Penganggaran
APBDes 2022, itu di susun berdasarkan rekomendasi data IDM 2021 dan juga data
SDGs Desa 2021.
Ditambah lagi, aplikasi SDGs Desa yang seharusnya sebagai wadah ataupun
tempat rekomendasi untuk menyusun perencanaan yang diteruskan ke
penganggaran tidak bisa di akses sama sekali.
Sekalipun bisa di akses, ternyata, data pemutakhiran yang dulu pernah di input
oleh tim relawan pemutakhiran data SDGs Desa. Hilang semua. Dan kembali,
harus melakukan penginputan ulang, bila ingin memperoleh rekomendasi-
rekomendasi perencanaan dan penganggaran yang tepat sesuai kebutuhan warga
desa.
Tapi masalahnya, waktunya tidak mungkin akan terkejar. Karena ini sudah
mendekati ujung tahun dan banyak sekali laporan yang perlu diselesaikan oleh
desa.
Jadi opsi terakhir, kita menggunakan data IDM 2021 sebagai rekomendasi untuk
menyusun perencanaan (RKPDes) dan juga penganggarannya (APBDes).
Kemudian analisa, satu persatu dari dimensi, perangkat indikator, dan juga
indikator peritemnya.
Temukan titik lemahnya, melalui nilai exiting dari indikator umum. Dan periksa
nilai mana saja yang menunjukan angka terendah untuk dapat dinaikkan nilainya
melalui perencanaan dan penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah desa di
tahun 2022 atau di masa-masa mendatang bila anggaran dana desanya kurang
mencukupi.
Dan lihat, prioritas dan super prioritas apa yang direkomendasi oleh Kemendesa
PDTT bagi desa anda menurut data Indek Desa Membangun (IDM) yang telah
terinput.
Bila semua itu sudah anda lakukan. Tidak alasan lagi, dana desa tidak bermanfaat
ataupun tepat sasaran.
Kecuali, bila data IDM yang anda masukan sebelumnya. Tidaklah valid, ataupun
tidak menunjukan dengan kondisi desa anda yang sebenarnya.
Itu artinya, kesalahan rekomendasi bukan salah dari Kemendesa PDTT, melainkan
kesalahan dari orang yang telah menginput data-data IDM tersebut.
Langkah ataupun cara menyusun APB Desa 2022 masih-lah sama dengan langkah
ataupun cara menyusun APB Desa di tahun-tahun sebelumnya.
Bila tahun lalu (2021), prioritas penggunaan dana desa hanya diatur dalam
Permendesa PDTT. Akan tetapi, untuk tahun ini (2022), prioritas penggunaan
dana desa juga diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres).
Bila dilihat dari Permendesa Nomor 7 Tahun 2021, prioritas penggunaan dana
desa 2022 yang diatur pada Pasal 5 ayat 2 mencakup tiga hal guna mencapai
pencapaian SDGs Desa.
Sedangkan bila dilihat dari Perpres, yakni Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun
2021 tepatnya pada Pasal 5 ayat 4. Rincian untuk fokus prioritas dana desa 2022
itu lebih rinci ataupun didetailkan lagi menggunakan persentase (%). Seperti:
1. Untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) itu sebesar paling sedikit 40% dari nilai
pagu dana desa,
2. Ketahanan pangan dan hewani sebesar paling sedikit 20% dari nilai pagu
dana desa, dan untuk
3. Penanganan pandemi Covid-91 sebesar paling sedikit 8% dari nilai pagu
dana desa. Kemudian yang terakhir
4. Sisanya yaitu yang 32% itu untuk program sektoral prioritas lainnya.
Sehingga bila kita gabungkan, maka estimasi perhitungan pendapatan dan belanja
desa adalah sebagai berikut:
Tampak dari gambar, estimasi perhitungan dari nilai pagu dana desa yang
berjumlah sebesar Rp1,2 miliar hanya menyisakan Rp384 juta setelah kurangi
belanja desa yang disesuai dengan Perpres 104 Tahun 2021.
Apalagi, bila nilai pagu dana desa tahun 2022 lebih kecil dari estimasi perhitungan
yang sudah contohkan di atas.