Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Definisi
Kognitif atau pengetahuan merupakan hal yang penting dalam menentukan
tindakan seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan digunakan sebagai dorongan
psikis dalam mengembangkan sikap dan perilaku sehari-hari. Sikap merupakan
suatu respon stimulus dari suatu objek yang bersifat evaluatif, artinya reaksi yang
berupa sikap, timbul dengan dasar proses evaluasi dalam diri seseorang, berupa
kesimpulan dari stimulasi sosial dalam bentuk baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan, kemudian terpendam sebagai nilai reaksi
terhadap objek. Pengetahuan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap dan
perilaku, sehingga seseorang yang berpengatahuan luas akan lebih bijak dalam
menentukan sikap untuk bertindak atau mengerjakan sesuatu. Begitupula
pentingnya pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja, yang dapat menetukan
sikap dan tindakan seseorang dalam mencegah kecelakaan kerja
dilingkungannya.6
Domain kognitif yang mencakup ilmu pengetahuan memiliki enam
tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know)
artinya sebagai kemampuan mengingat suatu materi yang sebelumnya telah
dipelajari. Mengingat kembali sesuatu yang spesifik secara keseluruhan bahan
yang dipelajari atau stimulasi yang telah diterima termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini. Maka dari itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.6
Memahami (comprehension) artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasi
materi tersebut dengan benar. Aplikasi (application) artinya sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam bagian-bagian, tetapi masih di dalam satu

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
struktur organisasi, dan masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat membuat bagan,
mengintegrasikan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.6
Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menggabungkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyatukan formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang tersedia. Sedangkan evaluasi (evaluation) berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.6
Keselamatan kerja adalah hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan diri
pegawai dengan mesin, dan cara penggunaan alat-alat kerja, lingkungan serta
cara-cara melakukan pekerjaan.7 Filosofi dari K3 adalah suatu pemikiran dan
usaha untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani,
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya serta
budayanya dalam mencapai masyarakat makmur dan sejahtera. Dalam pengertian
secara ilmiah adalah suatu pengetahuan dan penggunaannya sebagai usaha dalam
mencegah kemungkinan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya-upaya
penerapan kerja harus meliputi lingkungan kerja yang aman dan tersedia alat-alat
perlindungan diri, serta lingkungan kerja yang nyaman, seperti penerangan yang
baik, lantai tidak licin dan bebas dari bahan-bahan yang membahayakan pekerja
saat dilingkungan kerja. Dengan berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, maka perusahaan perlu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor : PER.05/MEN/1996 yang tujuannya dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakann dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif. Dan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:8
1. Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mencapai produktivitas kerja yang
optimal.

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib mengadakan kesehatan kerja.

2.1.2 Manajemen K3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah suatu sistem
manajemen dari keseluruhan yang terdiri dari struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang diperlukan
untuk pembangunan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3
sebagai pengendali risiko kerja, supaya tercapai tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif. Perencanaa K3 yang baik perlu melakukan tahapan-tahapan seperti
melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendalian. 9
persyaratan pelaksanaa MK3, harus memperhatikan beberapa hal dalam
perundangan K3 yang berjalan disetiap organisasi serta persyaratan lain seperti
standar, rambu-rambu, dan pedoman perusahaan yang berjalan disetiap
organisasi.8 Terjadinya suatu kecelakaan menjadi penyebab terganggunya
aktivitas pekerja proyek, sehingga pada saat pelaksanaan pekerjaan kontruksi
diwajibkan untuk menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dilokasi kerja.3
Konsep dasar manajemen risiko Kesehatan Kerja dituliskan dalam program
pencegahaan penyakit akibat kerja (PAK) dengan komprehensif dan terintegratif
di dalam sistem organisasi, yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan
tertier sesuai dengan ilmu kesehatan masyarakat.
Pencegahan primer bertujuan supaya pekerja terhindar dari paparan agen
penyebab penyakit, dengan cara menghilangkan atau menurunkan kadar hazard,
risiko kesehatan di lingkungan kerja dan meningkatkan ketrampilan pekerja dalam
menghindari pajanan, serta meningkatkan kepatuhan terhadap cara kerja yang
benar dan penggunaan alat pelindung diri. Pencegahan primer dilakukan dengan
program kebersihan lingkungan kerja, ergonomi dan promosi kesehatan ditempat
kerja. Selain itu, dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dalam rangka

