Bab I Geologi
Bab I Geologi
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial.
Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat
jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena
batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari kerak
samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat
muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Penyebab
perbedaan umur ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
Gambar 2.3 Kelimpahan berbagai unsur di kerak bumi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagian terluar dari lapisan bumi adalah kerak bumi yang
terbagi menjadi kerak samudra dan kerak benua. Dibawah kerak terdapat lapisan yang disebut
mantel, zona pemisah antara kerak dengan mantel disebut Mohorovivic discontinuity. Lapisan
mantel atas bagian atas merupakan bagian yang padat, akan tetapi pada kedalaman sekitar 70-80
km terjadi penurunan kecepatan gelombang seismic (low velocity zone), hal ini membuktikan
bahwa lapisan ini merupakan lapisan yang cair liat. Kerak bumi beserta mantel atas bagian atas
yang padat menjadi satu kesatuan yang disebut litosfer, sedangkan lapisan cair liat dibawahnya
disebut sebagai astenosfer.
Litosfer tersebut mengapung diatas lapisan astenosfer dan terpotong potong menjadi beberapa
keratan yang disebut lempeng (plates). Lempeng lempeng tersebut bergerak satu sama lain
dengan kecepatan yang berbeda-beda dan terjadi interaksi yang menyebabkan terjadinya
kejadian-kejadian geologi seperti pembentukan gunung api, gempa bumi, pembentukan struktur
geologi, pembentukan batuan dan kejadian geologi lainnya. Walaupun kecepatan rata-rata
lempeng tersebut hanya sekitar 7cm/tahun dan kita tidak bisa merasakannya, tetapi dengan waktu
berjuta-juta tahun akan menyebabkan kejadian yang berarti seperti kejadian geologi yang
disebutkan sebelumnya. Misalkan kecepatan lempeng 5cm/tahun dan waktunya 50 juta tahun
maka lempeng tersebut akan bergerak sejauh 2500 km. Dalam kejadian-kejadian geologi waktu
yang diperlukan cukup panjang yaitu dengan satuan juta tahun. waktu ini disusun dalam skala
waktu geologi.
Batas lempeng
Sudah disebutkan bahwa antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang berdampingan akan
terjadi interaksi pada batas lempengnya, jenis interaksi yang terjadi yaitu :
Batas Divergen
Batas Divergen adalah batas dimana dua buah lempeng atau lebih saling menjauh, gaya yang
bekerja pada batas ini adalah gaya tarikan (tensional). Hal ini mengakibatkan lempeng saling
menjauh dan mengakibatkan naiknya magma dari astenosfer dan terjadilah pembentukan kerak
baru dalam hal ini kerak samudra.
Jika kejadian ini berlangsung tanpa adanya penunjaman kembali lempeng di sisi yang lain maka
dapat dibayangkan bumi ini akan terus membesar. Contoh batas divergen yaitu Mid Atlantic
Ridge.
Batas Konvergen
Batas Konvergen yaitu batas dimana dua buah lempeng saling mendekat, hal ini mengakibatkan
terjadinya subduksi atau kolisi. Gaya yang timbul pada interaksi ini yaitu gaya kompresional.
• Subduksi
Bila lempeng samudra dengan lempeng benua terjadi interaksi jenis ini maka lempeng samudra
akan menunjam kebawah lempeng benua. Hal ini terjadi karena berat jenis dari lempeng samudra
lebih berat dari lempeng benua sehingga lempeng benua seperti menunggang atau mengapung.
Hal inilah yang menyebabkan batuan di kerak benua umurnya lebih tua dari umur batuan di
kerak samudra.
Akibat kejadian ini akan terjadi kejadian kejadian geologi seperti pembentukan jalur gunung api
pada kerak yang menunggangi dalam hal ini kerak benua, yang diakibatkan peleburan kerak
samudra yang menunjam sehingga memicu pembentukan magma yang kemudian naik dan
membentuk gunung api. Selain itu akan terjadi berbagai macam struktur geologi seperti sesar dan
lipatan yang diakibatkan gaya kompresional dari interaksi tersebut. Contoh interaksi ini yaitu
bagian Barat Sumatera dan Selatan Jawa.
