ABSTRAKSI
Berbincang mengenai Etika – sebuah kata dan pengertian yang universal – tentu menyangkut
pula pada keberadaan setiap diri dan setiap etnik. Lalu Etika Sunda bagaimana
juntrungannya, baik yang bersifat Moral sebagai acuan dan anutan hidup masyarakat ataupun
yang bersifat aktual realistik dalam kehidupan berperilaku keseharian Ki Sunda. Tulisan ini
mencoba mengayunkan langkah awal ke arah itu.
Tulisan ini hanyalah langkah awal, suatu kerangka bangunan imajiner yang sangat
memerlukan bantuan serta dorongan dan urun rembug dari setiap disiplin ilmu dan sudut
pandang pemikiran para awak-awak Ki Sunda dalam menata Punden Etika Ki Sunda”
(Punden = bangunan/tempat atau sesuatu yang disakralkan). Sesuatu yang disakralkan tentu
harus berlandaskan yang religius, yang Ilahiah.
Bila SUNDA merupakan kata benda, maka kata kerja/perilakunya disebut NYUNDA ;
kata sifat- nya adalah KASUNDAAN dan waktu & ruang gerak keberadaannya disebut
PA - SUNDA –AN -> PASUNDAN.
SAINI KM sorang budayawan. menyebutkan bahwa yang disebut Orang Sunda (Ki
Sunda),: .... harus lebih dari hubungan intelektual, melainkan juga emosional dan bahkan
intuituf yang sudah menjadi bagian kepribadiannya dan dengan demikian menentukan
caranya berpikir dan bertindak. Tidak hanya memahami dan memiliki pengetahuan
tentang kasundaan, tetapi menghayatinya dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-
hari secara tidak sadar. (dalam : Dangiang edisi I/1999)
SIAPA URANG SUNDA ?
Setelah menyimak beragam definisi tentang siapakah Urang Sunda? Saya menyimpulkan
ada 4 penanda seseoranag disebut URANG SUNDA, yaitu:
2. SUNDA OBYEKTIF. Bila seseorang dianggap oleh orang lain sebagai Urang Sunda,
maka orang tersebut sepantasnya mampu mengaktulisasikan anggapan orang lain tsb.
bahwa dirinya benar-benar Urang Sunda. Orang tersebut berkewajiban menunjukan
Kasundaannya, yaitu berperilaku yang NYUNDA.
3. SUNDA GENETIK. Yaitu seseorang yang secara keturunan dari orang tuanya
mempunyai silsilah Urang Sunda pituin (Orang Sunda asli). Malah dalam kebudayaan
Sunda sering dirunut sampai pada generasi ketujuh di atas ego ( Tujuh turunan, yaitu
indung/bapa – nini/aki, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, kait/gantung siwur dan
selanjutnya sebagai karuhun ). Pada masa sekarang dengan terjadinya pernikahan antar
etnis, mungkin cukup ditandai dengan ibu dan bapaknya saja yang beretnis Sunda.
Keberadaan Sunda Genetik ini adalah Sunatulloh. Simak intisari maknawi Al-Qur’an
Surat 49 ayat 13. Oleh karena itu seseorang yang secara genetik adalah Urang Sunda,
maka berkewajiban untuk hidup dan berperilaku yang NYUNDA sebagai penanda jati
dirinya. Tidaklah pantas seseorang berujar “Kabeneran baé jadi Urang Sunda”.
Subhanalloh, Alloh yang maha-mempunyai rencana, tidak ada sesuatupun yang
“kebetulan” bagi-Nya. Maka orang yang terlahir sebagai Urang Sunda pun bukan sesuatu
yang kebetulan. Itu adalah kehendak Allah Swt. Maha-sempurna Allah Swt. Dengan
segala ciptaan dana kehendak-Nya.
Dengan menyimak penjabaran seperti di atas, maka pangertian tentang Urang Sunda tidak
perlu berkonotasi rasis. Adapun yang terpenting dari setiap orang yang mengaku sebagai
Urang Sunda adalah mempunyai komitmen teguh dalam mewujudkan kehidupan
masyarakat Urang Sunda yang sejahtera lahir batin. Selamat dunia – akhirat.
APA ETIKA
Secara lengkap saya nukil dari tulisan Franz Magnis Suseno, bahwa: Kata “etika” dalam
arti sebenarnya mengenai bidang moral” jadi etika merupakan bidang atau refleksi
sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma-norma dan istilah-istilah moral. Lebih
luas lagi “Keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan dalam masyarakat yang
bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan/i
kehidupannya; jadi di mana mereka menemukan jawaban atas pertanyaan: bagaimana
saya harus membawa diri, bersikap, bertindak agar hidup saya “berhasil”
Jadi pada hakekatnya ETIKA adalah seni hidup manusia dalam menapaki kehidupannya
untuk mencapai eudaemonia (kebahagiaan), bagi KITA tentu yang harus “berhasil”
adalah kebahagian dunia wal akhirah.
Pada kesempatan pertemuan kali itu pun saya coba ulangi menyampaikan isian kuesioner
pada yang hadir. Dua nomor kuesioner yang saya sampaikan sebagai berikut:
CATATAN,
Ketika pertemuan dimulai, saya bagikan lembaran kertas dengan pertanyaan seperti di
atas. Yang ikut mengisi adalah yang hadir pada dialog terbatas tsb, sebanyak 9 orang,
terdiri dari 1 dosen senior/doktor pria, 2 orang dosen senior pria, 2 orang dosen senior
wanita dan 4 mahasiswa/pria tingkat ahir dari beberapa fakultas yang ada di Unpas,
ditambah selembar jawaban angket dari mahasiswa Fakultas Adab IAIN.
Di hadapan yang hadir, saya bacakan satu-persatu jawaban kuesioner sederhana tsb.
beserta alasannya, tercatat seperti berikut:
Penjawab I:
1. OTO ISKANDARDINATA
2. K.H.HASAN MUSTAPA
3. KIAN SANTANG
Alasannya: - Memberi citra dan jatidiri Ki Sunda.
- Membawa nilai-nilai manusia yang universal.
Penjawab II:
1. RD.DEWI SARTIKA
Alasannya: - Karena beliau sebagai pelopor pendidikan di Tatar Sunda.
Penjawab III:
1. OTO ISKANDARDINATA
Alasannya : Peran sosial politik dalam konteks Nasional, ketika menjadi Ketua
Umum Paguyuban Pasundan cukup bermakna. Hal tersebut
merupakan kontribusi Ki Sunda untuk Negara tercinta Indonesia
termasuk Tatar Sunda.
Penjawab IV.
1. DAENG SUTIGNA
Alasannya : Karena dengan jasa beliau khususnya di budaya Sunda; sampai
sekarang musik digunakan dan dikenang oleh masyarakat Sunda.
Penjawab V.
1. PRABU SILIWANGI
2. MARHAEN (TOKOH FIKTIF)
Alasannya : Untuk no 1 : Kepemimpinan Egaliter
Untuk no 2 : Kesederhanaannya.
Penjawab VI:
1. PRABU SILIWANGI
2. DEWI SARTIKA
3. ALI SADIKIN
4. HR.DHARSONO
Alasannya : Untuk no 1: Prabu Siliwangi karena kepemimpinannya yang adil dan
rakyatnya (pada jamannya) dikenal sebagai rakyat yang makmur.
Untuk no 2 : Dewi Sartika, karena perhatiannya pada rakyat kecil. dia
berikan sesuatu yang berharga bagi seorang anak; pendidikan.
Untuk no 3 : Bang Ali dikenal sebagai pemimpin yang konsisten,
teguh dalam pendirian dan memperhatikan segala aspek kehidupan
masyarakat tidak hanya politik, ekonomi.
Untuk no 4 : H.R.Dharsono dijadikan idola karena kedekatannya
kepada rakyat. Bahkan dia menyamar untuk bisa menyampaikan kebenaran
Penjawab VII :
1. TIDAK ADA
Alasannya : -
Penjawab VIII :
1. UU RUKMANA:
Alasannya : (Hanya ada catatan: Krisis kepemimpinan secara Nasional, termasuk
di dalamnya orang Sunda yang boleh dikatakan belum ada atau tidak
ada sama sekali mempunyai figur yang bisa dielukan oleh orang
Sunda itu sendiri.
Penjawab IX:
1. R.OTO ISKANDARDINATA
2. R. DEWI SARTIKA
3. ALI SADIKIN
4. TETEN MASDUKI
5. R. HIDAYAT SURYALAGA
Alasannya : - Pengabdian dan keberanian menegakkan kebenaran dan nilai-nilai
luhur sebagai implementasi budaya Sunda yang luhur.
Penjawab X
1. R.OTO ISKANDARDINATA
2. PANGERAN KORNEL (PANGERAN KUSUMAHDINATA)
Alasannya : - Heroik
Setelah kita renungi penanda karakter yang diidolakan oleh para apengisu kuesioner,
untuk sementara saya berpendpat ETIKA SUNDA mempunyai penanda khusus yaitu
ETIKA KEADILAN dan PENGABDIAN.
Tentu saja, karena etika bukan sesuatu yang matematis, maka akan selalu berkelindan erat
antara prinsip etika kewajiban, kebijaksanaan maupun keadilan dan pengabdian atau yang
lainnya lagi; hanya saja akan ada salah-satu segmen dari ketiganya yang lebih signifikan
yang menandai anutan etika suatu etnik, misalnya bagi Ki Sunda adalah Etika Keadilan
dan Pengabdian.
Rasa Keadilan salah-satunya akan terekpresikan dalan perilaku yang Heroik. Bila
demikian ada benarnya apa yang pernah dikatakan Tjetje Hidajat Padmadinata yang lama
berkecimpung dalam dunia “Kasundaan”, bahwa orang Sunda lebih menghargai
kepahalawanan daripada kekuasaan.
Bila ini benar menjadi penanda Etika Sunda yang signifikan, kini yang perlu difikirkan
adalah aplikasi/aktualisasi arti dan makna Keadilan dan Pengabdian dalam tataran
praksisnya. Semakin terasa relevansinya pada saat ini ketika keadaan masyarakat
sekarang yang sangat memerlukan tegaknya keadilan. Perlu sekali “tandangnya
pahlawan-pahlawan Urang Sunda yang berkarakter adil, penuh pengabdian dan berjiwa
heroik dengan cara yang baik dan benar (herang caina beunang laukna) sebab kalau tidak
dilandasi dengan falsafah “bil hikmah” maka berkemungkinan besar semangat heroik
akan kebablasan (kalalanjoan) menjadi anarki (tunggul dirarud catang dirumpak ).
SIMPULAN SEMENTARA
Saya berharap pertemuan ini adalah semacam re-introspeksi sejauh mana kesadaran batin
kita (centris primus) dan komitmen kita terhadap tugas pribadi kita sebagai insan yang
ditugasi oleh Allah SWT untuk Ngertakeun Bumi Lamba (Rakhmatan lil Alamin )
Wacana ini hanya untuk mengingatkan kita bahwa ada Pekerjaan Rumah yang perlu kita
cermati, adakah etika Sunda yang signifikan? Kalau ada bagaimana merevitalisasi dan
mengkatualisakannya; sebab nilai etika bukan hanya pada tataran prinsip-prinsip
fundamental tioritisnya (Bio Theoritica) tetapi pada tataran perwujudannya yang nyata
(Bio Practica), dalam perilaku berkesenian (art) berkebudayaan (cultur) dan dalam
berperadabannya (civilazation), yang akan terefleksikan dalam masyarakat yang
bermartabat yang Madani yang Mardotillah.
hurip sunda
Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan
Bandung, 16- 7-1999
Dikaji ulang, 1-9-2009
Buku Pelengkap:
- FRANZ MAGNIS SUSENO. 1993. Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafi tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa. PT Gramedia. Jakarta.
- Hidayat Surylaga .2009. KASUNDAAN- RAWAYAN JATI
- Hidayat Suryalaga. 2009, FILSAFAT SUNDA
- IBNU TAIMIYYAH. 1995. Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar. Gema Insan Press.
Jakarta.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud 1988
- Prof. Dr. H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidilan, Kebudayaan, dan Masyrakat Madani Indonesia.
PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
- SAINI KM . 1999 ( Dalam Dangiang edisi I/Mei-Juli 1999)
- Tim Penulis Rosda. 1995. Kamus Filsafat. PT. Remaja Rosda Karya.