MATERIALITAS,
MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, DAN STRATEGI AUDIT AWAL
MULIATI A031191148
ASMAH G. A031191099
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pengauditan I ini yang berhubungan dengan
materi presentasi kami, yaitu “Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal” dengan
tepat waktu. Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pengauditan I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini,
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 1
yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini, juga terima kasih atas
kesempatan waktu para anggota yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Pengauditan I dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini memuat
hal-hal yang berkaitan dengan Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal. Dalam
penyusunan makalah ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki. Namun, kami selaku penyusun juga adalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan.
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat tim penulis
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah yang lain pada waktu
mendatang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................
.....................................................................
.............................................
..........................................
....................i
DAFTAR ISI.......................................
ISI.............................................................
.............................................
.............................................
.........................................
...................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................
...............................................................
.............................................
..........................................
................... 1
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN ..............................................
....................................................................
............................................
......................................
................ 3
A. MATERIALITAS
MATERIALITAS.....................................
...........................................................
............................................
.............................................
...........................
.... 3
A. KESIMPULAN....................................................
..........................................................................
.............................................
....................................
.............28
B. SARAN ...........................................
.................................................................
............................................
............................................
....................................
.............. 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................
.............................................................................
.............................................
................................
.........29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari materialitas?
2. Mengapa konsep materialitas penting dalam audit atas laporan keuangan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan materialitas?
4. Bagaimana hubungan materialitas dengan bukti audit?
5. Apa pengertian risiko audit?
1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi materialitas
2. Untuk mengetahui pentingnya konsep materialitas dalam audit atas laporan
keuangan
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan materialitas
4. Untuk mengetahui hubungan audit dengan materialitas, konsep materialitas, dan
penggunaan materialitas
materialit as dalam mengevaluasi bukti audit
5. Untuk mengetahui pengertian risiko audit
6. Untuk mengetahui prosedur penilaian risiko
7. Untuk mengetahui model risiko audit
8. Untuk mengetahui bagaimana menilai komponen risiko audit
9. Untuk mengetahui hubungan materialitas, risiko, dan bukti audit
10. Untuk mengetahui komponen dalam strategi audit awal
11. Untuk mengetahui strategi audit tambahan
12. Untuk mengetahui hubungan strategi dan siklus transaksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MATERIALITAS
Tanggung jawab auditor dalam laporan auditor independen mencakup dua frasa,
yaitu (1) memperoleh keyakinan yang memadai, (2) bebas dari kesalahan penyajian
material. Frasa Memperoleh keyakinan yang memadai dimaksudkan untuk
memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa auditor tidak menjamin
kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada sejumlah risiko bahwa laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, walaupun auditor memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Frasa Bebas dari kesalahan penyajian material dimaksudkan untuk
memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa tanggung jawab auditor
terbatas pada informasi keuangan yang material saja. Materialitas penting karena
tidaklah praktis jika auditor harus memberikan kepastian menyangkut jumla hyang
tidak material.
1. Konsep Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan
audit yang harus dikeluarkan. FASB Concept Statement 2 mendefinisikan
materialitas sebagai besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi
akuntansi yang dalam kaitannya dengan keadaan sekitarnya, memungkinkan
bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Dari definisi
tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik (1) keadaan yang
berkaitan dengan entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang
bergantung pada laporan
lapo ran keuangan yang
yan g diaudit.
SPA 320 dalam SPAP (2013) mendefinisikan materialitas sebagai: “Suatu
jumlah yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ke
tingkat rendah yang semestinya kemungkinan salah saji yang tidak dikoreksi dan
yang tidak terdeteksi secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan.”
Materialitas merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis
4
audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, hal ini
disebut sebagai pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ( preliminary
preliminary
judgment about materiality). Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan
akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pengguna.
Auditor menetapkan pertimbangan tersebut untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Adapun yang disebut pertimbangan tentang
materialitas yang direvisi (revised judgment about materiality) yaitu selama
pelaksanaan audit, auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas.
5
dapat menjadi tidak material bagi perusahaan besar. Hal ini membuat tidak
mungkin untuk menetapkan pedoman nilai dolar untuk pertimbangan
pendahuluan tentang
tentan g materialitas yang berlaku untuk
u ntuk semua klien audit.
audit .
b) Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas.
