eferen somatik dan eferen viseral. Saraf eferen somatik :
membawa impuls motorik ke otot rangka yang menimbulkan gerakan volunter yaitu gerakan
yang dipengaruhi kehendak. Saraf eferen viseral : membawa impuls mototrik ke otot polos,
otot jantung dan kelenjar yang menimbulkan gerakan/kegiatan involunter (tidak dipengaruhi
kehendak). Saraf-saraf eferen viseral dengan ganglion tempat sinapnya dikenal dengan sistem
saraf otonom yang keluar dari segmen medula spinalis torakal 1 – Lumbal 2 disebut sebagai
divisi torako lumbal (simpatis). Serat eferen viseral terdiri dari eferen preganglion dan eferen
postganglion. Ganglion sistem saraf simpatis membentuk mata rantai dekat kolumna
vertebralis yaitu sepanjang sisiventrolateral kolumna vertabralis, dengan serat preganglion
yang pendek dan serat post ganglion yang panjang. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak
tergabung dalam ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion
seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior. Ganglion
parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan ada yang terletak
didalam organ yang dipersarafi.

Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua serat postganglion
parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara. Neuron yang
menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara dinamakan neuron kolinergik
sedangkan neuron yang menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem
saraf parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik, sistem saraf
simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik dimana postganglionnya
menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil berupa sistem saraf kolinergik dimana
postganglionnya menghasilkan asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alat-
alat visera, memperlihatkan bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan
parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh keduanya. Bila sistem
simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh parasimpatis terhadap alat tersebut kurang
tampak, dan sebaliknya. Dapat dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan
dengan pengaruh parasimpatisnya. Misalnya peningkatan simpatis terhadap jantung
mengakibatkan kerja jantung meningkat, sedangkan pengaruh parasimpatis menyebabkan
kerja jantung menurun. Terhadap sistem pencernaan, simpatis mengurangi kegiatan,
sedangkan parasimpatis meningkatkan kegiatan pencernaan. Atau dapat pula dikatakan,
secara umum pengaruh parasimpatis adalah anabolik, sedangkan pengaruh simpatis adalah
katabolik.
Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat

Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan medula spinalis. Dalam
keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak sebagai blood flow cerebral adalah
20% cardiac out put atau 1100-1200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat
normalnya 2% dari berat badan orang dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai
oksigen, otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar.

Suplai Darah Otak

1. Arteri Carotis Interna kanan dan kiri

– Arteri communicans posterior

Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri posterior

– Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di dalam


ventriculus lateralis

– Arteri cerebri anterior

Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri dan kanan. Ia
kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis cortex cerebri. Daerah yang
diperdarahi arteri ini adalah: a) facies medialis lobus frontalis cortex cerebro, b) facies
medialis lobus parietalis, c) facies convexa lobus frontalis cortex cerebri, d) facies convexa
lobus parietalis cortex cerebri, e) Arteri cerebri media

– Arteri cerebri media

2. Arteri Vertebralis kanan dan kiri

Arteri Cerebri Media

Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya
menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh arteri ini adalah Facies convexa
lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis
superior, facies convexa lobus parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai
kira-kira sulcus temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung
frontal.

Arteri Vertebralis kanan dan kiri

Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke kranial melalui
foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian membelok ke lateral
masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju cavum cranii. Arteri ini kemudian
berjalan ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii.
Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan
frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri.
Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa lobus
temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus temporalis media,
facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus occipitalis cotex cerebri dan lobus
temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga
agar aliran darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal
dari arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri vertebralis,
dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis yang terdapat pada
bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri media
dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri posterior.

Suplai Darah Medula Spinalis

Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu: 1) arteri Spinalis anterior
yang merupakan percabangan arteri vertebralis, 2) arteri Spinalis posterior, yang juga
merupakan percabangan arteri vertebralis.

Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan
anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam
otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang
terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di
dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat
di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.

Cairan Cerebrospinalis (CSF)

Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak merupakan
bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan tekanan
konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel otak, namun
bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa
volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi terjadi
disepanjang sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling
berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1)
ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus
tertius III dtengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan
medula oblongata.

Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen monro.


Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus sylvii yang
terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus quadratus bagian tengah kanan dan
kiri terdapat lubang yang disebut foramen Luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang
disebut foramen magendi. Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai
kondisi patologis dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan
otak yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam ventrikulus
lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui foramen
monroi ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus IV.
Seterusnya melalui foramen luscka dan foramen megendie masuk kedalam spastium sub
arachnoidea kemudian masuk ke lakuna venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.
Fungsi Cairan Otak

1. Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala

2. Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg

3. Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.

Komposisi Cairan Otak

1. Warna : Jernih , disebut Xanthocrom

2. Osmolaritas pada suhu 30 C : 281 mOSM

3. Keseimbangan asam basa

a. PH : 7,31

b. PCO2 : 47,9 mmHg

c. HCO3 : 22,9 mEq/lt

d. Ca : 2,32mEq/lt

e. Cl : 113 –127 mEq/lt

f. Creatinin : 0,4 –1,5 mg%

g. Glukosa : 54 – 80 mg%

h. SGOT : 0 - 19 unit

i. LDH : 8 – 50 unit

j. Posfat : 1,2 – 2,1 mg%

k. Protein : 20 –40 mg% pada cairan Lumbal

15 25 mg% pada cairan Cisterna

5 – 25 mg% pada cairan Ventrikuler


l. Elektroporesis Protein LCS:

– Prealbumin : 4,6 %

– Albumin : 49,5%

– Alpha 1 Globulin : 6,7%

– Alpha 2 Globulin : 8,7%


– Beta dan Lamda Globulin : 18,5%

– Gamma Globulin : 8,2%

• Kalium : 2,33 – 4,59 mEq/lt

• Natrium : 117 – 137 mEq/lt

• Urea : 8 –28 mg%

• Asam urat : 0,07 –2,8 mg%

• Sel : 1 - 5 limposit/mm3
Anatomi,Fisiologi Sistem Saraf Otonom

Sistem otonom ini dibagi menjadi  sistem simpatis dan  parasimpatis secara anatomi,
fungsional, dan alasan farmakologis yang luas. 

Secara anatomis, sistem saraf simpatik memiliki motor cell station di substansia gresia lateral
torakalis dan dua segmen teratas lumbal dari sumsum tulang belakang. Sistem parasimpatis
berjalan sepanjang saraf kranial III, VII, IX dan X, dan sakral outflow, dengan cell station di
segmen kedua, ketiga kadang-kadang segmen keempat sakral.

Menurut fungsinya, sistem saraf simpatis berhubungan erat dengan reaksi stress tubuh. ketika
saraf ini dirangsang, terjadi pupil dilatasi, konstriksi pembuluh darah perifer, penigkatan
pemakaian oksigen dan denyut jantung, dilatasi bronkus, menurunkan aktivitas viseral
dengan menghambat peristaltik dan peningkatan kekuatan sfingter, proses glikogenolisis
dihati, menstimulasi medula supradrenal dan berkeringat dan piloereksi. saraf simpatik pelvis
menghambat kontraksi vesika urinaria .

Aliran darah koroner meningkat, sebagian disebabkan oleh efek langsung simpatis dan
sebagian disebabkan oleh faktor tidak langsung yang termasuk kontraksi jantung yang kuat,
menurunnya sistole, diastole relatif meningkat dan peningkatan konsentrasi metabolit
vasodilator.

Sistem saraf simpatis berefek antagonis terhadap sistem simpatis. perangsangannya


menyebabkan konstirksi pupil, penurunan frekwensi, hantaran dan respon rangsangan otot
jantung, peningkatan peristaltik usus dengan relaksasi spingter . tambahan pada sistem
parasimpatis pelvis menghambat spingter internal vesika urinaria.

sistem saraf simpatis mempunyai efek yang luas, menstimulasi banyak organ yang
menimbulkan respon yang bervariasi. berbanding terbalik dengan aktivitas parasimpatis yang
biasanya tidak menyeluruh dan terlokalisir. perbedaan ini dapat dijelaskan, setidaknya
sebagian,  oleh perbedaan  secara anatomi yang telah diterngkan sebelumnya.

ssistem saraf perifer dapat bekerja secara sinergis contohnya reflek penurunan detak jantung
sebagian disebabkan oleh rangsangan vagal dan sebagian karena penurunan rangsangan
simpatis. beberapa organ mendapat inervasi otonom hanya dari satu sistem contohnya
medulla supradrenal dan arteriol kutan hanya oleh saraf simpatis, sedangkan sekresi lambung
neorogenik seluruhnya dikontrol oleh sistem para simpatis melalui saraf vagus

perbandingan efek stimulasi simpatis dan parasimpatis


                                                                                                                                  

Simpatis Parasimpatis

Mata Dilatasi pupil Konstriksi pupil

Kelenjar air mata Vasokontriktor Sekretomotor

Jantung Peningkatan frekwensi Menurunkan

Hantaran

Eksitabilitas

Paru Dilatasi bronkus Kontriksi, sekretomotor


mukus

Kulit Vasokontriksi, pilo ereksi,


sekretomotor kelenjar keringat

Kelenjar saliva Vasokonstriktor Sekretomotor

GIT Menghambat peristaltic Menigkatkan peristaltic,


sfingter relax

Asam lambung Sekretomotor

Pancreas Sekretomotor

Hati Glikogenolisis

Suprarenal Sekretomotor

Vesika urinaria Menghambat detrusor, stimulasi Stimulasi detrusor,


sfingter menghambat sfingter

Uterus Kontraksi uterus, vasokonstriksi vasodilatasi

                                                                                                                             
Secara farmakologi, terminal postganglion simpatis melepaskan adrenalin dan noradrenalin,
dengan satu pengecualian pada terminal di kelenjar keringat, secara umum semua terminal
postganglion parasimpatis melepaskan asetilkolin

Beberapa contoh obat yang bekerja pada sistem saraf otonom 


Simpatomimetik :

1. Amfetamin

Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-


isopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh
dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif
karena kurang perhatian atau Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)  pada pasien
dewasa dan anak-anak. Juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik
pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan
kronis

2. Efedrin

Efedrina (En: Ephedrine; EPH) adalah simpatomimetic amine yang umumnya dipakai
sebagai stimulan, penekan nafsu makan, obat pembantu berkonsentrasi, pereda hidung
tersumbat dan untuk merawat hypotensi yang berhubungan dengan anaesthesia. Efedrina
mempunyai struktur yang sama dengan turunan sintetis amphetamine dan methamphetamine.
Secara kimia, senyawa ini adalah alkaloid yang diturunkan dari berbagai tumbuhan bergenus
Ephedra (keluarga Ephedraceae). Bahan ini secara umum dipasarkan dalam bentuk
hidroclorida dan sulfat

Simpatolitik
1. Propanolol

Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam pengobatan


hipertensi . Merupakan blocker beta pertama yang berhasil dikembangkan. Propranolol
tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol hidroklorida.

Parasimpatomimetik
1. Neostigmin

Neostigmin merupakan antikolinesterase yang digunakan untuk relaksasi  otot sampai


relaksasi otot non depolarisasi (anastesi). Anti kolinesterase melawan efek obat pelemas otot
non depolarisasi (kompetitif) seperti pankuronium, tetapi antikolinesterase memperlama kerja
pelemas otot depolarisasi suksometonium. Neostigmin lama kerjanya lebih lama daripada
endrofonium. Neostigmin adalah obat spesifik untuk melawan blokade non depolarisasi
(kompetitif). Neostigmin bereaksi dalam 1 menit pada injeksi IV dan bertahan selama 20 -30
menit, mungkin diperlukan dosis kedua. Neostigmin juga dikombinasikan dengan atropin
untuk mencegah bradikardia dan saliva berlebihan. Miastenia gavis adalah sindroma yang
ditandai dengan lemah otot yang berat sehingga menyerupai kelumpuhan otot progresif tanpa
gangguan perasaan atau atropi yang dapat menyerang setiap otot, terutama otot kelopak mata,
otot tengkuk, otot kunyah, otot pipi dan otot anggota badan. Digunakan untuk mengobati
Miastenia gravis ketika obat oral tidak memungkinkan. Distensi sesudah operasi dan retensi
urin sesudah penyumbatan mekanik. Memperbaiki efek blok neuromuskulus non depolarisasi
sesudah operasi

Parasimpatolitik
1. AtropinAtropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin
adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura
stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Meringankan  gejala gangguan pada
gastrointestinal yang ditandai dengan  spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan
cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang
bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi;   mengembalikan  bradikardi yang
berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-
depolarising neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary
resucitation.

2. Trihexyphenidil

Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada
perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja
dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap
susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Daftar Pustaka

 http://duniakedokteranakmal.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
saraf.html
 easthomas.blogspot.com/2010/10/sistem-otonom-ini-dibagi-menjadi-sistem.html

Anda mungkin juga menyukai