Gambar 3.4 Batas Konvergen Lempeng Samudra dengan Lempeng Benua
Bila lempeng samudra dengan lempeng samudra terjadi interaksi konvergen maka salah satu
lempeng akan menunjam. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan jalur kepulauan gunungapi
(island arc) pada lempeng yang menunggangi. Contoh interaksi ini yaitu kepulauan Jepang
• Kolisi
Apabial lempeng benua bertemu dengan lempeng benua maka lempeng tersebut tidak ada yang
tertunjam karena keduanya sama-sama ringan, hal ini mengakibatkan pembentukan pegunungan
lipatan yang biasanya sangat tinggi. Contoh yang paling nyata yaitu pegunungan himalaya yang
diakibatkan interaksi antara lempeng Eurasia dengan India.
BAB IV BATUAN
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara alami yang
tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan kombinasi semua
komponen tersebut.
Mineral adalah zat padat anorganik yang mempunyai komposisi kimia tertentu dengan susunan
atom yang teratur, yang terjadi tidak dengan perantara manusia dan tidak berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan, dan dibentuk oleh alam (Warsito Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat
padat yang mempunyai bentuk bangun yang beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan
susunan yang teratur.
Berzelius mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan, yaitu:
1. Elemen native, contohnya emas, perak, tembaga dan intan
2. Sulfida, contohnya Galena, pirit
3. Oksida dan Hidroksida, contohnya korondum
4. Halida, contohnya Halite
5. Karbonat, Nitrat, Borat, Lodat, contohnya Kalsit
6. Sulfat, Khromat, Molibdenat, dan Tungstat, contohnya Barit
7. Fosfat, Arenat dan Vanadat, contohnya Apatit
8. Silikat, contohnya kuarsa, Feldspar, Piroksen.
Mineral memiliki sifat-sifat khusus yang dapat kita jadikan sebagai penciri mineral tertentu.
Sifat-sifat mineral diantaranya
1. Warna,
2. Goresan,
3. Kilap,
4. Belahan,
5. Pecahan
6. Kekerasan.
Tabel Kekerasan Mineral
Kekerasan Mineral
1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Fluorit
5 Apatit
6 Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korondum
10 Intan
Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, sedimen, dan
metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi (pembekuan) magma.
Batuan sediment terbentuk dibawah kondisi permukaan dan terdiri dari kumpulan (1) presipitasi
kimia dan biokimia; (2) fragmen atau butiran batuan, mineral dan fosil; (3) kombinasi material-
material tersebut.
Batuan metamorf adalah batuan yang asalnya adalah batuan beku, sediment atau metamorf yang
berubah secara mineralogy, tekstur atau keduanya tanpa mengalami peleburan yang diakibatkan
oleh panas, tekanan, atau cairan kimia aktif. Panas dan tekanan disini berbeda dengan kondisi
dipermukaan.
Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat yang relative kecil didalam
mantel atas dan kerak, yang cair. Kebanyakan dari material yang padat merupakan batuan
metamorf, ini dikarenakan batuan di inti dalam, mantel dan kerak telah terubah dikarenakan
tekanan dan temperature yang tinggi. Magma yang terbentuk pada mantel atas naik ke level yang
lebih tinggi didalam kerak dan mengalami kristalisasi. Batuan sediment terbentuk di permukaan
atau dekat permukaan.
Di daratan, batuan sediment menutupi sekitar 66 % dari total batuan yang tersingkap (Blatt dan
Jones, 1975). Sisanya sekitar 34 % adalah batuan kristalin yang berupa batuan beku dan
metamorf. Di bawah samudra kebanyakan ditutupi oleh material sediment atau batuan sediment
yang tipis. Dibawah tutupan sediment, didominasi oleh batuan beku dan metamorf.
Urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya dapat dibedakan menjadi beberapa tahap
pembekuan yaitu :
1. Tahap Orthomagmatik, yaitu pembekuan magma yang pertama kali dengan temperatur >
8000C
2. Tahap Pegmatitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 6000C – 8000C
3. Tahap Pneumatolitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 4000C – 6000C serta
kaya akan gas
4. Tahap Hydrothermal, yaitu pembekuan magama berkisar antara 1000C – 4000C. Berupa
larutan sisa yang kaya akan gas dan larutan/cairan.
Dalam perjalanannya magma mengalami perubahan yang terdiri dari tiga proses utama, yaitu :
1. Differensiasi magma, yaitu suatu proses yang menyebabkan magma yang asalnya relatif
homogen terpecah-pecah menjadi beberapa bagian atau fraksi dengan komposisi yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan oleh migrasi ion atau molekul dalam larutan magma karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan. Ketika magma mengalami penurunan tekanan dan
temperatur, maka mineral yang memiliki titik lebur yang tinggi mulai mengkristal, sedangkan
cairan yang belum membeku akan terus naik dan akhirnya keseluruhan cairan magma itu
membeku.
