3
http://rellaokane.blogspot.com/2017/09/perbedaan-psikolog-psikiater-dan.html (diunduh minggu, 31 Oktober
2021 Pukul 14.30 WIB)
4
http://etheses.iainkediri.ac.id/274/3/7.%20BAB%20II.pdf (diunduh minggu, 31 Oktober 2021 Pukul 14.35 WIB)
2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
c. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai
oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan,
(c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
d. Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya,
ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi
tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan
sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga
menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian
individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang
pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku
individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
e. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang
menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Sehingga
bimbingan dan konseling diharapkan semakin kokoh. Dan mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi.
f. Landasan Pedagogis
Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:180)
pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi
sebagai sarana reproduksi social.
g. Landasan Yuridis-Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan
yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang
bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia. 5
5
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/ (diunduh minggu, 31
Oktober 2021 Pukul 14.45 WIB)
yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh konseling.
3) Fungsi Pengembangan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4) Fungsi Penyembuhan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5) Fungsi Penyaluran
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik
lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6) Fungsi Adaptasi
yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor
dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli.
7) Fungsi Penyesuaian
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8) Fungsi Perbaikan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
9) Fungsi Fasilitasi
Memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri
konseling.
10) Fungsi Pemeliharaan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri.
c. Sifat
1) Pencegahan (prevenif)
yaitu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang diberikan oleh guru
pembimbing sebagai upaya pencegahan pada peserta didik sebelum menghadapi atau
mendapatkan suatu kesulitan yang serius.
2) Penyembuhan (kuratif)
yaitu pemberian bantuan pada peserta didik dalam usaha perbaikan apabila
mengalami suatu permasalahan yang serius dan menghasilkan suatu pemecahan
masalah, sehingga peserta didik mendapat memecahkan masalah dan terbebas dari
masalah yang dihadapinya.
3) Pengembangan (preservatif)
yaitu suatu pemberian bantuan yang diberikan pembimbing kepada peserta didik
dengan mengiringi pekembangan mentalnya supaya tetap stabil terutama dalam
memantapkan pola pikir yang positif dan tindakan peserta didik yang mengarah pada
perubahan menuju arah perkembangan, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan dirinya secara optimal.
4) Pemeliharaan (treatment)
yaitu pemberian bantuan yang dimaksudkan untuk memupuk, menata dan
mempertahankan kesehatan mental peserta didik setelah melalui proses
penyembuhan supaya peserta didik tidak mengalami masalah yang serius lagi dan
mampu bertahan dalam kesembuhannya setelah individu menjalani proses
penyembuhan.
d. Asas-asas
1) Asas Kerahasiaan
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mengalami masalah merupakan suatu
aib yang harus ditutup-tutupi sehingga tidak seorang pun (selain diri sendiri) boleh
tahu akan adanya masalah itu. Keadaan seperti ini sangat menghambat pemanfaatan
layanan bimbingan oleh masyarakat (khususnya siswa di sekolah).
2) Asas Kesukarelaan
Sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan
sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan
mampu menghilangkan rasa keterpaksaannya data dirinya kepada pembimbing.
Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing/siswa atau klien saja,
tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara.
3) Asas Keterbukaan
Dengan keterbukaan ini pemecahan masalah serta pengkajian berbagai kekuatan dan
kelemahan klien menjadi mungkin. Perlu dipengaruhi bahwa keterbukaan hanya
akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan yang semestinya
diterapkan oleh konselor.
4) Asas Kekinian
Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan dan Konseling
ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang
sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan dialami di masa mendatang. 5.
Asas Kemandirian.
Dalam memberikan layanan hendaknya para petugas selalu berusaha menghidupkan
kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan hendaknya orang yang
dibimbing menjadi bergantung pada orang lain, khususnya para pembimbing.
5) Asas Kegiatan
Usaha layanan Bimbingan dan Konseling akan memberikan buah yang tidak berarti,
bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-
tujuan bimbingan.Para pemberi layanan Bimbingan dan Konseling hendaknya
menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan
kegiatan yang dimaksud.
6) Asas Keterpaduan
Layanan Bimbingan dan Konseling memadukan berbagai aspek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai
segi, kalau keadaannya tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan
masalah.
7) Asas Kedinamisan
Upaya layanan Bimbingan dan Konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
8) Asas Kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan Bimbingan dan Konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
9) Asas Keahlian
Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha Bimbingan dan Konseling, dan
selanjutnya keberhasilan usaha Bimbingan dan Konseling akan menaikkan
kepercayaan masyarakat pada Bimbingan dan Konseling.
10) Asas Alih Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas Bimbingan dan Konseling
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalihtangankan klien
tersebut, kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli
11) Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Asas ini menuntut
agar layanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu
siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun diluar hubungan
kerja kepembimbingan dan Konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya.6
7
https://www.researchgate.net/publication/
348010584_PENERAPAN_KOMPETENSI_KONSELOR_DALAM_MEMBANTU_KORBAN_PELECEHAN_S
EKSUAL_DENGAN_KONSELING_TRAUMATIK (diunduh minggu, 31 Oktober 2021 Pukul 15.00 WIB)
5. Hubungan kelembagaan; memuat mengenai aturan pelaksanaan layanan konseling
yangberhubungan dengan kelembagaan.
6. Praktik mandiri dan laporan kepada pihak lain; 1) konselor praktik mandiri,
menyangkutaturan dalam melaksanakan konseling secara private, 2) laporan kepada
pihak lain.
7. Ketaatan kepada profesi, 1) pelaksanaan hak dan kewajiban, serta 2) pelanggaran
terhadapkode etik.8
8
http://boharudin.blogspot.com/2011/05/kode-etik-profesi-konselor-indonesia.html (diunduh minggu, 31 Oktober
2021 Pukul 15.00 WIB)