Anda di halaman 1dari 135

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM DI

JALAN TRIKORA KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA

TUGAS AKHIR

Oleh :

ANWAR FAJERI
NIM 14 612 043

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
SAMARINDA
2017
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM DI
JALAN TRIKORA KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd)
pada
Program Studi Teknik Listrik
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Samarinda

TUGAS AKHIR

Oleh :

ANWAR FAJERI
NIM 14 612 043

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
SAMARINDA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM DI


JALAN TRIKORA KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA

NAMA : ANWAR FAJERI

NIM : 14 612 043

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, 13 Juli 2017

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Arbain, M.T Qomaruddin, S.T., M.T


NIP 19620509 199303 1 001 NIP 19670323 199003 1 003

Mengesahkan,

Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP 19590303 198903 1 002

Lulus Ujian Tanggal : 13 Juli 2017

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM DI


JALAN TRIKORA KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA

NAMA : ANWAR FAJERI

NIM : 14 612 043

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, 13 Juli 2017

Dewan Penguji :

Penguji I,
Nama : Ir. H. M. Zainuddin, M.T
NIP : 19621001 199303 1 003

Penguji II,
Nama : L. Handri Gunanto, S.T., M.T
NIP : 19630107 199103 1 001

Penguji III,
Nama : Drs. La Bima, MSi
NIP : 19631231 199203 1 023

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi DIII Teknik Listrik

Ir. Bustani, M.T Rusdiansyah, S.T., M.T


NIP 19610712 199303 1 003 NIP 19600727 198903 1 002

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ANWAR FAJERI

NIM : 14 612 043

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Teknik Listrik

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Di Jalan Trikora

Kecamatan Palaran Kota Samarinda

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiatisme dalam Laporan Tuga Akhir

ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Samarinda, 13 Juli 2017

ANWAR FAJERI
NIM 14 612 043

iv
ABSTRAK

ANWAR FAJERI, Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Di Jalan


Trikora Kecamatan Palaran Kota Samarinda (dibawah bimbingan Bapak Ir. H. Arbain,
M.T., sebagai dosen pembimbing satu dan Bapak Qomaruddin, S.T., M.T., sebagai
dosen pembimbing dua).
Penerangan jalan umum berfungsi sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan,
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan dari kegiatan/aksi
kriminalitas, mendukung keamanan lingkungan serta memberikan keindahan
lingkungan jalan khususnya pada malam hari. Jalan Trikora kecamatan Palaran
merupakan jalan yang belum tersentuh oleh penerangan jalan sehingga guna
mengoptimalkan fungsi jalan ini diperlukan perencanaan penerangan jalan mengingat
pada jalan ini sering terjadi tindak kejahatan bagi pengguna jalan pada malam hari.
Jalan ini mempunyai 2 jalur dengan lebar masing – masing 7 m. Pada perencanaan ini
menggunakan bagian tengah jalan sebagai penempatan tiang dengan tinggi 9 m setelah
ditanam, panjang stang ornamennya 2,8 m dengan sudut kemiringan sebesar 10,579o
dan jarak antar tiang adalah 50 m dengan total tiang sebangak 35 tiang. Lampu yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah lampu jenis LED karena memiliki umur pakai
yang panjang/tahan lama, dan hemat energi. Lampu LED yang digunakan memiliki
daya 150 W dengan efikasi 15.400 lumen sehingga menghasilkan intensitas cahaya
sebesar 1.215 Cd. Sumber listrik dalam perencanaan ini bersumber listrik dari
transformator milik PLN yang berada disekitar lokasi perencanaan penerangan jalan
umum. Sistem kontrol pada penerangan jalan ini menggunakan sistem manual dan
otomatis yang dikontrol oleh saklar waktu dan sun switch dibantu dengan kontaktor
dengan tujuan rangkaian tetap dapat dioperasikan jika saklar waktu dan sun switch
rusak dan mempermudah dalam melakukan perawatan.

Kata Kunci : Lampu LED, Penerangan Jalan Umum, Sistem Manual Otomatis.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senentiasa

memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyalesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perencanaan

Instalasi Penerangan Jalan Umum Di Jl. Trikora Kecamatan Palaran Kota

Samarinda” ini dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang

pendidikan program Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh selama

melakukan penelitian.

Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami beberapa kendala, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam kesempatan

ini penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Patoni dan Ibu Ari Susilowati, selaku orang tua penulis yang selalu

mendo’akan serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril

maupun materil.

2. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

3. Bapak Ir. Bustani, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.

4. Bapak Rusdiansyah, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik

Diploma III Jurusan Teknik Elektro.

5. Bapak Ir. H. Arbain, M.T, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memeberikan

bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

6. Bapak Qomaruddin, S.T, M.T, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memeberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

vi
7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik Elektro.

8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda sebagai tempat

pengambilan data yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu

penulis memberikan data – data yang diperlukan.

9. Teman-teman Teknik Elektro Angkatan 2014 yang senentiasa saling membantu

dan memberikan semangat selama proses penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir inni masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sehingga dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat menjadi lebih baik.

Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

menggunakannya.

Samarinda,13 Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..........................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ...................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................iv

ABSTRAK ..................................................................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................................vi

DAFTAR ISI ...............................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan Pererencanaan ........................................................................................3

1.4 Manfaat dan Kegunaan ......................................................................................3

1.5 Batasan Masalah ................................................................................................ 4

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................4

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Hukum Penerangan Jalan Umum ............................................................6

2.2 Prinsip Dasar Perencanaan .................................................................................6

2.3 Penerangan Jalan Umum (PJU) .........................................................................8

2.3.1 Pengertian Penerangan Jalan .....................................................................8

viii
2.3.2 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan .......................................................8

2.3.3 Fungsi Penerangan Jalan ...........................................................................9

2.3.4 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya ........................................................10

2.3.5 Klasifikasi jalan Menurut Statusnya .........................................................10

2.3.6 Simbol Perencanaan Penerangan Jalan .....................................................11

2.3.7 Pencahayaan Pada Ruas Jalan ...................................................................12

2.4 Lampu Penerangan Jalan ...................................................................................13

2.4.1 Metode Penghitungan Pencahayaan ..........................................................16

2.4.2 Jenis Lampu Penerangan ...........................................................................19

2.5 Armatur ..............................................................................................................24

2.5.1 Indeks Perlindungan (IP) Pada Armatur ...................................................25

2.6 Tiang Lampu Jalan .............................................................................................27

2.6.1 Penataan Lampu Penerangan Jalan ...........................................................31

2.6.2 Menentukan Sudut Stang Ornamen ..........................................................33

2.6.3 Pondasi Tiang ............................................................................................34

2.6.4 Menentukan Jumlah Titik Lampu .............................................................36

2.7 Penghantar ..........................................................................................................36

2.7.1 Kabel .........................................................................................................37

2.7.2 Kuat Hantar Arus (KHA) ..........................................................................40

2.8 Jatuh Tegangan ..................................................................................................42

2.8.1 Perhitungan Penurunan Tegangan 3-Fasa .................................................43

2.8.2 Perhitungan Praktis Jatuh Tegangan .........................................................44

2.9 Pengaman ...........................................................................................................45

2.9.1 Miniature Circuit Breaker (MCB) ............................................................45

2.9.2 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) ..................................................47

ix
2.10 Sistem Otomatis Penerangan ............................................................................48

2.10.1 Jenis - Jenis Sistem Otomatis Penerangan ..............................................48

2.10.2 Kontaktor ................................................................................................ 49

2.10.3 Timer .......................................................................................................50

2.10.4 Light Depended Resistor (LDR) .............................................................50

2.11 Panel Penerangan Jalan Umum (PJU) ..............................................................52

2.11.1 Jenis Panel Berdasarkan Bahannya .........................................................52

2.11.2 Jenis Panel Berdasarkan Peletakannya ...................................................52

BAB III

DATA LAPANGAN

5.1 Waktu dan Lokasi Perencanaan .........................................................................54

5.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................................55

5.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................55

5.4 Jadwal Aktivitas Kegiatan Tugas Akhir ............................................................56

5.5 Flowchart Perencanaan ......................................................................................57

5.6 Hasil Pengumpulan Data ....................................................................................58

3.6.1 Data Lapangan ..........................................................................................58

3.6.2 Foto Lapangan ...........................................................................................59

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Dasar Hukum ....................................................................................60

4.2 Perencanaan Lampu Penerangan di Jalan Trikora Kec. Palaran ........................60

4.3 Menentukan Intensitas Cahaya (I) .....................................................................61

4.4 Menentukan Flux Cahaya (lumen) .....................................................................62

4.5 Menentukan Daya Lampu (Watt) ......................................................................62

x
4.6 Menentukan Jarak Antar Titik Lampu (m) ........................................................63

4.7 Menentukan Jenis Lampu Penerangan ............................................................... 64

4.8 Menentukan Armatur .........................................................................................64

4.9 Menentukan Jenis Tiang dan Posisi Tiang ..........................................................67

4.10 Menentukan Sudut Stang Ornamen ...................................................................69

4.11 Menentukan Pondasi ..........................................................................................70

4.12 Menentukan Panel PJU ......................................................................................71

4.13 Menentukan Jumlah Titik Lampu PJU ..............................................................72

4.13.1 Gambar Penempatan Titik Lampu ..........................................................73

4.14 Menghitung Jumlah Beban Tiap Median Jalan ..................................................77

4.15 Menentukan Pengaman Tiap Tiang dan Pembagian Grup Fasa .........................78

4.16 Menentukan Pengaman Tiap Median ................................................................ 78

4.17 Menentukan Pengaman Tiap Grup ....................................................................81

4.18 Menentukan Pengaman Utama ..........................................................................82

4.19 Menentukan Jenis dan Luas Penampang Kabel PJU .........................................83

4.20 Menentukan Luas Penampang Kabel Pada Tiap Tiang Lampu PJU .................84

4.21 Menentukan Luas Penampang Kabel Pada Tiap Median ..................................84

4.22 Menentukan Luas Penampang Kabel Pada Tiap Gurp dan Utama ....................87

4.23 Menentukan Kapasitas Kontaktor ......................................................................89

4.24 Sistem Otomatis Penerangan Jalan ....................................................................89

4.25 Menentukan Rangkaian Kontrol Penerangan di Jl. Trikora Kec. Palaran .........90

4.26 Diskripsi Kerja Rangkaian .................................................................................91

4.27 Diagram Satu Garis Perencanaan PJU di Jl. Trikora Kec. Palaran ....................92

4.28 Rekapitulasi Daya PJU .......................................................................................93

4.29 Standard Operational Procedure (SOP) Perencanaan Instalasi PJU ................94

xi
4.29.1 Pemasangan Kabel Bawah Tanah PJU ...................................................94

4.29.2 Penyambungan Kabel Atau Penghantar Pada PJU .................................94

4.29.3 Perangkat Hubung Bagi (PHB) Pada Instalasi Penerangan Jalan Umum

.............................................................................................................................95

4.29.4 Arde Dan Penghantar Proteksi ................................................................ 95

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................................................97

5.2 Saran ...................................................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lampu HID Merkuri ................................................................................20

Gambar 2.2 Lampu Flourescen ...................................................................................20

Gambar 2.3 Lampu Sodium Tekanan Tinggi ..............................................................21

Gambar 2.4 Lampu LED Untuk Penerangan Jalan .....................................................22

Gambar 2.5 Tiang Lampu Dengan Lengan Tunggal ...................................................27

Gambar 2.6 Tiang Lampu Dengan Lengan Ganda ......................................................28

Gambar 2.7 Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan .........................................................29

Gambar 2.8 Bentuk tiang Jenis Oktagonal ..................................................................30

Gambar 2.9 Bentuk Tiang Jenis Hexgonal ..................................................................30

Gambar 2.10 Bentuk Tiang Bulat ................................................................................31

Gambar 2.11 Tipikal Tiang Lampu Lengan Ganda .....................................................33

Gambar 2.12 Penentuan Sudut Kemiringan Stang Ornamen Terhadap Lebar Jalan ..

......................................................................................................................................34

Gambar 2.13 Kabel NYAF ..........................................................................................38

Gambar 2.14 Kabel NYY ............................................................................................38

Gambar 2.15 Kabel NYFGbY .....................................................................................39

Gambar 2.16 Bentuk Fisik MCB .................................................................................46

Gambar 2.17 Bentuk Fisik MCCB ..............................................................................47

Gambar 2.18 Bentuk Fisik Kontaktor .........................................................................49

Gambar 2.19 Bentuk Fisik Timer ................................................................................50

Gambar 2.20 Bentuk Fisik LDR ..................................................................................51

Gambar 2.21 Panel Besi Plat PJU ...............................................................................53

Gambar 2.22 Konstruksi Panel PJU ............................................................................53


xiii
Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan ...........................................................................57

Gambar 3.2 Kondisi Jalan Trikora Kecamatan Palaran ..............................................59

Gambar 3.3 Lokasi Jalan Trikora Kecamatan Palaran Tampak Dari Satelit ...............59

Gambar 4.1 Bentuk Konstruksi Armatur PJU .............................................................65

Gambar 4.2 Bentuk Konstruksi Dan Posisi Tiang PJU ...............................................68

Gambar 4.3 Konstruksi Pondasi PJU ..........................................................................70

Gambar 4.4 Bentuk Konstruksi Panel PJU...................................................................71

Gambar 4.5 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 7 ........................................73

Gambar 4.6 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 6 ........................................74

Gambar 4.7 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 4 dan 5 ..............................75

Gambar 4.8 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 1, 2, dan 3 .........................76

Gambar 4.9 Rangkaian Kontrol PJU ...........................................................................90

Gambar 4.10 Diagram 1 garis .....................................................................................92

Gambar 4.11 Rekapitulasi Daya PJU ..........................................................................93

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Simbol – Simbol Dalam Perencanaan Penerangan Jalan ............................12

Tabel 2.2 Kualitas Pencahayaan Normal .....................................................................13

Tabel 2.3 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik

dan Penggunaannya .....................................................................................................14

Tabel 2.4 Karakteristik dan Penggunaan Lampu LED ................................................16

Tabel 2.5 Koefisien Pemakaian ...................................................................................17

Tabel 2.6 Faktor Kehilangan Cahaya Lampu Penerangan Jalan Raya ........................17

Tabel 2.7 Kode Indeks Perlindungan (IP) ...................................................................25

Tabel 2.8 Penataan Letak Titik Lampu Penerangan Jalan ..........................................32

Tabel 2.9 Dimensi Tiang Lampu Lengan Ganda ........................................................33

Tabel 2.10 Nomenklatur Kode – Kode Kabel Di Indonesia .......................................40

Tabel 2.11 Tabel Untuk Mengetahui Luas Penampang Kabel Sesuai KHA ...............42

Tabel 2.12 Arus Pengenal MCB ..................................................................................47

Tabel 2.13 Arus Pengenal MCCB ...............................................................................48

Tabel 3.1 Jadwal Aktivitas Kegiatan Tugas Akhir ......................................................56

Tabel 4.1 Pengaman Tiap grup Fasa ...........................................................................78

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaman PJU Tiap Grup dan Utama Pada Jalan

Trikora .........................................................................................................................83

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Luas Penampang Kabel Bawah Tanah ..........................86

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, maka tidak dapat dihindari

aktifitas semakin bertambah, demikian pula aktifitas pada malam hari juga akan

semakin berkembang kerena terjadinya sarana penerangan. Keadaan tersebut terjadi

karena mengingat semakin banyak aspek kegiatan yang terlibat dalam aktifitas

perkembangan dan pembangunan kota disegala bidang yang salah satunya adalah

dengan banyaknya jalan-jalan baru.

Kebutuhan energi listrik untuk penerangan sangat diperlukan, sehingga setiap

melakukan pembangunan seperti gedung ataupun jalan, pekerjaan instalasi listrik tidak

lupa untuk diikut sertakan. Oleh karena itu pekerjaan instalasi penerangan juga

merupakan masalah yang penting karena masalah ini secara langsung untuk

kepentingan masyarakat. Apalagi teknologi yang sangat pesat dan mulai berkembang

dalam kehidupan masyarakat.

Beberapa daerah di Kota Samarinda belum tersentuh oleh penerangan jalan

umum khususnya di daerah kecamatan Palaran, akibatnya perkembangan kegiatan pada

malam hari tidak dapat tumbuh secara optimal. Sehingga perlu adanya instalasi

penerangan jalan umum pada daerah - daerah tersebut.

Jalan yang diminati oleh penulis untuk merencanakan instalasi penerangan jalan

umum adalah jalan Trikora yang merupakan salah satu jalan di daerah Kota Samarinda

tepatnya di Kecamatan Palaran yang merupakan akses utama bagi kendaraan kontainer

untuk menuju ke Pelabuhan Petikemas Palaran yang belum tersentuh oleh fasilitas

penerangan, oleh sebab itu jalan ini pelu adanya penerangan. Hal ini sangat berkaitan
2

dengan keselamatan masyarakat pengguna transportasi jalan serta maraknya

kriminalitas yang terjadi pada jalan tersebut.

Maka dalam merencanakan suatu instalasi listrik sasaran dan tujuan utama yang

harus dicapai adalah kebutuhan energi listrik di jalan tersebut harus sesuai, agar sistem

pendistribusian listrik menjadi efisien sehingga dapat mengurangi beban baik

pemerintah kota ataupun swasta yang bertanggung jawab untuk memeliharanya.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka akan diangkat dalam laporan

tugas akhir ini dengan judul “PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN

UMUM DI JALAN TRIKORA KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir

ini adalah :

1. Bagaimana cara merencanakan instalasi penerangan jalan umum pada suatu tempat

dengan menggunakan lampu LED ?

2. Bagaimana cara menentukan sudut stang ornamen lampu penerangan ?

3. Bagaimana menghitung kapasitas pengaman seperti MCB dan MCCB dan luas

penampang penghantar yang digunakan sesuai dengan jumlah beban dan panjang

salurannya serta instalasinya sesuai aturan Persyaratan Umum Instalasi Listrik

2011 (PUIL 2011) ?

4. Bagaimana rangkaian kontrol yang digunakan lampu penerangan jalan secara

manual dan otomatis ?


3

1.3 Tujuan Perencanaan

Pada dasarnya setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia pasti

mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini

adalah agar dapat menjadi acuan dalam membuat suatu perencanaan lampu penerangan

jalan dengan tujuan lampu penerangan jalan dapat berfungsi dengan baik yang akan

menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan maupun masyarakat dan juga

menambah keindahan yang ada pada jalan tersebut baik siang hari maupun malam hari.

Maka sesuai dengan permasalahan yang ada di atas laporan penulisan tugas akhir

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Dapat merencanakan instalasi penerangan jalan umum pada suatu tempat dengan

menggunakan lampu LED.

2. Mampu menentukan sudut stang ornamen lampu penerangan di jalan yang

direncanakan.

3. Dapat menghitung dan menentukan kapasitas pengaman, penghantar dan jenis

penghantarnya, jenis tiang dan jumlah tiang pada penerangan jalan yang

direncanakan sesuai aturan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011).

4. Mampu merencanakan rangkaian kontrol instalasi penerangan jalan secara manual

dan otomatis.

1.4 Manfaat dan Kegunaan

Diharapkan nantinya hasil dari perencanaa yang dituangkan dalam laporan tugas

akhir ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui tentang ilmu dalam merencanakan instalasi penerangan pada

suatu jalan yang sesuai dengan acuan standar nasional.


4

2. Menjadi sarana pembelajaran dan informasi bagi Mahasiswa Jurusan Teknik

Elektro dalam merencanakan penerangan jalan umum.

3. Menjadi bahan pertimbangan untuk suatu instansi yang terkait tentang proyek

penerangan jalan umum.

4. Dapat mengurangi angka kecelakaan lalu lintas serta menurunkan tingkat kejahatan

pada malam hari di jalan yang penulis rencanakan ini.

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada dalam penulisan karena

mengingat terbatasnya kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman

penulis, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Menghitung intensitas cahaya, flux cahaya, daya lampu dan jarak antar titik lampu

penerangan jalan umum.

2. Menentukan sudut stang ornamen tiang lampu penerangan jalan umum yang

direncanakan.

3. Menghitung dan menentukan kapasitas pengaman MCB dan MCCB, penghantar

dan jenis penghantarnya untuk efisiensi dan ekonomis, jenis tiang dan jumlah tiang

pada penerangan jalan yang direncanakan sesuai aturan PUIL 2011.

4. Menentukan peralatan kontrol seperti LDR, timer dan kontaktor serta cara kerja

pada rangkaian kontrol penerangan jalan umum.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat diuraikan secara

singkat sebagai berikut :


5

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, batasan

masalah dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Berisikan tentang tinjuan pustaka yang digunakan sebagai penunjang dalam

penyelesaian laporan tugas akhir ini seperti, persyaratan instalasi listrik yang terdapat

pada PUIL 2011, dasar hukum penerangan jalan umum, teori dasar dengan pengenalan

bahan-bahan yang digunakan yang disertai dengan rumus-rumusnya.

BAB III DATA LAPANGAN

Memuat tentang waktu dan lokasi, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

jadwal aktifitas kegiatan tugas akhir, flowchart perencanaan, dan hasil pengumpulan

data.

BAB IV PEMBAHASAN

Meliputi tentang menentukan intensitas cahaya, menentukan flux cahaya, menentukan

daya lampu, menentukan jarak antar tiang, menentukan jenis tiang, menentukan

armatur, menentukan jumlah titik lampu, menentukan pengaman yang akan digunakan,

menentukan luas penampang kabel, dan menentukan sistem kerja manual otomatis pada

lampu jalan.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Hukum Penerangan Jalan Umum

Standar ini memuat ketentuan-ketentuan untuk penerangan ruas jalan,

persimpangan sebidang maupun tidak sebidang, jembatan dan terowongan di kawasan

perkotaan yang mempunyai klasifikasi fungsi jalan arteri, kolektor dan lokal.

Spesifikasi yang dimaksud dalam standar ini meliputi fungsi, jenis, dimensi,

pemasangan, penempatan/penataan penerangan jalan yang diperlukan.

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ini merujuk pada acuan

sebagai berikut :

1. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

2. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahnun 2004 tentang Jalan.

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan.

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Jalan.

5. SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi Trotoar.

6. SNI No. 04-6262-2000, Rekomendasi Untuk Pencahayaan Kendaraan Bermotor

dan Pejalan Kaki.

2.2 Prinsip Dasar Perencanaan

Dalam suatu perencanaan yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan

suatu penerangan jalan umum dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat
7

digunakan secara optimal, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah

sebagai berikut :

1. Keandalan

Artinya, seluruh peralatan yang digunakan pada instalasi yang dipasang tersebut

haruslah handal dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya.

2. Ketercapaian

Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah dijangkau

oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak

susah untuk dioperasikan.

3. Ketesediaan

Artinya, kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa

daya peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan

instalasi tidak mengganggu sistem instalsi yang sudah ada. Tetapi kita hanya

menghubungkan pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.

4. Keindahan

Artinya, dalam pemasangan komponen atau peralatan harus ditata sedemikian rupa,

sehingga dapat terlihat rapi dan indah serta tidak menyalahi peraturan yang

berlaku.

5. Keamanan

Artinya, harus mempertimbangkan faktor keamanan dari suatu perencanaan, baik

keamanan terhadap faktor alam, manusia, bangunan, makhluk hidup lain dan

peralatan itu sendiri.


8

6. Ekonomis

Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam perencanaan harus diperhitungkan dengan

teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan

dapat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal di atas.

2.3 Penerangan Jalan Umum (PJU)

2.3.1 Pengertian Penerangan Jalan

Penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat

diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan atau di tengah (dibagian median jalan) yang

digunakan untuk menerangi jalan (intersection), dalan layang (interchange,, over pass,

fly over), jembatan, jalan dibawah tanah dan terowongan.

Lampu penerangan yang dimaksud adalah suatu unit lengkap yang terdiri

sumber cahaya (lampu/luminaer), elemen-elemen optik (pemantul/reflektor,

pembias/refactor, penyebar/diffuser), elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber

tenaga/power supply, dll), struktur penopang yang terdiri dari lengan penopang vertikal

dan pondasi tiang lampu.

2.3.2 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan

1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :

1. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan

seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.

2. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan

jalan.

3. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll.

4. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya

lampu penerangan.
9

5. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan

lokasi sumber listrik.

6. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain agar

perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.

7. Rencana jangka panjang pengembangan daerah sekitarnya.

8. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

2. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan

Penerangan jalan antara lain sebagai berikut :

1. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.

2. Tempat-tempat dimana kondisi tikungan tajam.

3. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir.

4. Jalan-jalan berpohon.

5. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untik pemasangan

lampu dibagian median.

6. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan).

7. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan

jalannya.

2.3.3 Fungsi Penerangan Jalan

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain :

1. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan.

2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.

3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penguuana jalan, khususnya pada

malam hari.

4. Mendukung keamanan lingkungan.


10

5. Memeberikan keindahan lingkungan jalan.

2.3.4 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya

Jalan umum adalan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, menurut

fungsinya dikelompokkan sebagai berikut :

1. Jalan Arteri

Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jauh, kecepatan

rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan Kolektor

Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan

jarak sedang, kecapatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi

3. Jalan Lokal

Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,

kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2.3.5 Klasifikasi jalan Menurut Statusnya

Jalan umum menurut statusnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Jalan Nasional

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan

jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan strategis nasional,

dan jalan tol.


11

2. Jalan Provinsi

Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem primer yang

menghubungkan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupeten/kota, dan

jalan strategis provinsi.

3. Jalan Kabupaten

Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang

tidak termasuk pada jalan nasional dan provinsi yang menghubungkan ibukota

kabupaten dan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan dengan pusan kegiatan

lokal.

4. Jalan Kota

Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan persil, serta menghubungkan antar pusat

pemukiman yang berada dalam kota.

5. Jalan Desa

Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar

pemukiman dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.3.6 Simbol Perencanaan Penerangan Jalan

Simbol-simbol, gambar, istilah dan tanda yang digunakan dalam perencanaan

lampu penerangan jalan umum yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)

dapat di tunjukkan pada tabel 2.1


12

Tabel 2.1 Simbol-Simbol Dalam Perencanaan Penerangan Jalan

NO SIMBOL KETERANGAN

1.
Lampu lengan tunggal

2.
Lampu lengan ganda

3. Lampu menara dengan 5 buah lampu

4. Lampu menara dengan 6 buah lampu

Lampu tanpa tiang (lampu di bawah


5.
jembatan/jalan layang / langit-langit
terowongan
Lampu dimana yang satu merupakan
6. lampu baru sedangkan yang lain
EXIS merupakan lampu yang sudah ada/lama
TING (existing)
R Lampu dimana pondasi tiangnya
7. ditempatkan pada dinding penahan
(retaining wall) atau bangunan
pelengkap jalan lainnya.
8.
Panel lampu

(Sumber : Standarisasi penerangan jalan di kawasan perkotaan BSN SNI 7391:2008)

2.3.7 Pencahayaan Pada Ruas Jalan

Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diiukur berdasarkan metode iluminasi

atau luminasi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metode iluminasi, karena

dapat diukur langsung di permukaan jalan dengan menggunakan alat pengukur kuat

cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan

seperti pada tabel 2.2


13

Tabel 2.2 Kualitas Pencahayaan Normal

Kuat Pencahayaan Batasan


Luminasi
(Iluminasi) Silau
Kemerataan Rata Kemerataan
Jenis/Klasifikasi E
(Uniformality) - (Uniformality)
Jalan Rata- TJ
Rata G
Rata (%)
g1 cd/ VD VI
(Lux)
m2 )
Trotoar 1–4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan Lokal :
0,10 0,50 0,40 0,50 4
1. Primer 2-5 20
0,10 0,50 0,40 0,50 4
2. Sekunder 2-5 20
Jalan Kolektor :
0,14 1,00 0,40 0,50 4-5
3. Primer 3-7 20
0,14 1,00 0,40 0,50 4–5
4. Sekunder 3-7 20

Jalan Arteri :
5. Primer 11 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5-6 10 - 20
6. Sekunder 11 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5–6 10 – 20

Jalan Arteri
Dengan Akses
15 – 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5–6 10 – 20
Jalan Bebas
Hambatan
Jalan Layang,
Simpang Susun, 20 – 25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10
Terowongan
(Sumber : Standarisasi penerangan jalan di kawasan perkotaan BSN SNI 7391:2008)

Keterangan:

g1 : Emin/Emaks

VD : Lmin/Lmaks

VI : Lmin/Lrata-rata

G : Silau (glare)

TJ : Batas ambang kesilauan

2.4 Lampu Penerangan Jalan

Lampu penerangan jalan umum di tempatkan pada penerangan luar ruangan

atau di alam terbuka. Dimana kondisi cuaca berubah-ubah, sehingga peralatan yang
14

digunakan harus tahan terhadap cuaca agar tidak mudah rusak. Oleh karena itu, bahan-

bahan yang digunakan tidak sama dengan instalasi rumah. Sehubungan dengan itu,

maka jenis lampu jalan yang biasa digunakan sebagai lampu jalan adalah jenis lampu

tabung (flourescent) tekana rendah, lampu gas merkuri tekanan tinggi (MBF/U), lampu

natrium, lampu hologen, lampu gas sodium tekanan tinggi (SON) dan Light Emitting

Diode (LED).

Hal ini disebabkan lampu-lampu tersebut mempunyai kemampuan terhadap

cuaca di alam luar bila dibanding dengan lampu pijar biasa. Jenis lampu penerangan

jalan ditinjau dari karakteristik dan kegunaannya secara umum dapat dilihat pada tabel

2.3 dan 2.4

Tabel 2.3 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secaran Umum Menurut Karakteristik dan

Penggunaannya

Umur Pengaruh
Efisiensi
Jenis Rencana Daya Terhadap
Rata-Rata Keterangan
Lampu Rata-Rata (Watt) Warna
(lumen/watt)
(Jam) Objek
 Untuk jalan kolektor
dan lokal;
Lampu  Efisiensi cukup tinggi
tabung
8.000 – 18 - 20; tetapi berumur
fluorescent 60 – 70 Sedang
10.000 36 – 40 pendek;
tekanan  Jenis lampu ini masih
rendah dapat digunakan untuk
hal-hal yang terbatas.
 Untuk jalan kolektor,
lokal dan
Lampu gas persimpanga;
merkuri  Efisiensi rendah, umur
16.000 – 125; 250;
tekanan 50 – 55 Sedang panjang dan ukuran
24.000 400; 700
tinggi lampu kecil;
(MBF/U)  Jenis lampu ini masih
dapat digunakan
secara terbatas.
15

 Untuk jalan
kolektor,lokal,
persimpanga,
penyeberang-an,
Lampu gas
terowongan, rest area;
sodium
8.000 - Sangat  Efisiensi sangat tinggi,
bertekanan 100 – 200 90; 180
10.000 Buruk umur cukup panjang,
rendah
ukuran lampu besar
(SOX)
sehingga sulit untuk
mengontrol cahayanya
dan cahaya lampu
sangat buruk karena
warna kuning;
 Untuk jalan kolektor
dan lokal;
Lampu
 Efisiensi cukup tinggi
tabung
8.000 – 8 - 20; tetapi berumur
fluorescent 60 – 70 Sedang
10.000 36 – 40 pendek;
tekanan
 Jenis lampu ini masih
rendah
dapat digunakan untuk
hal-hal yang terbatas.
 Untuk jalan kolektor,
lokal dan
Lampu gas persimpanga;
merkuri  Efisiensi rendah, umur
16.000 – 125; 250;
tekanan 50 – 55 Sedang panjang dan ukuran
24.000 400;700 lampu kecil;
tinggi
(MBF/U)  Jenis lampu ini masih
dapat digunakan
secara terbatas.
 Untuk jalan
kolektor,lokal,
persimpanga,
penyeberang-an,
Lampu gas terowongan, rest area;
sodium  Efisiensi sangat tinggi,
8.000 - Sangat
bertekanan 100 – 200 90; 180 umur cukup panjang,
10.000 Buruk
rendah ukuran lampu besar
(SOX) sehingga sulit untuk
mengontrol cahayanya
dan cahaya lampu
sangat buruk karena
warna kuning;
 Untuk jalan tol,arteri,
kolektor,
persimpanganbesar/lu
as dan interchange;
 Efisiensi tinggi,
Lampu gas
umursangat panjang,
sodium
150; 250; Buruk ukuran lampu kecil,
tekanan 12.000 -
110 400; sehingga mudah
tinggi 20.000
pengontrolan
(SON)
cahayanya;
 Jenis lampu ini sangat
baik dan sangat
dianjurkan untuk
digunakan
(Sumber : Standarisasi penerangan jalan di kawasan perkotaan BSN SNI 7391:2008)
16

Tabel 2.4 Karakteristik dan Penggunaan Lampu LED

Umur Pengaruh
Jenis Efisiensi Rencana Daya Terhadap
Keterangan
Lampu Rata-Rata Rata-Rata (Watt) Warna
(lumen/watt) (Jam) Objek
 Untuk jalan tol, arteri,
kolektor, persimpangan
besar/luas dan
interchange;
50.000 –
LED 70 – 150 100 -200 Baik  Efisiensi tinggi, umur
100.000
sangat panjang,
 Jenis lampu ini sangat
baik dan sangat dianjurkan
untuk digunakan.
(Sumber : Buku II Pedoman EE PJU hlm. 24)

2.4.1 Metode Penghitungan Pencahayaan

Metode penghitungan pencahayaan yang digunakan pada laporan tugas akhir ini

adalah metode penghitungan dasar dan besaran-basaran pokok yang digunakan pada

sistem pencahayaan berikut diantaranya :

1. Menentukan Kuat Penerangan (lux)

Ketika merancang jalan kita harus mengetahui panjang dan lebar jalan tersebut,

kuat penerangan jalan rata-rata dapat ditentukan dengan persamaan.

.................................................................................................. (2.1)

Keterangan :

E = Kuat Penerangan (lux)

Ф = Arus Cahaya Lampu (lumen)

KP = Koefisien Pemakaian

FKC = Faktor Kerugian Cahaya

J = Jarak Antar Lampu (m)

L = Lebar Jalan (m)


17

Untuk mengetahui nilai koefisien pemakaian bisa dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Koefisien Pemakaian

Jenis Distribusi Cahaya Perkiraan Koefesien Pemakaian


Penerangan langsung 0,60 – 0,45
Sebagian besar langsung 0,55 – 0,40
Merata (menyebar) 0,50 – 0,35
Sebagian besar tak langsung 0,45 – 0,35
Tidak langsung 0,35 – 0,20
Tidak langsung (penerangan
0,20 – 0,10
lampu hias pada tembok)
(Sumber : Drs. Muhaimin, Teknologi Pencahayaan 2001)

Pada tabel 2.6 menunjukkan bagaimana hubungan antara waktu pemakaian

lampu penerangan serta lingkungan tempat dari lampu penerangan jalan tersebut akan

dipasang.

Tabel 2.6 Faktor Kehilangan Cahaya Lampu Penerangan Jalan Raya

Waktu Pemakaian (Tahun)


No. Lingkungan
1 2 3
1 Sangat bersih 0,98 0,94 0,93
2 Bersih 0,95 0,92 0,90
3 Sedang 0,92 0,87 0,84
4 Kotor 0,87 0,81 0,75
5 Sangat kotor 0,72 0,63 0,57
(Sumber : Drs. Muhaimin, Teknologi Pencahayaan 2001)

2. Efikasi Cahaya (K)

Efikasi cahaya adalah sebuah unjuk kerja pada sebuah lampu sebagai rasio dari

jumlah lumen fluks cahaya yang dipancarkan terhadap jumlah energi listrik yang

digunakan. Jadi, efikasi diukur dalam besaran lumen/watt dan dinyatakan dengan

rumus :

............................................................................................................. (2.2)
18

Keterangan :

K = Efikasi Cahaya (Lumen/Watt)

Ф = Fluks Cahaya (Lumen)

P = Daya Listrik (Watt)

3. Intensitas Cahaya (I)

Intensitas cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya

dalam satu kerucut (cone) cahaya. Satuan untuk intensitas cahaya sesuai dengan SI

adalah Candela (Cd).

Ф = I x ω ...................................................................................................... (2.3)

I= , ω = 4π ............................................................................................... (2.4)

Keterangan :

I = Intensitas Cahaya (Cd)

Ф = Flux Cahaya (Lumen)

ω = Sudut Ruang (Streradian)

4. Intensitas Penerangan atau Iluminasi (E)

Menurut Trevor Linsley (2004), jika besar intensitas penerangan ( E ) yang

jatuh pada suatu permukaan dari titik cahaya ( I ) yang berjarak ( d ) akan

mengiluminasi itu permukaan dengan tingkat iluminasi misalkan 1 lux. Jika kemudian

jarak d tersebut menjadi dua kali, maka tingkat iluminasi 1 lux akan jatuh pada

permukaan seluas empat persegi satuan luas. Jadi iluminasi dari suatu permukaan akan

mengikuti hukum kebalikan kuadrat, yaitu :

.......................................................................................................... (2.5)
19

Keterangan :

E = Intensitas penerangan di suatu titik dari bidang yang diterangi ( Lux )

I = Intensitas Sumber cahaya ( Cd )

d = Jarak dari sumber cahaya ke titik kerja ( m )

2.4.2 Jenis Lampu Penerangan

Lampu penerangan digunakan di dalam dan luar ruangan. Penerangan yang

digunakan di dalam ruangan seperti sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Penerangan

yang digunakan di ruangan terbukan seperti lampu taman dan lampu jalan. Dimana

kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan komponen rusak dan lampu

tidak dapat menyinari lagi saat malam hari.

Lampu yang digunakan di dalam ruangan dan daerah terbuka berbeda. Ada

beberapa jenis lampu penerangan luar yang digunakan khususnya di jalan raya yaitu

jenis lampu HID/merkuri, lampu flourescent, dan lampu LED. Kemampuan lampu-

lampu tersebut berbeda dengan lapu dalam ruangan, yaitu lampu pijar. Semua lampu

memiliki efikasi (lm/watt) sendiri.

1. Lampu Merkuri

Cahaya yang dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu

merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi

uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu

antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelm menghasilkan cahaya maksimal

dan perlu selang waktu 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali.

Untuk memperbaiki efikasi dan warna pada tabung lecutan listrik ditambahkan

halida logam (seperti thallium, indium, dan sodium), maka disebut lampu metal helida.
20

Walau efisiensi bisa mencapai 70 lum/watt, umumnya berkurang hingga separuh.

Contoh lampu merkuri dapat dilihat pada gambar 2.1.

(Sumber : http://www.kelistrikanku.com/2016/03/iampu-merkuri.html)

Gambar 2.1 Lampu HID Merkuri

2. Lampu Flourescent

Cahaya yang dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian

dalam tabung. Fosfor berpendar karena menyerap gelombang pendek cahaya ungu-ultra

sebagai akbiat lecutan listrik terbentuk oleh loncatan elektron antara katode di dalam

tabung yang berisi uap merkuri bertekanan rendah dan argon.

Ramuan bubuk menentukan warna cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25%

energi dijadikan cahaya. Efikasi antara 40-85 lm/watt. Pasa 100 jam pertama, terjadi

penyusutan besar pada intensitas cahayanya. Efikasi lampu flourescent 2-3 kali lebih

baik dari pada lampu pijar. Gambar 2.2 adalah gambar lampu flourescent yang sering

digunakan.

(Sumber : http://fisika.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/lampu-neon-copy.jpg)

Gambar 2.2 Lampu Flourescent


21

3. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Lampu sodium (natrium) merupakan salah satu lampu untuk penerangan ruang

terbuka dan penerangan jalan raya. Lampu natrium terdiri dari 2 jenis, yaitu lampu

natrium tabung bening jernih (SON/T) dan elips yang memiliki lapisan (SON).prinsip

kerja dari lampu ini adalah peluahan muatan sodium tegangan tinggi yang terjadi pada

tabung busur api kapur leleh okisda aluminium yang terletak di dalam bola lampu dari

bahan kaca yang sangat keras untuk menahan reaksi kimia yang ekstrim dari sodium

bertekanan tinggi.

Tabung bususr api lampu ini mengandung sodium dan sejumlah kecil gas argon

atau xenon untuk membantu proses pengasutan. Ketika lampu dinyalakan sebuah

penyulut elektronik 2 kV atau lebih akan menginisiasi terjadinya pemanasan sodium

dan dalam waktu 5-7 menit sodium aka menguap dan lampu akan menyala dengan

terang. Baik warna maupun efikasi lampu akan semakin baik jika tekanan sodium

semakin meningkat dan dapat menghasilkan cahaya putih keemasan yang nyaman

dengan kualitas pengembalian warna yang cukup baik. Gambar lampu sodium tekanan

tinggi (SON) dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini :

(Sumber : http://istanalampu-philipsstore.com/106-lampu-son-h)

Gambar 2.3 Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)


22

4. Light Emitting Diode (LED)

Lampu penerangan umumnya menggunakan lampu yang tergolong tidak hemat

energi, makan diperlukan satu rancangan untuk lebih hemat energi listrik pada lampu,

yaitu dengan pemanfaatan lampu LED.

LED ini juga tahan lama, masa pemakaian lampu LED dengan high power

mampu bertahan hingga 50.000-100.000 jam pemakaian dengan menggunakan sumber

tegangan direct current (DC). Dengan watt yang kecil jenis lampu LED ini mampu

memberikan pencahayaan yang lebih baik dari pada lampu yang menggunakan sumber

tegangan alternating current (AC) yang selama ini digunaka oleh masyarakat luas.

LED merupakan semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya

pada saat dilewati oleh arus listrik. Didesain berdasarkan prinsip dari fisika kuantum,

salah satu prinsip tersebut adalah emisi (pancaran) dari radiasi energi pada frekuensi

tertentu ketika elektron jatuh dari level yang lebih tinggi ke level yang lebih rendah.

Gambar 2.4 adalah gambar lampu LED.

(Sumber : http://lampuledutama.com/)
23

Gambar 2.4 Lampu LED Untuk Penerangan Jalan

Keuntungan menggunakan lampu LED dengan teknologi yang baru yang

berbeda dengan lampu lainnya, yaitu :

1. Mempunya warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa menambah

filter sehingga menghemat biaya.

2. Ukurannya kecil > 2 mm2, sehingga dapat digabugkan tanpa memerlukan banyak

ruang.

3. Dapat on-off dengan cepat.

4. Dapat on-off tanpa mengurangi umur.

5. Mudah dipasang dimer.

6. Berumur panjang, 50.000-100.000 jam.

7. Tahan goncangan.

8. Tidak mengandung merkuri.

Kerugian yang akan dialami apabila menggunakan lampu penerangan LED,

yaitu :

1. Harga masih relatif mahal.

2. Terpengaruh oleh suhu.

3. Peka terhadap tegangan listrik.

4. Kualitas warna sering menyebabkan warna objek tidak alami karena spektrum

cahaya LED berbeda dengan lampu pijar dan matahari.

5. Blue hazard, lampu LED biru dan putih diduga memancarkan cahaya di atas

persyaratan sehingga dapat mengganggu kesehatan mata.

6. Blue polution, lampu LED putih memancarkan gelombang warna biru yang sangat

kuat sehingga dapat menganggu lingkungan.


24

2.5 Armatur

Armatur-armatur lampu dapat dibagi atas beberapa macam cara, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan sifat penerangan, terdiri atas untuk penerangan langsung, sebagian

besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung.

2. Berdasarkan kontruksinya, terdiri atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air,

kedap letupan debu dan kedap letupan gas.

3. Berdasarkan penggunaannya, terdiri atas armatur untuk penerangan dalam,

penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang

ditanam didinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.

4. Berdasarkan bentuknya, terdiri atas armatur balon, pinggang, “rok”, gelang,

armatur pancaran lebar dan pancaran terbatas, kemudian armatur kandil, palung

dan armatur-armatur jenis lainnya yang menggunakan lampu bentuk tabung.

5. Berdasarkan cara pemasangannya, terdiri atas armatur langit-langit, dinding,

gantung, berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai

kabel.

Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak

menyilaukan mata. Bayang-bayang ini diperlukan untuk dapat melihat benda-benda

sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak boleh terlalu tajam.

Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara

cukup untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu

harus ada cukup banyak lubang dibagian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur

sesekali tidak boleh menjadi sedemikian tinggi, hingga dapat menimbulkan kebakaran

atau merusak isolasi.


25

2.5.1 Indeks Perlindungan (IP) Pada Armatur

Rumah lampu penerangan (lantern) atau armatur dapat dikalsifikasikan menurut

tingkat perlindungan terhadap debu/benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan

istilah Index of Protection (IP) atau indeks perlindungan, yang memiliki dua angka.

Angka pertama menyatakan indeks perlindungan terhadap debu/benda, dan angka

kedua menyatakan indeks perlindungan terhadap air. Sistem IP merupakan

penggolongan yang lebih awal terhadap penggunaan peralatan yang tahan hujan dan

sebagainya, dan ditandai dengan lambang. Semakin tinggi Indeks Perlindungan (IP),

semakin baik standar perlindungannya. Pada umumnya Indeks Perlindungan (IP) yang

sering dipakai untuk kasifikasi lampu penerangan adalah IP 23, IP24, IP 25, IP 54, IP

55, IP 64, IP 65 dan IP 66.

