Anda di halaman 1dari 69

P9767k;’

;p7y6u7;’[|

“{:ljuyh

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini pemenuhan kebutuhan manusia tidak hanya di lakukan

antar individu, tetapi saat ini lebih didominasi oleh sektor industri. Industri

secara sederhana merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan produk-produk yang relatif sama. Adapun produk yang

dihasilkan oleh industri-industri tersebut berupa barang dan jasa. Perusahaan

industri makanan dan minuman merupakan kategori barang konsumsi

perusahaan. Industri Manufaktur dimana produknya sangat dibutuhkan

masyarakat, sehingga prospeknya menguntungkan baik masa sekarang

maupun masa yang akan datang. Smartha dan Thariq (2012) menyatakan

produksi makanan dan minuman yang dikuasai oleh rumah tangga dan usaha

kecil belum berkembang dan tumbuh dengan baik karena keterbatasanya

modal sehingga meningkatkan barang impor yang masuk ke indonesia. Modal

merupakan elemen penting dalam menjalakan kegiatan operasional

perusahaan disamping sumber daya manusia, metode, mesin, dan material.

Pemenuhan modal perusahaan dapat diperoleh baik dari dalam (internal)

maupun dari luar (eksternal).

Menurut Azlin & Rustam (2013) pembiayaan perusahaan berasal

dari sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal. Namun


pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan saja tidak akan cukup untuk

membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan memerlukan

tambahan dana dari luar perusahaan dengan cara menjual asset financialnya

seperti saham, obligasi atau sekuritas lainya atau dengan mengajukan

pinjaman di bank.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat akan mengakibatkan

banyak persaingan dalam menentukan kebijakan baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Persaingan yang semakin ketat, menuntut manajemen

perusahaan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan

perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.

Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada berapa

hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan.

Dibentuknya suatu perusahaan tidak luput dengan tujuan berdirinya

perusahaan itu sendiri, salah satu tujuan utama mendirikan perusahaan itu

sendiri adalah memaksimalkan keuntungan atau profit. Keutungan atau profit

adalah selisih antara uang yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa

yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan untuk input yang digunakan

dalam menghasilkan barang atau jasa, Warren ( 2017).

Menurut Kusumajaya (2011) menyatakan nilai perusahaan

merupakan presepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat diukur dengan

Price Earning Ratio (PER) yang menggambarkan bagaimana keuntungan

perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya yang menujukan


besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu

rupiah Earning perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan laba, maka nilai

PER akan semakin tinggi. Dwipartha (2013).

Nurlela & Ishaluddin (2008) Menyebutkan bahwa nilai perusahaan

merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli Jika perusahaan

tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan presepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan sebuah perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Semakin tinggi harga saham perusahaan mencerminkan nilai perusahaan

tersebut semakin tinggi, begitu pula sebaliknya ( Novari & Lestari, 2016) nilai

perusahaan ini dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Nilai perusahaan diukur mengunakan rasio-rasio. Weston &

Copeland (2008) menyatakan bahwa untuk mengukur rasio perusahaan ada 3

(tiga) rasio yang mencakup dan dapat digunakan. Nilai suatu perusahaan

merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan.

Rasio penelitian tersebut terdiri dari Price Earning Ratio (PER), Rasio

Tobin’s Q, dan Price to Book Value (PBV).

Nilai perusahaan pada umumnya ditunjukan dari nilai Price to

Book Value (PBV). Menurut Brigham dan Houston (2011) PBV adalah

perbandingan antara harga saham dan nilai buku perusahaan, dimana nilai

buku perusahaan merupakan perbandingan antara ekuitas dengan jumlah

saham perusahaan yang beredar. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya

akan prospek perusahaan. Wirawati (2008) mengemukakan PBV juga

menunjukan rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan


yang berjalan dengan baik umumnya memiliki rasio PBV mencapai diatas satu

yang menujukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari pada nilai bukunya,

PBV memiliki peran penting sebagai suatu pertimbangan bagi investor untuk

memilih saham yang akan dibeli dan PBV juga dapat dijadikan indikator

harga atau nilai saham.

Menurut Dwipartha, (2013) menyatakan bahwa faktor internal

yang mempengaruhi kemampuan perusahaan yang go public dalam mencapai

tujuan jangka panjangnya untuk meningkatkan nilai perusahaanya dapat

dilihat dari kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan

merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh para investor dalam

berinvestasi.

Kinerja keuangan ini merupakan informasi keuangan yang

mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban

menejemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator

keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengabilan

(Harahap, 2015).

Menurut Mulyadi (2007) Menguraikan pengertian kinerja

keuangan ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu

organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang

ditetapakan sebelomnya. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat

bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur,

analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri.

Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis


prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan, rasio keuangan dirancang

untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi

perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu.

Kinerja keuangan adalah gambaran dari pencapaian keberhasilan

perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai

aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan

adalah suatu analisi yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Fahmi, 2002) Dari sejumlah

pengertian kinerja keuangan diatas, dapat diambil kesimpulan sederhana

bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada

suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan

dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

Pengukuran kinerja perusahaan merupakan salah satu indikator

yang dipergunakan oleh investor yang menilai satu perusahaan dari harga

pasar saham tersebut dibursa efek indonesia. Semakin baik kinerja perusahaan

maka akan semakin tinggi return yang akan diperoleh oleh investor.

Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja terbaik

dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dikatakan perolehan

modal perusahaan dan nilai perusahaan akan meningkat apabila perusahaan

memiliki repitasi yang baik yang tercermin dalam laporan keuangannya.

Pendekatan yang populer untuk menilai kondisi keuangan

perusahaan adalah dengan mengevaluasi data akuntansi berupa laporan


keuangan hal ini disebabkan karena laporan keuangan disusun berdasarkan

standar penyusunan laporan keuangan yang diterapakan secara meluas oleh

perusahaan-perusahaan untuk mengevaluasi data akuntansi dapat digunakan

rasio-rasio finansial dibagi dalam empat kategori utama, yaitu rasio

profitabilitas (laba), rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio liquiditas.

Informasi keuangan pada umumnya digunakan infestor untuk

menghitung rasio-rasio. Dari rasio diatas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rasio profitabilitas dan solvabilitas rasio profitabilitas yang diukur

dengan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), sedangkan rasio

solvabilitas diukur dengan Debt To Rario (DER). Data yang diperoleh

kemudian diproses dan dianalisis kemudian hasil dari data-data yang diolah

dan dianalisis dapat dijadikan karangka jawaban bagi hipotesis yang telah

ditentuakan.

ROA mengukur seberapa baik manajemen menggunkan semua

aktiva untuk meghasilkan laba. Rasio ini dihitung dengan cara membagi laba

bersih dengan total aktiva. Oleh karena itu, semakin besar ROA perusahaan,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perushaan tersebut.

(Fakhruddin dan Hardianto, 2001).

ROE merupakan rasio yang menunjukan tingkat pengembalian

yang diperoleh pemilik atau pemegang saham atas investasi diperusahaan.

ROE membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas saham biasa.

Semakin tinggi ROE menunjukan semakin tinggi tingkat pembelian terhadap

investasi yang dilakukan dan semakin rendah ROE suatu perusahaan maka
tngkat pengembalian akan semakin rendah pula. Seorang calon investor perlu

melihat ROE suatu perusahaan sebelum melakukan investasi. Supaya dapat

mengetahuai seberapa banyak yang dihasilkan dari investasi yang

dilakukanya. ( Sitepu, 2010).

