Anda di halaman 1dari 10

Pro.\'iding Pertemuan Ilmiah ~\'ain.

\'Materi III
.\'erpong, 20 -21 Oktober 1998 ISSN 1410-2897

PENGUJIAN LENTUR PADA BALOK BETON YANG DISAMBUNG


DENGANPOLIMER 53b

Djuanda Suraatmadjal, Dicky Rezady Munaf, Hery Riyanto3


'Profesor pads Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITB
2 Kepala Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan T. Sipil FTSP-ITB
\ Mahasiswa S-3 Bidang RekayasaStruktur Jurusan T. Sipil FTSP-ITB dan Dosen Jurusan Teknik Sipil
Universitas Bandar Lampung (UBL)

ABSTRAK
PENGUJIAN LENTUR PADA BALOK BETON YANG DlSAMBUNG DENGAN POLIMER. Perkembangan
sistem pelaksanaan pekerjaan struktur memungkinkan clemen-clemen struktur yaitu kolom, balok dan pelat dilakukan secara
pracetak. Dengan menggunakan clemen-clemen pracetak maka dalam pelaksanaannya tidak akan terlepas dari sambungan atau
:;oillt' dari masing-masing clemen tersebut. Pada penelitian ini akan dilihat perilaku lentur pada balok yang mempunyai
sambungan. Balok yang mempunyai ukuran 100 mm X 150 mln X 1550 mm diberi beban statis di tengah bentang dalam
kondisi balok diletakkan di atas dua tumpuan dengan jarak bersih 1350. mm. Balok yang disambung diperoleh dengan tara
memotong balok utuh menjadi sepuluh clemen masing-masing sepanjang 135 mm, yang kemudian disambung-sambung dengan
bahan polimer yaitu 'u/lsafltrat"d polye.ster' berbasis 'rec,vcled poly ethylene terephtalate' setebal3 mm. Balok yang terdiri dari
beberapa clemen balok ini kemudian diuji lentur dan dibandingkan dengan balok yang tidak disambung. Dari hasil ekspe~imen
didapat bahwa balok yang menerus mempunyai kekakuan yang lebih besar dibanding balok yang disambung, namun beban
yang dapat dipikul sarna besarnya yaitu 25 kN. Aspek yang ditinjau dari pengujian ini adalah detleksi, deformasi pada beton
tekan dan tulangan tarik. putaran sudut pada tumpuan, detleksi relatif, pola rctak dan pengaruh luas bidang kontak ('interface)

pads sambungan.

ABSTRACT
FLEXURAL TEST ON THE SEGMENTAL CONCRETE BEAMS JOINTED USING POLYMER, The devel-
opment on the construction of structure system allows doing the structural elements to be done by precasting. In this construc-
tion system. the interconnection joints playa vital role. This research describes the flexural behavior of the concrete beams
which have heen segmented into 10 parts of 135 mm each, the segments being jointed one another using 3 mm thick of
unsaturated polyester hased on recycled polyethylene therephtalatematerials. The heams,whose dimensions arc 100 mm x 150
mm x 1550 mm, arc supported by two simple supports distanced of 1350 mm, and a static load was applied on the midspan of
those beams. Those segmental beams were compared with continuos beam of the same dimensions. The result shows that the
segmental heams have the samc load bearing capacity of 25 kN than the continuos beam, but the continuos beam appearsto be
more rigid than the other one. The aspects that have been analyzed in this research arc: the deflection, the deformation in
eomprcssion area of concrete fiber and the tension of the steel reinforcement, the rotation of. the support system, the relative
midspan deflection. the mode of cracks and the influence of the interface area at the joints made of polymer.

dengan struktur yang kontinu [3 ),[4 ),[5 ),(6).


I. PENDAHULUAN Pada dasamya ada dua buah jenis sambungan,
Sesuai dengan perkembangan teknologi dalam yaitu sambungan basah ('wet joint') daD sambungan
pekeljaan beton, maka untuk tujuan efisiensi tempatdan kering ('dry joint') (7),[8]. Pada sambungan basah
biaya dimungkinkan suatu elemen struktur dibuat biasanya digunakan bahan penyambung cairan atau
menjadi beberapa bagian. Di kota-kota besar lahan perekat sedang pada sambungan kering biasa dipakai
unt\1k pembangunan makin sempit sementara aktifitas baut atau angker. Pada penelitian ini akan dipakai
penduduknya tinggi menyebabkanpekeljaan konstruksi sambunganbasah daDditerapkan pada balok.
dibuat sedikit mungkin namun mempunyai kecepatan Balok yang mempunyai dimensi 1550 X 150 X
yang tinggi. Dengan alasan tersebut maka elemen- 100 mm dibagi menjadi sepuluh bagian kemudian
elemen struktur berupa kolom, balok dan pelat dapat disambung kembali dengan menggunakan bahan
dikerjakan secara paralel di suatu tempat pabrikasi polimer yaitu 'unsaturatedpolyester' berbasis 'recycled
untuk kemudian setelah siap dilakukan pemasangandi polyethylene terephtalate' [9) setebal 3 rom.
tempat di mana baug1man tersebut dibangun (I J,(2J. Penyambungandilakukan dengan sistem grouting pada
Pactasaatpemasanganelemen-elemenstruktur ini besar saatbahan polimer masih dalam bentuk cairan daD akan
sekali peran dan fungsi dari penyambung atau 'joint '. mengeras 15 men it kemudian. Setelah balok
Dengan adanya :joint' pada suatu struktur tentu akan tersambung lalu dilakukan pengujian lentur daD
mempengarultikekuatan dati struktur jika dibandingkan kemudian dibandingkan dengan balok yang kontioyu.

i):;ullnda.\'urllatma4;ll dkk., 255


Pro...iding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III
Serpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN1410-2897

II. MAKSUD DAN TUJUAN Diameter tulangan 12 mm titik pusatnya


qiletakkan di tengah balok denganjarak 35 mm dati serat
Maksud dari penclitian ini adalah untuk menge- bawah balok (Gambar 2).
tahui kemampuan lentur dari balok yang tersambung
oleh bahan polimer jika dibandingkan dengan balok
yang tidak disambung atau kontinu. Selain itu juga ." '

untuk mengetahui kemampuan dari bahan polimer


sebagai perekat atau penyambung beton.
Pengamatan lain dari penelitian ini adalah
mengetahui perilaku balok yang mendapat beban statis
pada tengah bentang. Perilaku di sini antara lain adalah
putaran sudut. reganganpada beton tekan daD tulangan
tarik serta defleksi relatif dari balok. Pola retak balok
juga ikut diamati selama pembebanan berlangsung.
Masing-masing penganlatan dilakukan baik pada beton Gambar 2. Sistem penulangan Balok I
menems maupun pada beton yang disambung untuk
kemudian dibandingkan. 3.2.2. Balok dengan tulangan di dalam pipa PVC
m. BENDAUJI (BALOK II).
Diameter tulangan 12 mm tidak tertanam. tetapi
3.1. Dimensi dan mutu terlindung di dalam pipa PVC Listrik VINILON C di-
ameter 5/8" daDpada salah satuujung tulangan terdapat
Okural! Balok bcnda uji adalah 100 X 150 X anker daDbaut penahan.Titik pusat tulangan tetap,yaitu
1550 mm (Gambar I). Pada pengujian balok diletakkan 35 mm dari seratbawah balok beton (Gambar 3).
di atas dua tumpuan sendi dan rol (statis tertentu)
dengan jarak antara dua pcletakan (bcntang bersih) -,",,-
adalah 1150 mIn. Pembebananyang dikerjakan pada
balok benda u.ii ad.1lahbeban terpusat (P) sebanyakdua
buah denganjarak masing-masing d.1ri ujung peletakan
adalah 600 mIn.

600
Gambar 3. Sistem Penulangan Balok II
100
~-'~ 3.2.2. Balok yang terdiri dari beberapa segmen
."" balok diisi bahan polimer dan tulangan dalam
pip a PVC (BALOK III).
1.50 1550 mm
Balok beton yang sudah disiapkan pipa PVC
Listrik VINILON C diameter 5/8" di dalamnya pacta
posisi pusat 35 mm dari serat bawah dipotong-potong
denganpanjang 135 mm kemudian disambung kembali
denganjarak 3 mm olehballaD pengisi polimer. (Gambar
Gamhar I Pcmhehallall dall settillg pellgu.iiall lelltur
halok 4).

Muttl bcton benda uji adaJal\50 MFa sedangrasio


tulangannya ad.cllahI %. Dengan memakairasiotulangan
sebeSc'lrI % maka tulangan yang dipakai mempunyai
diameter 12 rum. Pada percobaan ini dipakai tulangan
,~PoIimer
tunggal (hanya dipasang tulangan tarik sa.ja)dengan I
(satu) buah tulangan yaitu diameter 12 mm (As=113,1
mm2)tulangan defonn.

3.2. Macam hcnda uji

Balok den~antulan~an tertanam (BALOK I) G~mbar 4. Si!;tem penlliangan Balok III

3.2.1.
Pro.\'iding Pertemuan Ilmiah Sains Materi III
Serpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN 1410-2897

3.3. Bahan 4.2. PEMASANGAN INSTRUMEN


Beton yang dipakai pada pembuatan benda uji Untuk mendapatkan informasi regangan,perge-
adalah beton yang mempunyai kekuatan 50 MPa dengan rakan relatif dan putaran sudut yang terjadi akibatbeban
campurnn sebagaiberikut: yang bekerja maka pada benda uji di pasang instrumen
Tahel I Komposisi campuran beton benda uji. 'strain gauge', LJ-DT daD inklinometer. Peletakan
instrumen di alas adalah sebagaiberikut :
NO Jenis Material % Beral
Agregatkasar 43,20 4.2.1. BALOK I (Balok dengan tulangan tertanam).
2 Agregathalus 29,40 Pemasangan ',\'train gauge' diletakkan pada
, Semet1 17,90 tulangan (DFL-5-11) daD pada beton di serat atas dan
bawah. Pada ujung balok dipasang inklinometer untuk
4 Fly Ash 3,15 mengetahui putaran sudut dan informasi defleksi pada
~ Air 6,35 balok diketahui dari L VDT di tengah dan di seperempat
bentang (L VDT -SDP 100). Deformasi relatif pada balok
diketahui dengan memasangL VDT 25 pada seperempat
Kebutuhan beton untuk membuat benda uji 5 bentang (Gambar 6).
buah dan silinder 3 buah adalah 200 liter (0,2 m3).
Untuk CET AKAN benda uji : 3 lembar multi-
pleks. paku dan peralatan kayu.Pipa PVC Listrik
VINI.LON C diameter 5/8" 2 (dua) batang, STRAIN
GAUGE: PFL-30-11 sebanyak 10 (sepuluh) buah dan
PFL- 6 -II sebanyak 5 (lima) buah, L VDT -25 : I (satu)
buah. LVDT-SDPIOO 3 (tiga) buah dan
INKLINOMETER 2 (dua) buah. Gambar 6. Balok beton bertulang

4.2.2.HAWK n (Balokdcngantulangandi dalampipa


IV. PENGUJIAN pvq.
4.1. Pcmhchanan Pemasanganinstrumen sarna denganBALOK I,
namun pemasangantulangan dilakukan dengan mema-
Pactapengtijian ini balok diletakkan di atas dua
sukan tulanganyang telall diheri 'strain gauge 'ke dalam
tumpuan dengan jarak antar tumpuan sendi dan rol
pipa PVC. Setelah tulangan terpasang maka di masing-
adalah 1350 mOl. Beban statis yang berkerja pacta
masing ujung dipasang anker dan untuk menguncinya
percobaan actadua buah dengan besar yang sarna (P)
melalui bani yang ada di ujung tulangan (Gambar 7).
dan diletakkan padajarak 600mm daTimasing-masing
Besarnya kekuatan penguncian bani diukur meng-
ujung peletakan (Gambar 5). Dengan pembebanan ini
gunakan tor...imeter.
diharapkan akan didapatbagian balok yang mempunyai
gaya gcser konstan maksimum (daerah sejauh 600 mm
dari tumpuan)dan momen konstan maksimmn (ditengah
bcntang sejauh 150 mOl). Pembebanandilakukan secar~
perlahan sehingga dapat diketahui prilaku elastis dan
plastis beton. Pembebanandihentikan ketika beton dan
tulangan sudah mencapai keruntuhan [10], [II].

R 4.2.3. BALOK III (Balok yang terdiri dari beberapa


segmenbalok diisi/disambung oleh ballaD polimer daD
tulangan dalam pipa PVC). Gambar 8.

Detail A
,
p :
y p BIDANG Gf:Sf:R

: --: :
: Pa: : RIDANG MOMEN

Ciambar 5. Sistem Pembebanan Gambar 8. Ba\ok yang disambung dengan polimer dan
tulangan dalam PVC

Djuanda Suraatnra4iadkk., 257


Prosiding Pertemuan Ilmiah Sain.\' Materi III
Serpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN1410-2897

Keteran~an: V. BASIL PENGUJIAN DAN PEMBA-


HASAN
5.1. PENGUJIAN BALOKI

8
PiNAMPANfJ
VINILON
PYC USTRIK
C DIA}/8"
Balok I adalah balok beton yang tulangannya
tidak dimasukan ke dalam pipa PVC, namun
pemasangan tulangan seperti beton bertulang biasa.
Dengan menggunakan tulangan diameter 12 mm dan
4.3. PENGUJlAN tanpa tulangan geser, balok beton dicor dengan posisi
tulangan 35 mm di alas serat tank terluar (serat bawah
~jT;J: S"IRA~ GAUGE DFL-5-11 ~ LVDT25 balok). Balok yang sudahdipasang instrumen perekam
e SmA~ GAUGE DFL-30-11
deformasi daD defleksi diletakkan pada tumpuan.
ft:J ANKER
1 INKLINOMETER

R. BAUT
Dengan menggunakan actuator balok ditekan dengan
kecepatan tekan 0,005 mm/det (Gambar 9). Pola retak
~ LVDT -SDPIOO y- PENGUKUR setelah pembebananjuga tampak pada Gambar 10.

Pengujianyang dilakukan terhadapkelima benda


uji (BALOK I, II. IIA, III danIIIA) adalah sarna yaitu
pengujian lentu,. Pada pengujian ini akan diketahui
beberapa besaranyaitu :
I. Deflek.\'i pada balok di tengah bentang clan di
seperempatbentang. Untuk mengetahui besaran ini
pada pembacaandilakukan dari L VDT -SDP 100yang
dipasang pada tempat tersebut.
2. Deforma.~i yang terjadi pada tulangan clan beton.
Besarnya deformasi yang terjadi terlihat dari
perubahan yang terjadi dari 'strain gauge' yang
dipasang pada tulangan (DFL-5-11) clanpada beton
(DFL-30-11) di daerah ekstrim tekan (serat atas)clan 9a
ekstrim tarik (serat bawah).
3. Putara/1 .\'udut yang terjadi di ke dua tumpuan.
Pembacaan dilakukan dari perubahan yang terjadi
pada inklinometer yang dipasang pada kedua
tumpuan.
4. Dejlek.~irelat!fyang terjadi antar elemen beton sejaull
135 rom. Untuk mengetahui hal ini dipasang alat
L VDT -25 padc'ljarak270 turn dari tumpuan clantitik
yang ditinjau detleksi relatifnya sejauh 405 mm dari
tumpuan.
5. Polo retak yang tet:jadi ketika ba.lokmenerima beban
hingga tet:iadi keruntuhan.
9b
4.4. ALAT UJI
Gambar 9. Balok I siap untuk diberi beban daD instrumen
Pada pengujian ini dipakai alat .S'ervo dipasang pada tempat-tempat yang akan
diketabui besarannya pada gambar atas 9a.
Hydraulic Actuator Serie." A 1-100 kN dari DARTEC.
Pada gambar bawab 9b kondisi balok setelah
Dengan alaI ini dapat diatur berapa besar gaya yang mengalami keruntuhan akibat pembebanan.
akan diberikan pada balok yang akan dibebani lentur
sehingga lendutan yang terjadi juga terkendali oleh alat
ini. Untllk pembebanan lentur pada eksperimen ini
dipergtmakan kecepatanlendutw1 ."truktur sebesar0,00.5
mm,ldel.Semuapembahanyang teljadi baik itu lendutan,
defonnasi dan perpindahan relatif dihubungkan ke data
logger untuk kemudian diprint out dan data ini
kemudian dimasukan dalam program untuk
£
mendapatkangrafik. Gambar 10. Pola retak pada balok I yang runtuh
akibat 2 buah beban statik yang
bekerja pada tengahbentang.

258 Djuanda Suraatmadjadkk.,

:.
Prosiding PerlemuanIlmiah SainsMateri III
Serpong,20 -21 Oktober 1998 ISSN 1410-2897

5.2.PENGUJIANBAWK n Balok I dan Balok II. Set up benda uji dan pola
keruntuhan terlihat pada Gambar 13. sedangpola retak
Balok II adalah balok yang tulangannya dima-
yang terjadi akibat pembebanantampak pada Gambar
sukan ke dalam pipa PVC 5/8. Setelah beton mengeras
denganp;pa PVC pada serat tarik beton (bagian bawah),
laIn dimaStlkkan tulangan ulir diameter 12 mm kedalam
pipa PVC tersebut. Pada kedua ujung tulangan diberi
anker yang kemudian bautnya dikencangkan dengan
torsimeter sebesar20 kg.cm. Pemasanganinstmmen daD
pembebanan sarna seperti pada Balok I. Set up balok
padapengujian daDpola keruntuhan sertapola retakyang
terjadi tampak pada Gambar I 1 daDGambar 12.

13a

Ila

13b

Gambar 13. Ganlbar 13a menunjukkan Balok IIA yang


siap diuji dan pada gambar I3b adalah
keadaan balok yang sudah mengalami
keruntuhan. Retak terjadi di tengah bentang.

,,~
l)h

Gan1ba Balok II yang siap untuk diberi


~
pelnhebanan pada gambar IIa dan Gambar 14. Pola retak daD keruntuhan yang terjadi pada
pola keruntuhan Balok II setelah Balok IIA akibat beban statispada pengujian.
pengu.iian pada gamhar hawah lIb.

14.
..l ...~ ~~ 5.4. PENGUJIAN BALOK III
Balok III adalah balok beton dengan tulangan

" Gamhar Pola retak dan keruntuhan yang terjadi


.1 tunggal yang terdiri dari beberapa segmen beton
berukliran panjang 135 mm dan disambung dengan
pada Balok II akihat heban pada bahan polimer setebal 3 mm. Tulangan yang dipakm
p.:ngujian lentur. yaitu tulangan tunggal dengan diameter 12 mm yang
terletak ditengah sejarak 35 mm dari serat tarik beton.
5.3.PENGUJIANBALOKDA Setelah tulangan terpasang di kedua ujung balok
tulangan diberi angker penahan dan dikencangkan oleh
Balok IIA pada dasarnya adalah sarna dengan baut dengan kekuatan torsi meter sebesar 30 kg.cm.
Balok II. Perbedaannya hanyalah pactapengencangan Pengujianyang dilakukan pada Balok III dan IlIA sarna
baut pactaanker, yaitu sebesar30 kg.cm. Pengujian dan denganbalok-balok sebelumnya. Set Up Pengujian dan
peletakan intrurnen sarna seperti yang dilakukan pada pola retak pada Balok III dan IlIA terlihat pada Garnbar

JJ:;uanda ,\'Uraatnfafi.;a dkk. 259

..
Prosiding PertemuanIlmiah SainsMateri III
Serpong,20 -21 Oktober 1998 ISSN1410-2897

15a
17b
Gambar 17. Set up pengujian Balok IliA dan pola
keruntuhan setelah pengujian pengujian.

~.
Gambar 18. Pola retak yang terjadi pada Balok IlIA
setelah pengujian.
15daIl Ganlbar 16 ISb
5.6. DEFLEKSI
Gamhar 15 (iamhar 15a menun.iukkan Balok III yang
sjap diuji dan pada gamhar 15b adalah Padapengujian lentur ini data defteksi dari balok
keadaan balok yang sudah mengalami
(defteksipada arahbidang gambar) diambil pada tengah
kertlnluhan Relak ter.iadi pada sambungan.
bentang dan seperempatbentang. Besamya defteksi ini
diukurdengan menempatkanL VDT pada tempat-tempat
tersebut. Secaramekanika besamya defteksi tergantung
dari besamyabeban daDkekakuan dari balok itu sendiri.
Makin besar beban yang dikerjakan akan makin besar

.. ~":~~tJ:1 defteksi yang terjadi [3]. Sebaliknya makin kaku suatu


balok yang ditunjukkan dengan makin besamya harga
inersia daD modulus elastis akan makin kecil balok
Gambar 16 rota retak dan keruntuhan yang terjadi
pada Balok 11A akibat beban statis pada tersebut berdefleksi. Selain itu faktor lain yang
pengujian mempengaruhi besamya defteksi adalah bentang balok
ataujarak antara dua tumpuan.
Balok-balok yang diuji pad a eksperimen ini
mempunyai dimensi yaitu panjang daD luas yang sarna
5.5. PENGUJIAN BALOK iliA sehingga perbedaanbesamya defteksi dari balok satu
dengan yang lain tergantung dari modulus ela.~tis
baloknya. Perbedaan modulus elastis dari masing-
masing balok terjadi karena tulangan dipasangberbeda.
Pada Balok I tulangan tertanam daD terjadi ikatan antara
tulangan denganbeton. Pada Balok II dun IIA tulangan
dipasang dalampipa PVC denganujung-ujung tulangan
dipasang anker yang dikencangkan oleh baut dengan
kekuatan tertentu menggunakan torsi meter daD
akibatnya tidak ada ikatan antara beton dan tulangan.
Sedangkanpada Balok III don IlIA antara tulangan yang
dibungkus PVC terisi oleh bahan polimer yang masuk
pada saat segmen-segmenbalok disambung. Dengan
terisinya pipa PVC dengan polimer maka terjadi ikatan
tidak langsungantara tuIangan denganbeton. Dari ketiga
kondisi ini maka terjadi perbedaan kekakuan yang
17a tentunya akan membedakan kemampuan balok untuk

260 Djuanda ,\'uraatmadjadkk.,

~
":1
Prosiding Pertemuan Ilmiah Sain,\' Materi III
Serpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN 1410-2897

menerima beban pacta pengujian ini di mana beban langsung antara beton dengan tulangan karena terisinya
dikel:iakan dua buah beban statis di tengah bentang. pipa PVC oleh bahan penyambung poli.mer
Oefleksi yang terjadi pacta Balok I (Grafik 1) menyebabkan daerah elastis tidak terbagi menjadi
menunjukkan bahwa balok mencapai keadaan plastis beberapabagian. Keruntuhan Balok III dan IlIA lebih
pactabeban25 KN daDpactasaatdefleksi tengahbcntang rendah dibanding Balok I, yaitu sebesar22 kN pada
sebesar 7.5 mIn. Oaerah plastis terjadi dari defleksi Balok III daD 24 kN pada Balok IlIA, sedangkanpada
sebcsar7.5 mm sampai dengan 30 mIn. setelahitu balok Balok I kemntuhan terjadi pada beban25 kN. Dibanding
mencapaikeruntuhan. dengan Balok II daD IIA yang mempunyai kekuatan
menahan beban sebesar 12,5 kN daD 19,5 kN, beban
kemntuhan Balok III dan IlIA lebih besar.Perbandingan
detleksi tengah bentang daTikelima balok dapat dilihat
daTi Grafik 1 di atas.

5.7. DEFORMASI BETON TEKAN DAN


TULANGANTARIK

Oefleksi yang terjadi pada Balok II dan IIA


berbeda dengan Balok I. demikian pula antara Balok II
dan Balok IIA. Baik pada Balok II ili'1nIIA daerah elastis
terbagi menjadi tiga. Tcrjadinya tiga bagian ini
disebabkan oleh tidak adanya ikatan antara tulangan
dengan bcton. Bagian pertama adalah pada saat beton
tarik belurn retak. atau dengan kata lain kekuatan
rnenahanlentur rnasih dipikul bersarnaantara beton dan
ttllangan. Pada Balok II. bagian pertarna ini tetjadi rnulai
beban awal hingga bebansekitar 5 kN, tetapi pc'1da Balok
IIA rnulai bebanawal hingga bebansebesar7 kN, seteiall
itu terjadi retak pada beton tarik. Bagian kedua daerah
elastis tetjadi ketika beton tank retak hingga beton tekan
hancur atau dengan kala lain kekuatan rnenahan lentur
hanya dipikul oleh betontekan dan tulangan. Hancurnya
beton tekan pada Ba.Iok II tet:iadi pada bebanl2,5 kN
sedang pada Balok IIA pada beban 19.5 kN. Bagian
ketiga adalah yang terjadi ketika beton tekan hancur
hingga tulangan rnencapai daerah plastis. Praktis pada
bagian ketiga ini balok hanya ditahan oleh tulangan saja.
Keadaan plastis tulangan pada Balok II terjadi pada
beban I R kN sedangpada Balok IIA pada beban 20 kN.
Adanya perbedaan batas beban pada saat terjadi retak
pada beton tarik dan beton tekan seperti diuraikan di
atas disebabkanoleh perbedaanbesarnya kekuatan
pengencangan pada baut angker oleh torsi meter (20
kg.cm untuk balok II dan 30 kg.cm untuk Balok IIA).
Oi sini tcrlihat bahwa kekakuan suatu balok juga
tergantung dari besarnya pengencangan baut anker.
Makin kencang baut anker, makin besarkekakuanbalok.
Perilaku dctleksi pada Balok III dan Balok IlIA
padaili'1samyasarnadengan Balok (. Adanya ikatan tidak Grafik 3. Defon11asi beton tekan pada Balok II daD IIA.

~;uanda Suraatnlaci.;a dkk. 261


Pro...iding Pertemuan Ilmiah Sains Materi 1/1
,\'erpong, 20 -21 Oktober 1998 ISSN1410-2897

beton maupun tulangan. Beton tekan mencapai daerah selarnapengujian, putaransudutyang terjadi pada kedua
plastis pada saat '..,(raingauge' menunjukkan deformasi turnpuan untuk Balok I, II, IIA, III dan IlIA rnernpunyai
beton sebesar-750 mE, sedangdefonnasi pada tulangan perilaku yang sarna yaitu sifat sirnetris antara kiri dan
tarik sebesar2000 IDE saat mencapai daerah plastis. kanan.
Perbedaan terlihat pada daerah elastis di mana Putaran sudut Balok {. (Grafik 5) pada daerah
pada tulangan tarik terdiri dari dua bagian. Bagian elastis dicapai sampai dengan putaran sudut sebesar0,6
pertama saat beton tarik belum retak daD bagian kedua derajat daD beban sebesar 25 kN. Keruntuhan balok
adalah saat mulai terjadi retak pada beton tarik hingga terjadi pada saatputaran sudut baik sebelahkiri maupun
ter:iadi retak pada beton tekan. Terjadinya daerahplastis sebelahkanan mencapai 2 derajat daDbeban sebesar25
pada tulangan tarik pada Balok II daD IIA adalah sarna kN.
dengan yang ter:iadi pada Balok I yaitu deformasi
mencapai 2000 mE, namun beban yang menyebabkan
teljadinya daerahplastis lebih kecil daripada balok I yaim
pada saatbebanmenCc1pai 12.5 kN daD20 kN padaBalok
II dan IIA.
Tidak adanya ikatan antara beton daDmlangan
menyebabkan balok mengalami keruntuhan yang
terkonsentrasidi tengallbentang. Akibatnya adalahbeton
tekan pada tengah bentang cepat sekali mencapai
kerunmhan. Pada Ba.lok II dan IIA daerahplastis balok
tekan ter:iadi pada saat beban barn mencapai 5 kN daD
5,5 kN. Hasil inijauh sekali dengan Balok I yaim ketika
beban mencapai 25 kN saat terjadi kerunmhan pada
beton tekan. Grafik 5. Putaran sudut pada Balok I, II, IIA, III clan
IlIA

Pacta Balok II daD IIA putaran sudut juga


mempunyai karakteritik yang sarnadengangrafik antara
defleksi dengan beban pengujian. Pacta daerah elastis
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu daerahpactasaatbeton
tarik belum retak, kemudian pactasaatbeton tekan belum
retak daD daerah pacta saat hanya tulangan yang
berfungsi karena beton sudah tidak acta lagi yang
berfungsi. Pactabagian pertama putaran sudut mencapai
0,05 dan beban sebesar5 kN terjadi baik pada Balok II
maupun Balok IIA. Bagian kedua pactaBalok II terjadi
sampai dengan putaran sudut mencapai I, I derajat daD
beban 12,5 kN sedangpactaBalok IIA pactasaat putaran
sudut mcncapai 1,2 derajat daDbeban 20 kN. Perbedaan
ini memperlihatkanbahwa Balok II lebih lemahdari pacta
PactaBalok III daD IlIA defonnasi pactatulangan Balok IIA yang disebabkan pengencangananker Balok
rnernpunyaiperilaku yang rnirip yaitu tulangan rnencapai II lebih kecil dari pacta Balok IIA. Seperti diuraikan
plastis pacta beban 22 kN daD deforrnasi pacta 10000 sebelumnya bahwa anker Balok II dikencangkan
mE. Nilai tersebut lebih rendah daripada Balok I yang menggunakantorsi meter sebesar20 kg.cm, sedangpacta
rnencapai plastis pacta beban 25 KN. Deforrnasi pacta Balok IIA sebesar30 kg.cm. Pengamh lain dari adanya
beton untuk Balok III daD IlIA juga rnernpunyai pengencanganyang berbeda adalah beban maksimum
kerniripan yaitu teljadi plastis saatbebanrnencapai 22,5 yang terjadi. Beban maksimum yang terjadi pada Balok
kN daD defonnasi beton sebesar2000 lnE. Nilai inijuga II terjadi sebesar 18 kN dan putaran sudut sebesar3
ternyata lebih kecil daripada Balok I yaitu 25 kN. derajat,sedangpactaBalok IIA beban maksimum sebesar
Dibanding denganBalok II daDIIA, baik defonnasi pacta 20 kN daD putaran sudut sebesar2 derajat.
tulangan tarik rnaupun beton tekan, nilai pactaBalok III Pactabalok III daDIlIA putaran sudutyang terjadi
Dan lliA rnernpunyai harga yang lebih besar. selain tetapsimetris antara tumpuan kiri dan kananjuga
mempunyai perilaku yang sarnadengan grafik defleksi.
5.8. PUTARAN SUDUT Perbedaan antara Balok II clan IIA adalah besarnya
putaran sudut pada beban maksimum. Pada Balok III
Putaran sudut yang akan diambil datanya oleh
putaran sudut sebesar1 derajat pada beban maksimum
inklinometer adalah putaran sudutyangterjadi di kedua
22 kN, sedang pacta Balok IlIA putaran sudut sebasar
buah ulmpuan kanan daD kiri. Dan basil pengamatan

262 Djuanda Suraatmadjadkk.,


Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi /II
Serpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN 1410-2897

l,2 dcrajat pada beban maksimum 25 kN. Perbedaanini VI. KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan perbedaan kekakuan disebabkan oleh
kekuatan sambungan pada balok. Hal ini terjadi pada 6.1.~IMPULAN
Sc1atpenyambungan ada beberapasambunganyang retak
3. Defleksi
kemudian dilakukan penyambungan kembali dengan Defleksi pada pengujian ini menunjukkan
cara 'grouting '. Elemen balok yang mengalami penyam- kekuatan lentur balok. Kekuatan lentur yang terjadi
bungan dua kali ini tidak sekuat sambunganyang tidak pada balok yang disambung (III daD IlIA) ternyata lebih
mengalami retak. Pada Balok III ada tiga bagian yang kuat dari pada balok yang menerus(II dan IIA). Nainun
dilakukan penyambunganulang sedangpada Balok IlIA
jika dibandingkan dengan balok menerus dengan
ada 2 bagian yang mengalami penyambungan ulang. tulangan tidak terbungkus pipa PVC (Balok I). kekuatan
balok yang disambung lebih lemah.
6.4. DEFLEKSI RELA TIF
Defleksi relatif pada balok menunjukan b. Deformasi beton daD tulangan
perbedaandefleksi pada elemen balok sejauh 135 mm. Pada Balok 1di mana tulangan tidak terbungkus
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perilaku balok PVC (ada ikatan langsung beton daDtulangan). keadaan
yang terdiri dari clemen-elemen balok sepanjang 135 plastis terjadi saat pembebanan rnencapai 25 kN daD
mm dan disambung dengan polimer. Pada eksperimen beton daD tulangan sarna-sarnadalarn kondisi plastis.
ini data defleksi relatifyang terbacapada Balok I, BaJok Pada Balok II dan IIA, kemntuhan beton beton terjadi
III dan Balok IlIA. Pada Balok II dan IIA tidak dapat awal sekali saat pernbebanan rnencapai 5 kN daD
terbaca defleksi relatif yang terjadi. Tidak terbacanya tulangan belurn rnencapai keadaan plastis. Perilaku
data defleksi relatif pada Balok II dan IIA dikarenakan deformasi beton daDtulangan Balok III daDiliA harnpir
kemntuhan pada balok II daDItA terkonsentrasiditengah sarna dengan Ba.lok I.
bentang. Karena tidak adanya ikatan antara beton dan
tulangan maka pada saat tel:iadi retak pada beton tarik c. Putaran sudut
maka bcton langsung rnntuh dan kernntuhan hanya Putaran sudutjuga dapat menunjukkan kekuatan
tel:iadi pada tengah bentang. Dcngan kala lain balok balok menerima beban. Balok III dan iliA lebih kuat
langsllng terbagi menjadi dua bagian yang tetap lurns daripada Balok II dan llA. Sedang Balok I lebih kuat
pada saal pembcbanan barn mencapai 5 kN. Karena daripada BalQk III dan iliA.
balok telap lIIms pada bagian kiri d.1nk.1nanmaka tidak
dapat dilihatperbedaan relatifpada bagian balok ini. d. Defleksi relatif
Defleksi relatif yang menunjukkan kurva leng-
-Haluk I kung balok yang mengalami bebanlentur. Kurva lentur
,. tampak pada Balok I, III clan IlIA, namun pada Balok
_DRInk HI

. II clan IIA tidak terlihat adanya Uengkuog. Pada balok


:'
-Haluk II clan IIA pada saat pembebanan kernntuhan terkon-
IIA
sentrasi di tengah bentang, sehingga balok terbelah
\
menjadi dua bagian daD dalam keadaan lurns.

e. Pola retak
:-.+---+- 1:
., " Pola retak yang tcrjadi pada balok yang disam-
"..,.".'R"Mil
~---~--~~-- (mml - bung selalu terjadi pada sambungan yang disebabkan
(irati" 6. Oetlek"j relatif pada Balok I. II. IIA. III daD lemahnya ikatan di 'interface' antara polimer dan beton.
IliA Hal ini berbeda dengan balok yang menerus di mana
retakyang terjadi adalah retak lentur, yaitu retak yang
Dcfleksi relatif Balok I pada saat beban maksi- terjadi pada serat beton tank daD merata .
mum tercapai mcmpunyai harga sebesar 0, 10 mm
(Grafik 6). Nilai tersebut hampir sarna dengan defleksi 6.2.SARAN
relatif yang terjadi pada Balok III yaitu sebesar0,08
a. Bahan polimer
mm dan Balok IlIA sebesar0, 13mm. DaTi data ini dapat Perlu penelitian lebih lanjut terhadap bahan
dilihat bahwa Balok III dan Balok IlIA yang terdiTi daTi polimer sebagaisebagaibahan penyambung. Penelitian
elemen-elemen balok yang disambung mempunyai yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan bahan
perilaku yang hampir sarna sarna dengan dengan balok polimer sebagai perekat. Sebagai bahan penyambung
yang tidak disambung atau .continuous beam '. tentu diharapkan mempunyai kekuatanyang lebih besar
baik kekuatan tarik maupun tekan dari bahanyang akan
disambung. Dengan kala lain kekuatan adhesi antara
beton dan polimer hams lebih besar daripada kekuatan

263
~iuanda Suraatmati.iadkk.,

;~~
~
.".
Prosiding Pertemuan Ilmiah .\'ains Materi III
.\'erpong, 20 -21 Oktoher 1998 ISSN 1410-2897

kohesi pada beton atau polimer itu sendiri. [4). ELLIOT, KIM S. (1996) Multi-Storey Precast
Concrete Framed S'tructures,Black Well Science
b. Interface Ltd, Osney Mead, Oxford.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai [5]. MAC GREGOR, JAMES G. (1997) Reinforce
pengaruh permukaan beton yang akan disambung Concrete Mechanics and Design, Prentice-Hall,
terhadap kekuatan ientur balok. Pacta penelitian ini Inc., New Jersey.
pennukaan balok yang akan disambung adalah bidang
(6]. NASHIF, AHID D. (1985) Vibration Damping,
rata vertikal yang disebabkan oleh pemotongan gergaji
John Wiley & Sons Inc., Canada
beton. Interface beton daD polimer yang rata menye-
babkan titik lemah kekuatan struktur dengan ditandai [7]. OHAMa, YOSHIHIKO (1995) Handbook of
dengan adanya retak awal yang selalu terjadi pacta 'in- Polymer-Modified Concrete and Mortars, Noyer
terface '. Dengan merubah bentuk 'interface' menjadi Publication, New Jersey, USA
bertekstur. mempunyai takikan atau mempunyai kemi- [8). PARK, R., and PAULA Y, T. (1975) Reinforced
ringan tertentu diharapkan akan memperbesarkekuatan Concrete .S'tructures,John Wiley & Sons, New
lentur balok yang disambung. York.
[9]. PT.JHS PILLING SYSTEM (1996) Pre
DAFTARPUSTAKA cast Concrete Building .S'ystemUnder Sei..,mic
Load, PCI Journat.
[1] AITCIN, P.C. (1998) High-Performance Con- [10). SMITH, WILLIAM FORTUNE (1990) Principle
crete, E & FN Spon, London ofMaterials ,S'cienceand Engineering, Mc Graw-
BEARDS. C.F. (1983) Structural Vibration Hill Publishing Company, New York
Ana~y.\'isA/ode/lin!? Ana~v.\'i,\'and Damping ~rVi- rIll- SMITH, RONALD C. (1998) Principles and
hratin.~Structure.\'.John Wiley & Sons,New York Practices of Heavy Con..,truction,Prentice-Hall,
[3]. BETON VERLAG (1987) Preca.\'t(~oncreteCon- Inc., New Jersey
nection l)etai L\'-Structura{De.\'ign A/anual, Beton [12). VERTES GYORGY, Dr. (1985) Structural Dy-
Verlag Gmbh, Niederlande namics Elsevier Science Publishing Company,
Inc., New York, USA

[2].

Anda mungkin juga menyukai