Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS

SENSITIVITAS AHP
PENGEMBANGAN ARGOINDUSTRI KELAPA
DI KOTA PALU

Mata Kuliah :
Operasional Research
Dosen Pengampuh :
Dr. Sri Sarjana

Oleh :

Nama :
Muh Khaidir Rahman (1901297)

Kelas :
TD 3.14

JURUSAN TRANSPORTASI DARAT


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD
BEKASI
2022
PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri kelapa di sentra daerah penghasil kelapa masih perlu ditingkatkan.
Hal ini disebabkan karena masih banyaknya petani kelapa yang masih bertahan dengan tradisi
lama, yaitu menjual kelapa bulat tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Salah satu strategi
pengembangan adalah dengan menentukan daerah potensial untuk pengembangan agroindustri
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah potensial atau daerah yang prospektif
untuk pengembangan agroindustri kelapa. Kriteria yang digunakan adalah jumlah penduduk, luas
areal, jumlah produksi, dan jumlah petani kelapa. Sedangkan alternatif adalah mencakup semua
daerah penghasil kelapa. Lokasi penelitian dilakukan di kota palu, yang terdiri atas 8 daerah
penghasil kelapa, yaitu Kecamatan Palu Barat, Tatanga, Ulujadi, Palu Selatan, Palu Timur,
Mantikulore, Palu Utara dan Tawaeli. Penentuan daerah prospektif menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program Expert Choice.
AHP merupakan salah satu model yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Herbet dan Simon, pengambilan keputusan yang baik terdiri atas unsur tindakan dan
tahapan yang antara lain meliputi penelusuran (intelegence), perancangan (design), pemilihan
(choise), dan implementasi (implementation). Pada tahap penelusuran dilakukan pencarian data
baku, pengolahan data, dan pencarian petunjuk untuk mengidentifikasikan masalah secara jelas.
Sementara itu pada tahap perancangan dilakukan pengembangan, analisa, dan pencarian alternatif
solusi, serta evaluasi kelayakan solusi. Pada tahap ini dilakukan implementasi, pengujian, dan
validasi model tahap perancangan, yaitu
(a) struktur data,
(b) pemilihan kreteria untuk evaluasi, termasuk penetapan tingkat aspirasi untuk menetapkan
tujuan,
(c) pengembangan alternatif,
(d) memprediksikan hasil.
dikaitkan dengan ketersediaan informasi yang berpengaruh terhadap ketidakpastian atau kepastian
solusi. Sedangkan tahap pemilihan merupakan tahap pemilihan alternatif solusi yang layak.
Setelah itu dilakukan tahap terakhir, yaitu tahap implementasi, yang merupakan tahap pelaksanaan
keputusan.
Prinsip dasar AHP antara lain: membuat hierarki, penilaian kriteria dan alternatif, menentukan
prioritas, dan mengukur konsistensi logis. Membuat hierarki bertujuan untuk mempermudah
memahami sistem yang komplek dengan cara memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung.
Panilaian kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat menurut Saaty adalah skala 1 sampai 9. Menentukan prioritas
dilakukan dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
Konsistensi logis dilakukan untuk menilai tingkat hubungan antarobjek . Hierarki pada AHP
bersifat luwes, yang artinya dapat dirubah untuk menampung kriteria baru.Tingkat puncak hierarki
hanya terdiri atas satu elemen, yaitu sasaran secara menyeluruh.Tingkat selanjutnya terdiri dari
beberapa elemen. Jumlah tingkat yang terdapat dalam satu hierarki tidak dibatasi, tergantung
kebutuhan sistem. Salah satu perangkat lunak yang bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan
dengan AHP adalah expert choice. Perangkat lunak ini memungkinkan pengguna untuk melakukan
perbandingan berpasangan terhadap masing-masing kriteria dan altenatif. Hasil akhirnya
memberikan informasi mengenai prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif tersebut.

PENGUMPULAN DATA
Pengambilan data diperoleh dengan melakukan, wawancara mendalam (depth interview)
menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Penentuan responden dilakukan secara purposive
sampling. Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan.
Adapun responden yang sengaja dipilih dalam penelitian ini dengan di asumsikan adalah 2
responden terdiri dari pemerintah (Dinas Pertanian Kota Palu). Bisa dilihat pada gambar 01.

Gambar 01. Participants atau Responden


Terlihat pada gambar diatas, kedua responden berasal dari Dinas Pertanian Kota Palu,dimana
kedua responden memiliki data terkait argoindustri kelapa Kota Palu.