2. Assimilasi. Ketika magma naik menuju ke permukaan, magma tersebut tentunya melewati
batuan samping, hal ini akan menyebabkan terjadinya interaksi antara magma dan batuan
samping. Interaksi yang terjadi yaitu meleburnya batuan samping, terjadi reaksi dengan batuan
samping dan pelarutan batuan samping, dengan demikian magma akan mengalami perubahan
komposisi. Tingkat perubahan komposisi pada magma tergantung pada jenis magma, jenis
batuan samping, dan jauh dekatnya jarak yang ditempuh oleh magma.
3. Pencampuran magma. Dalam perjalanannya magma dapat bertemu dengan magma dengan
komposisi yang berbeda, hal ini tentunya akan merubah komposisi magma.
Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh
batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang
asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian
dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh
batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,
yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh
batuan ini yaitu:
1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular
atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan
panjang ratusan meter.
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil yaitu<
style="">
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan
tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan
kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan
yang memilki tekstur yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah
permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki
waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar.
Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah,
mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga
terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk
biasanya berukuran relatif kecil.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk
sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga
bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau
bentuk kristal euhedral (sempurna)
Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.
Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk
anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 45%, contohnya peridotit, piroksenit,
dunit.
Gambar 5.9 Piroksenit
Mineralogi dan tekstur biasanya menjadi suatu dasar yang tidak terpisahkan dalam
pengklasifikasian batuan beku. Berdasarkan mineraloginya (Streickeisen) batuan beku terbagi
menjadi 2 yaitu :
Kelas A dengan Mafic 90%
Klasifikasi kelas A dengan mineral Mafic 90%
Untuk klasifikasi berdasarkan mineralogi, batuan harus disayat tipis dan kemudian dilakukan
pendeskripsian melalui mikroskop.
BAB IX STRATIGRAFI
Pengertian Stratigrafi
Prinsip-prinsip Dasar Stratigrafi
Unsur-unsur dalam Stratigrafi
Waktu Geologi (Skala Waktu Geologi)
BAB X GEOMORFOLOGI
BAB XI PALEONTOLOGI
Pengertian Paleontologi
Pengertian Fosil
Pembentukan Fosil
Pembagian Fosil
Kegunaan Fosil
REKLAMASI
A. Latar Belakang
B. Pengertian Reklamasi
Reklamasi dalam arti umum adalah suatu pekerjaan penimbunan tanah/pengurugan pada suatu
kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna/masih kosong dan berair menjadi lahan berguna.
Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang
lebar, ataupun di danau.
Menurut Dip-Ing John Wirawan reklamasi adalah tindakan atau proses penggarapan (reclaim)
rawa (swampy, marshy), lahan rusak, gurun, dan lahan perawan, dan membuatnya layak untuk
ditanami atau ditinggali, juga konversi gisikan (foreshore) dengan penyediaan sistem drainase
untuk berbagai tujuan, baik dengan penanggulan atau lainnya, atau dengan pengurugan (ICID).
Faktor-faktor yang menentukan keputusan melakukan reklamasi meliputi pemanfaatan lahan,
persyaratan keamanan, lingkungan, dan biaya. Sementara evaluasi dan monitoring perlu
dilakukan secara ketat, kontinu, dan terpadu, untuk meminimalkan dampak negatif yang
mungkin timbul, baik internal maupun eksternal saat ini dan akan terus bergerak maju.
Contoh proyek perencanaan dan pelaksanaan fisik reklamasi di Indonesia antara lain rencana
reklamasi laut Bali Benoa seluas + 300 Ha, reklamasi pantai utara Jakarta, reklamasi pantai
Losari Makassar, reklamasi pantai utara Surabaya, dan reklamasi pantai utara Semarang.
Reklamasi di kota Semarang sebenarnya telah berlangsung cukup lama, yaitu pada saat
pemerintahan kolonial Belanda, reklamasi dilakukan tahun 1875 untuk pembangunan Pelabuhan
Semarang. Sesudah Indonesia merdeka, minimal sudah dilakukan tiga kegiatan reklamasi yang
besar dilakukan di pantai utara Semarang . Atas ijin Pemerintah Propinsi Jawa Tengah di tahun
1979, dilakukan reklamasi yang sekarang dipergunakan untuk kawasan Perumahan Tanah Mas.
