Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah

“Praktik dan Perlakuan Akuntansi Murabahah Berdasarkan PSAK 102


Serta Akuntansi Untuk Menyelesaikan Utang Piutang Murabahah Yang
Bermasalah”

Dosen Pengampu : Ibu Dewi Salmita S. Ak. M. Ak

Mata kuliah : Akuntansi Syariah

Disusun Oleh :

Kelompok 3

 Nia Bangga Pratiwi 205120066


 Yayuk Feby Lestari 205120054
 Lisa Asriani 205120053
 Della Mardiyani 205120050
 Maulita Salsabila Maharani 205120126
 Rheinaldy 205120043
 Ahmad Fachri 205120065
 Muslimin 205120114

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya.
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Praktik dan Perlakuan
Akuntansi Murabahah Berdasarkan PSAK 102 Serta Akuntansi Untuk Menyelesaikan Utang
Piutang Murabahah Yang Bermasalah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada mata kuliah Management Syariah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Salmita S. Ak. M. Ak selaku dosen di
bidang studi Akuntansi Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dengan demikian, kami
sadar materi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Palu, 27 September 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB 1 .................................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. iii
1. 1 Latar Belakang ........................................................................................................................ iii
1. 2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... iv
1. 3 Tujuan .................................................................................................................................... iv
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 1
A. Definisi dan Karakteristik Akad Murabahah ................................................................................. 1
B. Sumber Hukum Akad Murabahah ................................................................................................ 3
C. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah ....................................................................................... 4
D. Pengakuan dan Pengukuran.......................................................................................................... 6
E. Penyajian ..................................................................................................................................... 8
F. Pengungkapan.............................................................................................................................. 8
G. Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah ................................................... 8
BAB 3 ................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
2.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 10
2.2 Saran ........................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal. Islam agama yang mengatur segala aspek kehidupan
manusia, secara garis besar islam mengatur dua bagian pokok, yaituibadah dan muamalah.
Ibadah adalah Hubungan secara vertikal, Yakni mengatur manusia dalam berhubungan
kepada Allah swt sebagai tuhannya. Sedangkanmuamalah ialah hubungan secara horizontal,
yakni kegiatan-kegiatan yang menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia yang
meliputi aspek ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya. Untuk kegiatan muamalah yang
menyangkutaspek ekonomi seperti !ual beli, simpan pin!am, hutang piutang, usaha bersama
danlain sebagainya."masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia
berkaitandengan berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan, sandang dan
papan,serta kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sudah seharusnya
manusia bekerja dengan mengolah segala yang telah disediakan di alam semesta ini,dan dari
hasil kebutuhan tersebut kebutuhan manusia dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer,
sekunder, dan tertier.dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak
dankewajiban yang sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak melecehkanhak
dan kewajiban orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan.bentuk-bentuk
pelecehan tersebut antara lain seperti adanya riba, penimbunan harta,tidak memberikan upah
kerja yang seyogyanya, memanipulasi harga, dan monopoli.alam membimbing manusia
menu!u kesejahteraan, doktrin ekonomi yang telah mendominasi dunia kapitalisme,
sosialisme, komunisme, dan doktrin negara kesejahteraan, semuanya terlalu lemah, dan
dinilai telah gagal. Lain halnya dengan Islam, dalam membimbing manusia menuju
kesejahteraan Islam berupaya menegakkan sistem ekonomi yang mengkombinasikan
kemajuan ekonomi dan
keadilan dan menjadi standar hidup yang lebih tinggi yang disertai dengan moral yang adil,
bijak dan luhur, baik itu dalam kegiatan ekonomi mikro maupun dalam ekonomi
makro.Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-q'uran dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
secara adil ) Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk
mengelola bumi secara amanah.Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggung
jawaban kepada Sang pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk
mencapai kodratnya sebagai khalifah.Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah
adalah pembiayaan murabahah, pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk
pembiayaan di perbankan syariah yang paling mendominasi dan banyak diminati oleh
masyarakat indonesia. Hal ini tampak pada Statistik perbankan Syariah Indonesia 1.
yangdipublikasikan oleh 2. toritas 3. asa 4. euangan. Nilai transaksi murabahah berada di