PENENTUAN KRITERIA DAN ALTERNATIF


Kriteria penilaian dipilih berdasarkan pengorganisasian dari berbagai literatur tentang
pengembangan agroindustri. Terdapat 4 kriteria penilaian yang dapat mendasari pemilihan daerah
potensial, yaitu jumlah penduduk, luas areal kelapa (tanaman yang menghasilkan), jumlah
produksi, dan jumlah petani kelapa. Sedangkan alternatif daerah pengembangan adalah semua
kecamatan yang ada di kota palu. Terdapat 8 kecamatan di kota palu, antara lain Palu Barat,
Tatanga, Ulujadi, Palu Selatan, Palu Timur, Mantikulore, Palu Utara dan Tawaeli..Struktur
hierarki dapat dilihat pada gambar 02.
Gambar 02. Hierachy View

PENILAIAN KRITERIA DAN ALTERNATIF


Penilaian kriteria dilakukan berdasarkan pada studi literatur, yang selanjutnya dilakukan
perbandingan berpasangan. Sedangkan penilaian alternatif dilakukan berdasarkan pada data yang
di asumsikan, yang selanjutnya juga dilakukan perbandingan berpasangan.
PENENTUAN PRIORITAS
Nilai perbandingan relatif yang merupakan hasil perbandingan berpasangan kriteria dan alternatif
selanjutnya diolah untuk mendapatkan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak expert choice.

HASIL DAN PEMBAHASAN


➢ ANALISIS PEMILIHAN KRITERIA

Pemilihan kriteria merujuk kepada literatur yang telah diorganisasikan sedemikian rupa. kriteria
yang mempengaruhi pemilihan daerah prospektif antara lain jumlah penduduk, luas areal, jumlah
produksi, rasio produksi terhadap penduduk, jumlah angkatan kerja, jumlah pohon, dan jumlah
usaha kebun.menurut sumber lainnya,kriteria yang mempengaruhi pemilihan lokasi untuk
pengembangan agroindustri adalah bahan baku, tenaga kerja, pasar dan fasilitas. Namun dalam
penelitian ini hanya digunakan 4 kriteria, yaitu jumlah penduduk, luas areal tanaman kelapa yang
menghasilkan, jumlah produksi, dan jumlah petani kelapa. Hal ini didasarkan pada data yang di
asumsikan. Pembobotan keempat kriteria tersebut dilakukan dengan menggunakan metode AHP
dengan memanfaatkan perangkat lunak expert choice dengan mengambil penilaian dari literatur.
Bobot masing-masing kriteria dapat dilihat pada Gambar A03,B03,C03.

Gambar A03. Pairwise comparison Kriteria (2 Responden Combined)


Gambar A03. Bobot Masing-Masing Kriteria Pemilihan (2 Responden Combined)

Gambar B03. Pairwise comparison Kriteria (Hanif Setyawan)

Gambar B03. Bobot Masing-Masing Kriteria Pemilihan (Hanif Setyawan)

Gambar C03. Pairwise comparison Kriteria (Ridho Akbar)


Gambar C03. Bobot Masing-Masing Kriteria Pemilihan (Ridho Akbar)
Dari Gambar A03. dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada kriteria Jumlah Penduduk
(0.352), diikuti oleh Jumlah Petani (0.323), Luas Areal (0.193), dan Jumlah Produksi (0.131). Dari
Gambar B03. Dapat dilihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada kriteria Jumlah Petani (0.388),
diikuti oleh Jumlah Penduduk (0.267), Jumlah Produksi (0.194), dan Luas Areal (0.151). Dari
Gambar C03. Dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada kriteria Jumlah Penduduk (0.428),
diikuti oleh Jumlah Petani (0.259), Luas Areal (0.231), dan Jumlah Produksi (0.081). Hal ini
menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk merupakan kriteria yang paling berpengaruh terhadap
pemilihan daerah prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa. Semakin padat jumlah
penduduk supply dan demand yang ada pada suatu daerah juga semakin meningkat. Maka dapat
mendukung juga pengembangan dalam suatu argoindustri kelapa sawit ini.

➢ ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF

Penentuan bobot alternatif daerah pengembangan agroindustri kelapa untuk masing-masing


kriteria dilakukan dengan mengambil data yang di asumsikan pada kota palu.Pembobotan alernatif
daerah berdasarkan masing-masing kriteria dilakukan dengan menggunakan meode AHP
(perangkat lunak expert choice).
1. Jumlah Produksi
Jumlah produksi kelapa di suatu daerah merupakan kriteria pemilihan daerah prospektif
untuk pengembangan agroindustri kelapa. Hal ini berkaitan dengan banyaknya bahan baku
yang dapat diolah menjadi berbagai produk olahan kelapa.faktor yang menjadi kekuatan
utama dalam pengembangan agroindustri kelapa adalah ketersediaan bahan baku. Bobot
alternatif daerah berdasarkan jumlah produksi dapat dilihat pada Gambar A04,B04,C04.
Gambar A04. Pairwise comparison Jumlah Produksi (2 Responden Combined)

Gambar A04.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Produksi (2 Responden Combined)

Gambar B04. Pairwise comparison Jumlah Produksi (Hanif Setyawan)


Gambar B04.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Produksi (Hanif Setyawan)

Gambar C04. Pairwise comparison Jumlah Produksi (Ridho Akbar)

Gambar C04.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Produksi (Ridho Akbar)


Dari Gambar A04. dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu
Selatan (0.153), diikuti oleh Mantikulore (0.144), Palu Barat (0.140), Tawaeli (0.138),
Tatanga (0.118), dan Palu Timur (0.110), Ulujadi (0.100), dan Palu Utara (0.096). Dari
Gambar B04. Dapat dilihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu
Selatan (0.167), diikuti oleh Tatanga (0.163), Mantikulore (0.143), Palu Timur (0.139),
Tawaeli (0.138),dan Palu Utara (0.104), Palu Barat (0.102), dan Ulujadi (0.043). Dari
Gambar C04. Dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Ulujadi
(0.198), diikuti oleh Palu Barat (0.171), Mantikulore (0.138), Palu Selatan (0.130),Tawaeli
(0.123), Palu Timur (0.083),Palu Utara (0.082),dan Tatanga (0.75). Dengan demikian, dari
segi jumlah produksi, kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan agroindutri kelapa
sawit adalah Palu selatan (0.303).

2. Luas Areal
Luas areal tanaman kelapa total di suatu daerah terdiri dari luas areal tanaman belum
menghasilkan, tanaman menghasilkan, dan tanaman tua dan rusak. Namun, luas areal yang
digunakan pada penelitian ini adalah luas areal tanaman menghasilkan. Hal ini didasarkan
pada jumlah produksi yang akan digunakan untuk mengembangkan produk olahan hasil
kelapa. Pada areal tanaman yang belum menghasilkan dan area tanaman tua dan rusak,
tidak mungkin didapatkan produksi kelapa yang bisa diolah lebih lanjut. Bobot alternatif
daerah berdasarkan luas areal dapat dilihat pada Gambar A05,B05,C05.

Gambar A05. Pairwise comparison Luas Areal (2 Responden Combined)

Gambar A05.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Luas Areal (2 Responden Combined)


Gambar B05. Pairwise comparison Luas Areal (Hanif Setyawan)

Gambar B05.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Luas Areal (Hanif Setyawan)

Gambar C05. Pairwise comparison Luas Areal (Ridho Akbar)

Gambar C05.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Luas Areal (Ridho Akbar)


Dari Gambar A05. dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu
Utara (0.172), diikuti oleh Tatanga (0.161), Tawaeli (0.138), Palu Selatan (0.132), Ulujadi
(0.120),Palu Barat (0.113), Palu Timur (0.092), dan Mantikulore (0.071). Dari Gambar
B05. Dapat dilihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Ulujadi (0.201),
diikuti oleh Palu Utara (0.149), Palu Selatan (0.144), Tatanga (0.123), Palu Barat
(0.118),Palu Timur (0.109), Tawaeli (0.099), dan Mantikulore (0.057). Dari Gambar C04.
Dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Tatanga
(0.189), diikuti oleh Palu Utara (0.176), Tawaeli (0.169), Palu Selatan (0.129),Palu Barat
(0.122), Mantikulore (0.079),Palu Timur (0.071),dan Ulujadi (0.64). Dengan demikian,
dari segi luas areal, kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan agroindutri kelapa
sawit adalah Palu Utara(0.172).

3. Jumlah Petani Kelapa


Jumlah petani kelapa di suatu daerah memungkinkan terbentuknya pelaku agroindustri
yang mengolah sendiri hasil produksi kelapa mereka. jumlah tenaga kerja sektor
agroindustri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan agroindustri. Bobot alternatif
daerah berdasarkan luas areal dapat dilihat pada Gambar A06,B06,C06.

Gambar A06. Pairwise comparison Jumlah Petani Kelapa (2 Responden Combined)

Gambar A06.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Petani Kelapa (2 Responden


Combined)
Gambar B06. Pairwise comparison Jumlah Petani Kelapa (Hanif Setyawan)

Gambar B06.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Petani Kelapa (Hanif Setyawan)

Gambar C06. Pairwise comparison Jumlah Petani Kelapa (Ridho Akbar)