Dilanjutkan tahun 1980, dimulai reklamasi untuk perluasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang
atas ijin Pemerintah RI.. Kemudian lima tahun berikutnya (tahun 1985) dilaksanakan reklamasi
untuk kawasan PRPP, Perumahan Puri Anjasmoro dan Kawasan Semarang Indah dengan ijin
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
Untuk Reklamasi pantai Marina, Pemerintah Kota Semarang sebagai pemilik lahan telah
mengeluarkan ijin prinsip melalui Surat Walikota Semarang Nomor 590/04310 tanggal 31
Agustus 2004 tentang Persetujuan Pemanfaatan Lahan Perairan dan Pelaksanaan reklamasi di
kawasan Perairan pantai Marina. Kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman tentang Pelaksanaan Kegiatan reklamasi di Kawasan pantai Marina Kota
Semarang tanggal 3 Desember 2004. Reklamasi ini diperkirakan membutuhkan tanah urugan
paling sedikit 15 juta m3. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan beragam dampak. Soal inilah
yang membutuhkan perhatian masyarakat luas. Karena akan punya dampak luas termasuk
dampak lingkungan kepada masyarakat sekitar reklamasi dan masyarakat kota Semarang.
1. Dampak Reklamasi
Dampak reklamasi antara lain seperti hidrologi, kualitas air, hidrooseanografi, pemanfaatan
ruang dan lahan hasil reklamasi, jenis dan fasilitas kesehatan, insiden dan prevalensi penyakit,
sanitasi lingkungan dan cakupan pelayanan kesehatan dan tidak kalahnya sikap masyarakat.
Masing-masing dampak inilah yang tampaknya perlu dipikirkan pemerintah kota Semarang
secara hati-hati agar manfaat reklamasi pantai Marina tidak hanya untuk pengembang dan
aktifitas yang ada di dalamnya saja melainkan untuk masyarakat kota Semarang ini.
b. Reklamasi pantai
Reklamasi pantai sedikit sekali pengaruhnya terhadap meluasnya genangan rob. Reklamasi
pantai dapat menyebabkan meluasnya genangan rob bila tidak disertai dengan perencanaan
sistem drainase yang bagus, apalagi bila lahan tersebut menghalangi jalan kembalinya air ke laut
saat surut. Dampak negatif terbesar pelaksanaan kegiatan reklamasi pantai adalah menyebabkan
erosi garis pantai di kawasan lain dan sedimentasi di sisi lain. Simulasi teknis perubahan pola
arus dan hidrodinamika perairan laut harus diperhitungkan dalam hal ini.
Lahan baru hasil reklamasi pantai Semarang kemudian akan berdampingan dengan beragam
kegiatan ekonomi dan sosial yang sudah berlangsung selama ini. Kegiatan ekonomi dan sosial
yang dimaksud diantaranya :
" Usaha tambak di kelurahan Tambakharjo, Tugurejo dan Karanganyar
" Kawasan rekreasi (Marina, Maerokoco, PRPP, Tanjung Emas)
" Bandara Ahmad Yani
" pemukiman penduduk di kelurahan Tambakharjo dan Tawangmas.
" Kegiatan industri PT. KLI dan PT. RPI, kawasan industri Wijaya Kusuma
" Pelabuhan Tanjung Mas
" PLTGU Tambak Lorok
" Kawasan pergudangan PT. Ciptaguna Sentrabuana.
" Pemukiman 75 ha
" Perdagangan dan jasa 45 ha
" Fasilitas umum 17 ha
" Ruang terbuka seluas 5 ha
" sistem drainase dan kolam retensi 20 ha
" jaringan jalan 15 ha
" kawasan sempadan. 27 ha
Reklamasi pantai Marina bukanlah kegiatan reklamasi yang pertama di Semarang. Reklamasi pantai
sebenarnya diawali dengan kejadian 500 tahun lalu. Seperti dikutip John Wirawan, ahli Geologi Belanda
Van Bemmelen (1952), menyebutkan, "endapan lumpur di pantai Semarang telah berlangsung paling
sedikit 500 tahun yang lalu" .Kondisi tersebut dikategorikan sebagai Reklamasi Alamiah karena
sedimentasi material dari Gunung Ungaran. Garis pantai yang semula di Kawasan Bukit Bergota bergerak
maju sampai garis pantai.