Sedangkan DER merupakan rasio yang membandingkan total

utang ekuitas. Rasio ini mengukur presentase dari dana yang diberikan oleh

para kreditur. Total utang meliputi kewajiban lancar dan kewajiban jangka

panjang. DER mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar atau

memenuhi kewajibanya dengan modal sendiri. DER menunjukan hubungan

antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Semakin

besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar struktur modal yang berasal

dari utang digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada seperti yang

dikemukakan oleh Warren et al (2004) Dalam Sitepu (2010) bahwa semakin

kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan

dalam kondisi yang buruk. Rasio DER yang kecil menunjukan bahwa

perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban para kreditur.

Beberapa tahun terakhir, industri sektor makanan dan minuman

mengalamai penurunan tajam hingga mencapai angka negatif. Hal ini

dikarenakan ada 1 (satu) perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba negatif

yaitu PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. yang memberikan pengaruh yang begitu

besar bagi pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman. Pertumbuhan

laba yang positif mencerminkan bahwa perusahaan dapat mengelola dan


memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba serta

menunjukan baiknya kinerja perusahaan, dan begitu juga sebaliknya.

Dengan adanya fenomena tersebut maka akan menjadi perhataian

karena dengan adanya penurunan nilai perusahaan, mengakibatkan pandangan

investor teerhadap perusahaan kurang, sehingga berdampak pada minat

investor terhadap perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap

perusahan telah banyak dilakukan. Yuniasi dan Wirakusuma (2007)

menyatakan bahwa ROA yang merupakan proksi dari kinerja keuangan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur periode 2005-2006

selain itu Aryani (2012) menyatakan bahwa kinerja keuangan yang diukur

menggunakan indikator ROE berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan yang diukur menggunakan PBV. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Modigliani dan Miller, Yuanita handoko, (2012) menemukan

bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil

dari penelitian Eko (2010) megatakan bahwa variabel prifitabilitas (ROE)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) semakin

tinggi ROE makan akan semakin tinggu juga nilai perusahaan (PBV)

sedangkan dari hasil penelitian Justicia, (2010) mengatakan bahwa variabel

profitabilitas (ROA) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Karena apabila perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya maka perusahaan akan memperoleh laba yang tinggi. Penelitian

yang di lakukan oleh Natarsyah (2000) dan Sparta (2000) menunjukan bahwa
DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berbeda

dengan penelitian Hadayat dan Manao (2000) yang menyatakan justru bahwa

return tidak berpengaruh secara nyata oleh perubahan posisi sumber dana dari

pinjaman DER. Menurut Ratih dkk. (2013) DER berpengaruh signifikan

terhadap harga saha. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pangestuti dan

Aji (2013) menunjukan bahwa DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap PER.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis memberi judul

penelitian, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2018-2020”.

B. Rumusan Masalah.

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan secara terperinci masalah pokok dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Apakah ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan makana dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah DER berpengaruh terhaadap nilai perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

C. Batasan Masalah
Adanya batasan masalah bertujuan agar penelitian lebih terfokus

pada permasalahan yang akan diteliti. Sehingga pembahasan masalah tidak

meluas dan salah penafsiran. Penelitian ini memfokuskan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Variabel independen yang digunakan adalah kinerja keuangan yang dibatasi

hanya Retur On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt To Equity

Ratio (DER).

2. Variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan yang dibatasi

dengan Price To Book Value (PBV).

3. Penelitian dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

BEI dan konsisten menggunakan laporan keuanganya selama periode 2018-

2020.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dilakukanya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengatahui apakah ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Untuk mengatahui apakah ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Untuk mengatahui apakah DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi piihak-pihak

pengguna laporan keuangan diantaranya:

1. Bagi pihak perusahaan

Sebagai sumber informasi agar perusahaan lebih memperhatikan dan

mengembangkan kinerja keuangan perusahaan yang dimiliki.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengimplementasikan pengetahuan yang

penulis dapat selama di bangku perkuliahan. Selain itu penelitian ini juga

menjadi salah satu syarat menyelesaikan studi jenjang serjana pada

Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

3. Bagi peneliti selanjunya

Dapat dijadikan sebagai pertimbangan bahan dan pemikiran atau bahan

refrensi dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang berkaitan dengan

kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, yang

meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Landasan teori dan pengembangan hipotesis


Berisi tinjauan yang terdiri dari beberapa sub bab, yang meliputi tentang definisi

kinerja keuangan perusahaan, nilai perusahaan, review penelitian terdahulu,

karangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III: Metode penelitian

Berisi tentang uraian jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode

analisis, dan termasuk prosedur analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

penelitian.

BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan

Merupakan inti dari penelitian yang berupa gambaran umum dari objek

penelitian dan analisis data.

BAB V: Kesimpulan dan implikasi

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diperlukan untuk

pihak yang berkepentingan.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil replikasi dari

sekian banyak transaksi uang yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-

transaksi dan pristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan diringkas

dengan cara yang tepat dalam satuan uang kemudian diadakan penafsiran untuk

berbagai tujuan. Menurut Kasmir (2015) laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu.

Menurut PSAK No. 1 tahun 2015 laporan keuangan laporan keuangan

adalah penyanjian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas. Laporan ini menampilkaan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai

moneter. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara

misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri

dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.


Menurut Mulya (2013) menyatakan laporan keuangan merupakan

pertanggungjawaban manajemen kepada pemakai tentang pengolahan keuangan

yang dipercaya kepadanya. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan

informasi bagi para pemakai sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai

pertangungjawaban atau accountability sekaligus menggambarkan indikator

kesuksesan dalam mencapai tujuanya.

Menurut Fahmi (2014) menyarak laporan keuangan merupakan suatu

informasi yang menggabarkan kondisi laporan keuangan suatu perusahaan, dan

lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja perusahaan

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil

akhir dari ringkasan proses akuntansi yang meliputi transaksi keuangan yang

terjadi selama tahun buku yang bersangkutan dan diolah sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan informasi atas keadaan fiancial perusahaan yang

dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan.

a. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi tentang prestas perusahaan dimasa

lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetepan kebijakan dimasa

mendatang. Informasi yang disajikan haruslah benar sehingga informasi tersebut

dapat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan

yang dilaporkan tersebut.


Menurut Fahmi (2011) tujuan utama dari laporan keuangan adalah

memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur- unsur

laporan keuangan yang ditujkan pada phak- pihak lain yang berekepentingan

dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan disamping pihak manajemen

perusahaan.

b. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap

laporan keuangan seperti:

1) Investor

2) Karyawan

3) Pemberi pinjaman

4) Pemasok dan kreditur lainya.

5) Penggan

6) Pemerintah

7) Masyarakat

2. Kinerja Keuangan

Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkat

pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual.

Kinerja dapat diartikan juga sebagai prestasi yang dapat di capai perusahaan

dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan

tersebut.( G Sugiarso dan F winarni, 2005). Standar akuntansi (2007 )

mengartikan kinerja perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu


penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau

sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return in

investement) atau penghasilan per saham (earnings per share ) dari pengertian di

atas makan di ambil kesimpulan kinerja adalah pencapaian suatu perusahaan

dalam memenuhi target suatu perusahaan dalam waktu tertentu yang

menggambarkan kualitas suatu perusahaan.

Kinerja keauangan suatu perusahaan dapat tercermin dari laporan

keuanganya. Laporan keuangan ini di susun dan ditafsirkan untuk kepentimgan

manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan

dengan dana keuangan perusahaan (Jumingan, 2009).Pengertian kinerja

perusahaan adalah merupakan hasil kerja dari berbagai bagian dalam suatu

perusahaan yang terlihat dari kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode

tertentu terkait aspek penghimpunan dan penyaluran dana yang dinilai

berdasarkan idikator kecukupan modal, liquiditas dan profitabilitas perusahaan.