iii
peringkat pertama dengan jumlah 6,7+ trilliun rupiah, kemudian disusul oleh akad
musyarakah dengan jumlah 18,9+ trilliun rupiah dan mudharabah dengan jumlah8,:1 trilliun
rupiah )otoritas jasa keuangan, Statistik ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat
tertarik pada produk murabahah yang ditawarkan oleh bank Syariah di indonesia. dalam
pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, perlakuan akuntansi
merupakan sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk
pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak- pihak yang terkait menjadi sistem
akuntansi yang dipakai lembaga keuangan syariah.Sedangkan manfaat dari perlakuan
akuntansi akan berdampak pada laporan keuangansyariah yang disajikan sesuai dengan yang
digunakan untuk mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan laporan keuangan dan
berguna untuk pengambilan keputusan.
Namun kenyataannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah belum diimbangi dengan
perlakuan akuntansi yang baik, buktinya masih banyak entitas atau bank syariah yang masih
melanggar ketentuan yang ada. berikut penelitian yang terkait dengan perlakuan akuntansi
murabahah yang mengungkapkan bahwa penjual masih salah dalam penerapannya; Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi murabahah tidak mematuhi karena
memberikan pembiayaan kepada nasabahuntuk memperoleh persediaan murabahah dan
mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitas adalah dua perlakuan
akuntansi yang diatur 0SA4 99.Sedangkan dari segi pencatatan pada perlakuan akuntansi
murabahah belum sesuai dengan pencatatan jurnal pada saat perhitungan tunggakan
berdasarkan psak 102.

1. 2 Rumusan Masalah
A. Definisi dan Karakteristik Akad Murabahah
B. Sumber Hukum Akad Murabahah
C. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
D. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Murabahah
E. Penyajian Akuntansi Murabahah
F. Pengungkapan Akuntansi Murabahah
G. Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah yang Bermasalah

1. 3 Tujuan
A. Mengetahui Definisi dan Karakteristik Akad Murabahah
B. Mengetahui Sumber Hukum Akad Murabahah
C. Memahami Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
D. Memahami Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Murabahah
E. Memahami Penyajian Akuntansi Murabahah
F. Memahami Pengungkapan Akuntansi Murabahah
G. Mengetahui Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah yang Bermasalah

iv
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Karakteristik Akad Murabahah

Bai’ al-murabahah dilihat dari kata ribhu (keuntungan), merupakan transaksi jual-beli
dimana BMT menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Dalam bai’ al-murabahah BMT
bertindak sebagai penjual, dan di pihak customer sebagai pembeli, sehingga harga beli dari
supplier atau produsen atau pemasok ditambah dengan keuntungan BMT sebelum dijual
kepada costumer.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan yang
ditambah keuntungan atau margin yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli. Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi
murabahah tidak harus berbentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat pula
berbentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima
barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari.
Definisi lain dari murabahah menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah
yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, murabahah merupakan
jual beli barang dengan menyebutkan harga asal ditambah dengan keuntungan yang
disepakati. Murabahah juga dapat diartikan sebagai perjanjian antara BMT dengan nasabah
dalam bentuk pembiayaan pembelian atas suatu barang yang dibutuhkan nasabah. Objeknya
bisa berupa barang modal seperti mesin- mesin industri, maupun barang untuk kebutuhan
sehari-hari seperti sepeda motor.3 Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
murabahah adalah akad jual beli barang baik barang modal maupun barang konsumsi dengan
menyebutkan harga awal dan margin keuntungan yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak (BMT dan nasabah).

Dalam PSAK 102 Akuntansi Murabahah dijelaskan Karakteristik Murabahah memiliki


berikut ini :
a. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, penjual (bank) melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari pembeli (nasabah).
b. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat memabatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai
tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.

1
c. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh
adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat baran diserahkan kepada pembeli,
tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu
d. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.
e. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedang biaya perolehan harus
diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka diskon itu
merupakan hak pembeli.
f. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:
- Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atau pembelian barang.
- Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang.
- Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
g. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam
akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
h. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain,
dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya.
i. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian
sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika
akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang
muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
j. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut
didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap
kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana
yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana kebajikan.
k. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:
- Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
- Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
l. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi
jika pembeli:
- Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; atau
- Mengalami penurunan kemampuan pembayaran; atau
- Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.