B. Mengapa sejak dilakukan reklamasi pantai Marina banjir rob menjadi semakin
meluas ?
Tanah urug yang digunakan untuk reklamasi pantai umumnya adalah tanah pegunungan yang
sifatnya kokoh dan diambil dari wilayah di sebelah selatan, seperti daerah Gunungpati di wilayah
Semarang barat. Selain hal tersebut pada batas-batas perairan wilayah reklamasi dibuat tanggul
penahan agar tidak terjadi abrasi. Sementara pasang air laut (banjir rob) yang merupakan
fenomena alam yang terjadi secara rutin, kehadirannya terhambat oleh wilayah reklamasi.
Akibatnya rob mencari tempat-tempat yang lebih rendah disekitar area reklamasi, tetapi
parahnya justru masuk ke wilayah aktivitas kegiatan manusia (perumahan, jalan, pertokoan,
terminal, stasiun kereta api dll)
Tetapi mengapa semua itu dapat terjadi ? Untuk menjawab pertanyaan di atas dapat kita tinjau
dari beberapa aspek, yaitu aspek litologi, geologi dan hidrologi :
1. Secara litologis
Di bawah permukaan wilayah pantai Kota Semarang (Semarang bawah) terdiri atas :
" sedimen berfraksi halus yang bersifat lunak dan pasiran bersifat relatif padat yang beralaskan
batuan vulkanik di bawah kedalaman 20 - 25 meter.
" Sebaran tanah lunak semakin tebal ke arah Semarang timur, dan menipis ke arah Barat -
Selatan (Semarang atas).
" Sebaran tanah lunak (zona lempung lunak) dengan arah penyebaran Barat Laut - Tenggara,
setebal 20 - 25 m mendominasi daerah pantai / dataran rendah Semarang. Sedangkan zona
dengan ketebalan > 30 m dijumpai di sekitar Kelurahan Trimulyo dan Genuksari ke arah Selatan
sampai dengan kecamatan Pedurungan (Semarang timur)..
Sifat tanah di atas sangat rentan terhadap tekanan konos diatas 10kg/cm2. Pembangunan gedung
dan bangunan bertingkat, jalan, dan infra struktur lainnya akan membebani jenis tanah di
wilayah ini, akibatnya permukaan tanah jenis ini akan ambles. Di Semarang bawah tercatat
amblesan tanah (land subsidence) berkisar antara (2 - 25) cm/th. Akibatnya apabila berlangsung
terus-menerus beberapa wilayah justru lebih rendah daripada permukaan air laut.
3. Secara hidrologis
Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air ( aquifer ) dan
tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh
musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang bawah (yang berada
didataran rendah), banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali
(dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m.
Dari ketiga aspek litologis, geologis, dan hidrologis di atas, nyata bahwa kota Semarang bawah
mengalami problema tanah, yaitu :
" Meluasnya area limpasan rob, yang terjadi berkait dengan pelaksanaan reklamasi. Hal ini
terjadi karena hempasan air laut yang biasanya menggenangi area yang direklamasi kemudian
mencari tempat lain yang lebih rendah. Celakanya justru area sekitanya yang merupakan
pemukiman penduduk dan di wilayah ini terdapat infrastruktur utama kota, seperti Pelabuhan
Tanjung Mas, Stasiun KA Tawang, Terminal Bus Terboyo, Bandara Ahmad Yani, sistem
drainase, air bersih, pengolahan air limbah, persampahan, dan jalan raya kelas-I, II, III dan jalan
lingkungan. Juga kawasan perumahan mewah, kumuh, kawasan industri dan perdagangan, serta
kawasan wisata pantai.
Terjadinya penurunan permukaan tanah atau amblesan tanah (land subsidence) yang besarnya
berkisar antara (2 - 25) cm/th. Amblesnya permukaan tanah ini disebabkan adanya tekanan konus
bangunan dan infrastruktur yang dibangun di atas lahan tanah yang labil ( aluvia). Amblesan
tanah yang terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penurunan muka
airtanah akibat pemompaan dan peningkatan beban karena pengurugan tanah. Tektonik di Pulau
Jawa yang cukup aktif pada Pliosen Akhir - Plistosen Tengah, menghasilkan pola struktur
geologi yang kompleks di daerah sebelah selatan daerah penelitian. Struktur sesar yang aktif
belum diletahui dengan jelas pengaruhnya terhadap proses amblesan tanah di dataran aluvial
Semarang. Akibatnya apabila berlangsung terus-menerus, beberapa wilayah justru lebih rendah
daripada permukaan air laut.