Menurut sucipto (2003) kinerja keuangan adalah penentu ukuran tertentu yang

dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam pengasilan

laba.

Menurut Jumingan, (2006) kinerja keuangan merupakan kondisi keuangan

perusahaan yang dijelaskan pada suatu periode tertentu terkait berbagai aspek

seperti penghimpunan dan penyaluran dana berdasarkan indikator kecukupan

modal, liquiditas dan protabilitas. Sedangkan menurut IAI (2004) kinerja


keuangan merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya

yang dimiliki.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah

gambaran hasil pencapaian perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan

perusahaan. Menurut Siregar (2010) kinerja suatu perusahaan dipengaruhi

berbagai faktor yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu, faktor

internal dan faktor eksternal dalam suatu perusahaan. Faktor internal merupakan

faktor yang berada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor

eksternal faktor yang berada diluar kendali pihak manajemen perusahaan. Faktor-

faktor internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah:

a) Manajemen personalia

Berkaitan dengan sumber daya manusia agar dapat didayagunakan

seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut secara

manusiawi.

b) Manajemen pemasaran.

Berkaitan dengan program program yang ditunjukan untuk mecapai tujuan

yang diinginkan suatu perusahaan.

c) Manajemen produksi

Berkaitan dengan faktor produksi agar barang dan jasa sesuai dengan yang

di harapkan oleh perusahaan.


d) Manajemen keuangan

Berkaitan dengan perencanaan mencari dan memanfaatkan dana untuk

memaksimumkan efesiensi perusahaan.

e) Kondisi perekonomian

Kondisi ini dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas

politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.

f) Kondisi industri

Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan, dan lain- lain. Menurut

Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang

dicapai perusahaan dalam suatu periode yang mencerminkan tingkat

kesehatan dari perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari kondisi industri

perusahaan.

Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran rasio

sudah menjadi suatu prameter yang terbilang umum saat ini. Dalam

penelitian- penelitian yang berkaitan dengan penelitian kinerja perusahaan

dilakukan berdasarkan kepada ketentuan (1) Hasil penelitian-penelitian

sejenis sebelumnya. (2) menggunakan tolak ukur yang telah diitetapkan

oleh otoritas yang berwenang. (3) klaziman dalam praktek, (4)

menggambarkan model pengukuran melalui pengujian secara statistik

terlebih dahulu dengan memilih tolak ukur yang sesuai dengan tujuan

penelitian.
3. Hubugan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan.

Dari laporan keuangan kemudian digunakan rasio keuangan dapat

diketahui apakah perusahaan terkait dijalankan sebagaimana mestinya dengan

efesien dan efektif. Adapun rasio yang dipakai dalam penelitian ini yaitu ROA,

ROE dapat menjadi alat untuk mengukur tingkat keefisiensian dan keefektifitasan

kinerja keuangan suatu perusahaan yang berpengaruh dalam peningkatan nilai

perusahaan. Tinggi rendahnya perusahaan menjadi tolak ukur dalam investor

berinvestasi yang menggambarkan nilai pasar suatu perusahaan daalam

meningkatkan daya tarik para investor untuk berinvestasi. Nilai perusahaan dapat

diukur dengan rumus Tobins’ Q dan dapat dilihat dari harga saham yang naik

menunjukan peningkatan nilai perusahaan. Saat harga saham meningkat, maka

pemegang saham bertambah kemakmuranya.

4. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan akan tercermin atau terlihat dari harga sahamnya. Harga

pasar dari sebuah saham perusahaan yang terbentuk dari pembeli dan penjual di

saat transaksi tersebut, nilai pasar perusahaan karena harga saham dianggap

cerminan dari pada nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Nilai perusahaan

dibentuk melalui indikator. Nilai pasar sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang

investasi. Investasi dapat memberikan sinyal positif karena adanya peluang

tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sehingga dapat

meningkatkan nilai perusahaan.(Wahyudi, Pawesti, & Prasetyaning, 2006)


Menurut Sartono (2010) nilai perusahaan adalah, nilai jual sebuah

perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang berpotensi. Kelebihan nilai jual

diatas nilai likuidasi adalah adanya nilai dari organisasi manajemen yang

menjalankan perusahaan itu. Menurut Harmonno (2009) nilai perusahaan adalah

kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh

permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat

terhadap kinerja perusahaan.

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas mengenai definisi nilai

perusahaan diatas adalah, nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan

hasil kinerja perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu nilai sekarang

(present value) dari fee cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto rata-

rata tertimbang biaya modal.

a) Jenis- jenis Nilai Perusahaan

Terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang

digunakan dalam perhitungan yaitu (Yulius dan Tarigan,2007)

1) Nilai Nominal

Nilai nominal adalah nilai yang tecantum secara formal dalam anggaran

dasar perseroan disebutkan secara explisit dalam neraca parusahaan, dan juga

ditulis secara jelas, dalam surat saham kolektif.

2) Nilai Pasar
Nilai pasar atau sering disebut kurs yaitu harga yang terbentuk dari proses

tawar menawar dipasar saham, nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham

perusahaan dijual dipasar saham.

3) Nilai Intrinsik

Nilai Intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu

pada perkiraan nilai rill suatu perusahaan.nilai perusahaan dalam konsep nilai

intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset. Melainkan niai perusahaan

sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan

dikemudian hari.

4) Nilai Buku

Nila buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total aset dan

total uang dengan jumlah saham yang beredar.

5) Nilai Likuiditas

Nilai likuiditas adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban yang harus dipenuhi, nilai likuiditas dapat dihitung dengan cara

yang sama dengan menghitung nilai buku yaitu berdasarkan neraca performa yang

disiapakan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

b) Pengukuran Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan melihat harga saham yang dibentuk

di pasar modal berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran

investor sehingga dapat dijadikan proksi nilai perusahaan. Artinya semakin tinggi

harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan dan sebaliknya. Menurut
Brigham & Ehrhardt (2005) Rasio penilaian adalah suatu rasio yang terkait

dengan penilaian kinerja saham perusahaan yang telah diperdagangkan dipasar

modal (go public)

Menurut Home, James, & Machowucz (2007) menyatakan bahwa

pengukuran kinerja keuangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan

yang berbasis pada laporan keuangan perusahaan yang di publikasikan dan telah

di audit akuntan publik. Rasio-rasio tersebut dirancang untunk membantu para

analisis atau investor dalam mengevaluasi suatu perusahaan dalam berdasarkan

laporan keuanganya.

Rasio penelitian memberikan informasi seberapa besar masyarakat

menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli saham

dengan harga lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Berikut ini beberapa metode

yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan.

1) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak jumlah uang yang

sanggup dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang

dilaporkan (Brigham & Ehrhardt, 2005). Price Earning Ratio (PER) berfungsi

untuk mengukur berapa banyak uang yang rela dikeluarkan oleh para investor

setiap nominal laba yang dilaporkan perusahaan. Keuangan Price Earning Ratio

(PER) adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang

dicerminkan oleh earning per share nya.

Price Earning Ratio (PER) berfungsi mengukur berapa banyak uang yang

rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan (Bringham & Ehrhrdt, 2005). Price Earning Ratio (PER) mempunya

fungsi untuk mengukur berapa banyak jumlah nominal uang yang rela dikeluarkan

oleh para investor untuk membayar setiap nominal laba yang dilaporkan

perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya.

