Anda di halaman 1dari 3

Nama kelompok: -Fitria shalsa Nabila

-Ely andryani

-Hikmatul marwah

1.Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagaidenominator personal yangdiperlukan. Metode
ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metodeini hanya mengetahui jumlah personal
secara total tetapi tidak bisa mengetahuiproduktifitas SDM Rumah sakit, dan kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiapunit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila :
kemampuan dansumber daya untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe dan volume
pelayanankesehatan relatif stabil. Cara rasio yang umum digunakan adalah berdasarkan suratkeputusan
Menkes RI Nomor 262 tahun 1979 Tentang Ketenagaan Rumah Sakit,dengan standart sebagai
berikut :Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TTA & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1C 1/9 1/1 1/5 ¾D 1/15 1/2
1/6 2/3Khusus DisesuaikanKeterangan :TM : Tenaga MedisTT : Tempat TidurTPP : Tenaga Paramedis
PerawatanTPNP : Tenaga Paramedis Non PerawatanTNM : Tenaga Non MedisContoh
Perhitungan :Suatau RS tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka seorang pimpinan
tenagakeperawtaan akan memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan adalah :· 3/2 x 300 = 450· 4/2 x
300 = 600· maka jumlah tenaga perawta yang dubuthkan untuk rumah sakit tersebut adalah anatara450
orang sampai dengan 600 orangBila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah, maka
jumlah tenaga perawatyang dibutuhkan adalah :· 1/1 x 100 = 100, maka jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan adalah 100 orangBila rumah sakitnya tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka
jumlah tenagaperawat yang dibutuhkan adalah :· ½ x 75 = 37,5, maka jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan adalah 40 orang2. CARA NEED· Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban
kerja yangdiperhitungkan sendiri dan memenuhi standart profesi. Untuk menghitungseluruh kebutuhan
tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenispelayanan yang diberikan kepada klien
selama dirumah sakit. Misalnya sajauntuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui atau mendapatkan
pelayanan

antara lain pemberian karcis, pendaftaran, pemeriksaan perawat/dokter,penyuluhan, pemeriksaan


laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudiandihitung standart waktu yang diperlukan agar pelayanan
itu berjalan denganbaik. Hundgins (1992) menggunakan standart waktu pelayanan klien
sebagaiberikut :T u g a s Lama Waktu (menit)Baru LamaPendaftaranPemeriksaan dokterPemeriksaan
asisten dokterPenyuluhanLaboratorium

15

18

51

5
4

11

11

07

2.Sesuai aturan Kemenkes RI (2014), rasio perbandingan ideal antara perawat dengan pasien yaitu 1 : 5-
7. Kurniawati & Solikhah (2014) menjelaskan bahwa kelelahan merupakan proses menurunnya kapasitas
kerja dan kesejahteraan akibat aktivitas kerja yang termasuk dalam kategori tiga dimensi, yaitu:
kelelahan emosional

3.Kepala ruangan

Dinas pagi

Dinas siang

Dinas malam

4.Perbedaan fasilitas sesuai dengan kelas juga diatur dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020 adalah
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

Dalam skema manfaat BPJS Kesehataan, peserta bisa mendapatkan layanan yang sama untuk dokter,
pemeriksaan, pengobatan, konsultasi dokter spesialis, obat, pemeriksaan lab, dan sebagainya. Yang
membedakan hanya pada fasilitas ruang rawat inap.

Berikut perbedaan fasilitas rawat inap kelas BPJS Kesehatan beserta iuran terbarunya:

1. Fasilitas rawat inap kelas I BPJS Kesehatan

Kelas I sendiri merupakan pilihan pelayan kesehatan paling tinggi yang bisa diperoleh di layanan BPJS
Kesehatan.

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 yang mengatur tarif iuran BPJS Kesehatan
terbaru di Pasal 34, disebutkan tarif BPJS Kesehatan 2020, iuran JKN-KIS bagi peserta kelas I naik dari Rp
80.000 jadi Rp 150.000 per bulan.
Dengan iuran paling mahal, fasilitas yang ditawarkan di kelas I merupakan layanan rawat inap paling
nyaman dibanding dua kelas di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai