Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuransi ini
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah
satu materi dalam pelajaran Akuntansi Forensik Audit Investigasi. Makalah ini disusun bertujuan
untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang
ekonomi.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak As’yari Muchtar, SE, M.Ak selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Forensik
Audit Investigasi.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha persaingan antar perusahaan bukan lagi merupakan hal asing. Hal
ini dikarenakan beberapa pengusaha terjun dalam bidang yang sama dengan kreativitas
Fraud (kecurangan) ini merupakan tindakan yang disengaja dan dilakukan demi
kepentingan pribadi. Fraud (kecurangan) juga sama halnya menipu para konsumen.
Dalam menangani masalah fraud (kecurangan) yang ada diluaran sana, kita bisa
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan
bisnis/organisasi/perusahaan.
bisnis/organisasi/perusahaan.
bisnis/organisasi/perusahaan
dalam bisnis/organisasi/perusahaan.
D. Tujuan
dalam bisnis/organisasi/perusahaan.
3. Untuk mengetahui bidang apa saja yang berisiko terkena fraud (kecurangan) dalam
bisnis/organisasi/perusahaan.
6. Untuk mengetahui strategi apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah fraud
7. Untuk mengetahui kendala apa saja yang ada dalam menaggulangi fraud
PEMBAHASAN
keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik,tersembunyi, dan setiap
cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat
Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (“IIA”), “An arrayof
tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai dengan adanya unsur
atau penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau illegal”.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Fraud adalah perbuatan
curang yang dilakukan dengan berbagai cara secara licik dan bersifat menipu dan sering
tidak disadari oleh koban yang dirugikan. Unsur-unsur dalam kecurangan ( Fraud), yaitu:
3. Dilakukan oleh individu atau kelompok dari dalam atau luar organisasi.
4. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap kekeliruan penyajian atau
5. Terjadi pada waktu yang lalu atau saat ini (past or present).
B. Bentuk-Bentuk Kecurangan (Fraud)
sahamnya meningkat.
3. Korupsi (Corruption)
keuangan.
Contoh kecurangan ini, pemasok bukannya menawarkan pembayaran suap
4. Penyuapan (bribery)
kerja. Jadi, korupsi itu hanya sebagian dari bentuk kecurangan, dan bentuk
ke korban.
golongan.
a) Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian sebagai
pengiriman.
dikurangi pencatatannya dan uang yang diterima atas penjualan tersebut masuk
ke kantong pribadi.
Kas merupakan asset yang paling sensitive terhadap Fraud karena kas terlihat
yang lainnya. Sedangkan Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan
4. Physical Security
perusahaan.
a) Hacking
c) Spamming (Spam)
internet)
elektonik).
Bologna dan Lindquist dalam Fraud Auditing and Forensic Accounting (NewYork: John
Wiley & Sons, 1995) menyatakan: “Some people are honest all the time, some people
(fewer than the honest ones) are dishonest all the time, most people are honest all the
time, and some people are honest most of the time”. Artinya: "Sejumlah orang jujur
untuk setiap saat, sejumlah orang tidak jujur setiap saat, sebagian besar orang jujur
setiap saat, dan sejumlah orang jujur hampir setiap saat". Berdasarkan pendapat diatas
dapat dibuat suatu generalisasi tentang perilaku manusia secara umum, yaitu:
1. Sejumlah orang jujur untuk setiap saat (Some people are honest all thetime),
2. Sejumlah orang tidak jujur untuk setiap saat (some people are dishonest allthe time),
3. Sebagian besar orang jujur untuk setiap saat (most people are honest allthe time),
4. dan sejumlah orang jujur hampir setiap saat (and some people are honestmost of the
time")
Meskipun terdapat banyak cara untuk melakukan kecurangan, secara umum
yaitu: (1) adanya tekanan (perceived pressure), (2) adanya kesempatan (perceived
opportunity), dan (3) berbagai cara untuk merasionalisasi agar kecurangan dapat
diterima (some way to rationalize the Fraud as acceptable). Ketiga unsur tersebut
yaitu:
E. Segitiga Fraud (Triangle Fraud)
Penelitian tradisional tentang kecurangan dilakukan pertama kali oleh Donald Cressey
pada tahun 1950 yang menimbulkan pertanyaan mengapa kecurangan dapat terjadi.
Hasil dari penelitian itu memunculkan faktor-faktor pemicu kecurangan yang saat ini
tahanan. Satu dari tujuan utama penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap kecurangan
yang dilakukan oleh para pelaku memenuhi tiga faktor penting sebagai faktor pemicu.
(pressure) atau insentif (incentive), dan rasionalisasi (rationalization). Tiga hal ini lebih
dikenal dengan segitiga Fraud atau Fraud triangle. Pressure (menunjukkan motivasi dan
opportunity.
berhutang berlebihan dan tenggang waktu serta target kerja yang tidak realistis.
harus jujur, ia dianggap perlu memiliki perilaku tertentu. Orang dalam jabatan
inflasi yang tinggi, atau krisis moneter, atau ekonomi, dan tingkat bunga yang
tinggi.
dalam kesendirian.
e. Status gaining Kebiasaan (buruk) untuk tidak mau kalah dengan “tetangga”
dalam pekerjaannya. Kekesalan itu biasa terjadi karena ia merasa gaji atau
organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana pelaku
hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan tersebut.
sistem dan standar pelaporan harian, bulanan, tiga bulanan, hingga tahunan; dan
dari perusahaan.
A. Studi Kasus
“KASUS HAMBALANG”
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) di
Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuai kontroversial. Dalam audit BPK, ditulis bahwa
proyek bernilai Rp1,2 triliun ini berawal saat Direktorat Jenderal Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional hendak membangun Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat
Kemudian, pada tahun 2004 dibentuklah tim verifikasi yang bertugas mencari lahan yang
representatif untuk menggolkan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan Rapim
Ditjen Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi
pembangunan pusat olahraga tersebut. Tim verifikasi mensurvei lima lokasi yang dinilai layak
untuk membangun pusat olahraga itu. Yakni di Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan
Cikarang. Tim akhirnya memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa Hambalang, Citeureup,
Bogor. Tim melihat, lahan di Hambalang itu sudah memenuhi semua kriteria penilaian tersebut
permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional kepada Bupati Bogor. Bupati
Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004, Dirjen Olahraga telah menunjuk pihak ketiga yaitu PT
LKJ untuk melaksanakan pematangan lahan dan pembuatan sertifikat tanah dengan
No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan sampai dengan 9 November 2004
senilai Rp 4.359.521.320.
Namun, ternyata lokasi Hambalang itu masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi
sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Sesuai dengan sifat batuannya, PVMBG menyarankan
untuk tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut karena memiliki resiko bawaan yang tinggi
Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah dikuasai sejak
pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada Ditjen Olahraga setelah
Sejak itulah area tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan kemudian pada
tanggal 18 Oktober 2005 diserah terimakan kepada organisasi baru yaitu Kementerian Negara
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen Olahraga berubah menjadi Kemenpora.
Menpora saat itu, Adhyaksa Dault mengakui bahwa untuk membangun pusat olahraga
pihaknya mengajukan anggaran sebesar Rp125 miliar. Karena proyek tersebut awalnya bukan
“Rekomendasi awalnya, disana hanya untuk bangun sekolah olahraga dua lantai dan saya tidak
tahu bagaimana cerinya berubah menjadi sport center”, kata Adhiyaksa saat berbincang
dengan VIVAnews.
Andi Mallarangeng. Hal tersebut terungkap dalam audit Hambalang, bahwa pada tanggal 8
Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X, Menpora menyampaikan
Menpora Andi Mallarangeng juga menyampaikan bahwa usulan tersebut merupakan bagian
rencana pembangunan P3SON Bukit Hambalang Sentul yang secara keseluruhan memerlukan
Andi Mallarangeng pun menghormati hasil audit BPK atas proyek Hambalang tersebut. Bahkan
dirinya mendukung perlu adanya pihak yang bertanggungjawab jika memang ditemukan adanya
penyimpangan. “sebagai menteri tentu saya menjalankan tugas sebaik-baiknya termasuk dalam
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo menyebut total kerugian negara
akibat Proyek Hambalang sebesar Rp463,67 miliar. Hal itu disampaikan dalam paparan laporan
hasil audit Hambalang Jilid II di ruang pimpinan DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (23/8). "BPK
menyimpulkan ada indikasi kerugian negara sebesar Rp463,67 miliar akibat adanya indikasi
penyimpangan dan penyalah gunaan wewenang yang mengandung unsur-unsur pidana yang
Pelanggaraan tersebut terletak pada beberapa tahapan. Pertama, proses pengurusan hak atas
tanah. Kedua proses pengurusan izin pembangunan. “Ketiga, proses pelelangan. Keempat,
proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan Kontrak Tahun Jamak,” tambahnya. Kelima,
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan keenam, pembayaran dan aliran dana yang diikuti
rekayasa akuntansi.
Terkait proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan Kontrak Tahun Jamak, BPK juga
yang diganti dengan PMK Nomor:194/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan
Kontrak Tahun Jamak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diduga mengalami
penurunan makna substantif dalam proses persetujuan Kontrak Tahun Jamak. Hal ini dapat
B. Hasil Analisis
3. Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi amdal
Hidup. Persyaratan adanya studi amdal terlebih dahulu sebelum mengajukan izin
lokasi, site plan, dan IMB kepada PemkabvBogor tidak pernah dipenuhi oleh
Kemenpora.
C. Solusi Permasalahan
nama mejadi Kemenpora) sebelum menentukan sebuah lokasi yang akan dijadikan
Training Camp Sport Center) harus terlebih dahulu melakukan observasi yang lebih
2. Setiap proyek besar seperti hambalang juga perlu adanya pengawasan langsung
PENUTUP
A. Kesimpulan
tidak jarang ditemukan fenomena Fraud (kecurangan) yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab. Fraud (kecurangan) ini dapat dilakukan oleh siapa saja,
baik dari oknum manajemen maupun staf (karyawan) yang biasanya dilakukan sebagai
Apabila dalam suatu perusahan banyak terjadi kegiatan Fraud (kecurangan) maka bisa
dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut buruk dalam hal pengawasan
Fraud (Kecurangan) dapat dicegah dengan cara menegakkan peraturan, kebijakan, dan
prosedur yang tegas; memperluas rentang kendali dan tanggungjawab manajer; sistem
dan standar pelaporan harian, bulanan, tiga bulanan, hingga tahunan; dan analisis
B. Saran
Baik dari pihak pelaku maupun pihak perusahaan seharusnya menjalin hubungan
komunikasi positif dengan menjelaskan hal apa saja yang diharapkan dari masing-
masing pihak, agar setiap hak dan kewajiban masing-masing terpenuhi dan tidak terjadi
Serta bagi para karyawan seharusnya bertindak jujur, loyal, dan berkomitmen terhadap
http://www.easyambassador.com/tag/definisi-fraud-menurut-ahli/. Diakses
https://indonesiana.tempo.co/read/11301/2014/04/03/adang.adha/strategi-
Gunadarma. http://mahendrabaktitriputra.blogspot.co.id/2015/01/contoh-kasus-