" Intrusi air laut. Pada wilayah Semarang bawah penduduk mengambil air tanah untuk keperluan
sehari-hari. Akibat pengambilan air bawah tanah yang berlebihan sementara air permukaan tanah
lebih rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut saat ini sudah
mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang (batas Semarang Atas dan Semarang
Bawah).
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reklamasi pantai kota Semarang merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari mengingat
kebutuhan akan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota, penataan daerah pantai,
pengembangan wisata bahari, pemukiman, dan sebagainya) sudah semakin mendesak.
2. Ditinjau dari aspek litologis, geografis, dan hodrologis reklamasi pantai kota Semarang harus
segera dilakukan karena :
" Daerah pantai kota Semarang (Semarang Bawah) mengalami amblesan (land subsidence)
antara 2-25 cm/tahun yang diakibatan oleh labilnya tanah asosiasi alluvial kelabu, Alluvial
Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, yang mendapat tekanan konus akibat beban bangunan
infrastruktur yang dibangun di atasnya. Sehingga menyebabkan sebagian wilayah lebih rendah
dari pada permukaan air laut. Selain hal tersebut diperparah dengan terjadinya intrusi air laut
akibat pengambilan air tanah secara berlebihan, sementara bagian bawah aluvial merupakan
lapisan vulkanik yang kedap air.
3. Reklamasi membawa dampak positif dan dampak negatif.
" Dampak positf : Sebagai daerah pemekaran kota dari lahan yang semula tidak berguna menjadi
daerah bernilai ekonomis tinggi..
" Dampak negatif : Reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga
akan melahirkan perubahan peta garis pantai, perubahan ekosistem (perubahan pola arus, erosi
dan sedimentasi pantai, berpotensi meningkatkan bahaya banjir), serta berpotensi gangguan
lingkungan.
4. Banjir Rob yang terjadi di kota Semarang bukan hanya disebabkan oleh reklamasi pantai,
tetapi karena faktor geologis yaitu: penurunan daratan atau land subsidence, letak kota Semarang
yang berada di bawah Gunung Ungaran.
B. Saran
1. Reklamasi khususnya reklamasi pantai tetap diperlukan di Kota Semarang ini. Selain itu perlu
juga dipikirkan reklamasi lepas pantai atau di tengah laut. Reklamasi lepas pantai dapat menjadi
alternatif karena tidak mengganggu sistem drainase Kota Semarang. Reklamasi di sekitar
kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu diperhitungkan
kelayakannya secara transparan dan ilmiah (bukan pesanan) terhadap seberapa besar kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara Pemkot dan
jajarannya, DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan
melegakan dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan,
namun sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
2. Reklamasi di Kota Semarang ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan
pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat.
Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan tujuan
komersial belaka.
3. Reklamasi pantai pantai Marina jangan hanya dikembangkan berdasarkan desain saja, tetapi
juga menjadikan Marina City Semarang yang manusiawi dan memberdayai kota, dalam hal ini
kita perlu memperhatikan dampak dari kegiatan komunitas pantai, sehingga apa yang akan
diterapkan untuk Pantai Marina tidak merugikan warga sekitar.
4. Dampak reklamasi antara lain seperti hidrologi, kualitas air, hidrooseanografi, pemanfaatan
ruang dan lahan hasil reklamasi, jenis dan fasilitas kesehatan, insiden dan prevalensi penyakit,
sanitasi lingkungan dan cakupan pelayanan kesehatan serta yang tidak kalahnya sikap
masyarakat. Dampak inilah yang perlu dipikirkan pemerintah kota Semarang secara hati-hati
agar manfaat reklamasi pantai Marina tidak hanya untuk pengembang dan aktivitas yang ada di
dalamnya saja melainkan untuk masyarakat kota Semarang.
Diposkan oleh GeoMine di 18:57 0 komentar Link ke posting ini
Pengertian Geologi
Pengertian Geologi
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos
yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi
adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya.
Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan
sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan
merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi....
Diposkan oleh GeoMine di 21:38 0 komentar Link ke posting ini
Langgan: Entri (Atom)