Karena materialitas adalah relatif, diperlukan tolak ukur untuk
menentukan apakah salah saji itu material. Laba bersih
bers ih sebelum pajak sering
kali menjadi tolok ukur utama untuk menentukan berapa jumlah yang material
bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena dianggap sebagai item
informasi penting bagi pengguna. Beberapa perusahaan menggunakan tolok
ukur utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali berfluktuasi cukup
besar dari tahun ke tahun, sehingga tidak memberikan tolok ukur yang stabil,
atau bila entitas tersebut adalah organisasi nirlaba. Tolok ukur utama lainnya
termasuk penjualan bersih, laba kotor, dan total aset atau aset bersih. Setelah
menetapkan tolok ukur utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah
saji dapat memengaruhi secara material kewajaran tolok ukur lainnya seperti
aset lancar, total aset, kewajiban lancar, dan ekuitas pemilik. Standar audit
mengharuskan auditor mendokumentasikan dalam file audit dasar yang
digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
6
7
berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bisa saja diakibatkan karena
penerapan yang salah dari
dar i GAAP.
c) Materialitas pada tingkat saldo akun.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji
b) Laporan keuangan mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
½% sampai 1% dari total aset.
c) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 1% dari ekuitas.
d) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji ½% sampai 1% dari pendapatan bruto.
5. Menentukan Materialitas Kinerja
Materialitas kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor
kurang dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
agregat dari salah saji yang belum dikoreksi dan tidak terdeteksi melebihi
materialitas untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan. Menentukan
materialitas kinerja diperlukan karena auditor mengakumulasi bukti berdasarkan
segmen daripada laporan keuangan secara keseluruhan, dan tingkat materialitas
kinerja membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat untuk
dikumpulkan.
Untuk saldo piutang sebesar $ 1.000.000, misalnya, auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti jika salah saji $ 50, 000 dianggap material
dibandingkan jika $ 300,000 dianggap material. Namun, jika auditor menetapkan
tingkat materialitas yang sama untuk setiap segmen audit yang ditugaskan untuk
laporan keuangan secara keseluruhan, kemungkinan akan ada kesalahan penyajian
yang tidak teridentifikasi yang melebihi materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan. Materialitas kinerja dapat bervariasi untuk berbagai kelas
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan, terutama jika ada fokus pada area
tertentu.
6. Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas ke
Segmen-Segmen
Alasan Mengacu pada proses menentukan materialitas kinerja sebagai alokasi
peertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen dalam diskusi
kita yang berikut. Misalnya, kelebihan penyajian piutang usaha sebesar $ 20.000
juga merupakan pernyataan penjualan yang berlebihan sebesar $ 20.000. Jadi,
tidak tepat mengalokasikan pertimmbangan pendahuluan baik ke akun laporan
laba rugi dan neraca karena jika dilakukan akan menimbulkan perhitungan ganda.
Karena sebagian besar prosedur audit berfokus pada akun neraca, materialitas
biasanya hanya dialokasikan
dialo kasikan ke akun neraca.
nera ca.
Penentuan materialitas kinerja didasarkan pada pertimbangan profesional dan
mencerminkan jumlah kesalahan penyajian yang ingin diterima auditor dalam
segmen tertentu. Misalnya, jika auditor memutuskan untuk mengalokasikan $
100.000 dari total penilaian awal tentang materialitas $ 200.000 ke piutang, ini
berarti auditor
audit or bersedia untuk mempertimbangkan piutang yang dinyatakan secara
wajar jika salah saji sebesar $ 100.000 atau kurang. Standar audit PCAOB
mengacu pada jumlah ini sebagai salah saji yang dapat ditoleransi, sedangkan
9
akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan.
Auditor menghadapi 3 kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas
ke akun-akun neraca:
(1) Auditor memperkirakan akun-akun tertentu yang mengandung lebih banyak
salah saji dibanding akun-akun lainnya.
