Anda di halaman 1dari 1

Contoh Demand dan Supply

1. Ibu Sartika, wanita berumur 45 tahun merasa sakit di bawah perut. Sebagai seorang
sekretaris direktur perusahaan, dia merasakan bahwa sakit perutnya mengganggu
pekerjaannya sehari-hari. Dia mempunyai keinginan untuk sehat, bebas dari rasa
sakitnya. Untuk mencoba mengatasi sakit yang dirasakannya, ia minum obat
pengurang sakit perut yang dijual bebas. Akan tetapi setelah dua hari minum obat,
ternyata rasa sakit perut belum berkurang. Ibu Sartika kemudian mendatangi dokter
umum untuk berkonsultasi. Dokter tersebut memberikan obat, tetapi rasa sakitnya
tidak berkurang. Selanjutnya, dokter umum itu merujuk Ibu Sartika ke dokter spesialis
penyakit dalam karena diduga ada kelainan di bagian perutnya. Dengan dikirimnya ke
dokter spesialis penyakit dalam, demand Ibu Sartika telah "meningkat" terhadap
pelayanan kedokteran spesialis. Pada pemeriksaan di tingkat dokter spesialis ini maka
ada berbagai kemungkinan yang berkaitan dengan pemakaian teknologi tinggi,
misalnya penggunaan USG atau CT Scan sebagai alat bantu diagnosis. Setelah itu
hasil tes akan keluar dan mengharuskan untuk penanganan lebih lanjut yaitu operasi.
Akhirnya karena Ibu Sartika ingin sembuh tentunya dia tidak akan memperdulikan
keuangannya, dia akan berusaha atas kesembuhannya tersebut.
2. Sebagai contoh, pada kasus tindakan bedah appendisitis akut, pasien tidak mempunyai
pilihan untuk membandingkan pelayanan dokter bedah, apalagi pilihan untuk
menunda operasi. Dengan demikian, pilihannya terbatas yaitu dioperasi secepat
mungkin. Dalam hubungan dokter dengan pasien, pilihan pasien dipengaruhi oleh
dokter. Kasus pemakaian USG merupakan contoh pemakaian alat kesehatan yang
harus atas pengaruh dokter. Pembelian obat dengan resep dokter merupakan contoh
klasik dari tidak adanya pilihan pasien.
3. Sebagai contoh yaitu di poli gigi, penawaran pelayanan kesehatan gigi sangat
ditentukan oleh faktor produksi seperti dokter gigi dan dental chair. Suatu saat harga
kesehatan di poli gigi naik, maka akan terjadi kenaikan harga tersebut tidak
mempengaruhi kuantitas jumlah pasien yang dapat diperiksa di poli gigi. Hal ini
dikarenakan man dan machine berupa dokter gigi dan dental chair terbatas, sehingga
meskipun biaya periksa per pasiennya naik, maka dokter gigi tidak dapat memaksakan
untuk melayani lebih banyak pasien dari supply maksimumnya. Selain itu provider
layanan kesehatan tidak bisa langsung menambahkan jumlah dokter gigi dan dental
chair dalam jangka waktu yang pendek.

Anda mungkin juga menyukai