2
B. Sumber Hukum Akad Murabahah

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 04 tahun 2000
menjelaskan beberapa landasan hukum tentang pembiayaan murabahah, yaitu sebagai
berikut:4
Al-Qur’an:
Firman Allah SWT dalam surat al-Nisa’ ayat 29:

َ ُ‫اض ِمن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُ ٓو ۟ا أَنف‬


َ َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
‫ٱَّلل‬ ٓ َّ ‫وا ََل ت َأ ْ ُكلُ ٓو ۟ا أ َ ْم َٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل َٰبَ ِط ِل ِإ‬
َ ً ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ َٰ َج َرة‬
ٍ ‫عن ت ََر‬ ۟ ُ‫أَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫َكانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu (Q.S an-Nisa’: 29)

Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 280:

َ َ ‫س َر ةٍ ف َ ن َ ِظ َر ة ٌ إ ِ ل َ ٰى َم يْ سَ َر ةٍ ۚ َو أ َ ْن ت‬
‫ص دَّ ق ُوا َخ يْ ٌر ل َ كُ ْم ۖ إ ِ ْن كُ نْ ت ُ ْم‬ ْ ُ‫َو إ ِ ْن كَا َن ذ ُو ع‬
َ ‫ت َعْ ل َ ُم ون‬
Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui (Q.S al-Baqarah: 280)

Hadits:

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ‫صلَّى للاه‬
َ ‫للا‬
ِ ‫س ْو َل‬ ‫س ِعيْد ا ْل هخد ِْر ْي رضي للا عنه أَ َّن َر ه‬
َ ‫ع َْن أَبِ ْي‬
‫ (رواه‬،‫ إِنِِّ َما ا ْلبَ ْي هع ع َْن تَ َراض‬:‫قَا َل‬
Artinya: Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka . (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban).

،‫ اَ ْل َب ْي هع ِإلَى أَ َجل‬:‫ث ِفي ِْه َّن ا ْل َب َركَةه‬


ٌ َ‫ ثَال‬:‫س َّل َم قَا َل‬ َ ‫ع َل ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َ ‫ص َّلى للاه‬
َ ‫ي‬ َّ ‫أَ َّن ال َّن ِب‬
‫ت الَ ِل ْل َبي ِْع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬ ِ ‫ش ِعي ِْر ِل ْل َب ْي‬ ‫ َو َخ ْل ه‬،‫ضةه‬
َّ ‫ط ا ْلبه ِ ِّر ِبال‬ َ َ‫َوا ْل همق‬
َ ‫ار‬

3
Artinya: Nabi bersabda, “ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

C. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah

Rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar akad murabahah dapat dikatakan sah
antara lain sebagai berikut:
a. Rukun akad murabahah
Rukun akad murabahah terdiri dari:
1. Ba’i (penjual). Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Syariah, dalam hal
ini adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Baitul Mall Wat Tamwil (BMT))
atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
2. Musytari (pembeli). Pembeli yang dimaksud disini adalah nasabah, baik berlaku sebagai
pembeli akhir ataupun selaku pedagang. Para pihak yang berakad harus cakap
menurut hukum. Cakap dalam pengertian hukum syara’harus sudah baligh dan dalam
keitannya dengan hukum perdata sebagai hukum positif dan yang bersangkutan minimal
harus berusia 21 tahun atau sudah menikah.
3. Mabi’ (barang yang akan diperjual belikan). Barang-barang yang menjadi objek jual-
beli dipersyaratkan harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan
diperjualbelikan harus barang yang halal dan baik (memberi manfaat) dan tidak
tergolong barang yang haram aau yang mendatangkan mudharat. Selain itu barang
harus memiliki nilai. Objek jual beli harus menjadi milik dan dalam penguasaan
penjual. Kepemilikan dapat bersifat faktual/fisikal, dapat pula bersifat kontruktif.
Menurut fatwa DSN-MUI, Bank atau BMT harus memiliki terlebih dahulu aset
yang akan dijual kepada nasabah.
4. Tsaman (harga). Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas
jumlahnya dan mata uang apa yang digunakan (rupiah atau mata uang/valuta asing).
Demikian juga cara pembayarannya, apa dibayar secara tunai atau tangguh. Jika
dibayar tangguh maka harus jelas jangka waktu pembayarannya.
5. Shighat/Ijab Qabul (pernyataan serah terima/kontrak). Kontak dalam pembiayaan
murabahah berupa cara tertulis dibawah tangan yaitu kontrak yang dibuat oleh pihak
BMT/KJKS dikuatkan dengan tanda tangan diatas materai.