Price Earning Ratio (PER) berfungsi mengukur perubahaan kemampuan

laba yang diharapkan di masa depan. Semakin besar PER, maka semakin besar

pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan ada rumus mencari Price Earning Ratio (PER) (Supangkat, 2003)

adalah:

Harga pasar saham


Price Earning Ratio (PER) ¿
Laba per lembar saham

2) Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukan apakah harga

saham yang diperdagangkan overvalued (di atas) dan undervalued (di bawah)

nilai buku saham tersebut ( Fakkhruddin dan Hadianto, 2001) Price too book

value (PBV).

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu

perusahaan. Makin tinggi rasio tersebut berarti prospek perusahaan tersebut sudah

di percaya oleh pasar. PBV juga menunjukan sejauh mana perusahaan

menciptakan nilai yang relatif untuk jumlah modal yang diinvestasikan. Rasio ini

mencapai di atas satu, kepada perusahaan yang berjalan dengan baik yang

menunjukan nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya adapun rumus yang

digunakan untuk mengukur Price too book Value (PBV) (Supangkat, 2003)

adalah sebagai berikut:


harga pasar per lembar saham
Price too book Value (PBV)=
hargabuku per lembar saham

a) Tobin’s Q

Rasio lain yang digunakan untuk mengukur nilai suatu perusahaan adalah

dengan metode Tobin’s Q. Tobin’s Q dihitung dengan membandikan rasio

nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku skuitas perusahaan

(Harahap, 2015) adapun rumusan Tobin’s Q adalah sebagai berikut:

Market Value Of equity + Book Value of Liabilitas


Q=
Book ValueOf Asseet

5. Rasio Keuangan

Menurut Horne dalam (Kasmir, 2008) rasio keuangan adalah merupakan

suatu indeks yang menghubungkan 2 (dua) angka akuntansi dan diperoleh dengan

membagi satu angka dengan angka lainya. Sedangkan menurut Raharjo (2009)

analisis rasio keuangan adalah furure oriented atau berorientasi dengan masa

depan artinya bahwa dengan analisa rasio keuangan dapat digunakan sebagia alat

untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa mendatang.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah angka

yang di peroleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos

lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio

keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan

antara pos tertentu dengan pos lainya. Dengan kata penyederhanaan ini dapat

menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkanya
dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh infomasi dan memberikan

penilaian (Harahap, 2015)

a) Rasio Likuiditas ( liquidity ratios)

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segara dipenuhi atau

hutang jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki cukup kemampuan untuk

membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan likuid, jika tidak disebut

ilikuid. Rasio likuiditas yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat

likuiditas perusahaan antara lain.

1) Current ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current

ratio memberikan informasi kemampuan aktiva lancar meliputi kas,

piutang dagang, efek, persediaan dan aktiva lainya. Sedangkan hutang

lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan

hutang lainya yang segera harus dibayar. Menurut Brealey (2006).

Rumus Current ratio :

Aktifa lancar
Current ratio¿ ×100
Hutang lancar

Semakin besar perbandingan suatu aktiva lancar dengan hutang lancar,

semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya, jika rasio lancar 1:1 atau 100% berarti aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat apabila rasio berada

diatas 1 atau diatas 100% artiya aktifa lancar harus jauh diatas jumlah

hutang lancar.

2) Quick Ratio

Quick Ratio adalah acid test ratio yaitu pertimbangan antara jumlah aktiva

lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang besar. Persediaan tidak

dimasuki dalam perhitungan quick ratio karena persediaan iyalah

komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

(Supangkat, 2003). Rumus Quick Ratio yaitu:

Aktifa lancar− persediaan


Quick Ratio¿ ×100
hutang lancar

3) Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas aktiva lancar yang dapat segera

menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud yaitu utang

perusahaan yang disimpan dikantor dan di bank dalam bentuk rekening

koran. Sedangkan harta setara kas iyalah harta lancar yang dengan mudah

dan cepat bisa diuangkan kembali, bisa dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

negara yang menjadi domisili perusahaan. Menurut Supangkat (2003)

rumus cash ratio:

kas+ setara kas


Cash Ratio¿ 100
Hutang Lancar

b) Rasio Laverage (laverage ratio)


Menurut Kasmir (2008) Rasio Laverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang.

Perusahaan yang memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar

semua hutang – hutangnya disebut solvable, sedang yang tidak di sebut insovable.

Perusahaan yang sovable belum tentu likuid begitupun sebaliknya yang insovable

belum tentu likuid. Macam macam rasio laverage antara lain:

1) Debth to Total Assets Ratio atau rasio hutang (debt ratio)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur presentase besarnya dana

yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud yaitu hutang yang

dimiliki perusahaan baik yang berjangka pendek ataupun berjangka

panjang. Menurut Harahap (2015) rumus mengukur rasio hutang yaitu:

total hutang
Debt ratio ¿ ×100
total aktiva

2) Debt Equity Ratio atau rasio hubungan dengan modal sendiri

Yaitu imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal

sendiri. Semakin tinggi rasio ini artinya modal sendiri semakin sedikit

dibanding dengan hutang. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik.

Menurut Harahap (2015) rumus Debt Equity Ratio :

total hutang
Debt Equity Ratio¿ ×100
modal

c) Rasio Profitabilitas (probability ratio)


Rasio probabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba ada beberapa ukuran

rasio profitabilitas yang digunakan antara lain:

1) Gross Profit Margin

Gross Profit Margin adalah perbandingan antara laba kotor yang

didapatkan perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam

periode yang sama. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat

dicapai setiap rupiah penjualan. Menurut Supangkat (2003) rumus Gross

Profit Margin :

laba kotor
Gross Profit Margin ¿ × 100
penjualan bersih

2) Net Profit Margin

Net Profit Margin atau mungkin laba bersih ini digunakan untuk

mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap semua rupiah

penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi,

pemasaran, pendanaan penentuan harga ataupun manajemen pajak.

Namun apabila rasionya rendah berarti menunjukan penjualan yang telalu

rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk

tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.

Rumus Net Profit Margin :

lababersih setelah pajak


Net Profit Margin ¿ × 100
penjualan bersih

3. Return On Investment (ROI)


Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang

akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan laba yang

digunakan untuk mengukur rasio yaitu laba bersih setelah pajak yaitu

EAT menurut Harahap (2015) Rumus ROI:

EAT
Return On Investment ¿ ×100
Investasi

4. Return on assets (ROA)

Adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua

aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2015) Rumus Return

on assets (ROA):

Laba bersih
Return on assets ¿ × 100
total aktiva

d) Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas (activity ratio ) menurut Home, James, & Machowucz,

(2017) adalah suatu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan

mengelola aktivanya. Rasio - rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah

jumlah total dari tiap-tiap aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat

wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat

penjualan saat ini dan proyeksinya.ada beberapa ukuran rasio aktiva yang

gunakan antara lain:

1) Total Asset Turnover (TATO)

Rasio pengelolaan aset akhir, rasio perputaran total aset mengukur

perputaran semua aset perusahaan dan dihitung dengan membagi


penjualan dengan total aset (Brigham & Ehrhardt, 2005). Rumus yang

digunakan dalam rasio ini (Kasmir, 2008) adalah sebagai berikut:

Penjualan
TATO ¿ × 100
total aset

2) Inventory Turnevor

Perputaran persediaan (Inventory Turnevor) menunjukan berapa kali

persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode

akuntansi. (Jumigan, 2006). Persediaan dapat meliputi bahan dalam

proses maupun yang siap untuk dijual. Rasio perputaran persediaan

(Inventory Turnevor atau stock tornevor) adalah ukuran seberapa

sering persediaan barang dagang terjual dalam waktu satu periode.

Perusahaan biasanya merealisasikan laba setiap kali persediaan dijual.

Oleh karena itu kenaikan rasio perputaran persediaan ini biasanya

menguntungkan. Perputaran persediaan dapa dihitung dengan rumus

(Home, James, & Machowucz, 2007) adalah sebagai berikut:

harga pokok penjualan


Inventory Turnevor ¿ × 100
persediaan

5. Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau

bahan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang

menerengkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya ( berapapun

porsinya / jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas ( saham )

tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoarmoto

(1999) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):


1. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emitan

untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga minimal

memberikan arti penting saham karena deviden nominal biasanya ditatapkan

berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa

efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapakan oleh penjamin

emisi (underwriter) dan emiten. Itu akan dijual kepada masyarakat biasanya

untuk menentukan harga perdana.

3. Harga pasar

Jika harga perdana merupakan harga jual dari semua pejanjian emisi,

kepada ivestor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu

dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan

di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari pinjaman emisi

harga ini yang disebut sebagai harga dipasar skunder dan harga inilah yang

mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi pasar skunder,

kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Harga yang setiap hari diumumkan disurat kabar atau media lain adalah harga

pasar.

Menurut Susanto (2002) harga saham adalah harga yang ditentukan secara

lelang kontinu. Menurut Sartono 2001) harga pasar saham terbentuk melalui

mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Faktor lainnya yang


dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala harga eksternal

seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa

saham.

a. Jenis-Jenis Saham

1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham

terbagi atas:

a) Saham Biasa (common stock)

Yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior

terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan

perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b) Saham preferen (preffered stock)

Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara

obligasi dan saham biasa karena bisa mengasilkan pendapatan tetap

(seperti bunga obligasi ) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil

seperti ini dikehendaki oleh investor.

2) Dilihat dari cara pemeliharaanya, saham dibedakan menjadi:

a) Saham atas unjuk (bearer stock)

Artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar

mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.

b) Saham atas nama ( registered stock)

Merupakan saham yang tertulis dengan jelas siapa pemiliknya dan

dimana cara peralihanya harus melalui prosedur tertentu.


3) Ditinjau dari kinerja perdaganganya, maka saham dapat dikategorikan

menjadi:

a) Saham unggulan (blue chip stock)

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi

sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam membayar deviden.

b) Saham pendapatan (income stock)

Yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan dalam

membayar deviden lebih tinggi dari rata rata deviden yang dibayarkan

pada tahun sebelumnya.

c) Saham pertumbuhan (growth stock well know)

Yaitu saham saham dari dari emiten yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang

mempunyai reputasi tinggi selain itu terdapat juga growth stock leasser

know, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam

industri namun memiliki ciri growth stock.

d) Saham spekulatif (spekulatie stock)

Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memperoleh penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun

belum pasti.

e) Saham sklikal (counter cyclical stock)

Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro

maupun situasi bisnis secara umum.


b. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut

Trisma dalam Arifin (2001):

1. Kondisi Fundamental Emiten

Faktor fundamental merupakan faktor yang erat kaitanya dengan kondisi

perusahaan yaitu kondisi manjemen organisasi sumber daya manusia

kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan

perusahaan.

2. Hukum Permintaan dan Penawaran

Dengan asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental

perusahaan mereka akan melakukan transaksi jual beli. Transaksi transaksi

inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.

3. Tingkat Suku Bunga

Bunga yang tertinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada

investor. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada

penurunan harga saham secara signifikan.

4. Valuta Asing (valas)

Mata uang amerika (dolar) merupakan mata uang terkuat diatara mata

uang lainya. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual

sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar sehingga

menyebabkan harga saham akan naik.

5. Dana asing di Bursa


Jika investasi asing berkurang maka ada pertimbangan bahwa mereka

sedang ragu atas negeri ini. Keraguan tersebut dapat tergolomg dari

keadaan sosial politik maupun keamananya. Jadi besar kecilnya investasi

dana asing dibursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga

saham.

6. Indeks harga saham

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu

mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan

baik.

7. Berita dan rumors

Berita masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar

reshuffle cabinet menyebabkan para investor bisa memprediksi seberapa

kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat

dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.

B. Penelitian Sebelumnya

Pada tabel di bawah disajikan penelitian- penelitian sebelumnya yang

membahas tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya
N Nama penulis Judul Variabel

O (tahun)

1 Azizah Pengaruh VD: Nilai perusahaan (Tobin’s Q).

Luthfiana solvabilitas, VI:Solvabilitas (DER), Peofitabilitas

(2008) profitabilitas dan (ROA) dan Likuiditas (CR).

liquiditas terhadap

nilai perusahaan di

BEI

2 Wahyudi Asto Pengaruh VD: nilai perusahaan (Tobin’s Q) VI:

Nugroho profitabilitas, Likuiditas (CR,QR), laverage (DER),

(2012) likuiditas, dan dan profitabilitas (ROE, ROA,OPM)

laverage terhadap
VM:-
nilai perusahaan

3 Izah Mohd The relationship VD: nilai perusahaan ( Tobins’s Q)

Tahir et al between Enterprice


VI: ERM ( variabel Dummy), size,
(2011) Risk Management
Lavarage, profitability,interntsional
ERM) and firm
diversification, Majority Ownership.

Value: evidance from


VK:-
Malaysian Public

Listed Companies

4 Alfredo Pengaruh kinerja VD: nilai perusahaan ( Tobin’s Q )


Mahendra Dj, keuangan terhadap

Luh Gede, Sri perusahan


VI: likuiditas (CAR), Laverage (DER)
Artini, A A manufaktur di BEI
dan profitablitas (ROE) VM: kebijakan
Gede Suarjaya
deviden (DPR)
(2008)

5 Hesti Widya Analisis Likuiditas, VD: nilai perusahaan (PER)

Palupi (2018) solvabilitas,dan


VI: likuiditas (CR) Solvabilitas (DER)
rentabilitas terhadap
dan profitabilitas (GPM)
nilai perusahaan

MV:-

6 Ista yansi Pengaruh VD: nilai perusahaan (PBV)

Rinnaya Rita Profitabilitas, Rasio


VI:profitabilitas (ROA) aktivitas (TATO)
Andini SE, Aktivitas, Keputusan
keputusan pendanaan (DER) Keputusan
MM Abrar Pendanaan
investasi (TAG)
Oemar SE Keputusan Investasi

(2016) Terhadap Nilai VM:-

Perusahaan (Studi

Empiris Pada

Perusahaan

Manufaktur yang

terdaftar di BEI pada

tahun 2010-2014)
7 Dwi Astutik Pengaruh Aktifitas VD: nilai perusahaan (PBV)

(2017) rasio keuangan


VI:profitabilitas (ROA), likuiditas, (CR)
terhadap nilai
rasio penjualan (SG) leverage (DER) rasio
perusahaan (Studi
aktivitas (TATO)
Pada Industri

Manufaktur)

Sumber: Diolah oleh beberapa sumber 2020

C. Hipotesis

Suatu perusahaan diharapkan mampu berkompetisi untuk bertahan dalam

pasar dan terus tumbuh dalam periode waktu yang panjang. Demi meningkatkan

nilai perusahaan, kesejateraan pemeggang saham menjadi prioritas utama suatu

perusahaan yang go public. Tingginya tingkat keuntungan yang diterima

pemegang saham yaitu berupa deviden dapat dilihat dari harga saham yang

semakin tinggi, karena harga saham dapat dijadikan tolak ukur dalam menjaga

kemakmuran kekayaan para pemilik (shareholder)

1. Pengaruh return on asset (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan

Return on asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Kinerja

perusahaan yang baik ditunjukan dengan peningkatan profitabilitas yang

juga berarti prospek perusahaan yang semakin baik. Perusahaan dengan

prospek yang baik menjadi daya tarik investor karena dinilai akan

memberikan keamkmuran yang tinggi bagi pemegang saham. Peningkatan


ROA mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga semakin tinggi

ROA akan semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Menurut Nahyati (2013) profit yang tinggi memberikan indikasi

prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut

meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang menarik

menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Menurut Sujoko dan

Soebiantoro (2007) dalam Ayuningtias (2013) menyatakan bahwa

profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik,

sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai

perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dapat dipahami karena

perusahaan yang berhasil membukukan laba yang meningkat,

mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik,

sehingga dapat menciptakan sentiment positif para investor dan dapat

mebuat saham perusahaan meningkat. Meningkatnya harga saham dipasar,

maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Ini didukung dengan hasil

penelitian Ayuningtias (2013) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas

yang di ukur dengan ROI atau ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Maka dari itu dirumuskan hipotesis 1. Yaitu :

H1 : Return On Assets (ROA) Berpengaruh Positif Terhadap Nilai

Perusahaan

2. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan


Jika investor ingin memilih salah satu diantara banyak jenis saham,

maka unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi harus diperbandingkan

untuk mengetahui perusahaan mana yang paling produktif dilihat dari segi

Retun On Equity. Dalam Hanafi (2006) ROE adalah rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham

tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang

pemegang saham. Menerut Horne dan Wachowicz (2009) menyatakan

ROE yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas

peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif, semakin

tinggi rasio maksudnya semakin baik posisi pemilik perusahaan semakin

kuat. Dengan demikian perusahaan akan bisa membayar deviden kepada

pemegang saham. Semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi pula

nilai perusahaan, ROE yang tinggi menunjukan perusahaan yang

bersangkutan dikelola dengan efisien dan efektif.

Return On Equity (ROE) dapat dihitung untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan memberikan

gambaran bagi investor mengenai tingkat Return atas modal yang telah

diinvestasikan kepada perusahaan.semakin besar tingkat ROE maka laba

bersih yang dihasilkan dari modal sendiri juga semakin besar, pertanda

perusahaan mampu mencetak laba yang tinggi. Sebaliknya, makin rendah

ROE maka laba bersih yang dihasilkan dari modal sendri juga rendah.

Penelitian yang dilakukan Yuliana dkk (2012) menyatakan bahwa

ROE mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan


dengan hasil penelitian Ulya (2014) menyatakan bahwa variabel

profitabilitas ROE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Penelitian yang dilakukan Martikarini (2012) menyatakan

bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROE secara persial berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV.

Maka dari itu dirumuskan hipotesis 2 yaitu :

H2 : Return On Equity (ROE) Berpengaruh Positif Terhadap

Nilai Perusahaan

3. Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Rakhimsyah dan Gusawan (2011) DER yang tinggi akan

memperlihatkan nilai hutang yang besar, dengan hutang yang besar,

dimana hutang itu dapat dijadikan modal untuk memutar kegitan

perusahaan untuk mendapatkan laba yang nantinya akan meningkatkan

nilai perusahaan. kemudian menurut Eugene F. Brigham dan Joel F.

Houston. (2011) bahwa setiap perusahaan memiliki struktur modal yang

optimal yang dinyatakan sebagai kombinasi antara utang, preferen, dan

ekuitas biasanya menyebabkan harga sahamnya maksimal.

Jadi perusahaan yang ingin memaksimlkan nilai akan

mengestimasikan struktur modal optimalnya. Dimana struktur modal dapat

diukur dengan Debt To Equity Ratio ini didukung dengan hasil penelitian

Lestari dkk (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang yang diukur

dengan DER berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Debt to


equity ratio mampu meningkatkan nilai perusahaan hal ini didukung oleh

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Metha (2012) yang menunjukan

hasil bahwa DER meningkatkan nilai perusahaan.

Maka dari itu dirumuskan hipotesis 3, yaitu :

H3 : Debt To Ratio Equity (DER) Berpengaruh Positif Terhadap

Nilai Perusahaan.

D. Karangka Penelitian.

Karangka konseptual pengaruh Retun On Asset, Retun On Equity, dan

Debt To Equity Ratio terhadap nilai perusahaan.

H1 :Return On +
Asset (ROA)

H2:Retun On Equity +
Nilai perusahaan
(ROE)

H3:Debt to Equity +
Ratio ( DER)

Gambar 2.1 kerangka pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Pelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan

pendekatan asosiatif dengan dimana tujuanya adalah untuk mengetahui pengaruh

ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan menggunakan data

kuantitatif yang disusun berdasarkan laporan laporan keuangan pada perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2018-2020. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity

ratio (DER) return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) dan nilai

perusahaan. Sumber data yang digunakan yaitu data skunder. Dalam menganalisis

data peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda sebagai program untuk

menganalisis.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) serta

menggunakan metode electronic research dan library researh guna mendapatkan

tambahan informasi lainya yang berkaitan melalui akses internet ke website Bursa

Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiono (2012) populasi adalah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu


yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa populasi merupakan wadah atau

wilayah luas yang mencakup sampel-sampel yang memiliki karakteristik

tertentu yang diteliti oleh peneliti, bentuk dari populasi ini adalah berupa

orang, benda, maupun tempat. Populasi juga memiliki pengertian sebagai

seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri tertentu yang dapat

digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 sampai 2020 .

2. Sampel

Menurut Sugiono (2005) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada peneliti ini

dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan

menggunakan purposive sampling yang berdasarkan pada kriteria- kriteria

tertentu karena tidak semua perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel tahun 2018-

2020 yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak sampel 15

perusahaan. Dalam pengambilan data atau sampel peneliti menggunakan

data yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia dengan memperhatikan

beberapa kriteria perusahaan makanan dan minuman antara lain:

a) Perusahaan memiliki laporan tahunan minimal 5 (lima) tahun

terakhir.
b) Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

c) Perusahaan yang akan diambil datanya merupakan perusahaan

dibidang manufaktur makanan dan minuman.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif, yaitu data numerik yang dapat memberikan penafsiran yang

kokoh atau dengan kata lain data ini berupa angka-angka yang didapatkan

dari laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan keseluruhan data yang merupakan data

skunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan

dan laporan-laporan lainnya yang ada relevasinya dengan penelitian ini

yang meliputi : Data laporan keuangan perusahaan terkait lima tahun

terakhir sejak 2018 sampai 2020 yang diperoleh dari internet dengan cara

mengunduh laporan keuangan memalui situs www.idx.co.id buku-buku,

jurnal, serta data lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian pustaka yang dilakukan dengan cara pengumpulan buku

literatur yang ada hubunganya dengan penulisan skripsi, dengan tujuan


untuk mendapatkan landasan teori dan teknik analisis dalam memecahkan

masalah.

2. Pengumpulan dan pencatatan data laporan tahunan dalam masing-masing

perusahaan makanan dan minuman di indonesia yang menjadi sampel,

untuk mengetahui rasio-rasio keuangan selama periode 2018–2020. Data

dalam penelitian ini diperoleh dari media internet dengan cara

mendowload dari situs perusahaan yang menjadi objek penelitian di

indonesia.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik

perhatian. Variabel dibedakan menjaadi dua yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen (terkait) adalah variabel yang nilainya

tergantung dari nilai variabel lainya dan variabel independen (bebas) adalah

variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain. Variabel dalam

penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Independen

a) Return On Asset (ROA)

Yaitu rasio antara keuangan bersih setelah pajak setelah terdapat jumlah

asset keseluruhan yang juga berarti merupakan ukuran untuk menilai

seberapa besar tingkat pengambilan dalam bentuk presentase dari asset

yang dimiliki.

Laba Bersih
Return On Assets (ROA) ¿
Total Aktifa

b) Return On Equity (ROE)


Yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal

saham sendiri yang berarti juga merupakan ukuran untuk menilai seberapa

besar tingkat pengambilan dalam bentuk presentase dari saham sendiri

yang ditanamkan dalam bisnis yang bersangkutan. Rumus ROE adalah:

Laba Bersih
Return On Equity ¿
Total Ekuitias

c) Debt to Equity Ratio (DER)

Merupakan salah satu rasio keuangan yang tergolong kelompok rasio

solvabilitas. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggunakan

hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Debt to Equity Ratio

(DER) adalah rasio yang dipergunakanuntuk mengukur tingkat

penggunaan utang terhadap total ekuitas shareholder yang dimiliki

perusahaan.

Liabilitas
Debt to Equity Ratio ¿
Ekuitas

2. Variabel Dependen

Price to Book Value (PBV)

Merupakan perbandingan antara harga saham dan nilai buku

perusahaan, dimana nilai buku perusahaan merupakan perbandingan

antara ekuitas dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Semakin

tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek perusahaan.

harga per lembar saham


Price to Book Value ¿
nilai buku per lembar saham
1) Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan maka

harus terlebih dahulu diuji klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas dan

uji multikolinearitas.

a) Uji Normalitas

Menurut Sugiono (2014) uji normalitas di gunakan untuk mengetahui

apakah masing – masing variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.

Penggunaan statistic parametris mensyaratkan bahwa setiap data variabel

yang dianalisis haus berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini tarif nyata yang dipilih adalah 0, 05 karena dapat

mewakili hubungan antara variabel yang diteliti dan merupakan suatu

signifikansi yang sering digunakan dalam penelitian bidang ilmu-ilmu

sosial.

Menurut Uyanto (2010) uji normalitas data menggunkan statistik SPSS

kolomogrov smimovdengan dasar keputusan bisa dilakukan probabilitas

(asymptotic sygnificancy) yaitu:

1) Jika pribabilitas x, y ¿ 0,05 maka distribusi dari populasi normal.

2) Jika probabilitas x, y ¿ 0,05 maka distribusi dari populasi tidak

normal.
Dasar pengambilan keputusan menurut gambar grafik P¯ plot (kurfa

distribusi normal):

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal maka model regresi mempunyai residual yang

normal.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model rigresi linear

ada kolerasi antara kesalahan pengguna pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena obsevasi berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainya. Masalah ini timbul karena masalah residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainya, (Ghozali, 2011).

Untuk mendeteksi adatidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan

uji Durbin Waston. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tinggkat

satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam modal regresi dan tidak ada variabel lagi diantara

variabel independen hipotesis yang diuji adalah :

HO : Tidak ada Autokorelasi (r = o)


HA: Ada Autokorelasi (r ≠ o ¿

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Tabel

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorekasi Tolak o¿ d <dl

positif

Tidak ada autokorelasi No decion dl≤ d ≤ du

positif

Tidak ada korelasi Tolak 4 – dl ¿ d < 4

negativ

Tidak ada korelasi No decision 4−≤ d ≤ 4−dl

negative Type equation here .

Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du¿ d < 4−d

positif atau negative

c) Uji Multikulinearitas

Menurut Ghozali (2013) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas

(independen) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi

diantara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel


ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikulinearitas didalam model regresi

adalah sebagai berikut:

1) VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai

angka tolerance diatas (¿ ¿0,10 yang mempunyai nilai VIF dibawah (

¿ ¿ 10.

2) Mengkorelasikan antara variabel independen, apabila memiliki

korelasi yang sempurna (lebih dari 0,05) maka terjadi problem

multikolienaritas demikian sebaliknya.

2) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menguji pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis sampai ketiga menggunakan

rumus analisis regresi linear berganda menjelaskan tiga variabel bebas dan

satu variabel terkait.

a) Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara

dua variabel independen (X1,X2.....Xn ) dengan variabel dependen ( Y)

koefisien ini menunjukan beberapa hubungan yang terjadi antara

variabel independen (X1,X2,...Xn) secara serentak terhadap variabel

dependen (Y)
Pengujian untuk hipotesis dilakukan secara persial dengan uji t model

regresi linear berganda ditunjukan dengan persamaan berikut:

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

Y = Variabel dependen yaitu nilai perusahaan

a = konstanta atau bila harga x = 0

β = koefisien regresi, yang merupakan angka peningkatan atau

penurunan variabel terkait (Y) yang didasarkan pada variabel

bebas (X)

X1 = Return On Assets (ROA)

X2 = Return On Equity (ROE)

X3 = Debt to Equity Ratio (DER)

a) Uji statistik ( uji t)

Uji t untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata antara variabel

independen yang tepat dalam persamaan tersebut antara individu

berpengaruh terhadap variabel independen. Pengajuan ini dengan tarif

signifikan (a) 5% untuk kriteria uji t adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan lebih besar dari alfa maka hipotesis ditolak

(koefisien regresi ditolak), yang berarti secara individual variabel

bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terkait.

2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alfa maka hipotesis diterima

(koefisien regresi signifikansi) berarti secara individual variabel


bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terkait.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode 2018-2020 dengan sampel 15 perusahaan. Dapatkan 10

perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

Tabel 4.1

Rincian Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah

1 Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa 30

Efek Indonesia (BEI) 2018-2020

2 Perusahaan makanan dan minuman yang tidak (11)

mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan

secara berturut-turut periode 2018-2020

3 Perusahaan makanan dan minuman yang datanya tidak (4)

lengkap selama periode

2018-2020

Jumlah data yang digunakan sebagai sampel 15

Berdasarkan hasil dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sampel dalam

penelitian ini adalah 10 perusahaan yang akan diteliti yaitu:

Tabel 4.2

Daftar Perusahaan
NO KODE PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN

1 ADES Akasha Wira International Tbk

2 ALTO Tribayan Tirta Tbk

3 BTEK Bumi Teknokultura Umum Tbk

4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk

5 CLEO Sariguna Prima Tirta Tbk

6 DLTA Delta Djakarta Tbk

7 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk

8 HOKI Buyung Poetra Sembada TbK

9 ICBP Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk

10 IIKP Inti Agri Resources TbK

11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk

12 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk

13 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk

14 SKBM Sekar Bumi Tbk

15 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk

B. ANALISIS DATA

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi

mengenai karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden.

Statistik deskriptif menjelaskan jawaban responden pada setiap variabel


yang diukur dari minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Hasil

uji deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.3.

4.3

Descriptive Statistics

Std.

N Minimum Maximum Mean Deviation

ROE 45 .04 3.09 .4929 .71659

ROA 45 .00 2.90 .3327 .52700

DER 45 .06 2.41 .9813 .65775

PBV 45 .35 40.75 6.9127 10.54415

Valid N 45

(listwise)

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.3 diatas menunjukkan

bahwa pada penelitian ini variable ROE memiliki nilai minimum sebesar 0,04 dan

nilai maksimum sebesar 3,09 dengan nilai rata-rata sebesar 0,4929 dan standar

deviasinya sebesar 0,71659.

Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai

maksimum sebesar 2,90 dengan nilai rata-rata sebesar 0,3327 dan standar

deviasinya sebesar 0,52700. Variabel DER memiliki nilai minimum

sebesar 0,06 dan nilai maksimum sebesar 2,41 dengan nilai rata-rata

sebesar 0,9813 dan standar deviasinya sebesar 0,65775. Sedangkan untuk

variabel dependen nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV


memiliki nilai minimum sebesar 0,35 dan nilai maksimum sebesar 40,75

dengan nilai rata-rata sebesar 6,9127 dan standar deviasinya sebesar

10,54415.

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan maka

harus terlebih dahulu uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian

ini terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas

dan uji multikolinearitas.

a. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi, variabel

dependen mauapun variabel independen, atau keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik

adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal. Adapun hasil

uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut:

4.4

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 44

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.08346729

Most Extreme Absolute .101


Differences Positive .101

Negative -.059

Test Statistic .101

Asymp. Sig. (2-tailed)c .200d

Monte Carlo Sig. (2- Sig. .304

tailed)e 99% Confidence Lower .292

Interval Bound

Upper .315

Bound

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting seed

299883525.

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) lebih

besar dari taraf Signifikan yang ditetapkan (0,200 >0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi


korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena masalah residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya, (Ghozali, 2011). Berikut adalah tabel yang menunjukan Uji

Autokorelasi:

4.5

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of Durbin-

Model R R Square Square the Estimate Watson

1 .546a .298 .280 .91825055 1.773

a. Predictors: (Constant), Ut_1

b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa hasil uji

autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 1,773. Adapun jumlah

variabel bebas (independen) yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah 3 variabel, serta jumlah data yang digunakan sebanyak 60

data. Jika dilihat dari tabel Durbin-Watson yang menunjukkan d-upper

sebesar 1,520 dan dengan ketentuan untuk membuktikan bahwa data

yang digunakan terbebas dari autokorelasi yaitu jika du < d < 4 – du,
maka dapat dilihat bahwa data yang digunakan terbebas dari gejala

autokorelasi, karena 1,520 < 1,773 < 4 – 1,520.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013:134), uji heteroskedastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini

adalah hasil Uji Heteroskedastisitas:

4.6

Uji Heteroskedastisitas

Pada gambar 4.6 di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu.
Dengan demikian pada persamaan regresi linear berganda dalam model

ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Multikulinearitas

Menurut Ghozali (2013), uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen

saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame

variabel independen sama dengan nol. Berdasarkan hasil output SPSS,

maka besar nilai VIF dan tolerance value dapat dilihat pada tabel 4.7

dibawah ini:

4.7

Uji Multikulinearitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.259 .353 3.572 <.001

ROE .051 .210 .044 .243 .809 .598 1.672

ROA .151 .194 .127 .781 .439 .740 1.351


DER -.640 .207 -.493 - .004 .768 1.302

3.091

a. Dependent Variable: PBV

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel

independen memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF kurang dari

10 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menguji pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis sampai ketiga menggunakan

rumus analisis regresi linear berganda karna menjelaskan tiga variabel

bebas dan satu variabel terikat.

a. Analisis Regresi Linear Berganda

4.8

Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.259 .353 3.572 <.001

ROE .051 .210 .044 .243 .809

ROA .151 .194 .127 .781 .439

DER -.640 .207 -.493 -3.091 .004

a. Dependent Variable: PBV


Dari hasil pengujian dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = α + X1 + X2 + X3 + e

Y = 1,259 + 0,051 ROA + 0,151 ROE – 0,640 DER

Persamaan linear diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Konstanta

Nilai konstanta sebesar 1,259 artinya jika varibel independent = 0,

maka nilai variabel dependen akan bernilai 1,259.

2) Koefisien regresi variabel X1 (ROE) sebesar 0.051 dengan nilai positif

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% ROA akan meningkatkan PBV

0,051 dengan asumsi bahwa variabel independen lain adalah konstan.

3) Variabel ROA memiliki koefisien regresi sebesar 0,151 dengan nilai

positif menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% ROE akan

meningkatkan PBV 0,151, dengan asumsi bahwa variabel independen

lain adalah konstan.

4) Variabel DER memiliki Koefisien regresi sebesar -0,640 dengan nilai

negatif menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% DER akan menurunkan

nilai perusahaan sebesar 0,640, dengan asumsi bahwa variabel

independen lain adalah konstan.

b. Uji t (pengujian secara persial)

Table 4.9

Hasil Pengujian Secara Persial

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1.259 .353 3.572 <.001

.051 .210 .044 .243 .809

.151 .194 .127 .781 .439

-.640 .207 -.493 -3.091 .004

a. Dependent Variable: PBV

a. Nilai t hitung pada variabel ROE adalah 0,243 dengan signifikan 0,809

maka koefisien tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,809 >

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ROE tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

b. Nilai t hitung pada variabel ROA adalah 0,781 dengan signifikan 0,439

maka koefisien tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,439 >

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

c. Nilai t hitung pada variabel DER adalah -3,091 dengan signifikan

0,004 maka koefisien tersebut signifikan karena signifikansi 0,004 <

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan.

4. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja

perusahaan (ROE, ROA, DER) terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan

PBV pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2018-2020.

a. Pengaruh ROE terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Dimana berdasarkan hasil

perhitungan Uji–t terlihat bahwa variabel ROE memiliki nilai t hitung

sebesar 0,243 namun tingkat signifikansi sebesar 0,809 > 0.05. Hal ini

membuat Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa

besar kecilnya nilai ROE tidak dapat menjelaskan dan memprediksi

tingkat nilai perusahaan.

b. Pengaruh ROA terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang

diukur dengan variabel ROA tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dimana berdasarkan hasil perhitungan Uji – t terlihat bahwa variabel

ROA memiliki nilai t hitung sebesar 0,781 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,439 > 0.05. Hal ini membuat tidak adanya pengaruh yang

signifikan mengindikasikan bahwa besar kecilnya nilai ROE tidak dapat

menjelaskan dan memprediksi tingkat nilai perusahaan.

c. Pengaruh DER terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang

diukur dengan variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


nilai perusahaan. Dimana berdasarkan hasil perhitungan Uji–t terlihat

bahwa variabel DER memiliki nilai t hitung sebesar -3,091 dan tingkat

signifikansi sebesar 0,004 < 0.05. Pengaruh DER yang negatif berbanding

terbalik dengan Nilai Perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila

DER mengalami peningkatan maka nilai perusahaan akan mengalami

penurunan dan sebaliknya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada BAB IV, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity (ROE), secara

parsial tidak berpengaruh karena tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun

2018-2020.

2. Kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA), secara

parsial tidak berpengaruh karena tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun

2018-2020.

3. Kinerja keuangan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), secara

parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2018-2020.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

sebelumnya, adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan ruang lingkup penelitian

yang lebih luas seperti menambah alat ukur kinerja keuangan yang lain.
2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian seperti

memperpanjang rentang periode pengamatan.

3. Bagi perusahaan, diharapkan agar lebih meningkatkan kinerja keuangan

maupun kinerja manajemen perusahaan secara efektif dan efisien disetiap

tahunnya, karena kinerja keuangan yang baik akan memberikan gambaran

dari kinerja perusahaan yang nantinya akan memengaruhi nilai

perusahaan, dan menjaga persepsi investor terhadap prospek perusahaan

dimasa depan.

Anda mungkin juga menyukai