Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Jepang. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan ide, fikiran, masukan serta kritiknya. Kami
menyadari dengan adanya masukan serta kritikan saudara-saudara, makalah ini menjadi
lebih lengkap dan lebih layak untuk dibaca dan dipelajari. Makalah ini dibuat untuk
meningkatkan siswa memahami makanan-makanan Jepang.

Akhirul kalam kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini,
kami mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada guru Bahasa Jepang kami yang
benama Ibu Fajrian Megawati, S.Pd dan kawan-kawan kelas XI Administrasi Perkantoran 3
tahun ajaran 2012/2013.

Kritik dan saran selalu kami harapkan untuk kebaikan makalah ini. Semoga Allah swt
meridhai niat dan usaha kita bersama dalam upaya mewujudkan manusia-manusia yang
cerdas dan beriman. Amiin!!
Makanan Khas Jepang
Masakan Jepang (日本料理 nihon ryōri, nippon ryōri?) adalah makanan yang dimasak
dengan cara memasak yang berkembang secara unik di Jepang dan menggunakan bahan
makanan yang diambil dari wilayah Jepang dan sekitarnya. Dalam bahasa Jepang, makanan
Jepang disebut nihonshoku atau washoku.
Sushi, tempura, shabu-shabu, dan sukiyaki adalah makanan Jepang yang populer di luar
Jepang, termasuk di Indonesia.
Masakan dan makanan Jepang tidak selalu harus berupa "makanan yang sudah dimakan
orang Jepang secara turun temurun." Makanan orang Jepang berbeda-beda menurut zaman,
tingkat sosial, dan daerah tempat tinggal. Cara memasak masakan Jepang banyak meminjam cara
memasak dari negara-negara Asia Timur dan negara-negara Barat. Di zaman sekarang, definisi
makanan Jepang adalah semua makanan yang dimakan orang Jepang dan makanan tersebut
bukan merupakan masakan asal negara lain.
Dalam arti sempit, masakan Jepang mengacu pada berbagai berbagai jenis makanan yang
khas Jepang. Makanan yang sudah sejak lama dan secara turun temurun dimakan orang Jepang,
tapi tidak khas Jepang tidak bisa disebut makanan Jepang. Makanan seperti gyudon atau nikujaga
merupakan contoh makanan Jepang karena menggunakan bumbu khas Jepang seperti shōyu,
dashi dan mirin. Makanan yang dijual rumah makan Jepang seperti penjual soba dan warung
makan kappō juga disebut makanan Jepang. Makanan yang mengandung daging sapi sering
dianggap bukan masakan Jepang karena kebiasaan makan daging baru dimulai sejak Restorasi
Meiji sekitar 130 tahun lalu. Menurut orang di luar Jepang, berbagai masakan dari daging sapi
seperti sukiyaki dan gyudon juga termasuk makanan Jepang. Dalam arti luas, bila masakan yang
dibuat dari bahan makanan yang baru dikenal orang Jepang ikut digolongkan sebagai makanan
Jepang, maka definisi masakan Jepang adalah makanan yang dimasak dengan bumbu khas
Jepang.
Masakan Jepang sering merupakan perpaduan dari berbagai bahan makanan dan masakan
dari berbagai negara. Parutan lobak yang dicampur saus sewaktu memakan bistik atau hamburg
steak, dan salad dengan dressing parutan lobak merupakan contoh perpaduan makanan Barat
dengan penyedap khas Jepang. Saus spaghetti yang dicampur mentaiko, tarako, natto, daun shiso
atau umeboshi merupakan contoh makanan Barat yang dinikmati bersama bahan makanan yang
memiliki rasa yang sudah akrab dengan lidah orang Jepang. Bistik dengan parutan lobak
sebenarnya tidak dapat disebut sebagai makanan Jepang melainkan bistik ala Jepang (wafū
steak). Berdasarkan aturan ini, istilah wafū ( 和 風 ala Jepang?) digunakan untuk menyebut
makanan yang lazim ditemukan dan dimakan di Jepang, tapi dimasak dengan cara memasak dari
luar Jepang.
Berdasarkan aturan wafū, beberapa jenis makanan sulit digolongkan sebagai makanan
Jepang karena merupakan campuran antara makanan Jepang dan makanan asing:
 Makanan Barat yang dicampur bahan makanan yang unik Jepang, seperti sarada udon
(salad adalah makanan Barat tapi dicampur udon yang khas Jepang), kari, dan anpan (roti
berasal dari Barat berisi ogura yang khas Jepang).
 Makanan khas Jepang yang berasal dari luar negeri tapi dibuat dengan resep yang sudah
diubah sesuai selera lokal, seperti ramen dan gyōza.
 Makanan yang berdasarkan bahan dan cara memasak sulit diputuskan harus dimasukkan
ke dalam kategori makanan Barat atau makanan Jepang, misalnya pork ginger dan
butashōgayaki keduanya menunjuk pada makanan yang sama.
Sebagian besar ahli kuliner berpendapat masakan Jepang mudah sekali dibedakan dari masakan
negara tetangga seperti masakan Korea dan masakan Cina. Walaupun demikian, sejumlah
makanan Korea juga mendapat pengaruh dari masakan Jepang. Di Korea juga dikenal kimbab
(futomakizushi), sup miso, dan takuan (asinan lobak) yang merupakan makanan khas Jepang.

Ciri khas
 Bahan makanan

Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil pertanian (sayuran dan
kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi yang dibuat dari konbu, ikan dan
shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda dengan masakan negara-negara lain, makanan
Jepang sama sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari biji-bijian (merica)
atau penyedap yanng mengandung biji (seperti cabai) yang harus ditumbuk atau dihaluskan.
Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih.
Kacang kedelai merupakan bahan utama makanan olahan. Penyedap biasanya berupa sayur-
sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut. Masakan Jepang umumnya
rendah lemak, tapi mengandung kadar garam yang tinggi.

 Bumbu

Masakan Jepang mengenal 5 bumbu utama yang harus dimasukkan secara berturutan
sesuai urutan sa-shi-su-se-so yang merupakan singkatan dari:

 gula pasir (satō)


 garam (shio)
 cuka (su)
 shōyu (seuyu: ejaan zaman dulu untuk shōyu)
 miso (miso).

Sesuai dengan peraturan sa-shi-su-se-so, gula pasir adalah bumbu yang dimasukkan pertama
kali, diikuti garam, cuka, kecap asin, dan miso.

 Penyajian makanan

Makanan utama di Jepang terdiri dari nasi (kadang-kadang dicampur palawija), sup dan
lauk. Lain halnya dari masakan Cina atau masakan Eropa, masakan Jepang tidak mengenal
tahapan (course) dalam penyajian. Dalam budaya makan Eropa atau Cina, makanan disajikan
secara bertahap, mulai dari hidangan pembuka, sup, hidangan utama, dan diakhiri dengan
hidangan penutup. Masakan Jepang dihidangkan semuanya secara sekaligus. Dalam hal
penyajian hidangan, dalam masakan Jepang tidak dikenal perbedaan antara tata cara penyajian di
rumah dengan tata cara penyajian di restoran. Jamuan makan dan kaiseki merupakan
pengecualian karena makanan disajikan secara bertahap.
Dalam hal menikmati makanan, masakan Jepang bisa dengan mudah dibedakan dari
masakan Eropa atau masakan Cina. Rasa dicampur sewaktu makanan Jepang berada di dalam
mulut. Asinan sayur-sayuran mungkin terasa terlalu asin kalau dimakan begitu saja, namun
asinan terasa lebih enak ketika dimakan dengan nasi putih. Dalam masakan Jepang, bahan
makanan tidak diolah secara berlebihan. Makanan harus mempunyai rasa asli bahan makanan
tersebut. Cara memasak atau penyiapan makanan hanya bertujuan menampilkan rasa asli dari
bahan makanan. Makanan juga sama sekali tidak dimasak dengan bumbu yang berbau tajam.
Masakan Jepang tidak mengenal teknik memasak yang bisa merusak penampilan bahan dan
kesegaran bahan makanan.
Juru masak masakan Jepang dituntut serba bisa dalam berbagai bidang. Mereka dituntut
memiliki keahlian dalam pengolahan bahan makanan, pengetahuan tentang alat-alat makan, serta
pemilihan suasana yang tepat untuk menikmati makanan. Masakan Jepang sangat berbeda dari
masakan Perancis yang sangat maju dalam pembagian keahlian di dapur dan pelayanan terhadap
tamu di ruang makan.
Peralatan makan untuk masakan Jepang umumnya dibuat dari keramik, porselen, atau
kayu yang dipernis dengan urushi. Di rumah keluarga Jepang, setiap anggota keluarga memiliki
mangkuk nasi dan sumpit sendiri, dan tidak saling dipertukarkan dengan milik anggota keluarga
yang lain. Sumpit yang dipakai bisa berupa sumpit kayu, sumpit bambu, atau sumpit sekali
pakai. Sebelum teknik pembuatan keramik dikenal di Jepang, sebagian besar alat makan dibuat
dari kayu yang dipernis. Alat makan dari porselen umumnya diberi hiasan gambar-gambar yang
berfungsi sebagai penghias hidangan.
Masakan Jepang memiliki aturan yang sangat longgar menyangkut bentuk alat makan
dari keramik. Piring bisa saja berwarna gelap atau berbentuk persegi empat, sehingga sangat
mencolok dibandingkan piring makanan Eropa atau Amerika. Alat makan untuk makanan Jepang
terlihat sangat berbeda dengan alat makan untuk masakan Cina atau Korea. Masakan Cina
menggunakan piring bundar dari porselen dengan hiasan sederhana, sementara masakan Korea
memakai porselen putih tanpa hiasan atau alat makan dari logam.

Sejarah
Awal sejarah tertulis

Nihon Shoki adalah literatur klasik yang memuat sejarah tertua tentang masakan Jepang.
Di dalamnya dikisahkan tentang nenek moyang klan Takahashi bernama Iwakamutsukari-no-
mikoto. Makanan yang dihidangkannya berupa namasu ikan cakalang dan potongan kerang
(hamaguri) yang diacar dengan cuka. Hidangan istimewa tersebut dibuatnya untuk Kaisar Keiko
yang sedang mengunjungi Provinsi Awa ketika bersedih atas kematian Yamato Takeru.
Iwakamutsukari-no-mikoto bertugas sebagai juru masak istana dan kemudian dimuliakan sebagai
dewa masakan.

Asal usul masakan

Orang Jepang mulai makan nasi sejak zaman Jomon. Lauknya berupa bahan makanan
yang direbus (nimono), dipanggang, atau dikukus. Cara mengolah makanan dengan menggoreng
mulai dikenal sejak zaman Asuka, dan berasal dari Semenanjung Korea dan Cina. Teh dan
masakan biksu diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan masuknya agama Buddha, namun
hanya berkembang di kalangan kuil. Makanan biksu adalah masakan vegetarian yang disebut
shōjin ryōri. Hewan peliharaan dan binatang buas seperti monyet dilarang untuk dijadikan bahan
makanan. Di dalam literatur klasik Engishiki juga diceritakan tentang ikan hasil fermentasi yang
disebut narezushi yang dipakai sebagai persembahan di Jepang bagian barat.

Masakan zaman Nara

Pengaruh kuat kebudayaan Cina pada zaman Nara ikut memengaruhi masakan Jepang
pada zaman Nara. Makanan dimasak sebagai hidangan upacara dan ketika ada perayaan yang
berkaitan dengan musim. Sepanjang tahunnya selalu ada perayaan dan pesta makan. Teknik
memasak dari Cina mulai dipakai untuk mengolah bahan makanan lokal. Penyesuaian cara
memasak dari Cina dengan keadaan alam di Jepang akhirnya melahirkan masakan yang khas
Jepang.

Masakan zaman Heian

Pada zaman Heian, masakan Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan
Cina. Orang Jepang waktu itu mulai mengenal makanan seperti karaage dan kue-kue asal Dinasti
Tang (tōgashi), dan natto. Aliran memasak dan etiket makan berkembang di kalangan
bangsawan. Atas perintah kaisar Kōkō, Fujiwara no Yamakage menyunting buku memasak
aliran Shijō yang berjudul Shijōryū Hōchōshiki. Sampai saat ini, rumah makan tradisional Jepang
masih sering memiliki altar pemujaan untuk Fujiwara no Yamakage dan Iwakamutsukari-no-
mikoto.

Masakan zaman Kamakura

Makanan olahan dari tahu yang disebut ganmodoki mulai dikenal bersamaan dengan
makin populernya tradisi minum teh dan ajaran Zen. Pada zaman Kamakura, makanan dalam
porsi kecil untuk biksu yang menjalani latihan disebut kaiseki. Pendeta Buddha bernama Eisai
memperkenalkan teh yang dibawanya dari Cina untuk dinikmati dengan hidangan kaiseki.
Masakan ini nantinya berkembang menjadi makanan resepsi yang juga disebut kaiseki, tapi
ditulis dengan aksara kanji yang berbeda.

Masakan zaman Muromachi

Memasuki zaman Muromachi, kalangan samurai ikut dalam urusan masak-memasak di


istana kaisar. Tata krama sewaktu makan juga semakin berkembang. Aliran etiket Ogasawara
yang masih dikenal sekarang bermula dari etiket kalangan samurai dan bangsawan zaman
Muromachi.
Chūnagon bernama Yamakage no Masatomo mendirikan aliran memasak Shijōryū.
Aliran ini menerbitkan buku memasak berjudul Shijōryū Hōchōsho (Buku Memasak Aliran
Shijō). Sementara itu, klan Ashikaga mendirikan aliran memasak Ōkusaryū. Orang mulai
menjadi cerewet soal cara memasak dan menghidangkan makanan. Makanan gaya honzen
(honzen no seishiki) dan gaya kaiseki merupakan dua aliran utama masakan Jepang zaman
Muromachi. Dalam gaya honzen, makanan dihidangkan secara individu di atas meja pendek
yang disebut ozen. Porsi yang dihidangkan cukup untuk dimakan satu orang. Dalam gaya
kaiseki, makanan dihidangkan dalam porsi kecil seperti makanan yang dihidangkan dalam
upacara minum teh.
Namban adalah istilah orang Jepang zaman dulu untuk "luar negeri", khususnya Portugal
dan Asia Tenggara. Dari kata namban dikenal istilah nambansen (kapal dari luar negeri).
Kedatangan kapal-kapal dari luar negeri dari zaman Muromachi hingga zaman Sengoku
membawa serta berbagai jenis masakan yang disebut namban ryōri (masakan luar negeri) dan
nambangashi (kue luar negeri). Kue kastela yang menggunakan resep dari Portugal adalah salah
satu contoh dari nambangashi.

Masakan zaman Edo

Kebudayaan orang kota berkembang pesat pada zaman Edo. Makanan penduduk kota
seperti tempura dan teh gandum (mugicha) banyak dijual di kios-kios pasar kaget. Pada masa itu,
di Edo mulai banyak dijumpai rumah makan khusus soba dan nigirizushi. Ōrusuichaya adalah
sebutan untuk rumah makan tradisional (ryōtei) yang digunakan samurai sewaktu menjamu tamu
dengan pesta makan. Makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak
mengikuti tata cara makan formal seperti masakan kaiseki atau masakan Honzen. Masakan
Ōrusuichaya disebut masakan kaiseki ( 会席料理 kaiseki ryōri?, masakan jamuan makan), dan
ditulis dengan aksara kanji yang berbeda dari "kaiseki" untuk upacara minum teh.
Teknik pembuatan kue-kue tradisional Jepang (wagashi) berkembang pesat berkat
tersedianya gula yang sudah menjadi barang yang lumrah. Alat makan dari keramik dan porselen
mulai banyak digunakan dan diberi hiasan berupa gambar-gambar artistik yang dikerjakan secara
serius. Daging ternak mulai dikonsumsi orang Jepang dan daging sapi dimakan sebagai obat.
Sejak pertengahan zaman Edo mulai dikenalnya teknik seni ukir sayur, dan makanan mulai
dihias dengan hiasan dari lobak (wachigai daikon). Pada waktu itu juga mulai dikenal telur rebus
aneh dengan kuning telur berada di luar dan putih telur di dalam (kimigaeshi tamago).

Masakan Kanto

Masakan Jepang zaman modern adalah hasil penyempurnaan masakan zaman Edo.
Daimyo dari seluruh penjuru Jepang mengenal kewajiban sankin kōtai. Mereka wajib datang ke
Edo untuk menjalankan tugas pemerintahan bersama shogun. Kedatangan daimyo dari seluruh
pelosok negeri membawa serta cara memasak dan bahan makanan khas dari daerah masing-
masing. Bahan makanan yang dibawa rombongan daimyo dari seluruh pelosok Jepang
menambah keanekaragaman masakan Jepang di Edo. Semuanya ditambah dengan makanan laut
segar dan enak dari Teluk Edo yang disebut Edomae. Hasil laut dari Samudera Pasifik seperti
ikan tongkol sudah dijadikan menu tetap sewaktu membuat sashimi.
Ikan dari familia Sparidae yang dikenal di Jepang sebagai ikan tai merupakan lambang
kemakmuran di Jepang. Ikan tai yang dipanggang utuh tanpa dipotong-potong merupakan
hidangan istimewa pada kesempatan khusus. Makanan yang dihidangkan pada pesta makan
terdiri dari dua jenis: makanan untuk dimakan di tempat pesta, dan makanan yang berfungsi
sebagai hiasan. Panggang ikan tai termasuk dalam makanan hiasan yang boleh saja dimakan di
tempat pesta. Namun, ikan panggang di pesta sebenarnya lebih merupakan hiasan karena
dimaksudkan untuk dibawa pulang oleh para tamu sebagai oleh-oleh. Tradisi membawa pulang
makanan pesta sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah berasal dari zaman Edo dan terus
berlanjut hingga sekarang. Selain ikan panggang, tamu biasanya dipersilakan membawa pulang
kinton (biji berangan dan ubi jalar yang dihaluskan) dan kamaboko.
Masakan yang lahir dari berbagai keanekaragaman di daerah Kanto disebut masakan Edo
atau masakan Kanto. Sebutan masakan Kanto digunakan untuk membedakannya dari masakan
Kansai yang sudah dikenal orang lebih dulu. Ciri khas masakan Kanto adalah penggunaan kecap
asin (shōyu) sebagai penentu rasa, termasuk untuk makanan berkuah (shirumono) dan nimono.
Tradisi membawa pulang makanan pesta merupakan alasan penggunaan kecap asin dalam
jumlah banyak dalam masakan Kanto, maksudnya agar rasa tetap enak walaupun sudah dingin.
Berbeda dengan masakan Kanto, masakan Kansai justru tidak terlalu asin walaupun
mengandalkan garam dapur sebagai penentu rasa.

Masakan Kansai

Masakan Kansai adalah sebutan untuk masakan Osaka dan masakan Kyoto. Berbeda dari
budaya Edo yang gemerlap, masakan Kyoto mencerminkan budaya Kyoto yang elegan. Masakan
Kyoto dipengaruhi masakan kuil Buddha. Ciri khasnya adalah penggunaan banyak sayur-
sayuran, tahu, kembang tahu, namun sedikit makanan laut karena letak geografis Kyoto yang
jauh dari laut. Masakan Kyoto melahirkan cara memasak dengan bumbu seminimal mungkin
agar rasa asli tahu atau kembang tahu (yang memang sudah "tipis") tidak hilang. Kepandaian
mengolah ikan kering seperti bodara (ikan cod kering) dan migakinishin (ikan hering kering)
menjadi hidangan yang enak merupakan keistimewaan masakan Kyoto.
Osaka adalah kota tepi laut dengan hasil laut yang melimpah. Oleh karena itu, masakan
Osaka mengenal berbagai cara pengolahan hasil laut. Makanan laut diolah agar enak untuk
langsung dimakan di tempat dan tidak untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Masakan Osaka
tidak mementingkan rasa makanan kalau sudah dingin karena pada prinsipnya "makanan yang
habis dimakan". Prinsip masakan Osaka bertolak belakang dengan prinsip masakan Kanto yang
memikirkan rasa makanan kalau sudah dingin.

Pengaruh masakan Barat

Pada awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal orang Jepang yang melakukan
kontak sehari-hari dengan orang asing. Di kalangan rakyat tercipta makanan gaya Barat
(yōshoku) yang merupakan adaptasi masakan Eropa. Berbagai aliran memasak mengalami
kemunduran, dan aliran Hōchōshiki merupakan satu-satunya aliran yang terus bertahan.
Pelarangan makan daging dihapus sesuai kebijakan Pemerintah Meiji tentang Haibutsu Kishaku
dan Shinbutsu Bunri sehingga tercipta sukiyaki. Sementara itu, honzen ryōri yang merupakan
aliran utama masakan Jepang mulai ditinggalkan orang. Hidangan kaiseki telah menjadi
makanan standar di rumah makan tradisional (ryōtei) dan penginapan tradisional (ryokan).
Masakan vegetarian (shōjinryōri) berlanjut sebagai tradisi kuil agama Buddha. Hidangan
porsi kecil yang disebut kaiseki ryōri (懐石料理?) bertahan hingga kini sebagai hidangan upacara
minum teh. Di bidang pertanian, sawi dan spinacia mulai ditanam secara besar-besaran. Di kota-
kota mulai banyak dijumpai rumah yang memiliki meja pendek yang disebut chabudai sebagai
pengganti nampan berkaki yang disebut ozen. Keberadaan chabudai yang bisa dipakai sebagai
meja makan untuk empat orang mengubah acara makan yang dulunya dilakukan sendiri-sendiri
dengan ozen pribadi menjadi acara berkumpul keluarga.
Akibat gempa bumi besar Kanto yang memakan korban jiwa besar-besaran, juru masak
pewaris tradisi masakan Edo ikut menjadi berkurang, dan tradisi masakan honzen mulai
memudar. Etiket makan mulai longgar, dan orang Jepang semakin menyukai suasana santai
sewaktu makan. Setelah Perang Dunia II, kemudahan transportasi dan kemajuan bidang
komunikasi menyebabkan tipisnya perbedaan antardaerah soal bahan makanan dan cara
memasak untuk makanan yang sama. Walaupun demikian, perbedaan mendasar dalam soal
bumbu dan selera masih tersisa.

Bahan dan bumbu


Bahan makanan sejak zaman kuno

 Palawija, sayuran, kacang-kacangan (kedelai), soba, buah-buahan, dan umbi.


 Tanaman liar, jamur, rumput laut
 Telur ayam, makanan laut

Bumbu sejak zaman kuno

 Garam
 Cuka
 Miso
 Shōyu
 Wasabi
 Jahe
 Andaliman (sanshō)
 Daun bawang (jenis daun bawang dengan lebih banyak bagian batang berwarna hijau
(aonegi) digunakan di daerah Kansai, sementara daun bawang dengan lebih banyak
bagian batang berwarna putih (nebukanegi) disenangi di daerah Kanto)
 Daun shiso sebagai penyedap
 Cabai merah dalam jumlah sangat sedikit, terutama untuk campuran bubuk shichimi
 Dashi

Bahan makanan sejak zaman Meiji

 Daging hewan ternak


 Sawi
 Bawang bombay

Bumbu dan rempah-rempah dari luar negeri

 Merica (dari Cina)


 Saus uster
 Mayones
 Bubuk kari
Masakan tradisional
 Honzenryōri (本膳料理?)
Masakan yang mulai dikenal pada zaman Edo, dan mendapat pengaruh dari masakan
kalangan samurai tapi akhirnya menghilang pada zaman Meiji.
 Shōjinryōri (精進料理?)
Masakan tanpa daging di kuil agama Buddha.
 Kaisekiryōri (懐石料理?, masakan Kaiseki)
Masakan yang dihidangkan dalam tahap-tahap penyajian dalam porsi kecil.
 Kaisekiryōri (会席料理?, masakan jamuan makan)
Makanan jamuan pesta di rumah makan tradisional Jepang (ryōtei) yang dinikmati sambil
minum sake. Penyajian dilakukan secara bertahap seperti masakan kaiseki.
1. Akashiyaki
Akashiyaki adalah nama penganan
asal kota Akashi di Prefektur Hyogo, Jepang
dari adonan telur, tepung terigu,
dashi dan berisi potongan gurita yang dicelup
ke dalam kuah dashi sebelum
dimakan dan konon merupakan cikal bakal
takoyaki.Akashiyaki dianggap sebagai
penganan unik khas kota Akashi. Makan
akashiyaki (yang dijual dengan nama
tamagoyaki) merupakan salah satu tujuan
utama wisatawan yang datang berkunjung
ke kota Akashi.

2. Anpan
Anpan (Anpan) adalah roti manis dengan isi
selai kacang merah. Roti bukanlah
makanan yang biasa dimakan oleh orang Jepang
sebelumnya, namun kini banyak jenis
roti yangmerupakan makanan khas Jepang, seperti:
meron-pan, kurimu-pan, jamu-pan, koshian-pan,
ogura an-pan, sakura an-pan, korone, dan lain-lain.
Hal ini bisa jadi karena orang Jepang pandai dalam
memperkenalkan tradisi makanan dari negara-negara lain dan mengadaptasinya agar
sesuai dengan selera orang Jepang.
An-pan tercipta pada tahun 1874, oleh pemilik roti kimuraya di distrik Ginza
Tokyo. awalnya Kimura Yasube'e, nama pemilik toko tersebut mencoba untuk membuat
roti yang sesuai dengan selera orang Jepang. Kemudian dengan mengambil ide dari
manju kukus yangmerupakan makanan khas Jepang, didapatlah roti yang lembut, manis,
mudah dimakan dan cocok pula dengan selera orang Jepang.

3. Arare
Arare (Arare) atau arare mochi adalah
makanan ringan asal Jepang yang dibuat dari
beras ketan. Bentuknya kecil-kecil (panjang
sekitar 2 hingga 3 cm, tebal sekitar 3 mm), dan dimatangkan dengan cara dipanggang
atau digoreng.
Bahan baku dan ukurannya yang kecil-kecil membedakan arare dan okaki dengan
senbei yang berukuran besar dandibuat dari beras.Makanan ringan ini diberi nama "arare"
karena terlihat seperti butir-butir hujan es
batu.
4. Bentō
Bentō (弁当 atau べんとう ?) atau o-
bentō adalah istilah bahasa Jepang untuk
makanan bekal berupa nasi berikut lauk-pauk
dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-
bawa dan dimakan di tempat lain. Seperti
halnya nasi bungkus, bentō bisa dimakan sebagai makan siang, makan malam, atau
bekalpiknik.
Bentō biasanya dikemas untuk porsi satu orang, walaupun dalam arti luas bisa
berarti makanan bekal untuk kelompok atau keluarga. Bento dibeli atau disiapkan sendiri
di rumah. Ketika dibeli, bentō sudah dilengkapi dengan sumpit sekali pakai, berikut
penyedap rasa yang disesuaikan dengan lauk, seperti kecap asin atau saus uster dalam
kemasan mini.
Ciri khas bentō adalah pengaturan jenis lauk dan warna agar sedap dipandang
serta mengundang selera. Bento dapat pula dihias dan disusun rapi dalam gaya yang
disebut kyaraben. Kemasan bento selalu memiliki tutup, dan wadah bentō bisa berupa
kotak atau nampan segi empat dari plastik,kotak roti, atau kotak kayu kerajinan tangan
yang dipernis. Ibu rumah tangga di Jepang dianggap perlu terampil menyiapkan bentō,
walaupun bentō bisa dibeli di mana-mana. Di Indonesia, hidangan ala bento mulai
dipopulerkan jaringan restoran siap saji Hoka Hoka Bento sejak tahun 1985.
Apa sih Bento itu?
Bento adalah istilah yang digunakan orang Jepang untuk menyebut kotak bekal
makan siang.Biasanya orang Jepang menata dan menghias makanan di dalamnya dengan
cantik dan indah.
Apa yang dimaksud dengan bento tools? Dan Apa sajakah bento tools itu?
Bento tools adalah peralatan yang digunakan untuk mempermudah membuat
bento. Di Forbento, kami membagi bento tools ke dalam beberapa kategori, seperti rice
mould, egg mould, bento cutter, dsb. Kategori ini dibuat oleh Forbento, hanya untuk
mempermudah pencarian barang. Berikut ini akan dijabarkan sedikit mengenai bento
tools.
Bento cutter :
Digunakan untuk memotong sayuran, ham, atau cheese. Umumnya bento cutter
terbuat dari stainless steel (seperti cookie cutter) atau plastik. 
Egg mold / egg shaper :
Digunakan untuk mencetak dan membentuk telur rebus / telur goreng sesuai dengan
bentuk cetakan.

Rice mold :
Cetakan nasi. Alat ini memadatkan nasi menjadi sesuai bentuk cetakan.
Sandwich mold / sandwich cutter :
Pemotong roti menjadi bentuk tertentu.
Divider cup :
Pemisah lauk atau makanan, agar tidak bersentuhan satu sama lain. Divider cup ini
berbentuk cup, makanan dapat diletakkan di dalamnya.
Food divider :
Pemisah lauk atau makanan, agar tidak bersentuhan, dan juga berfungsi sebagai
pemanis karena bentuknya yg menarik. Food divider berupa lembaran plastik, yang
diletakkan berdiri di samping makanan.
Lunch Pick :
adalah tusukan makanan yg digunakan untuk memperindah bento. Lunch pick
berukuran mini / kecil, bukan sebagai garpu.
Sauce cup :
Tempat wadah saus atau kecap atau mayonaise, dengan bentuk yang menarik dan
lucu.
Mini Fry Pan :
Penggorengan atau wajan yang digunakan untuk membuat telur atau pancake dengan
bentuk tertentu.
Nori Dried Laver :
Bahan makanan yg sering digunakan dlm membuat bento,terbuat dari rumput laut
kering. Rasanya seperti makanan laut / ikan.
Nori Puncher :
Alat yang digunakan untuk melubangi nori menjadi bentuk tertentu. Alat ini
berbentuk seperti alat plong kertas, dengan ukuran kecil, dan bentuk bervariasi.
Oil Absorbing Paper :
Kertas minyak, berguna untuk mengurangi kadar minyak pada makanan yang
digoreng.
Cutlery :
Peralatan makan, sumpit, sendok, garpu.
Sushi mat :
Alat penggulung sushi, terbuat dari bambu ataupun plastik.
Bento book :
Buku tips atau tutorial atau resep membuat bento atau kyaraben
Jelly Mould :
Cetakan jelly berbentuk lucu
Bahan dasar apa lagi yang digunakan untuk membuat bento?
Untuk sayuran, biasanya menggunakan ketimun, wortel, yg dapat dibentuk
menjadi bentuk yg lucu seperti bunga, bintang, dsb. Kemudian ham, cheese, sosis juga
bisa dihias menjadi berbagai bentuk menarik. Tomat cherry, jagung manis rebus, bisa
ditambahkan untuk menambah warna bento menjadi cerah. Banyak sekali bahan yang
bisa dipakai untuk menghias bento Anda.

Jenis-Jenis
 Shōkadō bentō (松花堂弁当?)
Bentō yang dihidangkan di dalam kotak kayu dengan tutup yang bisa menutup
dengan rapat, dan di dalamnya terdapat pembatas untuk membagi wadah menjadi 4
bagian.
 Chūka bentō (中華弁当?, bentō masakan Cina)
Kemasan bentō berisi makanan Cina
 Kamameshi bentō (釜飯弁当?, bentō nasi periuk)
Bentō yang menggunakan periuk tanah liat sebagai kemasan.
 Makunouchi bentō (幕の内弁当?)
Bentō tradisional berisi nasi dan lauk.
 Noriben (海苔弁?)
Bentō berisi nasi ditutupi nori yang sudah dicelupkan ke dalam kecap asin.
 Hinomaru bentō (日の丸弁当?)
Bentō yang hanya terdiri dari nasi putih dan sebuah umeboshi yang diletakkan di
tengah-tengah seperti bendera Jepang.

5. Castella ( Kue Bolu )


Castella atau Kasutera
(Kasutera) adalah kue bolu dari
Jepang, berbentuk persegi
panjang yangdibuat dari gula, telur,
tepung terigu, dan mizuame (gula cair
dari pati). Castella terkenal sebagai
kue khas Nagasaki, walaupun
kemungkinan besar berasal dari Spanyol, dan dibawa ke Jepang oleh misionaris Portugis
pada abad ke-16.
Nama "Castella" berasal dari bahasa Portugis pão de Castella (roti dari daerah
Castilla). Castella umumnya dijual dalam kemasan kotak berbentuk persegi
panjang,dan disebut castella batangan (sao castella). Selain itu, baby castella (castella
berukuran mini dengan bentuk berbagai karakter anime yang populer) banyak
dijual dikaki lima sewaktu ada matsuri ( festival tradisional dijepang ).

6. Champon
Champon atau Nagasaki.
Champon adalah mi rebus khas kota Nagasaki.
Champon merupakan perkembangan dari mi
rebus ala Tionghoa. Bahan berupa daging
babi : hammer:, makanan laut yang sedang
musim, kamaboko, dan sayur-sayuran (kubis,
tauge) ditumis dengan lemak babi. Air kaldu
dari campuran tulang babi atau tulang ayam
ditambahkan untuk merebus mi hingga empuk. Di Korea masakan
serupa champon disebut Jjamppong ( 짬 뽕 ),dan dimasak dengan tambahan
cabai. DiOkinawa, champon berarti sepiring nasi dengan lauk-paukdi atasnya.

7. Chawanmushi
Chawanmushi (kukus mangkuk)
adalah makanan Jepang yang dibuat dari
campuran telur ayam dan dashi yang
dikukus di dalam mangkuk. Makanan ini
dihidangkan bersama mangkuknya dan
dimakan sebagai makanan pembuka.
Di dasar mangkuk diletakkan
penyedap rasa seperti daun mitsuba,
jamur shiitake, biji ginkgo
biloba yang sudah dikupas, kamaboko, udang, atau daging ayam. Campuran
telur dan dashi dituangkan secara perlahan-lahan ke dalam mangkuk agar tidak terbentuk
buih atau busa.
Chawanmushi sudah dikenal di Jepang sejak zaman kuno. Makanan ini
merupakan hidangan segala musim, disajikan dingin di musim panas atau sewaktu masih
hangat dimusim dingin. Tesktur Chawanmushi yang lembut seperti puding custard
disenangi anak-anak dan orang tua.
Chawanmushi yang di dalamnya dicampur udon disebut Odamaki mushi
(Odamaki udon).
8. Curry Rice
Kari gaya Jepang beras Jepang
adaptasi gaya Barat kari, yang menarik
pengaruhnya dari rebusan dicampur
dengan bubuk kari. 

9. Dango
Dango adalah kue Jepang berbentuk
bulat seperti bola kecil, dan dimatangkan
dengan cara dikukus atau direbus di dalam
air. Adonan dango dibuat dari tepung beras
yang diulen dengan air atau air panas.
Kushidango adalah sebutan untuk sejumlah
3, 4, atau 5 butir dango yang ditusuk
menjadi satu dengan tusukan (kushi) dari bambu. Jumlah butiran dango dalam satu tusuk
bergantung pada daerahnya di Jepang.
Dango yang rasanya manis dibuat dengan menambahkan gula ke dalam adonan,
sedangkan dango yang tidak manis dicelupkan ke dalam saus. Dango juga bisa dimakan
dengan taburan bubuk kacang kedelai (kinako), dimasukkan ke dalam mitsumame (agar-
agar yang dimakan bersama aneka buah kaleng) atau selai kacang merah yang diencerkan
dengan air. Selain dari tepung beras, dango juga bisa dibuat dari tepung terigu atau
tepung millet.

10. Dashi
Dashi (出汁?) adalah kaldu dasar untuk semua masakan Jepang. Dashi dibuat dari
sari kombu dan katsuobushi yang dimasukkan ke dalam air mendidih dan disaring
sesudah katsuobushi tenggelam di dalam air. Selain katsuobushi, dashi juga sering dibuat
dari sari bahan pembuat dashi yang lain
seperti sababushi, niboshi dan jamur shiitake yang dikeringkan.
Dashi instan produksi pabrik yang berbentuk bubuk sering digunakan sebagai
pengganti dashi. Bergantung pada jenis masakannya, dashi bisa
ditambah shōyu, mirin, cuka dan miso.
Dashi bisa dibuat dari merendam kombu, shiitake dan niboshi di dalam air biasa
selama beberapa jam dan direbus hingga hampir mendidih. Dashi kombu adalah sebutan
untuk dashi yang dibuat dari merendam kombu di dalam air dan direbus hingga hampir
mendidih. Shiitake dashi dibuat hanya dengan merendam jamur shiitake kering di dalam
air biasa. Niboshi dashi dibuat hanya dengan merendam niboshi di dalam air setelah ikan
dibuang kepala agar tidak pahit.
Ichiban dashi adalah sebutan untuk dashi yang dibuat dari hasil saringan pertama
sari kombu dan katsuobushi. Niban dashi adalah sebutan dari dashi yang dibuat dari
kombu dan katsuobushi yang sudah diambil sarinya sewaktu membuat ichiban dashi.

11. Donburi
Donburi ( donburi, don) adalah makanan
Jepang berupa nasi putih dengan berbagai
macam laukdi atasnya seperti ikan,
daging dan sayur-sayuran
berkuah yang dihidangkan di dalam mangkuk
besar yang juga disebut donburi. Kuah
untuk donburi bergantung pada jenis makanan, tapi pada umumnya berupa dashi
dicampur kecap asin dan mirin.

12. Domburimono
Hidangan ini terdiri dari sebuah
mangkuk (domburi) beras ditutup dengan
berbagai lauk seperti daging sapi rebus
(Gyudon), ayam dan telur (oyakodon), udang
goreng (tendon) atau daging babi goreng dan
telur ( katsudon) dengan sup tahu dan acar.
Mereka sering makan ini karena harganya
lebih terjangkau.
13. Dorayaki
Dorayaki (Dorayaki) adalah
kue yang berasal dari Jepang. Dorayaki
termasuk ke dalam golongan kue tradisional
Jepang (wagashi) yang bentuknya bundar
sedikit tembam, terdiri dari dua lembar kue yang direkatkan dengan selai kacang merah.
Dorayaki memiliki tekstur yang lembut dan mirip dengan kue Jepang yang disebut
Kastela karena adonan yang mengandung madu.
Di Indonesia, makanan penganan ini mulai diperkenalkan di Indonesia bersamaan
dengan anime Doraemon. Tokoh robot Doraemon mempunyai kegemaran makan kue
dorayaki. Dorayaki yang dijual di toko kue di Indonesia rasanya sudah disesuaikan
dengan selera lokal seperti dorayaki berisi campuran coklat dan keju. Dorayaki juga
dikenal di Indonesia dengan sebutan Obanyaki.
Di Jepang, Obanyaki lebih dikenal dengan nama Imagawayaki. Walaupun
Obanyaki mempunyai bentukyang hampir sama dengan Dorayaki, kue Obanyaki lebih
tebal dibandingkan dengan Dorayaki. Obanyaki juga biasanya dipanggang di depan
pembeli sedangkan Dorayaki sudah dipanggang
sebelumnya dan dijual dalam kemasan.