b. Syarat-syarat akad murabahah


Syarat-syarat akad murabahah yang harus dipenuhi antara lain:
1. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan
3. Kontrak harus bebas riba
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila menjadi cacat atas barang sesudah
pembelian

4
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara utang.

c. Ketentuan akad murabahah


1. Pelaku Pelaku harus cakap hukum dan baligh yaitu harus berakal dan dapat membedakan,
sehingga jual beli dengan orang gila hukumnya tidak sah sedangkan jual beli dengan
anak kecil hukumnya sah jika mendapatkan izin dari walinya.
2. Objek jual beli harus memenuhi
a) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal Semua barang yang diharamkan
oleh Allah SWT, tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang
tersebut menyebabkan manusia bermaksiat atau melanggar larangan Allah.
b) Barang yang diperjual belikan harus mempunyai manfaat atau nilai, dan bukan
merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya: jual beli
minuman keras
c) Barang tersebut sudah dimiliki oleh penjual. Jual beli atas barang yang belum dimiliki
oleh penjual adalah tidak sah karena tidak mungkin penjual dapat menyerahkan barang
kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli barang yang belum
dimiliki seperti ini akan sah jika status kepemilikan barang tersebut tetap pada si
pemiliki barang.
d) Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung pada kondisi tertentu dimasa
mendatang. Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya tidak sah hukumnya, karena
dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada saat akan merugikan salah satu
pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan.
e) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh pembeli
sehingga tidak ada gharar.
f) Barang tersebut dapat diketahui kuantitasnya dan kualitasnya dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
g) Harga barang tersebut jelas Harga atas barang yang diperjualbelikan harus diketahui
oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya, apakah tunai atau tangguh,
sehingga jelas dan tidak ada unsur gharar.
h) Barang yang diakadkan ada di tangan penjual. Barang dagangan yang tidak berada di
tangan penjual akan menimbulkan ketidakpastian (gharar). Pembeli yang menjual
barang yang dia beli sebelum serah terima, dapat diartikan ia menyerahkan uang pada
pihak lain dengan harapan memperoleh uang yang lebih banyak dan hal ini dapat
disamakan dengan riba. Walaupun barang yang dijadikan sebagai objek jual beli
tidak ada di tempat, namun barang tersebut ada dan dimiliki penjual. Hal ini
diperbolehkan asalkan spesifikasinya jelas dan pihak pembeli mempunyai hak khiyar
(melanjutkan atau membatalkan akad).
3. Ijab Kabul

5
Pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara kominkasi
modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan Syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya, dan pemanfatan atas barang yang diperjualbelikan
menjadi halal

D. Pengakuan dan Pengukuran

Ketentuan Pengakuran dan Pengukuran pada Akuntansi Murabahah adalah sebagai berikut:
1) Akuntansi untuk Penjual:
a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

b. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: (a) jika murabahah
pesanan mengikat: (i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan (ii) jika terjadi penurunan nilai
aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan
nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset: (b) jika murabahah tanpa
pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat: (i) dinilai berdasarkan biaya perolehan
atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan (ii) jika nilai bersih
yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, selisihnya diakui sebagai
kerugian.

c. Potongan pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut: (a) jika terjadi sebelum akad
murabahah, sebagai pengurang biaya perolehan aset murabahah; (b) jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati, bagian yang menjadi hak nasabah: (i)
dikembalikan kepada nasabah jika nasabah masih berada dalam proses penyelesaian
kewajiban; atau (ii) kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyelesaikan
kewajiban; (c) jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang menjadi bagian
hak lembaga keuangan syariah diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah; (d) jika
terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad diakui sebagai
pendapatan operasi lain.

d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan pembelian akan


tereliminasi pada saat: (a) dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah
potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian; atau (b) dipindahkan sebagai
dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual.

e. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset
murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.

f. Keuntungan murabahah diakui: (a) pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan
secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu
periode laporan keuangan; atau (b) selama periode akad secara proporsional, jika akad
melampaui satu periode laporan keuangan.