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
seleksi pekerja sesuai dengan kriteria pekerjaan untuk menghindari pekerja yang
rentan.
Pencegahan sekunder bertujuan menemukan penyakit sedini mungkin,
bahkan sebelum timbul gejala klinik dan menangani segera. Deteksi dini
dilakukan dengan survailans kesehatan kerja yang meliputi pemantauan
lingkungan, pemeriksaan berkala, pengobatan, serta penanganan kasus segera,
supaya penyakit tidak berlanjut menjadi berat atau berkepanjangan.
Pencegahan tertier bertujuan melindungi pekerja yang telah terkena
penyakit, agar bisa kembali bekerja dan terhindar dari kecacatan. Pencegahan
dilakukan dengan program rehabilitasi dengan terapi medik maupun terapi kerja,
supaya terhindar dari komplikasi, yakni dari komplikasi ketidakmampuan bekerja
ataupun kematian.10

2.1.3 Tujuan Diselenggarakan K3


Pencegahan gangguan kesehatan dalam bekerja dilakukan dengan cara
substitusi, ventilasi, isolasi, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
berkala dan pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara berlanjut.
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Tujuan dari kesehatan kerja adalah memberi bantuan kepada tenaga kerja,
melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan karena faktor pekerjaan,
meningkatkan kesehatan, memberi pengobatan, perawatan dan rehabilitasi
kesehatan. Adapun tujuan diselenggarakannya menejemen keselamatan kerja
adalah :11
a. Setiap pegawai dapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
c. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai
e. Meningkatkan keinginan, keserasian kerja dan partisipasi kerja
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan lingkungan kerja
sehingga pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2.1.4 Pengertian Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang meberikan dampak merugikan
munculnya tidak direncanakan, tidak dapat diduga, tidak diinginkan, dan tidak ada
faktor kesengajaan. Beberapa teori menjelaskan penyebab timbulnya suatu
kecelakaan, teori terdahulu memandang bahwa kecelakaan selalu disebabkan oleh
pekerjaan seseorang yang salah, seperti The Accident-Proneness Theory, namun
setelah dikenal The Chain of Events Theory,The Domino Theory, dan The
Distraction Theory, maka dianggaplah bahwa organisasi dan manajemen yang
memiliki faktor dalam kemunculan suatu kecelakaan, karena pihak manajemen
bertanggungjawab dengan keselamatan pekerjaan. Seluruh pekerja dan pegawai
selalu diarahkan dan dimonitor oleh bagian manajemen, yang tujuannya kegiatan
para bekerja bias berlangsung dengan aman dan nyaman. Dalam pelaksanaan
kegiatan industri, berbagai sumber yang harus selalu dipantau dan diatur oleh
proyek konstruksi. Sumber-sumber itu adalah manusia, uang, peralatan, fasilitas,
material dan informasi. Para ahli menyingkat sumber tersebut menjadi 5M yaitu
Man, Material, Money, Machine, dan Method. Semua fungsi manajemen harus
dikenakan kepada semua komponen usaha tersebut12
a. Sumber manusia, yaitu diperlukan suatu pengaturan jadwal bekerja, waktu
istirahat, pelatihan, dan pengarahan tentang K3.
b. Sumber uang, yaitu adanya anggaran biaya untuk pencegahan kecelakaan.
Saat ini keuangan K3 belum tertulis dalam penawaran anggaran proyek,
sementara para kontraktor sudah dibebani dengan biaya asuransi jaminan
kecelakaan kerja. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-
196/Men/1999 tentang penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga
kerja bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu
tertentu pada sektor jasa konstruksi. Seharusnya besar biaya keselamatan
kerja ini secara tegas dimasukkan dalam penawaran anggaran proyek,
sehingga dijamin pelaksanaannya. Pada sebagian besar proyek perumahan,
mengutamakan produktivitas dan meminimalkan harga untuk biaya
keselamatan. Manajemen keselamatan kerja yang efektif akan
menguntungkan perusahaan karena kecelakaan akan menimbulkan biaya

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya
kesehatan untuk asuransi, kerugian hak milik. Biaya tak langsung adalah
biaya tambahan lain, pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal,
bertambahnya waktu, menurunnya pelanggan, yang jelas berpengaruh
terhadap masuknya dana perusahaan.
c. Sumber material dan mesin atau alat yang dipakai, penggunaan alat-alat
ini seharusnya dioperasikam dengan sesuai standar operasional.
Penggunaan atau pembuatan bahan-bahan dasar harus yang sesuai dengan
kekuatan yang ditetapkan oleh spesifikasi, karena pemakaian bahan dasar
yang yang tidak bagus kualitasnya dapat menyebabkan kecelakaan selama
tahap pembangunan maupun tahap pemakaian. Begitu pula dengan
material yang lain, alat atau mesin yang dipakai harus dijamin yang masih
dalam kondisi baik, dibuktikan dengan perawatan yang teratur dan
sertifikat kemampuan alat yang masih berlaku.
d. Aspek metode kerja atau pelaksanaan kerja, karena keinginan manusia
untuk membangun ditempat-tempat yang sulit dengan bentuk bentuk
bangunan yang sangat variatif dengan keinginan penggunaan anggaran
yang minimal. Metode kerja atau pelaksanaan yang diciptakan itu harus
ditinjau dari segi keselamatan. Beberapa alat-alat keselamatan dibutuhkan
dalam melakukan suatu metode pelaksanaan. Proyek-proyek gedung
Jakarta Tower, jembatan Barelang, jembatan Suramadu dan proyek besar
lainnya, jelas memerlukan metode pelaksanaan yang harus mengenali
hazard sedini mungkin.
e. Sumber informasi, hal ini menjadi sumber yang sangat penting, karena
sumber ini sangat berperan sampai masa depan dalam pencegahan
kecelakaan. Informasi tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya dapat
ditampung dalam sebuah data yang terbuka untuk umum, sehingga para
pelaksana atau kontraktor suatu pekerjaan dapat mengakses informasi
tentang kecelakaan yang timbul pada pekerjaan sejenis. Selanjutnya
diharapkan para kontraktor dapat menghindari kecelakaan itu dengan
evaluasi dari informasi yang telah ada.

10

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan oleh faktor
manusia (unsafe human acts), berupa tindakan pekerja yang tidak memperhatikan
penggunaaan alat keselamatan, seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD), bekerja tidak mengikuti standar operasional prosedur, bekerja sambil
bergurau, meletakkan peralatan atau barang tidak sesuai tempatnya, sikap kerja
yang tidak tepat, bekerja di dekat alat yang berputar, kelelahan, kebosanan dan
lain-lain.13
Faktor lingkungan (unsafe condition) merupakan keadaan tempat kerja yang
tidak aman, seperti mesin tanpa pengaman, peralatan kerja yang sudah tidak layak
pakai, penerangan yang kurang baik, tata ruang kerja tidak sesuai, cuaca,
kebisingan, dan lantai kerja licin. Pengendalian risiko terjadinya kecelakaan
adalah dengan identifikasi K3 harian untuk memakai APD (Alat Pelindung Diri)
dengan lengkap, memperketat monitoring manajemen terhadap pekerja yang tidak
mengikuti aturan kerja, menyediakan dan melengkapi rambu–rambu keselamatan
di proyek konstruksi. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.I tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja. Pemberian APD pada karyawan harus disampaikan
dengan prosedur dasar pengetahuan dan pemahamnnya dan diinformasikan
tentang bahaya yang bisa terjadi serta dilakukan pelatihan cara menggunakan serta
merawat yang benar.13

2.1.6 Tindakan Pencegahan Terjadinya Kecelakan


Tujuan akhir dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, dalam mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan langkah atau cara tertentu misalnya dengan
mengeluarkan dan menerapkan peraturan K3 di perusahaan. Maka sesuai dengan
teori tersebut, sikap responden yang tidak menjalankan peraturan K3 yang
ditetapkan merupakan tindakan yang tidak baik, mengenai penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.6 Untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produktivitas setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan.14

11

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
Pengadaan pelatihan keamanan adalah salah satu cara untuk mencegah
tindakan tidak aman. Dengan cara menginstruksikan pekerja dalam praktik dan
prosedur keamanan, memperingatkan pekerja tentang potensi bahaya dan bekerja
dengan mengembangkan perilaku yang menyadari keamanan seperti penggunaan
alat pelindung diri. Hal ini tepat diberikan bagi kariawan baru ataupun lama.15

2.1.7 Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah cara tepat yang bisa dilakukan bahkan
harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan, penggunaan APD ini diaplikasikan
apabila program pengendalian bahaya yang mungkin muncul tidak bias
dihilangkan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja hendaknya
dianalisis sedemikian rupa sehingga proses pelaksanaan kerja tidak menimbulkan
kecelakaan terhadap para pekerja. Alat pelindung diri yang sering digunakan
antara lain:13
1. Helm, mencegah cedera kepala dengan melidungi dari benturan benda
berat
2. Earplug, mencegah terjadinya gangguan pendengaran akibat paparan suara
bising di tempat kerja.
3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan akibat goresan benda tajam,
melindungi dari sinar matahari atau suhu panas mesin.
4. Masker, melindungi pernafasan dan wajah dari pengaruh sinar dan debu
berbahaya pada saat bekerja.
5. Apron, melindungi tubuh dari paparan zat berbahaya..
6. Safety belt, melindungi diri dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerja konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup.
Kekuatan safety belt ini biasanya bisa menahan beban 80 kg.
7. Sepatu, melindungi kaki dari benda-benda tajam di tempat kerja yang bias
melukai kaki

12

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2.2 Poduktivitas kerja
2.2.1 Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Produktivitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu. Secara struktural organisaasi kontraktor dibedakan
menjadi dua bagian yaitu tim yang terjun langsung dilapangan dan tim yang tidak
terjun langsung dilapangan, namun keduanya saling berkaitan. Faktor manusia
merupakan unsur yang paling penting untuk mencapai tingkat produktivitas yang
telah ditetapkan, dengan jelas bahwa pekerja sebagai penentu kinerja tim proyek
secara menyeluruh tanpa mengesampingkan peran faktor lain. Pekerjaan proyek
konstruksi selalu membutuhkan tenaga fisik untuk bekerja dilapangan terbuka,
dalam berbagai cuaca dan dalam kondisi apapun. Untuk mencapai produktivitas
kerja yang ditargetkan, mengurangi risiko kecelakaan kerja, mengutamakan
kesehatan dan keselamatan kerja, maka para pemimpin harus mengerti
kemampuan dan keterbatasan yang diakibatkan lokasi proyek. Di Indonesia
seseorang pernah melakukan penelitian yaitu Kaming pada tahun 1997, menilai
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pada proyek
diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu: 16,17
a. Metode dan teknologi, yang terdiri dari faktor: desain rekayasa, metode
konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
b. Manajemen lapangan, terdiri dari faktor: perencanaan dan penjadwalan, tata
letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen
peralatan, manajemen tenaga kerja.
c. Lingkungan kerja, terdiri dari faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik,
kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
d. Faktor manusia terdiri dari: faktor fisik, tingkat pendidikan, motivasi,
kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-
pekerja, hubungan kerja antar sejawat, kemangkiran.
Dalam hal produktivitas manusia memiliki peranan penting dalam
pencapaian perusahaan dalam meraih sebuah target, sehingga dari faktor fisik
sangat perlu diperhatikan, karena dengan kondisi fisik yang sehat, tidak memiliki
suatu kelainan penyakit khusunya penyakit kronis maka produktivitas pekerja

13

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
akan tercapai, jika keadaan fisik terhambat maka pekerjaan tidak akan berjalan
dengan baik, sehingga pekerjaan proyek menjadi kurang efektif, terutama
pekerjaan yang memerlukan tenaga atau kekuatan yang lebih menguras energy.
Pekerja dengan riwayat penyakit kronis seperti penyakit jantung atau paru kronis,
tidak mampu menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu dan berjalan baik,
dikarenakan faktor ketidakhadiran atau absensi yang menuntut pekerja untuk
beristirahat lebih lama, tentu keadaan tersebut akan menjadi penghambat setiap
kegiatan dalam bekerja.17

2.2.2 Penilaian Kinerja Atau Produktivitas Kerja


Penilaian kinerja merupakan pengambilan keputusan tentang hasil yang
dicapai karyawan dalam kurun waktu tertentu. Penilaian yang digunakan untuk
menilai kinerja:18
a. Kualitas, pengukuran dengan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana seorang karyawan perusahaan melaksanakan tugas dan
tanggungjawab yang telah dilimpahkan kepadanya.
b. Kuantitas, pengukuran melalui kuantitas atau jumlah produk yang
dihasilkan, erat kaitannya dengan kemampuan seorang karyawan dalam
menghasilkan produk dalam jumlah tertentu. Kuantitas ini secara langsung
juga berhubungan dengan tingkat kecepatan yang dimiliki oleh seorang
karyawan dalam menghasilkan produk.
c. Ketepatan waktu dalam menghasilkan suatu produk menjadi salah satu
sarana untuk mengukur tingkat kinerja yang telah dicapai oleh seorang
pegawai.
Pengukuran produktivitas kerja menurut Sutermeister dalam bukunya
People and Prouctivity menyatakan “We have recognized that employee
performance depends on both motivation and ability”. Di dalam buku tersebut
menyatakan bahwa produktivitas kerja diukur dari motivasi dan kemampuan dari
pekerja itu sendiri. Dinilai dari segi organisasi, Sutermeister menyatakan
produktivitas sebagai “Output per employee hour, quality consider”, dari
pernyataan tersebut disimpulkan bahwa, produktivitas adalah usaha untuk

14

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
menghubungkan antara output dan input. Sehingga peningkatan produktivitas
dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas, hal ini menunjukkan bahwa dari segi
kuantitas tidak ada peningkatan namun dari segi kualitas meningkat maka sudah
disebut ada peningkatan produktivitas kerja.16

2.3 Hubungan Pengetahuan K3 Dengan Produktivitas Kerja


Produktivitas kerja pegawai dapat dicapai dengan meningkatkan
pengetahuan mengenai K3, keahlian pegawai dan sikap-sikap pegawai terhadap
tugas-tugasnya. Dengan adanya peningkatan pengetahuan, keahlian dan sikap
terhadap tugas-tugasnya diharapkan akan mengubah perilaku guna mendapatkan
produktivitas yang tinggi. Menurut hasil survey dan wawancara yang pernah
dilakukan pada bagian manajemen yang menangani K3, bahwa memang bagian
produksi merupakan bagian dimana aspek K3 dan SMK3 perlu diaplikasikan
dengan baik. Pemantauan dilakukan kepada semua pekerja agar tetap mematuhi
aspek K3. Setiap pekerja yang melanggar peraturan K3 langsung ditegur di
tempat, dan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dilarang memasuki
area industri.19 Oleh sebab itu, terkaitan dengan Sumber Daya Manusia harus
dikelola dengan baik, khusunya dibidang pengetahuan kesehatan dan keselamtan
kerja. Demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. 20
Berdasarkan pengamatan awal, banyak pekerja pengelasan yang kurang
memahami betapa pentingnya penggunaan APD. Sedangkan bahaya yang
ditimbulkan dari risiko pekerjaan sangat memicu terjadinya kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu, faktor pengetahuan dan sikap sangatlah
berpengaruh terhadap penggunaan APD.21 Ketika gangguan kesehatan mulai
terasa maka akan berpengaruh terhadap banyak aspek, salah satunya adalah
ketidak hadiran pekerja dan berkurangnya keinginan bekerja. Kesadaran akan K3
merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu perusahaan, karena
perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3 mempunyai hubungan
yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan
dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,744. Hubungan yang nyata dapat

15

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
dilihat dari nilai peluang < α (P = 0,00< α = 0,01) dan derajat keeratan
hubungannya kuat (0,60 – < 0,80). Penerapan K3 dalam suatu perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap
karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.22

16

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2.1 Ringkasan Pustaka
Peneliti Lokasi Desain Subjek Variabel yang Lama studi Hasil
diteliti
Rudyiarti Pengrajin pisau Cross Pekerja Hubungan Tidak disebutkan Terdapat hubungan
E.2 batik di PT. X section pengrajin pisau tingkat berapa lama yang signifikan
al Pengetahuan penelitian. untuk pengetahuan
terhadap K3 dan sikap
Pelaksanaan penggunaan APD
Pemakaian Alat dengan kejadian
Pelindung Diri. kecelakaan kerja
dengan niali p 0,008

17

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
Tirta A.23 Balai Latihan Cross Peserta diklat Hubungan Waktu penelitian Hasil penelitian
Kerja dan section tahun ajaran pengetahuan dilaksanakan pada bahwa koefisien
Pengembangan al 2010/2011 di keselamatan dan bulan Maret 2010 korelasi r positif
Produktivitas Balai Latihan kesehatan kerja yaitu 0,592 yang
(BLKPP) Kerja dan dengan prestasi berarti kategori
Provinsi Daerah Pengembangan praktik peserta sedang, artinya
Istimewa Produktivitas diklat otomotif semakin tinggi
Yogyakarta Yogyakarta blkpp pengetahuan K3
yogyakarta peserta diklat
otomotif BLKPP
Yogyakarta maka
semakin tinggi pula
prestasi praktik
perserta diklat
otomotif BLKPP
Yogyakarta.

18

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
Ukhisia Instalasi PG Cross Tenaga kerja Analisa November 2012- Pengaruh
BG, Krebet Baru II section bag. Instalasi Pengaruh Maret 2013 keselamatan dan
Astuti R, Malang al PG Krebet Baru Keselamatan kesehatan kerja
Hidayat II Malang Dan Kesehatan terhadap
A.24 Kerja Terhadap produktivitas
Produktivitas karyawan di PG
Karyawan Krebet Baru II
Malang dengan
menggunakan
metode PLS
menunjukkan bahwa
variabel keselamatan
kerja dengan nilai
koefisien regresi
0.137 artinya tidak
berhubungan secara
signifikan

19

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani
2.1 Kerangka Teori

Pengetahuan K3 kurang
baik

Sikap/Tindakan tidak
sesua dengan SOP

Kecelakaan kerja

- Upah Produktivitas kerja


- Motivasi menurun
- Pendidikan

Kemampuan
Fisik kurang
baik

20

Hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas pekerja bangunan
Safrida Choirrani

Anda mungkin juga menyukai