Gambar C06.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Petani Kelapa (Ridho Akbar)
Dari Gambar A06. dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu
Timur (0.236), diikuti oleh Palu Utara (0.158), Tatanga (0.122), Ulujadi (0.114), Mantikulore
(0.108),Palu Selatan (0.097), Palu Barat (0.091), dan Tawaeli (0.074). Dari Gambar B06.
Dapat dilihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu Timur (0.241), diikuti
oleh Palu Utara (0.180), Mantikulore (0.147), Tatanga (0.117), Palu Selatan (0.101),Palu
Barat (0.089), Ulujadi (0.073), dan Tawaeli (0.047). Dari Gambar C06. Dapat terlihat bahwa
bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu Timur
(0.203), diikuti oleh Ulujadi (0.182), Palu Utara (0.120), Tatanga (0.120),Tawaeli (0.105),
Palu Selatan (0.098),Palu Barat (0.090),dan Mantikulore (0.81). Dengan demikian, dari segi
luas areal, kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan agroindutri kelapa sawit adalah
Palu Timur(0.236).
4. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk suatu daerah akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal adalah dengan cara pemberdayaan kelompok
agroindustri. Jumlah penduduk yang banyak akan memberikan peluang yang besar untuk
membentuk kelompok-kelompok agroindustri. Dengan begitu, pengembangan
agroindustri akan lebih mudah dilakukan di daerah yang memiliki kelompok-kelompok
agroindustri yang banyak. Bobot alternatif daerah berdasarkan jumlah penduduk dapat
dilihat pada Gambar A07,B07,C07.
Gambar A07. Pairwise comparison Jumlah Penduduk (2 Responden Combined)

Gambar A07.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Penduduk (2 Responden Combined)

Gambar B07. Pairwise comparison Jumlah Penduduk (Hanif Setyawan)


Gambar B07.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Penduduk (Hanif Setyawan)

Gambar C07. Pairwise comparison Jumlah Penduduk (Ridho Akbar)

Gambar C07.Bobot Alternatif Daerah Berdasarkan Jumlah Penduduk (Ridho Akbar)


Dari Gambar A07. dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu Timur
(0.209), diikuti oleh Palu Selatan (0.167), Tawaeli (0.141), Palu Barat (0.135), Mantikulore
(0.108),Tatanga (0.097), Palu Utara (0.085), dan Ulujadi (0.059). Dari Gambar B07. Dapat dilihat
bahwa bobot tertinggi terdapat pada alternatif daerah Palu Timur (0.206), diikuti oleh Palu Selatan
(0.156), Palu Barat (0.142), Palu Utara (0.138), Tawaeli (0.136),Tatanga (0.111), Mantikulore
(0.079), dan Ulujadi (0.032). Dari Gambar C07. Dapat terlihat bahwa bobot tertinggi terdapat pada
alternatif daerah Palu Timur
(0.189), diikuti oleh Palu Selatan (0.171), Tawaeli (0.142), Mantikulore (0.136),Palu Barat
(0.126), Ulujadi (0.110),Tatanga (0.074),dan Palu Utara (0.052). Dengan demikian, dari segi luas
areal, kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan agroindutri kelapa sawit adalah Palu
Timur(0.209).

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS

Setelah dilakukan analisis terhadap kriteria dan alternatif, selanjutnya dilakukan analisis terhadap
prioritas global. Hasil analisis pemilihan daerah potensial diperoleh dengan cara mengalikan
mariks nilai bobot kriteria dengan matriks bobot alernatif. Namun pada penelitian ini, perkalian
matriks tidak perlu dilakukan karena hasilnya akan keluar secara otomatis pada aplikasi expert
choice. Urutan rangking daerah prospektif yang potensial untuk pengembangan agroindustri
kelapa dapat dilihat pada Gambar 07.

Gambar 07. Hasil Analisis Pada Perfomance Sensitivity


Gambar 07. Hasil Analisis Pada Dynamic Sensitivity

Gambar 07. Hasil Analisis Pada Gradient Sensitivity


Gambar 07. Hasil Analisi Pada Head To Head Senditivity
Gambar 07. Urutan Prospektif Berdasarkan Nilai Bobot Tertinggi
Pada Gambar 07.Dapat terlihat bahwa kecamatan Palu Timur merupakan kecamatan yang
memiliki nilai bobot tertinggi, yakni 0.182.Hal ini menunjukkan bahwa daerah yang paling
prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa di Kota Palu adalah kecamatan Palu Timur.
Pemilihan ini berdasarkan 4 kriteria penilaian, yaitu jumlah produksi, luas areal, jumlah petani
kelapa, dan jumlah penduduk.

KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini adalah :
1. penilaian kriteria berturut-turut dari yang terbesar adalah jumlah penduduk, jumlah petani
kelapa, Luas Areal dan Jumlah Produksi, dengan nilai bobot masing-masing (0.352),
(0.323), (0.193), dan (0.131).
2. hasil verifikasi model dan analisis menunjukkan bahwa prioritas tertinggi untuk daerah
yang prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa adalah kecamatan Palu Timur,
Palu Selatan, dan Palu Utara, dengan nilai bobot masing-masing 0.182, 0.136, dan 0.127.

Anda mungkin juga menyukai