6
g. Jika menerapkan pengakuan keuntungan secara proporsional, maka jumlah keuntungan
yang diakui dalam setiap periode ditentukan dengan mengalikan persentase keuntungan
terhadap jumlah piutang yang jatuh tempo pada periode yang bersangkutan. Persentase
keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan aset
murabahah. Alokasi keuntungan dengan menggunakan metode didasarkan pada konsep
nilai waktu dari uang (time value of money) tidak diperkenankan karena tidak
diakomodasikan dalam kerangka dasar.

h. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui dengan menggunakan
salah satu metode berikut: (a) jika diberikan pada saat penyelesaian maka penjual
mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau (b) jika diberikan
setelah penyelesaian, penjual terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah
dari pembeli, kemudian penjual membayar potongan pelunasan kepada pembeli dengan
mengurangi keuntungan murabahah.

i. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: (a) jika disebabkan oleh pembeli
yang membayar secara tepat waktu diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah; (b)
jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban.

j. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

k. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut: (a) uang muka diakui
sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; (b) pada saat barang jadi
dibeli oleh pembeli, uang muka diakui sebagai pembayaran piutang; dan (c) jika barang
batal dibeli oleh pembeli, uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah
diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.

2) Akuntansi Pembeli Akhir:


Akuntansi Pembeli Akhir memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang murabahah
sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).

b. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban murabahah tangguhan.

c. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang


murabahah.

d. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan
potongan utang murabahah sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.

7
e. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian.

f. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

E. Penyajian

Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan
disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.

F. Pengungkapan

Kreditur mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang


murabahah bermasalah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang
yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan. Kreditur juga
mengungkapkan keberadaan hubungan istimewa dengan debitur yang direstrukturisasi, jika
ada. Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan informasi yang terkait
dengan restrukturisasi utang murabahah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama kreditur,
jumlah utang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan.

G. Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah

Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari kredituran suatu aset dalam pasar
yang aktif. Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah
dikurangi akumulasi penyusutan/amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau
penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi secara wajar.

Karakteristik

Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah dapat dilakukan


terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan dalam membayar angsuran atau
tagihan murabahah. Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya
yang bermasalah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat dilakukan
dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut:

(a) memberi potongan tagihan murabahah;

(b) melakukan penjadualan kembali tagihan murabahah;

(c) melakukan konversi akad murabahah.

8
Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami
penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen sehingga debitur hanya mampu
membayar lebih kecil daripada utang murabahah-nya.

Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap debitur yang


mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga tidak mampu membayar angsuran
sesuai jumlah dan waktu dalam akad murabahah. Namun, debitur tersebut masih mampu
membayar sisa seluruh utangnya jika dilakukan penjadualan kembali.

Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap debitur yang
mengalami penurunan kemampuan pembayaran atas angsuran murabahah-nya, namun
debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad murabahah dilakukan dengan menghentikan
akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik,
mudharabah atau musyarakah. Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan
murabahah dapat diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan lainnya
sesuai prinsip syariah.

9
BAB 3

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan yang
ditambah keuntungan atau margin yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli. Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi
murabahah tidak harus berbentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat pula
berbentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima
barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari. Definisi lain dari
murabahah menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, murabahah merupakan jual beli barang
dengan menyebutkan harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati. landasan
hukum tentang pembiayaan murabahah di Al-Qur’an Firman Allah SWT dalam surat al-Nisa’
ayat 29.

2.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.gustani.id/2016/03/karakteristik-akuntansi-murabahah.html
 https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6539/3/BAB%20II.pdf
 https://sharianomics.wordpress.com/2010/11/26/pengakuan-dan-pengukuran-
akuntansi-murabahah/
 https://sharianomics-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/sharianomics.wordpress.com/2010/11/26/pengakuan-dan-
penyajian-pada-akuntansi-
murabahah/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#aoh=16326535297593&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&am
p_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fsharianomics.wordpress.co
m%2F2010%2F11%2F26%2Fpengakuan-dan-penyajian-pada-akuntansi-
murabahah%2F

11

Anda mungkin juga menyukai