(2) Baik lebih saji dan kurang saji harus dipertimbangkan
(3) Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini
Dalam praktiknya, seringkali sulit untuk memprediksi sebelumnya akun mana
yang paling mungkin salah saji dan apakah salah saji kemungkinan besar
merupakan pernyataan berlebihan atau pernyataan yang terlalu rendah. Demikian
pula, biaya relatif untuk
u ntuk mengaudit saldo
s aldo akun yang berbeda
berb eda seringkali
seringk ali tidak dapat
ditentukan. Oleh karena itu, pertimbangan profesional yang sulit untuk
mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun. Tujuan
alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun-akun neraca
adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan
bagi setiap akun dalam neraca serta laporan laba-rugi. Salah satu sasarannya
adalah meminimalkan biaya audit tanpa mengorbankan mutu audit. Tanpa
10
a) Salah saji yang diketahui (known misstatement ) adalah salah saji dalam
akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
b) salah saji yang mungkin (likely misstatement ) terbagi lagi menjadi 2,
yaitu:
(1) salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen
B. RISIKO AUDIT
11
c. Pengamatan
Pengamatan dan inspeksi
Bukti yang diperoleh melalui pengamatan umumnya melibatkan auditor yang
melihat proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain. Belajar tentang
bisnis dan lingkungannya, auditor juga mengamati klien yang melakukan
proses penting terkait pelaporan keuangan untuk membantu mereka
memahami desain pengendalian internal terkait. untuk laporan keuangan
secara keseluruhan dan untuk tujuan audit spesifik yang terkait dengan kelas
transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan
d. Diskusi antara anggota tim yang terlibat
12
laba itu tinggi untuk membentuk cadangan laba atau “cookie jar reserve”, yang
dapat digunakan untuk memperbesar laba dalam periode mendatang. Praktik ini
disebut income smoothing (perataan laba) dan earnings management (pengaturan
laba). Pengaturan laba menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk
memenuhi tujuan laba. Perataan laba merupakan salah satu bentuk pengaturan
laba dimana pendapatan dan beban ditukar- tukar diantara periode-periode untuk
mengurangi fluktuasi laba.
Penyalahgunaan
Penyalahgunaan aktiva
Yaitu kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Dalam banyak kasus,
jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Pencurian aktiva
13
Terdapat tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang
curang dan penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU 316), disebut
segitiga kecurangan.
Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau
tekanan untuk melakukan kecurangan.
Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan
melakuka n kecurangan.
Sikap/rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis
yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan
yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup
menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
4. Identifikasi Risiko Signifikan
Risiko signifikan ialah risiko salah saji material yang diidentifikasi dan dinilai
menurut pandangan auditor harus memerlukan pertimbangan khusus. Sebagian
besar dari penilaian risiko, auditor wajib menentukan apakah risiko tersebut
merupakan bagian dari risiko signifikan atau tidak. Dalam menentukan hal ini,
auditor wajib menyampingkan dampak pengendalian yang diidentifikasi terkait
dengan risiko tersebut.
Dalam menentukan apakah risiko tersebut termasuk risiko signifikan, auditor
setidaknya wajib mempertimbangkan hal – hal
hal berikut yaitu:
Apakah risiko tersebut merupakan risiko kecurangan
Apakah risiko tersebut berkaitan dengan ekonomi akhir – akhir ini,
perkembangan akuntansi atau pekembangan lain yang signifikan, dan
memerlukan perhatian khusus
Komplesitas transaksi
Apakah risiko itu melibatkan transaksi signifikan dengan pihak terkait
14
Jika auditor sudah menentukan bahwa risiko signifikan memang ada, auditor
wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian entitas, termasuk kegiatan
pengendalian yang relevan (untuk
(un tuk menangkal) risiko tersebut.
tersebut . (lihat alinea
alin ea A124 –
A126)
Jika auditor sudah menentukan bahwa risiko salah saji material yang dinilai,
pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan
prosedur subtantif yang khusus
khusu s menanggapi
menanggap i risiko tersebut. dalam
d alam hal pendekatan
terhadap risiko signifikan itu hanya terdiri atas prosedur substantif, prosedur wajib
uji rincian. (lihat
(lihat alinea A53)
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang terkait
dengan hubungan pihak terkait dan transaksi pihak terkait menentukan apakah
risiko tersebut merupakan risiko signifikan. Dalam hal ini auditor wajib
memperlakukan transaksi pihak terkait yang signifikan diluar jalur bisnis yang
normal, sebagai risiko signifikan
Jika auditor mengidentifikasi faktor risiko kecurangan (termasuk situasi terkait
dengan pengaruh dominan) ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan
kegiatan terkait, sehubungan dengan pihak terkait, auditor wajib
mempertimbangkan informasi tersebut ketika mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material karena kecurangan, sesuai ISA 240 (lihat alinea A6, A29 –
A30)
5. Model Risiko Audit
Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam
melaksanakan fungsi audit, seperti mengakui ketidakpastian yang melekat tentang
ketepatan bukti, ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien,
serta ketidakpastian tentang apakah laporan keuang telah disajikan secara wajat
ketika audit selesai dilakukan. Auditor yang efektif akan mengakui bahwa
memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut dengan cara yang tepat.
Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis
15
bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini dinyatakan
sebagai berikut :
Ket :
deteksi yang direncanakan juga dikurangi, dan bukti yang direncanakan harus
ditambah.
6. Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor
akuntan public akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan
audit sudah benar.
Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Audit yang Dapat Diterima
1) Derajat ketergantungan
ketergantungan Pemakai Eksternal pada Laporan Keuangan
Jika pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat
untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima. Jika laporan keuangan
17
sangat diandalkan, mungkin saja timbul kerugian social yang besar jika salah
saji yang signifikan dalam laporan keuangan tetap tidak tertdeteksi. Beberapa
factor yang merupakan indicator yang baik mengenai derajat ketergantungan
pemakai eksternal pada laporan
lap oran keuangan :
Ukuran klien Secara umum,
18
lainnya.
Kompetensi manajemen
Manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap potensi
kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasinya untuk
meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor harus menilai
kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas
kemungkinan terjadinya kepailitan.
3) Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen
Jika klien memiliki integritas yang meragukan, auditor mungkin akan menilai
risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah. Perusahaan yang memiliki
integritas yang rendah seringkali menjalankan urusan bisnisnya dengan cara
yang akhirnya menimbulkan konflik dengan para pemegang saham, pembuat
peraturan, serta pelanggan
pelang gan
7. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Inherent risk didefinisikan sebagai suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor
dalam menilai adanya kemungkinan terdapat sejumlah salah saji yang material
dalam suatu segmen sebelum auditor mempertimbangkan keefektifan dari
pengendalian intern
in tern yang ada (Arens, 2001)
2001 ) Dengan mengasumsikan
men gasumsikan tidak adanya
laporan keuangan terhadap salah saji yang material. Maka auditor akan
akan
menyimpulkan tingkat risiko inherennya tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Inherent Risk
Menurut Arens, terdapat beberapa faktor yang perlu ditelaah oleh auditor dalam
menetapkan risiko bawaan, yaitu:
Sifat bisnis klien
Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko
salah saji yang material pada laporan keuangan baik karena kekeliruan atau
kecurangan, dan baik untuk merancang sifat, penetapan waktu serta luas
prosedur audit selanjutnya.
selanjut nya.
Temuan audit yang diperoleh dari audit-audit sebelumnya
Salah saji yang dikemukakan pada audit tahun sebelumnya kemungkinan
besar akan ditemukan kembali
k embali pada penugasan audit tahun
t ahun berjalan. Hal ini
pengalaman.
20
Pihak-pihak terkait
transaksi ini tidak terjadi pada berbagai pihak yang independen yang
bertransaksi sejauh jangkauan tangan saja, maka kemungkinan transaksi
transaksi tersebut mengalami salah saji yang lebih besar akan
mengakibatkan peningkatan nilai risiko inheren.
Berbagai transaksi non rutin
bank. Serupa dengan itu, berbagai transaksi atas perbaikan utama atau
penggantian sejumlah aktiva merupakancontoh-contoh
merupakancontoh -contoh dimana sejumlah
pertimbangan diperlukan agar dapat mencatat transaksi tersebut dengan
benar.
Penyusunan populasi
21
pentingnya skeptisisme
skeptisis me professional harus ditekankan.
d itekankan.
22
2) Penugasa
Penugasan
n akan direview secara lebih seksama dari biasanya.
Kantor akuntan public harus memastikan bahwa file audit yang
mendokumentasikan rencana auditor, bukti yang dikumpulkan serta
kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit, direview dengan
memadai. Bila risiko audit tyang dapat diterima rendah, sering kali harus
dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil yang
tidak ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salah saji yang material
tinggi untuk akun-akun tertentu, staf yang mereview mungkin akan
menghabiskan lebih bayak waktu untuk memastikan bukti sudah tepat dan
sudah dievaluasi dengan benar.
Risiko Audit untuk Segmen-segmen
Segmen-segmen
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren
dinilai untuk setiap tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang
sama penilaian ini mungkin akan bervariasi dari sikluas ke siklus, dari akun ke
akun, serta dari tujuan ke tujuan. Risiko audit yang dapat diterima biasanya
dinilai oleh auditor selama tahap perencanaan dan tidak berubah pada setiap
siklus serta akun utama. Auditor umumnya menggunakan tingkat risiko audit
yang dapat diterima yang sama untuk setiap segmen.
Akan tetapi, dalam beberapa kasus risiko audit yang dapat diterima yang
lebih rendah mungkin lebih tepat untuk satu akun ketimbang untuk akun-akun
lainnya. Jika auditor memutuskan untuk menggunakan tingkat risiko audit
yang dapat diterima menengah untuk keseluruhan audit, auditor itu dapat saja
memutskan untuk menurunkan risiko audir dapat diterima ke tingkat yang
tersebut bukan merupakan hal yang umum. Para auditor dapat mengaitkan
sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda secara efektif dan relative
mudah untuk menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua tujuan.
Merevisi Risiko dan Bukti
1) Auditor harus mervisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika
Hubungan antara materialitas kinerja dan keempat risiko dengan bukti audit
yang direncanakan diamati bahwa materialitas kinerja tidak mempengaruhi
keempat risiko itu, dan risiko-risiko itu tidak mempengaruhi materialitas kinerja,
tetapi bersama-sama menentukan bukti yang direncanakan. Dengan kata lain,
materialitas kinerja bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi
kombinasi materialitas kinerja dan factor-faktor model risiko audit menentukan
bukti audit yang direncanakan.
diren canakan.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
1. Komponen Strategi Audit Pendahuluan
Pe ndahuluan
Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor
menspesifikasikan empat kompopnen sebagai berikut:
a. Tingkat risiko bawaan yang dinilai
b. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
24
25
esersi untuk akun-akun yang memiliki populasi relatif kecil atau transaksi yang tidak
sering terjadi.
b. Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah
Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower
assessed level of control risk ),
), auditor mensfesifikasikan komponen-komponen dari
strategi audit sebagai berikut :
1) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada
1)
tingkat yang tinggi.
2) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
2)
tingkat sedang atau rendah.
3) Rencanakan
3) pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian
komputer yang berada dalam sistem klien.
4) Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas
4)
berdasarkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada
tingkat sedang atau tinggi.
Auditor dapat memilih strategi ini ketika ia percaya bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan suatu asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan
sangat efektif. Selain itu, auditor harus percaya bahwa biaya pelaksanaan prosedur
yang lebih luas untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern,
termasuk aspek komputer dari pengendalian intern, dan untuk menguji pengendalian
akan lebih besar daripada yang diimbangi oleh penghematan biaya dari pelaksanaan
pengujian substantif atas transaksi
transaksi dan saldo yang lebih sem
sempit.
pit.
2. Strategi Audit Tambahan
Pendekatan Substantif Utama yang Menekankan Pada Prosedur Analitis. Menurut
pendekatan substantive utama yang menekankan pada prosedur analitis, auditor
27
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor, yaitu
konsep materialitas dan konsep risiko audit. Konsep materialitas menunjukkan
seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar para user laporan
keuangan tdak terpengaruh dengan salah saji tersebut. Sedangkan konsep risiko audit
menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan walaupun terdapat salah saji material.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji suatu
informasi akuntasi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya. Dimana hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan pihak-
pihak yang berkepentingan. Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas yaitu
menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, menentukan
materialitas kinerja, mengestimasi total salah saji dalam segmen, mengestimasi salah
saji gabungan, serta membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan
pertimbangan pendahuluan
pendahu luan atau yang direvisi tentang
t entang materialitas.
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko audit terdiri atas 4 yaitu risiko
deteksi yang direncanakan (planned detection risk), risiko inheren (inherent risk),
risiko pengendalian, serta risiko yang dapat diterima. Adanya hubungan antara tingkat
materialitas, risiko audit dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal
dalam perencanaan audit atas asersi individual atau kelompok asersi.
E. SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, R. J. (2015). Auditing dan Jasa Assurance (15 ed.). (S. Saat, Ed.) Jakarta:
Erlangga.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Standar Profesional Akuntan Publik. Retrieved
iapi.or.id: https://iapi.or.id/Iapi/detail/362
from iapi.or.id:
Johnson, W. C. (2006). Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity of Financial
Reporting (8
(8 ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Mulyadi. (2002). Auditing (6
(6 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
29