14. Furikake
Furikake adalah bumbu makanan asal Jepang yang
berbentuk butiran, tepung, atau berserat seperti
abon. Bumbu ini ditaburkan di atas
nasi dan dimakan sebagai lauk. Furikake tidak
dibuat sewaktu ingin dimakan, melainkan dibuat
sekaligus dalam jumlah besar dandimakan sedikit-sedikit di kemudian hari. Produsen
makanan sekarang ini membuat furikake dalam berbagai macam rasa dan kemasan
menarik.
Sejenis furikake yang disebut bumbu ochazuke (ochazuke no moto)
ditaburkan di atas nasi dandisiram dengan air panas atau teh hijau panas untuk membuat
ochazuke. Sewaktu membuat onigiri, nasi yang sudah ditaburifurikake diaduk-aduk lebih
dulu sebelum dibentuk sebesar kepalan.
Semua bahan yang ingin dibuat furikake dihancurkan hingga agak
halus dan diberi bumbu. Setelah dikeringkan, isi lain (seperti nori, biji wijen, atau
sayur yangdikeringkan) ditambahkan ke dalam furikake sebagai
penyedap. Furikake segar (nama furikake) adalah variasi dari furikakeyang tidak
dikeringkan. Semua bahan-bahan hanya dicampur dan diaduk menjadi satu. Bahan-bahan
untuk furikake segar adalah ikan teri, serutan katsuobushi, potongan kecil rumput laut,
kombu, abon ikan atau makanan laut lain.
15. Gyūdon 「牛丼」
Gyūdon biasanya diterjemahkan sebagai mangkuk daging sapi. Gyu berarti "sapi"
atau "daging sapi", dan tak adalah singkatan donburi, yang berarti "mangkuk". Ini adalah
hidangan Jepang terdiri dari semangkuk nasi atasnya dengan daging sapi dan bawang
direbus dalam saus agak manis dibumbui dengan dashi, kecap dan mirin.

16. Hiyayakko
(dingin 冷 奴 tahu?). Adalah
hidangan Jepang yang populer dibuat
dengan tahu dingin dan topping. Hal
ini biasanya disajikan pada musim
panas. Ada dua jenis tahu yang
digunakan dalam hiyayakko:
kinugoshi (sutera), yang lebih sering digunakan, dan momen yang kurang umum
(kapas).

17. Kakigōri
Kakigōri ( か き 氷 ?) Adalah
makanan pencuci mulut Jepang yang
terbuat dari rasa es serut dengan
sirup stroberi, ceri, lemon, teh hijau,
anggur, melon, “biru-Hawaii” plum
manis, dan berwarna sirup.
Beberapa toko menyediakan varietas
yang berwarna-warni dengan
menggunakan dua atau lebih sirup yang berbeda . Untuk mempermanis Kakigōri, susu
kental sering dituangkan di atasnya.
18. Kushikatsu 「串カツ」

Sebuah potongan daging goreng


daging atau sayuran skewered pada
tusuk sate bambu dan dimakan dengan
saus tonkatsu pencelupan. Aku punya
beberapa kushikatsu baik di toko
disebut Daruma terletak di dasar
Tsūtenkaku di Osaka.

19. Manju
Manju Adalah makanan tradisional
Jepang yang populer. Ada banyak jenis Manju,
tetapi kebanyakan bagian luarnya dibuat dari
tepung terigu, tepung beras dan gandum dan isi
(pasta kacang merah), terbuat dari kacang
Azuki rebus dan gula. Mereka direbus bersama-sama lagi dan diremas. Ada beberapa
jenis pasta kacang yang digunakan termasuk koshian, tsubuan, dan tsubushian.

20. Melonpan
Melonpan ( メ ロ ン パ ン
meronpan), Juga dikenal sebagai
panci Melon, Melon roti atau roti, roti
manis produk dari Jepang, tetapi juga
populer di Taiwan dan Cina. Mereka
dibuat dari adonan yang kaya
tercakup dalam lapisan tipis adonan
kue renyah. Penampilan mereka
menyerupai melon, atau (semangka). Mereka tidak sepenuhnya rasa melon. Tetapi di
masa sekarang ini telah menjadi populer bagi produsen untuk menambah melon ke roti.
Variasinya termasuk dengan tambahan chocolate chips antara lapisan kue dan diperkaya
dengan rasa karamel, maple sirup, cokelat, atau rasa lain, kadang-kadang dengan sirup,
kocok atau krim rasa, atau puding sebagai pompa.
21. Mie ramen

Mie ramen adalah masakan mi


kuah Jepang yang berasal dari Cina.
Orang Jepang juga menyebut ramen
sebagai chuka soba (soba dari Cina?)
atau shina soba karena soba atau o-soba
dalam bahasa Jepang sering juga berarti
mi.

Ramen adalah makanan banyak rakyat di Jepang. Kuah ramen mempunyai banyak
sekali variasi rasa yang ditentukan oleh jenis kaldu yang digunakan, bumbu dan lauk
yang ditambahkan di atas mi. Bahan-bahan produksi lokal dari berbagai daerah sering
digunakan untuk menghasilkan rasa lokal yang khas dan disukai penduduk setempat.
Kaldu untuk kuah bisa diambil dari campuran berbagai bahan seperti tulang babi,
tulang sapi, tulang ayam, katsuobushi, sababushi, niboshi, konbu, kacang kedelai
gongseng, shiitake, bawang bombay atau daun bawang. Ramen bisa digolongkan
berdasarkan jenis-jenis kuah misalnya kuah rasa kecap asin, kuah rasa tonkotsu (tulang
babi), rasa shio (garam), dan rasa miso.
22. Mochi

Mochi (Jepang: 饼 ) adalah kue beras Jepang yang terbuat dari beras ketan
ditumbuk menjadi pasta dan dibentuk menjadi bulat. Di Jepang itu secara tradisional
dibuat dalam suatu upacara yang disebut mochitsuki. Sementara juga dimakan sepanjang
tahun, Mochi adalah makanan tradisional untuk Jepang Tahun Baru dan biasanya dijual
dan dimakan selama waktu itu. Mochi juga merupakan camilan terkemuka di Hawaii dan
Taiwan.
23. Nabe
Nabe adalah jenis masakan
Jepang yang dimasak dan
dihidangkan di dalam panci besar.
Dalam bahasa Jepang, nabe berarti
panci. Panci diletakkan di atas kompor kecil atau plat pemanas yang ada di atas meja.
Sambil dimasak menggunakan panci atau wadah dari keramik bernama donabe, dan
makanan dihidangkan di atas meja makan langsung bersama pancinya.

Masakan nabe termasuk jenis masakan steamboat yang dihidangkan untuk


beberapa orang sekaligus yang duduk mengelilingi panci berisi hidangan utama.
Makanan diambil sendiri dari panci oleh orang yang ingin memakannya, dan dipindahkan
ke mangkuk milik sendiri sebelum dimakan. Selain disebut Naberyōri, makanan jenis ini
juga disebut Nabemono. Makanan ini populer sebagai makanan musim dingin di Jepang.

Sebelum zaman Edo, orang Jepang memiliki budaya makan “satu orang satu
nampan”. Pada waktu itu, masakan nabe dihidangkan untuk satu atau dua orang. Pada
zaman Meiji, masakan nabe menjadi begitu populer, terutama masakan nabe daging sapi
yang disebut gyūnabe.

24. Onigiri
Onigiri adalah nama Jepang untuk makanan berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih
hangat sehingga berbentuk segi tiga, bulat, atau seperti karung beras. Dikenal juga dengan nama
lain Omusubi, istilah yang kabarnya dulu digunakan kalangan wanita di istana kaisar untuk
menyebut Onigiri. Onigiri dimakan dengan tangan, tidak memakai sumpit.
Di Indonesia, Onigiri bisa dijumpai di bagian makanan Jepang toko swalayan terkemuka
dan di restoran yang menyediakan makanan Jepang. Di negeri Tiongkok, Onigiri dikenal dengan
nama fàntuán.
25. Sushi
Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta)
berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa
masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji
sushi ( 酸し ). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk
salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō ( 魚 醤 ) yang membaluri ikan dengan garam
dapur, bubuk ragi atau ampas sake. Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai
pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji
lain yang berbunyi yang sama).
Sushi makanan/jajanan yang berasal dari jepang, makanan ini mengandung banyak sekali
protein yang sangat di perluka bagi tubuh dan kesehatan. Dengan memodifikasi (sesuai selera
andaa) sedikit cara akan terasa beda dengan Sushi yang diperjual belikan. Resep cara membuat
Sushi ini tidak terlalu sulit yang pasti anda akan mengeluarkan biaya mahal dalam pembuatannya.
Bahan Sushi

 Nasi secukupnya
 1 lembar nori atau rumput laut kering yang berbentuk lembaran besar
 ¼ bagian ketimun yang dipotong memanjang
 1 buah sosis rasa ayam atau daging sapi
 1butir telur, kocok lepas dan buat dadar bulat lebar yang tidak terlalu tebal

Cara membuat Sushi

1. Ambil dan siapkan penggulung sushi yang bersih, lalu ratakan nasi menggunakan
gulungan sushi hingga nasi padat betul.
2. Jika suda rata, berikan nori di atas nasi, sisihkan.
3. Siapkan telur dadar yang sudah dilebarkan, lalu susun sosis dan timun di atas telur dadar.
4. Gulung isi yang berupa telur dadar dan sosis tadi dengan nasi menggunakan penggulung
sushi hingga nasi menjadi padat
5. Iris sushi dengan ketebalan yang anda inginkan.
6. Agar lebih mudah, Anda bisa juga menyusun nori terlebih dahulu, baru beri nasi dan isian
lain di atasnya.
7. Agar semakin lezat, nikmati Sushi Sederhana dengan wasabi atau mayonaise.
8. Sushi sedarhana buatan anda sudah siap dihidangkan.

Sushi terenak didunia dapat ditemukan di Tokyo, Jepang tepatnya di warung “die die must try”.
26. Tempura
Tempura (天ぷら tenpura?) adalah makanan Jepang berupa makanan laut, sayur-
sayuran, atau tanaman liar yang dicelup ke dalam adonan berupa tepung terigu dan
kuning telur yang diencerkan dengan air bersuhu dingin lalu digoreng dengan minyak
goreng yang banyak hingga berwarna kuning muda.
Tempura juga berarti cara menggoreng yang berbeda dengan furai (istilah bahasa
Jepang untuk deep fry). Bahan makanan yang digoreng secara tempura dicelup ke dalam
adonan tempura, sedangkan bahan makanan yang digoreng secara deep fry dibungkus
secara berurutan dengan tepung terigu, kocokan telur, dan tepung panir.
Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tempura sebaiknya minyak
goreng yang bersih dan belum digunakan untuk menggoreng bahan makanan lain. Di
restoran kelas atas yang menyediakan menu tempura, campuran minyak wijen yang
harganya mahal dan minyak biji kapas sering dipakai untuk menggoreng tempura.
Minyak bunga Camellia yang digunakan pegulat Sumo sebagai minyak rambut juga
digunakan di beberapa restoran mahal untuk menggoreng tempura.
Minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng tempura sering disebut minyak
tempura ( 天 ぷ ら 油 tempura abura?) yang merupakan sebutan untuk berbagai jenis
minyak goreng seperti minyak canola, minyak selada, dan minyak bunga matahari.
Tempura biasanya dinikmati dengan saus yang disebut Tentsuyu yang ditambah
parutan lobak atau parutan jahe sebagai penyedap. Tentsuyu dibuat dari campuran
katsuobushi, air, mirin dan kecap asin yang dimasak sampai mendidih untuk menguapkan
alkohol lalu disaring.
Sumber Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Bento

http://bilbulsama.blogspot.com/2011/02/berikut-macam-macam-makanan-jepang.html

http://www.yukmakan.com/article/1039831/yuk-lebih-tau/9-senjata-rahasia-makanan-jepang

http://id.wikipedia.org/wiki/Donburi

http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Jepang

http://zonaingintahu.blogspot.com/2011/05/makanan-khas-jepang-yang-buat-ngiler.html

http://nhasanahdotcom.wordpress.com/category/makanan-khas-jepang/

Anda mungkin juga menyukai