Tabel 2.7 Kode Indeks Perlindungan (IP)

Angka Pertama Angka Kedua


(a) Perlindungan terhadap (a) Perlindungan rumah lampu jika kontak
manusia/benda jika bersentuhan dengan atau bersentuhan dengan benda cair.
komponen dalam rumah lampu.
(b) Perlindungan terhadap rumah
lamupu jika bersentuhan dengan benda.
No./ No./
Tingkat Perlindungan Tingkat Perlindungan
Simbol Simbol
(a) Tanpa perlindungan
0 (b) Tanpa Perlindungan 0 Tanpa perlindungan

(a) Perlindungan terhadap


sentuhan yang tidak di
Perlindungan terhadap tetesan
sengaja oleh bagian tubuh,
air, tetapi tidak menimbulkan
1 seperti tangan 1
efek yang bahaya dan
(b) Perlindungan terhadap
merusak
masuknya benda padat
berdiameter < 50 mm
(a) Perlindungan terhadap - Tahan tetesan air;
2 2
sentuhan seukuran tangan - Perlindungan terhadap
26

(b) Perlindungan terhadap tetesan air :


masuknya banda yang etesan air yang jatuh ke
berdiameter < 12 mm dan rumah lampu tidak
panjang < 80 mm menimbulkan efek bahaya
ketika rumah lampu
dimiringkan dengan
membentuk sudut
kemiringan 5
(a) Perlindungan tersentuh - Tahan hujan;
peralatan, kawat atau - erlindungan pada air hujan
sejenisnya yang tebalnya 3 dalam berbagai sudut s d 6
3 lebih dari 2,5 mm
(b) Perlindungan terhadap
masuknya benda yang
sangat kecil tapi padat
(a) Sepert pada No.3 tetapi - Tahan percikan air;
tebalnya lebih dari 1,00 4 - Percikan air yang terkena
4 mm dari arah manapun tidak
(b) Perlindungan terhadap akan menimbulkan edek
masuknya benda asing bahaya
(a) Perlindungan sempurna - Tahan semburan air;
terhadap sentuhan - Tahan terhadap semburan air
(b) Tahan debu: 5 yang keluar dari keran,
Perlindungan terhadap misalnya keran taman.
5 debu, tetapi debu masih
dapat masuk walau tidak
dalam jumlah yang banyak
yang dapat mengganggu
operasional
(a) Perlindungan sempurna - Tahan derasan air;
terhadap sentuhan - Tahan terhadap air deras
6
(b) Tahan debu:-Perlindungan misalnya gelombang air laut.
6
yang sempurna dan debu
tidak dapat masuk ke
rumah lampu
KETERANGAN: - Tahan dan kedap air;
- Tingkat perlindungan dinyatakan - Air tidak mungkin masuk
dengan IPXX; 7 pada kondisi waktu dan
- Perlindungan terhadap sentuhan atau tekanan yang tetap.
tempat masuk air yang mana terlebih
dahulu merubah X angka pertama atau
kedua yang ada pada tabel di
atas.Contohnya: IP 2X diartikan bahwa - Tahan dan kedap air;
pagar memberi perlindungan terhadap - Air tidak mungkin masuk
sentuhan jari, tetapi tanpa perlindungan 8 pada kondisi waktu dan
spesifik terhadap tempat masuknya air tekanan yang tinggi /
atau cairan lainnya. khusus.
(Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 6-7)
27

2.6 Tiang Lampu Jalan

Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang lampu. Beberapa

jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang besi. Berdasarkan bentuk

lengannya (stang ornament) Tiang lampu jalan dapat dibagi menjadi beberapa bagian

sebagai berikut :

1. Tiang Lampu Dengan Lengan Tunggal.

Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan.

Tipikal bentukdan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal.

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.5 Tiang lampu dengan lengan tunggal

2. Tiang Lampu Dengan Lengan Ganda.

Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan syarat

jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang. Tipikal

bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan ganda.


28

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.6 Tiang lampu dengan lengan ganda

3. Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan.

Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara, yang pada

umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan jalan ataupun tempat–tempat

yang luas seperti interchange, tempat parkir, dan lain–lain. Jenis tiang lampu ini sangat

tinggi, sehingga sistem penggantian/perbaikan lampu dilakukan dibawah dengan

menurunkan dan menaikkan kembali lampu tersebut menggunakan suspension cable.


29

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.7 Tiang lampu tegak tanpa lengan

1. Jenis Tiang Lampu dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Tiang Lampu Oktagonal

Tiang lampu oktagonal memiliki bentuk tiang 8 sisi. Tiang lampu oktagonal

memiliki berbagai kegunaan dari sarana olahraga sampai area industri, dari serendah 5

meter sampai setinggi 45 meter. Oleh karena berbagai kegunaan, maka tiang lampu

oktagonal juga dikenal sebagai tiang general purpose. diantara fungsinya, untuk

proyek-proyek lampu sorot yang memerlukan peralatan kontrol luminair untuk

dipasang di tiang, karena diameter yang lebih besar di dasar, atau tapered/meruncing.
30

(Sumber : https://infotiangpju.wordpress.com/2016/09/21/mengenal-jenis-tiang-pju/)

Gambar 2.8 Bentuk Tiang Jenis Oktagonal

2. Tiang lampu Hexagonal

Tiang lampu hexagonal memiliki bentuk tiang 6 sisi. Tiang Hexagonal ini sama

seperti tiang oktagonal memiliki berbagai kegunaan, mulai dari sarana olahraga sampai

area industri, dari serendah 5 meter sampai setinggi 50 meter. Namun untuk

kekuatannya sendiri tiang lampu hexagonal lebih kuat dari tiang lampu oktagonal

karena bentuk segi 6 dari tiang ini seperti bentuk sarang lebah yang juga mempunyai 6

sisi.

(Sumber : https://infotiangpju.wordpress.com/2016/09/21/mengenal-jenis-tiang-pju/)

Gambar 2.9 Bentuk Tiang Jenis Hexagonal


31

3. Tiang Lampu Konvensional/Bulat

Tiang lampu konvensional adalah tiang lampu yang berbentuk bulat. Tiang PJU

yang berbentuk bulat cenderung jauh lebih kuat dari pada tiang PJU bentuk lain nya.

Hal ini dikarenakan konstruksi tiang PJU bulat cenderung tidak lebih solid, sehingga

tidak rawan terserang karat atau pun mengalami keropos. Tidak hanya karena lebih

kuat, para pengguna smart PJU cenderung lebih memilih tiang PJU model bulat karena

harga jual atau pun price list nya yang jauh lebih murah. Ya, karena bentuk nya yang

lebih simpel, harga jual produk ini menjadi lebih murah dari beberapa produk tiang PJU

yang lain nya.

(Sumber : https://infotiangpju.wordpress.com/2016/09/21/mengenal-jenis-tiang-pju/)

Gambar 2.10 Bentuk Tiang Bulat

2.6.1 Penataan Lampu Penerangan Jalan

Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada Tabel 2.8.

Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (>10 meter) atau pada jalan

dimana jumlah lajur sangat banyak (>4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan

pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di

atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan jalan

direncanakan sendiri-sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.


32

Tabel 2.8 Penataan letak lampu penerangan jalan

Tempat Penataan / Pengaturan Letak

- Di kiri atau di kanan jalan;

Jalan Satu Arah - Di kiri atau di kanan jalan beselang-seling;

- Di kiri atau di kanan jalan behadapan;

- Di bagian tengah / seperator jalan.

- Di bagian tengah / median jalan;

- Kombinasi antar di kiri dan kanan berhadapan

Jalan Dua Arah dengan di bagian tengah / median jalan;

- Katenasi (di bagian tengah jalan dengan distem di

gantung).

Dapat dilakukan denganmenggunakan lampu

menara dengan bebrapa lampu, umumnya


Pesimpangan
ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar

daerah persimpangan.

(Sumber : Standarisasi penerangan jalan di kawasan perkotaan BSN SNI 7391:2008)

Pada tiang lampu jalan yang digunakan adalah jenis tiang lampu jalan dengan

lengan ganda berbentuk oktagonal. Tiang lampu ini khusus diletakkan dibagian

tengah/mediann jalan, dengan catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih

mampu dilayani oleh 1 tiang. Tipikal bentuk dan struktur tiang dengan lengan ganda

terlihat pada gambar 2.11.


33

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.11 Tipikal Tiang Lampu Lengan Ganda

Tabel 2.9 Dimensi Tiang Lampu Lengan Ganda

Dimensi Panjang Tiang Lampu


Diameter (mm) Alternatif
Segmen
Tiang A Tiang B I (m) II (m) III (m)
A 150 125 3,5 5,5 5,5
B 125 100 2,1 2,1 3,1
C 100 80 2,1 2,1 3,1
D 75 65 3,3 3,3 3,3
H Total 11,0 13,0 15,0
(Sumber : Standarisasi penerangan jalan di kawasan perkotaan BSN SNI 7391:2008)

2.6.2 Menentukan Sudut Stang Ornamen

Untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik penerangannya

mengarah ketengah-tengah jalan, maka :

t=√ ................................................................................................... (2.6)

Sehingga :
34

cos φ = ........................................................................................ (2.7)

Keterangan :

t = Jarak Lampu Ketengah-tengah Jalan

h = Tinggi Tiang

c = Jarak Horizontal Lampu dengan Tengah Jalan

w1 = Tiang ke Ujung Lampu

w2 = Jarak Horizontal Lampu ke Ujung Jalan

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.12 Penentuan Sudut Kemiringan Stang Ornamen Terhadap Lebar Jalan

2.6.3 Pondasi Tiang

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara,

dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya.

Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi

bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan diatasnya (upper structure) ke


35

lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus

diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,

beban-beban yang bekerja, gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-

lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijankan.

Berdasarkan Struktur Beton Bertulang, pondasi berfungsi untuk :

1. Mendistribusikan dan memindahkan beban-beban yang bekerja pada struktur

bangunan diatasnya ke lapisan tanah dasar yang mendukung struktur tesebut;

2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada struktur;

3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat angin,

gempa dan lain - lain.

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal

(shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah

kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal

kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan

jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan permukaan tanah. sedangkan pondasi

dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwasanya pondasi dibedakan atas dua bagian

yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dibedakan atas beberapa

jenis, yaitu pondasi telapak, pondasi cakar ayam pondasi sarang laba-laba pondasi

gasing pondasi grid dan pondasi hypaar (pondasi berbentuk parabola - hyperbola).

Sedangkan pondasi dalam terdiri dari pondasi sumuran, pondasi tiang dan pondasi

beton.

Untuk menghitung kedalaman tiang yang akan digunakan dapat menggunakan

persamaan berikut :

KT = ............................................................................................... (2.8)
36

Keterangan :

KT = Kedalaman Tiang

TTL = Tinggi Tiang Lampu

2.6.4 Menentukan Jumlah Titik Lampu

Jumlah titik lampu yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus :

T= ...................................................................................................... (2.9)

Keterangan :

T = Jumlah Titik Lampu

L = Panjang Jalan ( m )

S = Jarak Tiang ke Tiang ( m)

2.7 Penghantar

Penghantar adalah suatu benda yang dibuat dari logam ataupun non logam

yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik yang

lain. Penghantar dapat berupa kabel ataupun kawat penghantar. Berdasarkan

konstruksinya, penghantar diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Penghantar pejal (solid) : yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal yang

berukuran sampai 10 mm2. Tidak dibuat lebih besar lagi dengan maksud untuk

memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.

2. Penghantar berlilit (stranded) : penghantarnya terdiri dari beberapa urat kawat

yang berlilit dengan ukuran 1 mm2 - 500 mm2.

3. Penghantar serabut (fleksibel) : banyak digunakan untuk tempat-tempat yang sulit

dan sempit, alat-alat ukur listrik dan pada kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini

antara 0,5 mm2 – 400 mm2.


37

4. Penghantar persegi (busbar) : penampang penghantar ini berbentuk persegi empat

yang biasanya digunakan pada PHB (Papan Hubung Bagi) sebagai rel-rel pembagi

atau rel penghubung. Penghantar ini tidak berisolasi.

2.7.1 Kabel

Kabel listrik adalah media untuk mengantarkan arus listrik ataupun informasi.

Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar arus listrik, umumnya

terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung. Selain tembaga, ada

juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut dengan fiberoptic cable

(Dermawan, E, 2016).

Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan

umumnya terbuat dari tembaga. Pemakaian tembaga sebagai penghantar adalah

dengan pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu bahan yang mempunyai daya

hantar yang baik setelah perak. Penghantar yang dibuat oleh pabrik terdapat beraneka

ragamnya. Beberapa jenis kabel yang biasa dipakai dalam penerangan jalan umum

yaitu :

1. Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut

berisolasi PVC. Karena sifatnya yang fleksibel, kabel ini sangat cocot untuk tempat

yang mempunyai belokan yang tajam dan hanya diperbolehkan digunakan di dalam

peralatan ataupun papan konrol dan tidak diperbolehkan untuk instalasi tetap.

Konstruksi kabel NYAF dapat dilihat pada gambar 2.10.


38

(Sumber : https://www.academia.edu/11429929/Jenis_Kabel_Listrik_Dan_Spesifikasinya)

Gambar 2.13 Kabel NYAF

2. Kabel NYY

Kabel NYY mmiliki lapisan isolasi PVC (berwarna hitam), ada yang berinti 2,

3 atau 4. Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

Jenis kabel tersebut dapat dilihat pada gambar 2.11.

(Sumber : https://www.academia.edu/11429929/Jenis_Kabel_Listrik_Dan_Spesifikasinya)

Gambar 2.14 Kabel NYY

Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di

dalam gedung maupun dialam terbuka, disaluran kabel dan dalam lemari hubung bagi,

apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. Kabel NYY dapat juga

ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap

kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.


39

3. Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY merupakan kabel thermoplastik berperisai dengan penghantar

tembaga berinti lebih dari 1 berisolasi PVC dilengkapi dengan perisai spiral baja.

Konstruksi kabel NYFGbY uratnya terdiri dari penghantar tembaga dengan isolasi

PVC. Jumlah uratnya kebanyakan 3, 4 bahkan ada yang 2.

Urat-urat kabel tersebut dibelit menjadi 1, kemudian dibari lapisan

pembungkus inti dari karet atau plastik lunak dan perisai kawat baja pipih berlapis

seng. Perisai kawat baja ini diikat dengan spiral pita baja berlapis seng. Untuk

melindungi perisainya terhadap korosi, kabelnya diberi selubung luar PVC berwarna

hitam. Perisai dari kawat baja itu juga berfungsi sebagai pelindung elektrostatis yang

baik, sehingga dapat mengurangi gangguan digunakan kawat baja bulat sebagai perisai

yang terlihat pada gambar 2.12 dibawah ini.

(Sumber : http://www.indonetwork.co.id/product/kabel-nyfgby-6078934)

Gambar 2.15 Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY tidak tahan terhadap tarikan dibandingkan kabel NYRGbY

namun kabel NYFGbY digunakan dimana kabel NYY tidak dapat digunakan karena

adanya kemungkinan gangguan mekanis. Untuk ditanam di dalam tanah umumnya

digunakan kabel berperisai.


40

Tabel 2.10 Nomenklatur Kode–Kode Kabel di Indonesia

HURUF KETERANGAN

N Kabel standard dengan penghantar/inti tembaga.


NA Kabel dengan aluminium sebagai penghantar.
Y Isolasi PVC
G Isolasi Karet
A Kawat Berisolasi
Y Selubung PVC (polyvinyl chloride) untuk kabel luar
M Selubung PVC untuk kabel luar
R Kawat baja bulat (perisai)
G Kawat pipa baja (perisai)
B Pipa baja
b
I Untuk isolasi tetap diluar jangkauan tangan
Re Penghantar padat bulat
Rm Penghantar bulat berkawat banyak
S Penghantar bentuk pejal (padat)
m
Sm Penghantar dipilin bentuk sector
e
F Penghantar halus dipintal bulat
F Penghantar sangat fleksibel
Z Penghantar z
D Penghantar 3 jalur yang ditengah sebagai pelindung.
(sumber : PUIL 2000)

2.7.2 Kuat Hantar Arus (KHA)

Menurut PUIL 2011 pasal 510.5.3.1 yang menyatakan sebagai berikut:

“Konduktor sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai

KHA kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk jarak jauh

perlu digunakan konduktor yang cukup ukurannya hingga tidak terjadi drop voltase

yang berlebihan. Konduktor sirkit akhir untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat
41

menyimpang dari persyaratan di atas asalkan jenis dan penampang konduktor serta

pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.”

Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan, maka harus

ditentukan arus yang melewati penghantar tersebut. Arus nominal yang melewati suatu

penghantar dapat di tentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

1. Untuk arus bolak-balik satu fasa :

In = ......................................................................................... (2.10)

2. Untuk arus bolak-balik tiga fasa untuk daya aktif :

In = .................................................................................. (2.11)

Keterangan :

I = Arus Nominal Beban Penuh (A)

P = Daya Aktif (W)

V = Tegangan (V)

Cosφ = Faktor Daya

Kemampuan hantar arus (KHA) dipakai dalam pemilihan penghantar sesuai

dengan standar PUIL adalah menggunakan persamaan berukut :

KHA = 125% x In (arus nominal) ............................................................... (2.12)

Apabila kemampuan hantar arus sudah diketahui maka tinggal menyesuaikan

dengan tabel untuk mencari luas penampang yang diperlukan yang dapat pada tabel

dibawah ini.
42

Tabel 2.11 Tabel Untuk Mengetahui Luas Penampang Kabel Sesuai KHA

KHA terus menerus


Luas Berinti Berinti Berinti
Jenis Kabel Penampang Tunggal Dua tiga dan empat
(mm2) Ditanah Diudara Ditanah Diudara Ditanah Diudara
(A) (A) (A) (A) (A) (A)
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
4 70 46 54 37 44 34

6 90 58 68 48 56 43
NYY
10 122 79 92 66 75 60
NYBY
16 160 105 121 89 98 80
NYFGbY
NYRGbY
25 206 140 153 118 128 106
NYCY
35 249 174 187 145 157 131
NYCWY
50 296 212 222 176 185 159
NYSY
NYCEY
70 365 269 272 224 228 202
NYSEY
95 438 331 328 271 275 244
NYHSY
120 499 386 375 314 313 282
NYKY
NYKBY
150 561 442 419 361 353 324
NYKFGBY
185 637 511 475 412 399 371
NYKRGbY
240 743 612 550 484 464 436

300 843 707 525 590 524 481


400 986 859 605 710 600 560
500 1125 1000 - - - -
(Sumber : Persyaratan Umum Instalsi Listrik 2011)

2.8 Jatuh Tegangan

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu

penghantar. Jatuh tegangan atau jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum

berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan

luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam % atau

dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan batas bawah ditentukan oleh kebijakan

perusahaan kelistrikan.
43

Besarnya jatuh tegangan dalam persen diperlukan dalam batas-batas tertentu.

Misalnya PT. PLN (Persero) berlaku pada tegangan rendah tegangan hanya boleh naik

sebesar + 5 % dari tegangan pelayanan dan boleh turun hanya sebesar - 10 % dari

tegangan pelayanan. (APEI, 2007).

Namum umumnya dalam PUIL 2000 dalam pasal 4.2.3.1 menyebutkan bahwa :

“Susut tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi

tidak boleh melebihi 5 % dari tegangan pengenal pada terminal konsummen bila

semua penghantar dari instalasi dialiri arus “.

2.8.1 Perhitungan Penurunan Tegangan 3-Fasa

Semuanya ini didasarkan pada rumus dimana adalah tahanan jenis

(resistivity). Tahanan jenis didefinisikan sebagai tahanan antara dua permukaan yang

berlawanan dari satu unit kubus dari tahanan penghantar.

Untuk menghitung besarnya penurunan tegangan pada penghantar dengan sistem 3 fasa

menggunakan rumus :


√ ............................................... (2.13)

Kemudian untuk mengetahui persentasi penurunan tegangan dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut.

.................................................................................... (2.14)

Keterangan :

∆V = Penurunan Tegangan (Volt)

%∆V = Penurunan Tegangan (%)

Vs = Tegangan Masukan (Volt)

I = Nilai Arus (A)


44

R = Tahanan pada penghantar (Ω)

ρ = ahanan Jenis enghantar (Ωmm)

L = Panjang Penghantar (m)

A = Luas Penampang Penghantar (m)

2.8.2 Perhitungan Praktis Jatuh Tegangan

Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya

menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistem

jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah masalah induktansi dan

kapasitansinya diperhitungkan Karena nilainya cukup berarti. Berikut perhitungan

praktis jatuh tegangan untuk kondisi tanpa beban induktansi:

Sistem Fasa Tiga denga

Bila diketahui besarya arus I, ∆v [Volt], maka :

[mm2]........................................................................ (2.15)

[Volt]...................................................................... (2.16)

Bila diketahui besarnya beban P dalam Watt, maka :

[mm2] .................................................................................... (2.17)

Definisi simbol dan Satuan :

P : beban dalam [Watt]

V : tegangan antara 2 saluran [Volt]

q : penampang saluran [mm2]

Δv : jatuh tegangan [volt]

Δu : jatuh tegangan [%]

L : panjang saluran (bukan panjang penghantar) [meter sirkuit]

I : arus beban [A]


45

σ : konduktivitas bahan penghantar Cu = 56; Alumunium = 32,7

2.9 Pengaman

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi

komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban

lebih ataupun arus hubung pendek.

Fungsi dari pengaman dalam distribusi tenaga listrik adalah :

1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik

untuk alasan keamanan.

2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkuit instalasi selama kondisi

operasi normal untuk tujuan operasi perawatan.

3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap

kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung pendek dengan memutuskan arus

gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.

2.9.1 Miniature Circuit Breaker (MCB)

MCB digunakan sebagai pembatas arus, untuk melindungi peralatan listrik dari

kerusakan yang disebabkan oleh arus beban lebih atau pada saat terjadi hubung pendek.

Pada MCB terdapat dua jenis cara pengamanan yaitu secara thermis dan secara

elektromagnetis. Pengamanan thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih

sedangkan pengamanan elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi

hubung pendek. Pengamanan thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan

thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),

pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besar arus yang
46

harus diamankan, sedangkan pengamanan elektromagnetis menggunakan sebuah

kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.

MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran

listrik lebih dengan menggunakan elektromagnet/bimetal. Cara kerja dari MCB ini

adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus listrik yang

mengalir terlalu besar sehingga memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan

satuan Ampere (A). Untuk menentukan pengaman dapat dilihat pada katalog, dan

menggunakan perssamaan sebagai berikut :

In = ......................................................................................... (2.18)

In = .................................................................................. (2.19)

Keterangan :

In = Arus Nominal Beban Penuh (A)

P = Daya Aktif (W)

V = Tegangan (V)

Cos φ = Faktor Daya

(Sumber : http://www.electricaltechnology.org/)

Gambar 2.16 Bentuk Fisik MCB


47

Untuk melihat jenis arus pengenal pada MCB dapat dilihat pada tabel 2.12

Tabel 2.12 Arus Pengenal MCB

Arus Pengenal MCB (A)

1x2 3 x 10
1x4 3 x 16
1x6 3 x 20
1 x 10 3 x 25
1 x 16 3 x 35
1 x 20 3 x 50
3x6 3 x 63
(Sumber : Prih Sumardji dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 2008)

2.9.2 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

MCCB merupakan alat pengaman yang dalam operasinya mempunyai dua

fungsi yaitu sebagai pengaman dan penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka

MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung pendek dan arus

beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini mempunyai kemampuan pemutus yang

dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

(Sumber : http://www.schneider-electric.co.id/)

Gambar 2.17 Bentuk Fisik MCCB


48

Untuk melihat jenis arus pengenal pada MCCB dapat dilihat pada tabel 2.13

Tabel 2.13 Arus Pengenal MCCB

Arus Pengenal MCCB (A)


10 180
16 200
20 225
25 250
32 315
40 350
50 400
63 500
80 700
100 800
125 1000
160 1250
(Sumber : Buku Saku Pelayanan Teknik, 2011)

2.10 Sistem Otomatis Penerangan

2.10.1 Jenis - Jenis Sistem Otomatis Penerangan

Sistem otomatis penerangan jalan dibagi menjadi 3, antara lain :

1. Setiap lampu, pemasangan sistem otomatis dapat dibagi menjadi :

1. Satu lampu dengan satu Sun Switch.

2. Satu lampu dengan satu Timer Switch.

2. Setiap grup, pemasangan sistem otomatis dapat dibagi menjadi :

1. Banyaknya lampu dengan satu Sun Switch.

2. Banyaknya lampu dengan satu Timer Switch.

3. Gabungan, merupakan pemasangan sistem otomatis penerangan yang terdiri

dari Sun Switch atau Timer Switch yang digabungkan/dikombinasikan untuk

menyalakan beberapa lampu.


49

2.10.2 Kontaktor

Kontaktor adalah komponen yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik.

Bilamana suatu gulungan kawat pernghantar (coil) dialiri arus maka akan timbul medan

magnet yang mengelilingi penghantar tersebut. Medan magnet ini lah yang

dimanfaatkan untuk menarik kontak saklar. Oleh karena itu, komponen utama dari relay

kontaktor adalah coil dan kontak. Kontak relay kontaktor terdiri dari 2 jenis yaitu

normally open dan normally closed. Kontak normally open berada dalam kondisi

membuka atau tidak terhubung ketika coil tidak dilairi arus lisrik, sedangkan kontak

normally closed berada dalam keadaan menutup atau terhubung ketika coil tidak dilairi

arus listrik.

Sesuai bunyi pada PUIL 2011 pasal 5 .5.8.3.4 “Sarana pemutus yang

melayani beberapa motor atau melayani motor dan beban lainnya, harus mempunyai

kemampuan arus sekurang -kurangnya 115% dari jumlah arus beban pada keadaan

beban penuh”.

Dari aturan PUIL tersebut maka untuk mengetahui batas kemampuan arus

kontaktor yang akan digunakan dapat menggunakan persamaan berikut :

In x 115 % .................................................................................................. (2.20)

(Sumber : http://kliklistrik.com/contactor/405-schneider-telemecanique-lc1-d12m7.html)

Gambar 2.18 Bentuk Fisik Kontaktor


50

2.10.3 Timer

Timer adalah alat penunda waktu dimana batas penundaannya dapat ditentukan

dengan cara mengatur timer tersebut sesuai yang diinginkan. Timer saklar waktu adalah

saklar yang ON dan OFF nya tergantung pada waktu yang telah ditentukan dalam 24

jam sehari. Saklar waktu ini akan terus bekerja selama masih ada tegangan yang

mengalir ke koil saklar waktu tersebut. Saklar waktu ini tidak mempengaruhi

komponen apapun.

(Sumber : http://www.kenarielectric.com/timerswitch)

Gambar 2.19 Bentuk Fisik Timer

2.10.4 Light Depended Resistor (LDR)

LDR atau sensor cahaya adalah saklar yang bekerja berdasarkan cahaya yang

diterima di dalam sensor cahaya yangg telah dipasang suatu alat yang berfungsi untuk

mengontrol cahaya yang masuk jika cahaya telah mencapai yang ditentukan maka

dalam sensor cahaya akan terjadi reaksi elektronis yang dapat menghubungkan suatu

tegangan yang terlebih dahulu telah dirakit sesuai dengan terminal-terminalnya.

Cara kerjanya adalah jika LDR menerima cahaya maka LDR akan berfungsi

sebagai saklar, yaitu memutuskan arus yang mengalir ke beban. Begitu juga sebaliknya

apabila LDR tidak menerima cahaya maka LDR akan mengalirkan arus ke beban.
51

Gambar 2.20 Bentuk Fisik LDR

2.11 Panel Penerangan Jalan Umum (PJU)

Panel adalah kombinasi dari suatu atau lebiih peralatan pensaklaran tegangan

rendah dengan peralatan kontrol pengaman dan pengatur yang saling berhubungan yang

seluruhnya dirancang lengkap dengan sistem pengkabelan listrik dan hubungan

mekanik serta bagian kerangka lengkap dan tertutup. Dalam setiap instalasi biasanya

digunakan kotak panel untuk tempat kedudukan dari peralatan pengaman dan juga

sebagai tempat untuk penyambungan dari sumber utama ke baban. Hal ini dilakukan

dengan tidak mengabaikan kriteria yang lain dan hal ini tentunya merupakan kebijakan

yang diambil oleh perencana.

Panel tegangan rendah berfungsi sebagai tempat kedudukan peralatan pengaman

dan peralatan kontrol untuk pelayanan beban. Pada panel ini biasanya dilengkapi pula

dengan peralatan instrumen ukur sperti ampermeter, voltmeter, lampu indikator dan

peralatan ukur lainnya yang diperlukan. Pada umumnya panel tegangan rendah berisi

beberapa peralatan pengamgan sebagai pembagi baban.

Panel kontrol penerangan yang dilengkapi dengan kontaktor dan timer switch

harus dipasang secara terpisah, dengan tutup ber-engsel yang mudah dibuka dan fixing

screw. Semua panel yang digunakan untuk instalasi penerangan jalan umum khususnya
52

panel induk pembagi dan pengatur lalu lintas harus memenuhi persyaratan standar

penerangan jalan umum. Panel dalam bidang kelistrikan sangat besar artinya karena

merupakan tempat kedudukan peralatan kontrol dan tempat menghubungkan daya

listrik dari sumber tegangan ke alat pemakai atau beban.

2.11.1 Jenis Panel Berdasarkan Bahannya

Untuk jenis panel berdasarkan bahannya dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Jenis Panel Besi, adalah panel yang terbuat dari plat besi yang tebalnya 3 mm.

Panel ini sangat cocok digunakan di luar ruangan karena plat besi yang dicat

dengan cat khusus sehingga tahan dari berbagai macam cuaca seperti panas dan

hujan. Namun panel besi ini cukup berat sehingga memerlukan dudukan yang

kokoh untuk menopangnya.

2. Jenis Panel Plastik, adalah panel yang terbuat dari bahan plastik atau serat karbon.

Panel ini tidak cocok digunakan di luar ruangan karena bahan plastik atau karbon

tidak tahan dari cuaca seperti panas dan hujan yang menyebabkan panel cepat

rusak sehingga panel jenis ini cocok digunakan di dalam ruangan. Panel dari bahan

plastik atau karbon ini sangat ringan berbeda dari panel yang terbuat dari besi plat.

2.11.2 Jenis Panel Berdasarkan Peletakannya

Untuk jenis panel PJU berdasarkan peletakannya, yaitu :

1. Jenis Panel Gendong, adalah panel yang diletakkan di setiap tiang lampu PJU

2. Jenis Panel Duduk, adalah panel yang diletakkan dengan dudukan khusus panel

yang terpisah dari tiang lampu PJU


53

(Sumber : https://adistik.wordpress.com/tag/panel-pju/)

Gambar 2.21 Panel Besi Plat PJU

(Sumber : BSNI 7391,2008)

Gambar 2.22 Konstruksi Panel PJU


BAB III

DATA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Lokasi Perencanaan

Perencanaan dilaksanakan mulai dari bulan Januari pada minggu ke 4 dengan

membuat proposal Tugas Akhir selama 1 minggu yang kemudian dilanjutkan ke

seminar proposal Tugas Akhir yang dilaksanakan pada bulan Februari minggu pertama.

Setelah proses seminar selesai pada bulan yang sama, dilanjutkan dengan melakukan

survey kelapangan untuk melihat kondisi dan melakukan pengukuran jalan tersebut

serta meminta data berupa panjang dan lebar jalan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kota Samarinda. Setelah data didapat maka dilanjutkan untuk proses

pengerjaan laporan Tugas Akhir yang dilaksanakan dari bulan Februari – Juni 2017,

dan lokasi tempat pengerjaan dilakukan di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Samarinda dan tempat tinggal penulis di jalan Mulawarman No. 05 RT. 29 Kel. Bukuan

Kec. Palaran Kota Samarinda.

Lokasi perencanaan ini terletak di jalan Trikora Kec. Palaran Kota Samarinda.

Jalan ini merupakan jalan utama untuk masyarakat dari kecamatan Palaran menuju kota

Samarinda. Jalan ini juga sering dilalui kendaraan besar seperti truk dan kontainer

karena sebagai akses utama dari kota menuju ke pelabuhan petikemas yang ada di

kecamatan Palaran. Jalan ini memiliki panjang ± 2,8 km, lebar setiap arterinya 7 m,

dengan 7 median yang masing-masing memiliki lebar 2 m. Jalan ini memiliki ciri-ciri

jalan yang berkelok dan menanjak dengan kondisi disekitar jalan yang beragam yaitu

sudah banyak rumah warga dan industri di daerah tertentu serta masih ada pula semak

belukar dengan pepohonan yang masih rimbun.


55

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data-data yang diambil dalam perencanaan ini adalah data yang berhubungan

dengan perencanaan penerangan jalan yang meliputi :

1. Buku-buku dan internet yang berkaiatan dengan teori penerangan.

2. Denah lokasi untuk penerangan jalan Trikora Kecamatan Palaran Kota Samarinda

(panjang jalan, lebar jalan, dan lebar median jalan) yang diambil dari Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda dan pengukuran secara

langsung di lokasi.

3. Katalog yang meliputi jenis pengaman, jenis kabel, bentuk tiang, armatur, dan lain-

lain.

4. Foto-foto berupa lokasi jalan yang ingin direncanakan instalasi penerangan

jalannya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang digunakan untuk prosedur pengambilan dan

pengumpuan data adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi Langsung

Melakukan pemantauan langsung kelapangan untuk meninjau objek yang akan

diteliti serta didokumentasikan dan dapat digunakan sebagai bahan untuk

wawancara.

2. Metode Wawancara

Melakukan diskusi tanya jawab secara langsung kepada pihak instansi dan

dosen pembimbing.

3. Metode Literatur

Metode pengambilan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.


56

3.4 Jadwal Aktivitas Kegiatan Tugas Akhir

Tabel 3.1 Jadwal Aktivitas Kegiatan Tugas Akhir

Januari Februari Maret April Mei Juni


No Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Proposal
1.
Tugas Akhir
Pengumpulan
2. Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pengerjaan Bab I
5. Konsultasi Bab I
6. Perbaikan Bab I
7. Pengerjaan Bab II
8. Konsultasi Bab II
9. Perbaikan Bab II
10. Pengerjaan Bab III
11. Konsultasi Bab III
12. Perbaikan Bab III
13. Pengerjaan Bab IV
14. Konsultasi Bab IV
15. Perbaikan Bab IV
16. Pengerjaan Bab V
17. Konsultasi Bab V
18. Perbaikan Bab V
Konsultasi Abstrak,
19. Kata Pengantar dan
Daftar Pustaka
20. Penyelesaian Tugas
Akhir
21 Pendaftaran Ujian
Sidang Tugas Akhir
57

3.5 Flowchart Perencanaan

Mulai

Survey dan observasi lokasi perencanaan

Pengambilan data visual : panjang jalan, lebar jalan, panjang median, lebar median, denah
jalan, serta dokumentasi

Mengumpulkan data pendukung dari instansi terkait seperti :


- Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda
- Mengumpulkan literature pada buku-buku, web yang mengenai perencanaan lampu jalan ,
dan katalog-katalog

Menghitung :
1. Intesnitas Cahaya
2. Flux Cahaya
3. Daya lampu

Menentukan: :
1. Jenis lampu
2. Armatur lampu
3. Jenis tiang lampu
4. Pondasi tiang
5. Panel Induk PJU

Menghitung: :
1. Jumlah titik lampu
2. KHA
3. Luas Penampang Kabel
4. Pengaman

Tidak Menganalisa apakah hasil


perencanaan sudah benar ?

Ya
Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan


58

3.6 Hasil Pengumpulan Data

3.6.1 Data Lapangan

Data-data yang diperoleh berdasarkan survey lapangan jalan Trikora Kec.

Palaran memiliki 2 bagian yaitu jalan 2 jalur 1 arah dan jalan 1 jalur 2 arah. Dari hasil

pengukuran menggunakan alat meter dorong di jalan Trikora Kecamatan Palaran Kota

Samarinda didapat data debagai berikut :

1. Total Panjang Jalan = 2.800 meter

1. Panjang Jalan Satu Jalur 2 Arah = 1019,1 meter

2. Panjang Median Jalan 1 = 102,3 meter

3. Panjang Median Jalan 2 = 178,1 meter

4. Panjang Median Jalan 3 = 86,6 meter

5. Panjang Median Jalan 4 = 279 meter

6. Panjang Median Jalan 5 = 85,6 meter

7. Panjang Median Jalan 6 = 320,7 meter

8. Panjang Median Jalan 7 = 336,2 meter

2. Lebar Jalan = 7 meter

Lebar Median Jalan = 2 meter

Lebar Jalan Satu Jalur 2 Arah = 16 meter


59

3.6.2 Foto Lapangan

Gambar 3.2 Kondisi Jalan Trikora Kecamatan Palaran

3.6.3 Foto Via Web

Gambar 3.2 Lokasi Jalan Trikora Kecamatan Palaran Tampak Dari Satelit
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Dasar Hukum

Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan pada pasal 8 menyatakan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pemakai jalan, jalan wajib dilengkapi

dengan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan

alat pengaman pemakai jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas

pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar

jalan. Oleh sebab itu lampu jalan ini adalah termasuk sebagai alat pengendali dan

pengaman pada pemakai jalan.

Guna untuk mendukung perundang-undangan lainnya tentang jalan, prasarana

dan lalu lintas jalan maka dalam pemanfaatannya lampu jalan sangat berperan penting

untuk dapat melihat jelas rambu-rambu lalu lintas serta garis-garis jalan dan juga batas-

batas jalan yang menjadi acuan keselamatan pengguna jalan dan peran yang paling

penting adalah mempermudah penglihatan pada malam hari.

4.2 Perencanaan Lampu Penerangan di Jalan Trikora Kec. Palaran

Dalam merencanakan suatu perencanaan penerangan lampu jalan, aspek yang

perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan disekitar jalan tersebut. Jalan yang akan

penulis rencanakan instalasi penerangannya ini memiliki panjang keseluruhan ±2,8 km

yang terbagi menjadi 2 yaitu jalan 1 jalur dengan panjang ±1,3 km yang memiliki lebar

jalan 16 meter dan jalan 2 jalur dengan panjang ±1,5 km yang memiliki lebar jalan

setiap jalurnya 7 meter dangan jumlah median sebanyak 7 yang masing-masing


61

lebarnya 2 meter. Karena pada jalan yang memiliki 1 jalur ini disekitarnya sudah padat

rumah dan ruko warga yang hampir memakan badan jalan sehingga tidak harus untuk

di pasang penerangan jalan, maka dalam perencanaan instalasi PJU ini hanya

merencanakan pada jalan yang mempunyai 2 jalur karena disekitar jalan ini sebagian

besar masih banyak pepohonan dan semak belukar dimana ketika pada malam hari

keadaannya sangat gelap sehingga mengganggu para pengguna jalan tersebut. Jalan

Trikora adalah termasuk kelas jalan arteri dimana jalan ini melayani angkutan utama

dengan ciri-ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi.

Dari faktor lingkungan tersebut dapat menjadi acuan dalam memilih komponen

yang tepat untuk digunkan pada perencanaan ini, seperti pemilihan jenis lampu, tiang,

armatur, serta panel PJU.

4.3 Menentukan Intensitas Cahaya (I)

Untuk menentukan besarnya intensitas cahaya ditentukanlah dahulu tinggi tiang,

dimana tinggi tiang ini merupakanan parameter utama untuk melakukan perhitungan

selanjutnya. Kemudian tentukan iluminasi cahaya rata-rata, dimana untuk kelas jalan

arteri dengan iluminasi cahaya rata-rata sebesar 11-20 lux sesuai dengan persyaratan

SNI 7391:2008. Intensitas cahaya dapat dihitung menggunakan persamaan (2.5).

Diketahui :E = 15 lux

d =9m

Ditanya : Intensitas Cahaya (I) ?

Maka :E=

15 =

I = 15 x 92 = 1.215 Cd
62

Maka besar besar intensitas cahaya dengan lux 15 dan tinggi tiang 9 m adalah

sebesar 1.215 Cd.

4.4 Menentukan Flux Cahaya (lumen)

Setelah menentukan intensitas cahaya, langkah berikutnya adalah menentukan

flux cahaya (lumen). Untuk menentukan besar flux Cahaya (lumen) cahaya dapat

menggunakan persamaan (2.4) dengan persamaan berikut:

Diketahui : I = 1.215 Cd

Ditanya : Flux Cahaya (Ф) = ?

Maka :

lumen

Jadi, besar flux cahaya yang diperoleh adalah sebesar 15.260,4 lumen. Nilai ini

akan digunakan untuk menetukan daya lampu.

4.5 Menentukan Daya Lampu (Watt)

Setelah mendapatkan nilai flux cahaya maka dapat menentukan besar daya

lampu dengan menggunakan persamaan rumus efikasi cahaya (2.2) dan untuk

mengetahui efisiensi rata – rata (lumen/watt) dapat melihat tabel (2.4). Efikasi lampu

LED adalah 100 lumen/watt :

Diketehui : K = 100 lm/watt

Ф = 15.260,4 lumen

Ditanya : Daya lampu (P) = ?


63

Maka : K=

100 lm/w =

P=

P = 152,6 Watt 150 watt

Jadi, besar daya lampu yang akan digunakan adalah sebesar 150 watt dimana

pada katalog mempunyai nilai 15.400 lm.

4.6 Menentukan Jarak Antar Titik Lampu (m)

Setelah daya lampu ditentukan maka dapat dilanjutkan dengan menentukan

jarak antar lampu yang dapat ditentukan dengan persamaan (2.1).

E =

Untuk menetukan jarak antar lampu maka terlebih dahulu harus mengetahui

kuat Pencahayaan rata-rata ( E ) yang diperoleh dari tabel ( 2.2 ) yaitu jalan arteri

sebesar 15 Lux, Faktor Kerugian Cahaya (FKC) pada tabel (2.6) yaitu 0,75 karena

lingkungannya sering berdebu, Koefisien Pemakaian 0,5 diperoleh dari tabel (2.5), flux

cahaya sebesar 15.260,4 lumen, dan lebar jalan 7 m.

Diketahui :E = 15 Lux

KP = 0,5

FKC = 0,75

Ф = 15.260,4 lm

L =7m

Ditanya : Jarak antar titik lampu (m) = ?

Maka :E =
64

15 lux =

J =

J = = 54,5 m

Jadi, jarak antar titik lampu atau jarak antar tiang adalah 50 meter berdasarkan

perhitungan di atas.

4.7 Menentukan Jenis Lampu Penerangan

Jenis lampu yang digunakan untuk perencanaan instalasi penerangan jalan ini

adalah jalan dengan jenis lampu LED 150 watt dengan efisiensi rata-rata 70-150

lumen/watt dan umur rata-rata pemakaian 50.000-100.000 jam berdasarkan tabel (2.4).

Pemilihan jenis lampu ini tidak lepas dari faktor lingkungan disekitas jalan trikora ini

dan dibuktikan dengan perhitungan yang sudah dilakukan diatas.

4.8 Menentukan Armatur

Pada perencanaan penerangan lampu pada jalan Trikora, armatur yang digunkan

adalah jenis SLSOL dan lampu LED yang akan digunakan sudah dalam 1 paket.

Dengan jenis LEDXION S433 SERIES LED STREET LANTERN. Pada armatur ini

mempunyai IP 66 dimana pada indeks tersebut berdasarkan Tabel 2.7 armatur ini

memiliki perlindungan yang sempurna terhadap sentuhan manusia/benda, tahan

terhadap debu disekitarnya, debu tidak dapat masuk ke dalam armatur, serta tahan

terhadap derasan air seperti gelombang air laut. Dalam menentukan armatur perlu

memperhatikan estetikanya dimana armatur tersebut memiliki keindahan tersendiri

ketika dipasang. Bentuk armatur PJU yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar

4.1.
65

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Konstruksi Armatur
Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 01

Gambar 4.1 Bentuk Konstruksi Armatur PJU


66

Spesifikasi armatur untuk Penerangan ini adalah :

Housing Material:

 Die cast alumunium finished with durable polyester epoxy powder coating.

Operating Temperature:

 -30oC~+45oC

Power Supply :

 AC : 220~240Vac 50/150 Hz

 Constan current : 700 mA

Max System Power Comsumption :

 158 W

Total Luminous Flux :

 15400 lm – 150 W

Classification:

 Class I

Ingress Protection:

 IP66 (Lamp & Gear Compartment)

Mounting Spigot:

 Ø65 mm

Pole Installation Details (mm):

 Pole diameter Ø42-50 mm

Nett Weight:

 8,2 kg
67

4.9 Menentukan Jenis Tiang dan Posisi Tiang

Pada perencanaan ini menggunakan tiang dengan tinggi 11 meter dan terlebih

dahulu mengetahui kedalaman tiang yang akan ditanam, untuk menentukan kedalaman

tiang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.8) :

Diketahui : TTL = 11 m

Ditanya : KT = ... ?

Maka : KT = x TTL

KT = x 11 m

KT = 1,833 m

Tinggi tiang = TTL – KT

= 11 m – 1,833 m = 9,17 m → 9 m

Jadi tinggi tiang dari permukaan tanah adalah 9 m.

Pada perencanaan penerangan jalan di jalan Trikora ini tiang yang digunakan

memiliki tinggi 11 meter sebelum dipasang dan ketika pemasangan memiliki tinggi 9

meter karena tiang telah ditanam sedalam 1/6 dari tinggi tiang. Dengan masing-masing

lengan 2,8 meter, pemilihan tinggi dan lengan ini tidak lepas dari kondisi disekitar jalan

karena banyaknya kendaraan-kendaraan besar yang melintas pada jalan ini tujuannya

untuk menghindari tersangkutnya lampu dengan kendaraan yang melintas, sehingga

ukuran tiang ini sangat tepat digunakan pada jalan Trikora ini. Dengan spesifikasi

lengan ganda berbentuk hexagonal dengan alasan memiliki kekuatan dan estetika yang

baik atau memiliki keindahan ketika dipasang dan penempatan tiang yang berada di

median jalan dengan tujuan pemerataan pencahayaan yang sesuai pada jalur jalan dapat

dilihat pada gambar (4.2) di bawah ini.


68

2,8 m

h=9m

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Konstruksi dan Posisi
Tiang Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 02

Gambar 4.2 Bentuk Konstruksi dan Posisi Tiang PJU


69

4.10 Menentukan Sudut Stang Ornamen

Untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik penerangannya

mengarah ke tengah jalan, maka terlebih dahulu harus mengetahui jarak lampu ke

tengah-tengah jalan, dari data yang sudah didapat maka dapat ditentukan jarak

horizontal lampu yang mempunyai panjang stang ornamen 2,8 meter ke tengah-tengah

jalan adalah 1 meter. Untuk menghitung sudut stang ornamen menggunakan persamaan

(2.6) sebagai berikut :

Diketahui : h tiang = 9 meter

c = 1,7 meter

Ljalan = 7 meter

Ditanya : Jarak sumber cahaya ke titik kerja (t) ?

Maka,

Sehingga :

Jadi sudut kemiringan stang ornament yang penerangannya dapat mengarah

ketengah-tengah jalan adalah sebesar 10,579o.


70

4.11 Menentukan Pondasi

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Konstruksi Pondasi
Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 03

Gambar 4.3 Konstruksi Pondasi PJU

Pada perencanaan instalasi penerangan di jalan Trikora ini konstuksi pondasi

yang akan menopang tiang beserta peralatan lainnya dapat dilihat pada gambar 4.3.

Pemilihan pondasi seperti ini tidak lepas dari jenis tanahnya yang merupakan jenis

tanah timbunan atau tanah uru yang berasal dari perataan tebing yang sudah dipadatkan,

maka pondasi seperti ini sangat cocok untuk karakteristik tanah tersebut.
71

4.12 Menentukan Panel PJU

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Konstruksi Panel
Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL – 04

Gambar 4.4 Bentuk Konstruksi Panel PJU

Panel PJU yang digunakan terbuat dari besi plat dengan ketebalan 3 mm dan

ukuran sesuai pada gambar, ukuran ini disesuaikan dengan banyaknya komponen

pendukung, komponen pengaman dan komponen kontrol. Panel ini digunakan untuk

melindungi komponen yang ada di dalamnya dari segala macam gangguan dari luar

seperti cuaca agar komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik dan aman.
72

4.13 Menentukan Jumlah Titik Lampu PJU

Dari observasi dan pengukuran langsung ke lapangan, penulis mendapat data

bahwa ada 7 median dengan panjang median masing-masing sebagai berikut :

1. Panjang Median Jalan 1 = 102,3 meter

2. Panjang Median Jalan 2 = 178,1 meter

3. Panjang Median Jalan 3 = 86,6 meter

4. Panjang Median Jalan 4 = 279 meter

5. Panjang Median Jalan 5 = 85,6 meter

6. Panjang Median Jalan 6 = 320,7 meter

7. Panjang Median Jalan 7 = 336,2 meter

Dari data yang didapat di atas, penulis dapat menghitung jumlah titik lampu

yang akan digunakan atau diletakkan dibagian median tengah jalan. Untuk menentukan

jumlah titik tiang lampu yang akan digunakan di dalam perencanaan ini menggunakan

persamaan (2.9)

Perhitungan jumlah titik tiang lampu yang digunakan sesuai panjang median

tengah jalan :

Median 1 : T= Median 5 : T=

T= +1=3 T= +1=3

Median 2 : T= Median 6 : T=

T= +1=4 T= +1=7

Median 3 : T= Median 7 : T=

T= +1=3 T= +1=8
73

Median 4 : T=

T= +1=7

Jadi, total tiang yang digunakan dalam perencanaan penerangan pada jalan

trikora sebanyak 35 titik tiang lampu.

4.29.1 Gambar Penempatan Titik Lampu

Median 7

Keterangan :
Jarak Antar Tiang = 50 m

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Posisi Penempatan Tiang
Pada Median 7 Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 01

Gambar 4.5 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 7


74

Median 6

Keterangan :
Jarak Antar Tiang = 50 m

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Posisi Penempatan Tiang
Pada Median 6 Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 01

Gambar 4.6 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 6


75

Median 5

Median 4

Keterangan :
Jarak Antar Tiang = 50 m

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Posisi Penempatan Tiang
Pada Median 4 dan 5 Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 01

Gambar 4.7 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 4 dan 5


76

Median 3

Median 2

Median 1

Keterangan :
Jarak Antar Tiang = 50 m

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Posisi Penempatan Tiang
Pada Median 1, 2, dan 3 Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 01

Gambar 4.8 Penempatan Titik Lampu PJU Pada Median 1, 2, dan 3


77

4.14 Menghitung Jumlah Beban Tiap Median Jalan

Dari perhitungan menentukan jumlah titik lampu yang sebelumnya dilakukan

maka dapat dilanjutkan dengan menghitung jumlah beban tiap median. Jumlah beban

pada tiap median dapat dihitung dengan daya lampu yang digunakan sebesar 150 watt.

Dengan penggunaan tiang lengan ganda maka jumlah lampu akan dikalikan 2 terlebih

dahulu.

Diketahui : PLampu = 150 watt

Ditanya : Total daya lampu tiap median ?

Maka :

Median 1 :T = 3 x 2 = 6 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 6 = 900 Watt

Median 2 :T = 4 x 2 = 8 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 8 = 1.200 Watt

Median 3 :T = 3 x 2 = 6 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 6 = 900 Watt

Median 4 :T = 7 x 2 = 14 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 14 = 2.100 Watt

Median 5 :T = 3 x 2 = 6 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 6 = 900 Watt

Median 6 :T = 7 x 2 = 14 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 14 = 2.100 Watt

Median 7 :T = 8 x 2 = 16 Lampu (2 arah)

PLampu = 150 x 16 = 2.400 Watt


78

4.15 Menentukan Pengaman Tiap Tiang dan Pembagian Grup Fasa

Untuk menentukan pengaman setiap tiang dapat menggunakan persamaan

(2.10), dimana daya tiap tiang adalah 300 watt dan cos adalah 0,9 maka :

In = = = 1,51 A

Maka pengaman yang digunakan pada tiap tiang adalah MCB sebesar 2 A.

Sedangkan untuk pembagian grup fasa dapat dibagi menjadi 3, yaitu fasa R, S,

dan T untuk setiap beban yang ada pada setiap median. Dalam pembagian grup fasa

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Pembagian Grup Fasa

Daya Tiap Total Daya


Grup Jumlah
Median Lampu Lampu
(Fasa) Lampu
(Watt) (Watt)
R 2 150 300
1
S 2 150 300
T 2 150 300
R 4 150 600
S 2 150 300
2
T 2 150 300
R 2 150 300
3 S 2 150 300
T 2 150 300
R 4 150 600
4 S 6 150 900
T 4 150 600
R 2 150 300
S 2 150 300
5
T 2 150 300
R 4 150 600
S 4 150 600
6
T 6 150 900
R 6 150 900
7 S 6 150 900
T 4 150 600

4.16 Menentukan Pengaman Tiap Median

Setelah menentukan jumlah beban pada tiap median jalan untuk mengetahui

besarnya arus dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan daya untuk 3 fasa
79

yang dapat dilihat pada persamaan (2.11). Cos pada lampu sebesar 0,9 maka

pengaman pada PJU pada tiap grup adalah sebagai berikut :

Median 1

PLampu = 900 watt

In =

In = = 1,51 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 1,51 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 2

PLampu = 1.200 watt

In =

In = = 2,02 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 2,02 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 3

PLampu = 900 watt

In =

In = = 1,51 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 1,51 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 4

PLampu = 2.100 watt

In =

80

In = = 3,54 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 3,54 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 5

PLampu = 900 watt

In =

In = = 1,51 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 1,51 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 6

PLampu = 2.100 watt

In =

In = = 3,54 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 3,54 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 4 A.

Median 7

PLampu = 2.400 watt

In =

In = = 4,05 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 4,05 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 6 A.


81

4.17 Menentukan Pengaman Tiap Grup

Setelah menentukan pengaman beban pada tiap median jalan untuk mengetahui

besarnya arus pada tiap grup dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan daya

untuk 3 fasa yang dapat dilihat pada persamaan (2.12). Cos pada lampu sebesar 0,9

dan penulis membagi tiap grup dengan menggabungkan median 1, 2, dan 3 menjadi

grup 1, median 4 dan 5 menjadi grup 2, median 6 dan 7 menjadi grup 3, maka

pengaman pada PJU pada tiap grup adalah sebagai berikut :

Grup 1

PLampu = 900 + 1.200 + 900 = 3.000 watt

In =

In = = 5,06 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 5,06 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 6 A karena harus 1 tingkat diatas

pengaman yang dibawahnya.

Grup 2

PLampu = 2.100 + 900 = 3.000 watt

In =

In = = 5,06 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 5,06 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 10 A, karena pengaman pada median 4

adalah MCB 6 A.
82

Grup 3

PLampu = 2.100 + 2.400 = 4.500 watt

In =

In = = 7,59 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 7,59 A, berdasarkan tabel

2.12 pengaman yang digunakan adalah MCB 10 A.

4.18 Menentukan Pengaman Utama

Untuk menentukan pengaman utama PJU pada jalan Trikora dapat dihitung

dengan cara berikut :

Diketahui : Total Daya = 900 + 1.200 + 900 + 2.100 + 900 + 2.100 +2.400 = 10.400

Watt

Ditanya : In (A) = ?

Maka : In =

In = = 17,55 A

Dari hasil perhitungan arus nominal yang didapat In = 17,55 A, berdasarkan

tabel 2.13 besar kapasitas pengaman utama yang digunakan pada penerangan jalan

umum di jalan Trikora adalah sebesar 20 A. Pengaman yang digunakan adalah jenis

MCCB karena tingkat sensitivitasnya lebih cepat. MCCB juga dapat memproteksi

sistem jaringan percabangan selain untuk mengamankan dari gangguan hubung pendek

arus listrik dan arus beban lebih.

Dari hasil perhitungan pengaman tiap grup dan pengaman utama maka dapat

dibuat tabel seperti pada tabel 4.2 di bawah ini :


83

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaman PJU Tiap Grup dan Utama Pada Jalan Trikora

Daya Tiap Total Daya


Jumlah
Grup Median Lampu Lampu In (A) Pengaman (A)
Lampu
(Watt) (Watt)
1 6 150 900 1,51 MCB 4 A
2 8 150 1.200 2,02 MCB 4 A
1
3 6 150 900 1,51 MCB 4 A
Grup 1 20 150 3.000 5,06 MCB 6 A
4 14 150 2.100 3,54 MCB 4 A
2 5 6 150 900 1,51 MCB 4 A
Grup 2 20 150 3.000 5,06 MCB 6 A
6 14 150 2.100 3,54 MCB 4 A
3 7 16 150 2.400 4.05 MCB 6 A
Grup 3 30 150 4.500 7,59 MCB 10 A
Total 70 150 10.400 17,5 MCCB 20 A

4.19 Menentukan Jenis dan Luas Penampang Kabel PJU

Dalam menetukan penghantar untuk jaringan instalasi penerangan jalan umum

maka yang perlu dipertimbangkan adalah kekuatan makanis dari penghantar tersebut.

Pada pernecanaan penerangan jalan umum di jalan Trikora sistem penyaluran yang

digunakan adalah sistem kabel tanah, maka untuk pemilihan penghantar dipilih yang

sesuai untuk sistem kabel tanah yaitu kabel NYFGbY. Pemilihan kabel NYFGbY ini

tidak lepas dari karakteristik bagian median jalan yang banyak ditanami oleh pohon

yang memiliki akar yang suatu saat akan berkembang serta memudahkan dalam

pemasangannya yang tidak lagi harus menggunakan pipa lagi sebagai pengaman.

Tidak jauh berbeda dengan menentukan pengaman untuk menentukan luas

penampang juga harus mencari besar arus nominalnya (In) dengan menggunkan rumus

daya. Rumus daya untuk 1 fasa dan 3 fasa dapat dilihat pada persamaan (2.10) dan

(2.11)

Setelah itu tentukan besar kemampuan hantar arusnya (KHA). Untuk KHA

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.12).


84

Setelah KHA ditentukan, maka luas penampang yang digunakan dapat

ditentukan dengan melihat tabel (2.11) sehingga luas penampang kabel dapat

ditentukan.

4.20 Menentukan Luas Penampang Kabel Pada Tiap Tiang Lampu PJU

Tiang yang digunakan adalah tiang lengan ganda maka lampu yang digunakan

sebanyak 2 lampu pasa setiap tiang maka luas penampang untuk 1 tiang adalah :

Diketahui : PLampu = 150 x 2 = 300 watt

Ditanya : In dan KHA (A) ?

Maka : In =

In = = 1,51 A

KHA = 125% x In

= 125% x 1,51 = 1,88 A

Dari hasil perhitungan luas penampang penghantar yang didapat KHA = 1,88 A,

berdasarkan Tabel 2.11 maka kabel penghantar yang digunakan pada setiap tiang

adalah kabel NYY 3 x 2,5 mm2.

4.21 Menentukan Luas Penampang Kabel Tiap Median

Dalam menentukan luas penampang pada penghantar pada tiap grup dan utama

dapat dihitung sebagai berikut :

Diketahui : Median 1 = 900 Watt, Jarak ke panel utama = 80 m

Median 2 = 1.200 Watt, Jarak ke panel utama = 146 m

Median 3 = 900 Watt, Jarak ke panel utama = 349 m

Median 4 = 2.100 Watt, Jarak ke panel utama = 484 m

Median 5 = 900 Watt , Jarak ke panel utama = 790 m


85

Median 6 = 2.100 Watt, Jarak ke panel utama = 897 m

Median 7 = 2.400 Watt, Jarak ke panel utama = 1.242 m

Total daya = 10.400 Watt

V = 380 Volt

Ditanya : Luas penampang kabel ?

Maka :

Dalam menentukan luas penampang pada tiap median dapat menggunakan

perhitungan praktis jatuh tegangan pada persamaan (2.17) sebagai berikut :

Median1

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 2,5 mm2.

Median 2

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 2,5 mm2.

Median 3

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 2,5 mm2.

Median 4

(mm2)

q
86

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 2,5 mm2.

Median 5

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 2,5 mm2.

Median 6

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 6 mm2.

Median 7

(mm2)

Maka luas penampang kabel yang digunakan adalah NYFGbY 4 x 10 mm2.

Tabel 4.3 di bawah ini adalah merupakan hasil perhitungan untuk menentukan

luas penampang pada kabel dari setiap median ke panel utama PJU.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Luas Penampang Kabel Bawah Tanah

No Median Daya (Watt) Panjang Saluran (m) Kabel NYFGbY Size (mm2)
1 1 900 80 4 x 2,5 mm2
2 2 1.200 146 4 x 2,5 mm2
3 3 900 349 4 x 2,5 mm2
4 4 2.100 494 4 x 2,5 mm2
5 5 900 790 4 x 2,5 mm2
6 6 2.100 897 4 x 6 mm2
7 7 2.400 1.242 4 x 10 mm2
87

4.22 Menentukan Luas Penampang Kabel Tiap Grup dan Utama

Dalam menentukan luas penampang pada penghantar pada tiap grup dan utama dapat

dihitung sebagai berikut :

Diketahui : Grup 1 = 3.000 Watt

Grup 2 = 3.000 Watt

Grup 3 = 4.500 Watt

Total beban = 3.000 + 3.000 + 4.500 = 10.400 Watt

V = 380 Volt

Ditanya : In (A) dan KHA (A) ?

Maka :

Grup 1

Maka dalam menentukan luas penampang pada grup 1 adalah :

In =

In = = 5,06 A

KHA = 125% x In

= 125% x 5,06 = 6,23 A

Jika nilai KHA yang sudah diketahui maka luas penampang kabel pada grup 1

dapat diketahui dengan melihat tabel (2.11) dan kabel yang digunakan adalah NYY 4 x

2,5 mm2.

Grup 2

Maka dalam menentukan luas penampang pada grup 2 adalah :

In =

In = = 5,06 A

KHA = 125% x In
88

= 125% x 5,06 = 6,32 A

Jika nilai KHA yang sudah diketahui maka luas penampang kabel pada grup 2

dapat diketahui dengan melihat tabel (2.11) dan kabel yang digunakan adalah NYY 4 x

2,5 mm2.

Grup 3

Maka dalam menentukan luas penampang pada grup 3 adalah :

In =

In = = 7,59 A

KHA = 125% x In

= 125% x 7,59 = 9,48A

Jika nilai KHA yang sudah diketahui maka luas penampang kabel pada grup 3

dapat diketahui dengan melihat tabel (2.11) dan kabel yang digunakan adalah NYY 4 x

2,5 mm2.

Utama

Setelah menentukan luas penampang kabel tiap grup maka dapat dilanjutkan

untuk menentukan luas penampang utama yaitu dengan cara berikut :

In =

In = = 17,55 A

KHA = 125% x In

= 125% x 17,55 = 21,93 A

Jika nilai KHA yang sudah diketahui maka luas penampang kabel utama dapat

diketahui dengan melihat tabel (2.11). Karena harus 1 tingkat diatas luas penampang

pada tiap grup, maka kabel yang digunakan adalah NYY 4 x 4 mm2.
89

4.23 Menentukan Kapasitas Kontaktor

Untuk mengetahui kapasitas kontaktor yang akan digunakan pada rangkaian

otomatis pada panel PJU untuk menyalakan lampu dapat menggunkan persamaan

(2.20).

Maka dengan diketahui arus nominal pada panel PJU maka kapasitas kontaktor

yang digunakan adalah sebesar :

I = In x 115%

= 17,55 x 115%

= 20,18 A

Maka kontaktor yang digunakan berkapasitas 25 A

4.24 Sistem Otomatis Penerangan Jalan

Sistem otomatis penerangan jalan dibagi menjadi 3, antara lain :

1. Setiap lampu, pemasangan sistem otomatis dapat dibagi menjadi :

a. Satu lampu dengan satu Sun Switch.

b. Satu lampu dengan satu Timer Switch.

2. Setiap grup, pemasangan sistem otomatis dapat dibagi menjadi :

a. Banyaknya lampu dengan satu Sun Switch.

b. Banyaknya lampu dengan satu Timer Switch.

3. Gabungan, merupakan pemasangan sistem otomatis penerangan yang terdiri

dari Sun Switch atau Timer Switch yang digabungkan/dikombinasikan untuk

menyalakan beberapa lampu.

Dalam perencanaan ini menggunakan sistem otomatis gabungan karena efisiensi.


90

4.25 Menentukan Rangkian Kontrol Penerangan di Jl. Trikora Kec. Palaran

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

R
B
S
T
MCCB 01
C MCB 02

MCB 04 MCB 07
D

K03 K03
E
S 02
A M
F

H
T01

I H04 H05 H06 MCB 07 MCB 08 MCB 09

T01
J
S 02
K03 H07 H08 H09

K
N
Lampu Penerangan Jalan
Lampu Indikator
Sun Switch
Timer 24 Jam

Koil Kontaktor

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan


O
I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir


P
Diperiksa Ir. H. Arbain, MT
Diagram Rangkaian Kontrol dan Daya Lampu
Qomaruddin, ST., MT

Q
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 06

Gambar 4.9 Rangkaian Kontrol PJU


91

4.26 Diskripsi Kerja Rangkaian

Pada rangkaian ini menggunakan selektor switch yang mempunyai 3 posisi

yaitu posisi otomatis, off, dan manual.

Posisi Otomatis

Pada posisi ini saklar waktu dan LDR dihubung secara paralel untuk

mengoperasikan relay kontaktor.

Dapat dilihat dari rangkaian kontrol di halaman sebelumnya bahwa nyala lampu

tergantung dari bekerjanya anak kontak dari saklar waktu ataupun dari LDR.

Pengaturan waktu dari saklar waktu yang mana waktu nyala lampu diatur mulai dari

pukul 18.00 walaupun cuaca masih terang sampai pukul 06.00 walaupun cuaca masih

gelap sehingga anak kontak saklar waktu akan berada pada posisi menutup (lampu

menyala) selama 12 jam dan membuka (lampu mati) selama 12 jam. Sedangkan jika

pada siang hari cuaca gelap akibat mendung maka anak kontak dari LDR akan bekerja

menutup yang membuat lampu akan menyala dan akan kembali mati jika cuaca sudah

terang.

Posisi Manual

Ketika selektor switch diposisikan pada posisi manual maka kontaktor akan

langsung bekerja dan menghidupkan lampu. Posisi manual hanya akan digunakan

ketika LDR ataupun saklar waktu tidak berfungsi dengan baik sehingga beban lampu

jalan dapat tetap dihidupkan

Posisi Off

Pada posisi ini beban lampu jalan tidak akan menyala karena kontaktor tidak

mendapatkan arus dari sumber sehingga koil pada kontaktor tidak dapat terhubung.

Posisi ini hanya digunkan ketika akan diadakannya perawatan dan perbaikan pada

sistem penerangan jalan umum.


92

4.27 Diagram Satu Garis Perencanaan PJU di Jl. Trikora Kec. Palaran

Panel PJU
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYFGbY 4 x 2,5 mm2 NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 3 Fasa 4 A MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa S
Median 1 NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa T

NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 4 x 2,5 mm 2 NYFGbY 4 x 2,5 mm 2
NYY 3 x 2,5 mm 2

Grup 1 MCB 3 Fasa 4 A MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa S


MCB 3 Fasa 6 A Median 2
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa T

NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYFGbY 4 x 2,5 mm 2 NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 3 Fasa 4 A MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
Median 3
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa T

2
NYY 3 x 2,5 mm
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa S
NYFGbY 4 x 2,5 mm 2 NYY 3 x 2,5 mm2
MCB 3 Fasa 4 A MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
Median 4
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T
NYY 4 x 4 mm2
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCCB 3 Fasa 20 A MCB 3 Fasa 6 A Grup 2 2 Titik Lampu Fasa T
MCB 1 Fasa 2 A

PLN 3 fasa, 220/380 V, 50 Hz Kontaktor


NYY 4 x 6 mm 2 NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYFGbY 4 x 2,5 mm 2 NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
MCB 3 Fasa 4 A Median 5
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T
2
NYY 3 x 2,5 mm
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa S
NYFGbY 4 x 6 mm2
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
MCB 3 Fasa 4 A Median 6
NYY 3 x 2,5 mm2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T

MCB 3 Fasa 10 A Grup 3 NYY 3 x 2,5 mm 2


MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa R
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa R
NYFGbY 4 x 10 mm2 NYY 3 x 2,5 mm2

MCB 3 Fasa 6 A Median 7 MCB 1 Fasa 2 A


2 Titik Lampu Fasa S
NYY 3 x 2,5 mm2
BC 10 mm2 2 Titik Lampu Fasa S
MCB 1 Fasa 2 A

NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa S
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A
2 Titik Lampu Fasa T
NYY 3 x 2,5 mm 2
MCB 1 Fasa 2 A 2 Titik Lampu Fasa T

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Diagram 1 Garis
Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 07

Gambar 4.10 Diagram 1 Garis


93

4.28 Rekapitulasi Daya PJU

Panel PJU
Fasa R 300 Watt

NYFGbY 4 x 2,5 mm2 Fasa S 300 Watt

MCB 3 Fasa 4 A Median 1 Fasa T 300 Watt

Total 900 Watt

Fasa R 600 Watt

NYY 4 x 2,5 mm 2 NYFGbY 4 x 2,5 mm2 Fasa S 300 Watt

MCB 3 Fasa 6 A Grup 1 MCB 3 Fasa 4 A Median 2 Fasa T 300 Watt

Total 1.200 Watt

Fasa R 300 Watt

NYFGbY 4 x 2,5 mm2 Fasa S 300 Watt


MCB 3 Fasa 4 A
Median 3 Fasa T 300 Watt

Total 900 Watt

Fasa R 600 Watt

NYFGbY 4 x 2,5 mm2 Fasa S 900 Watt


MCB 3 Fasa 4 A Median 4 Fasa T 600 Watt

Total 2.100 Watt


NYY 4 x 4 mm2 NYY 4 x 2,5 mm 2

MCCB 3 Fasa 20 A MCB 3 Fasa 6 A Grup 2

Kontaktor Fasa R 300 Watt


PLN 3 fasa, 220/380 V, 50 Hz
NYY 4 x 6 mm2 NYFGbY 4 x 2,5 mm2 Fasa S 300 Watt
MCB 3 Fasa 4 A Median 5 Fasa T 300 Watt

Total 900 Watt

Fasa R 600 Watt

NYFGbY 4 x 6 mm2 Fasa S 600 Watt


MCB 3 Fasa 4 A Median 6 Fasa T 900 Watt

Total 2.100 Watt


NYY 4 x 2,5 mm 2

MCB 3 Fasa 10 A Grup 3

Fasa R 900 Watt

NYFGbY 4 x 10 mm 2 Fasa S 900 Watt


MCB 3 Fasa 6 A Median 7 Fasa T 600 Watt

Total 2.400 Watt


BC 10 mm2

JUMLAH Nama Bagian No Bag Bahan Ukuran Keterangan

I II III Digambar Anwar Fajeri

Proyeksi Tugas Akhir

Diperiksa Ir. H. Arbain, MT


Gambar Rekapitulasi Daya
Qomaruddin, ST., MT

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA EL - 08

Gamabr 4.11 Rekapitulasi Daya PJU


94

4.29 Standard Operation Procedure (SOP) Perencanaan Instalasi PJU

4.29.1 Pemasangan Kabel Bawah Tanah PJU

Syarat penghantar yang bisa digunakan pada pemasanngan PJU dengan cara

under ground cabel (kabel bawah tanah) antara lain :

1. Pemasangan penghantar sistem under ground harus mengikuti ketentuan

pemasangan kabel tanah sesuai PUIL 2000.

2. NYY bisa ditanam dengan cara diberi pelindung (pipa, pasir + bata,dan lain-lain

). tetapi sangat dihindari apa bila dipasang di daerah yang rawan tekanan

mekanis (Contoh penyebrangan jalan atau perempatan jalan).

3. NYFGBY bisa ditanam langsung ditanah karena kabel jenis ini sudah

dilengkapi prisai baja yang bisa melindungi terhadap gangguan mekanis.

4. Kabel instalasi jenis NYM bukanlah jenis kabel tanah, karena itu dalam keadaan

bagaimanapun tidak boleh ditanam di dalam tanah.

4.29.2 Penyambungan Kabel Atau Penghantar Pada PJU

1. Sambungan Penghantar dengan sistem under ground cabel (kabel bawah tanah )

bisa dengan cara disolder, diterminal , dipres atau cara lain yang sederajat dan

dimasukan dalam kotak sambung (mof).

2. Sambungan penghantar dengan sistem kabel udara bisa dengan cara kotak box

terminal dan konektor.

3. Dua penghantar logam yang tidak sejenis (seperti tembaga dan aluminium atau

tembaga berlapis aluminium) tidak boleh disatukan dalam terminal atau

penyambung punter kecuali jika alat penyambung itu cocok untuk maksud dan

keadaan penggunaannya.
95

4. Penghantar aluminium tidak boleh dihubungkan dengan terminal dari kuningan

atau logam lain berkadar tembaga tinggi, kecuali bila terminal itu telah diberi

lapisan yang tepat atau telah diambil tindakan lain untuk mencegah korosi.

5. Sambungan kabel almunium dan tembaga bisa dilakukan dengan konektor,

sekun, terminal dari bahan bimetal.

4.29.3 Perangkat Hubung Bagi (PHB) Pada Instalasi Penerangan Jalan Umum

Perangkat Hubung Bagi (PHB) dalam penerangan jalan umum memiliki

beberapa kriteria yaitu :

1. Pemasangan PHB untuk PJU harus mengikuti ketentuan Pemasangan PHB tutup

pasang diluar pada PUIL 2000.

2. Ketinggian PHB tidak boleh kurang 1.2 meter.

3. Inti pokok komponen PHB, Pada sisi penghantar masuk dari PHB yang berdiri

sendiri harus dipasang setidak-tidaknya satu saklar, sedangkan pada setiap

penghantar keluar setidak-tidaknya dipasang satu proteksi arus .

4. Pada komponen PHB seperti saklar utama dan MCB (Pengaman ),dan lain-lain

harus bertanda SNI.

4.29.4 Arde Dan Penghantar Proteksi

Arde (jalur langsung dari arus listrik menuju bumi atau koneksi fisik langsung ke

bumi) dan penghantar proteksi dalam instalasi penerangan jalan raya memiliki fungsi

yaitu :

1. Arde dan penghantar proteksi mempunyai peranan yang sangat penting pada

suatu instalasi, karena semua Bagian Konduktor Terbuka (BKT) seperti PHB,
96

armatur, tiang, dan lain - lain harus di tanahkan untuk menghindari teganan

sentuh terlalu tinggi.

2. Pada sistem TN-C-S semua BKT dihubungkan dengan Pembumian di PHB

dengan mengunakan penghantar proteksi ( PE ).

3. Pada sistem TT semua BKT dibumikan terpisah dengan Pembumian pada PHB

( dengan kata lain semua BKT dibumikan / grounding sendiri ).


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan yang telah dilaksanakan sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan layout jalan dan perhitungan, total lampu yang digunakan pada jalan

Trikora adalah sebanyak 70 buah lampu dengan total tiang sebnyak 35 buah,

sedangkan armatur dan lampu yang digunakan sudah dalam 1 paket yakni jenis

LEDXION S433 SERIES LED STREET LANTERN dengan daya sebesar 150 Watt.

2. Tiang lampu yang digunakan adalah tiang lampu jenis hexagonal lengan ganda

dengan tinggi tiang 9 meter setelah ditanam dan panjang lengan masing – masing 2,8

meter dengan sudut stang ornamen sebesar 10,579o.

3. Kabel yang digunakan untuk penerangan pada tiap tiang lampu adalan jenis NYY 3 x

2,5 mm2 dan kabel pada tiap median menuju panel PJU mengguakan jenis kabel tanah

yakni NYFGbY 4 x 2,5 mm2 (median 1, 2, 3, 4 dan 5), NYFGbY 4 x 6 mm2 (median

6), dan NYFGbY 4 x 10 mm2 (median 7).

4. Pada rangkaian kontrolnya menggunakan sistem manual dan sistem otomatis

gabungan yaitu pengoperasian lampu dengan sistem otomatis dengan menggunakan 1

sun switch dan 1 timer switch kemudian dibantu dengan relay kontaktor ini sangat

efektif dan efisien dalam menyalakan beberapa lampu. Karena jalan Trikora

merupakan jalan arteri yang berpengaruh terhadap cuaca misalnya mendung atau

hujan dan kondisi di malam hari. Pada rangkian kontrolnya juga ditambahkan selektor

switch untuk pengoperasian lampu secara manual yang tujuannya sebagai alternatif

jika pada keadaan otomatis rusak dan memudahkan dalam melakukan perawatan.
98

5.2 Saran

Berdasarkan rangkuman dari penelitian ini, penulis dapat menyarankan kepada

pembaca yang ingin mengembangkan laporan tugas akhir ini yaitu :

1. Dalam merencanakan penerangan jalan umum kita harus mengetahui dasar hukum

tentang penerangan jalan umum dan memilih komponen – komponen yang efektif dan

efisien tanpa mengesampingkan dari segi keamanan maupun keselamatan penguna jalan.

2. Kedepannya perlu dikembangkan sistemnya untuk penghematan energi listrik dengan

komponen – komponen yang mendukung dan dan teknologi terbaru.

3. Menambahkan simulasi menggunakan aplikasi Dialux untuk membandingkan hasil

perhitungan dengan hasil simulasi sebelum diterapkan ke lapangan.

4. Perlu dibentuknya sistem organisasi manajamen perawatan penerangan jalan umum agar

dalam perawatan/pemeliharaan dapat terorganisir untuk menjamin penerangan jalan

umum dapat beroperasi maksimal.

5. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah kota agar merealisasikan

perencanaan yang penulis rencanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Budi, Erwin Putro Setyo. (2016). Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum di
Jalan Ringroad 3 Samarinda Utara. Samarinda.

Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi. (2014). Efisiensi
Energi Pencahayaan Jalan Umum, Buku II : Perencanaan Sistem PJU Efisiensi
Energi. Jakarta: Dirjen Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi.

Linsley, Trevor. (2004). Instalasi Listrik Tingkat Lanjut Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Muhaimin, Drs., (2001). Teknologi Pencahayaan. Bandung: Refika Aditama.

Neidle, Michael. (1982). Teknologi Instalasi Listrik Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Rekayasa Lalulintas/Penerangan Jalan. (2014, Agustus 23). Retrieved Maret 29, 2017,
from Wikibooks: https://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_jalan

SNI 7391. (2008). Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

SNI Standar Nasional Indonesia. (2000). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

SNI Standar Nasional Indonesia. (2011). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Sumardjati Prih, dkk. (2008). Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:
Macan Jaya Cemerlang.

Tim, APEI. 2007. (Desember 2007). Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik I. Jakarta:
APEI.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai