Anda di halaman 1dari 6

TB

Keluhan yang disampaikan pasien kepada Apoteker:


Pasien datang dengan membawa resep dari dokter.
R/ Isoniazid 75 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Rifampisin 150 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Pirazinamid 400 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Ethambutol 275 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Vitamin B6 tab No. XXX
S 1.d.d.tab I
Pro : Ny. Ani
Umur : 35 tahun
Jawaban yang diberikan oleh pasien apabila Apoteker menggali informasi yang lebih
rinci mengenai penyakitnya:
• Pasien baru
• Menikah, 2 orang anak
• Menggunakan kontrasepsi oral
Narasi pembacaan kasus: seorang pasien ibu rumah tangga bernama Ibu Ani (35 tahun)
bersama anak perempuannya mendatangi apotek membawa resep dari dokter seperti berikut
R/ Isoniazid 75 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Rifampisin 150 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Pirazinamid 400 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Ethambutol 275 mg tab No. LX
S 1.d.d.tab II
R/ Vitamin B6 tab No. XXX
S 1.d.d.tab I
Ibu Ani merupakan ibu rumah tangga dengan 2 anak yang menggunakan kontrasepsi oral.
Apoteker yang menerima obat kemudian membaca dan menganalisa resep. Resep diberikan
kepada asisten apoteker untuk disiapkan obatnya. Sambil menunggu obat disiapkan, Ibu Ani
dan anaknya diminta oleh apoteker untuk ke ruang konseling untuk konseling mengenai resep
dan penyakitnya.
*mulai adegan si apoteker mempersilahkan Ibu Ani dan anaknya untuk duduk

SCENE 1
Apoteker : “Selamat siang, Ibu. Mari bu masuk silahkan duduk.” (tersenyum dan tangan
mempersilakan)
Pasien : “Oh, iya, mbak. Terima kasih.” (sambil duduk, diikuti anaknya)
Apoteker : “baik, mohon maaf sebelumya bu, apakah benar ibu adalah Ibu Ani, pasien yang
hendak menebus resep obat ini?”
Pasien : “iya benar mbak. Ini anak saya Sukma, saya ajak ikut supaya kalau nanti ada hal
penting yang saya lupa soalnya suami saya lagi keluar kota, ehe.”
Apoteker : “Perkenalkan bu, Saya Fira Nabilla, apoteker di apotek ini. Begini, saya disini ingin
melakukan konseling/berdiskusi dengan ibu yang bertujuan untuk menjelaskan tentang
penyakit ibu, cara pakai obatnya, pencegahan penularan, dan hal lain yang perlu diperhatikan.
Saya harap dalam berdiskusi ibu dapat menyampaikan keluhan secara jujur dan dipersilahkan
untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami. Saya juga menjamin hanya ibu, anak
ibu, dan saya saja yang mengetahui hal privasi mengenai penyakit ibu. Apakah ibu bersedia?”
Pasien : “Oh iya, Mbak. Silahkan.”
Apoteker : “maaf bu sebelumnya, kalau boeh tahu, pekerjaan ibu apa ya?”
Pasien : “ah saya, PNS, mbak.”

SCENE 2
Apoteker : “Baik, saya mulai. Menurut dokter apa yang dokter katakan mengenai penyakit
dan resep obat yang Ibu terima?”
Pasien : “Jadi setelah saya diperiksa, dokter bilang kalau saya terkena TB berdasarkan
hasil tes BTA positif dan bakterinya telah menyebar di paru-paru saya. Tapi katanya saya
termasuk pasien yang masih baru jadi bisa sembuh kalo memulai pengobatan segera sesuai
instruksi dokter.”
Anak : “Iya, katanya Ibu saya harus minum obatnya setiap hari teratur selama 2-6
bulan.”
Apoteker : “baik, Ibu. Lalu selain itu mengenai obat-obatannya, apa yang dokter katakan?”
Pasien : “Kata dokter, obatnya bisa memperlambat pertumbuhan sampai memusnahkan
bakteri di paru-paru saya agar tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya”
Apoteker : “Lalu kata dokter bagaimana cara memakai obat-obat tersebut?”
Pasien : “Saya harus minum obatnya 1x setiap hari.”
Apoteker : “iya, benar sekali yang ibu sampaikan. Saya coba tambahkan dan jelaskan
mengenai hal lain juga ya, Bu. Ini ada pamflet tentang TB.” (sambil menunjukkan pamflet ke
Ibunya)

*mulai munculin pamfletnya (REKAMAN SUARA)


“Jadi TBC ini penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru. Gejalanya ada batuk berdahak lebih dari 3 minggu, batuk
darah/dahaknya (‘riyak’) yang bercampur darah, rasa sakit di dada dan sesak napas, nafsu
makan turun, badan lemas, berat badannya juga turun, demam lebih dari 1 bulan, lalu
berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan. TB ini disebarkan dari percikan
dahak lewat udara saat misalnya batuk, bersin atau berbicara. Nah makanya apabila Ibu akan
batuk atau bersin sebaiknya sambil ditutup mulut dan hidungnya. ”
*apoteker coba mempraktekkan (BALIK VIDEO DIALOG LAGI)
(BALIK PAMFLET+REKAMAN) “bisa dengan sapu tangan atau tisu. Alat tidurnya juga sebaiknya
dijemur teratur tiap pagi. Jendela dibuka saat pagi hari supaya rumah dapat udara bersih dan
cahaya matahari yang cukup.

SCENE 3
Apoteker : Oh iya, Ibu saat ini di rumah ada siapa saja ya keluarganya?”

Pasien : “Saya ada suami, anak saya 2, ini yang paling tua (sambil nunjuk anaknya,
anaknya ngangguk senyum). Satunya masih TK”
Apoteker : “baik, kalau begitu nanti yang merawat Ibu tolong untuk memakai masker, dan
Ibu juga sebaiknya selalu pakai masker untuk mengurangi penularan saja. Nah, obat yang Ibu
dapatkan ini ada 5 macam. Yang ini isoniazid 75 mg, rifampisin 150 mg, pirazinamid 400 mg,
dan ethambutol 275 mg. Masing-masing ada 60 buah diminum sekali sehari 2 tablet setelah
makan. Dan yang ini vitamin B6 dan 30 tablet diminum sekali sehari 1 tablet saja setelah
makan juga. Yang 4 tadi ini obat anti tuberkulosisnya untuk menghambat pertumbuhan dan
memusnahkan bakteri. Kalau yang vitamin b6 ini untuk mengatasi kesemutan atau rasa
terbakar di telapak tangan/kaki karena obat isoniazid. Minum obatnya kalau sulit, bisa
diminum satu persatu tapi masih dalam kurun waktu 2 jam. Semua obat ini tadi disediakan
untuk 2 bulan ke depan. Dihabiskan ya bu obatnya jangan selesai/ putus minum obatnya
sebelum waktu yang ditentukan.”
Anaknya : “Oh iya, Bu. Apa obatnya yang lain ada efek sampingnya tidak ya? Dan apakah
bisa dihilangkan?”
Apoteker : “efek sampingnya ada, tapi bisa diatasi kok. Kalau obat isoniazid tadi efek
sampingnya kesemutan dan bisa diatasi dengan minum vitamin B6. Kalau rifampisin biasa nya
berupa urin atau keringat yang berwarna oranye kemerahan, hal ini normal dan tidak perlu
dikhawatirkan, karena itu hanya buangan dari obat rifampisin setelah dimetabolisme ‘diolah
tubuh’. Lalu ada juga mungkin nyeri atau sakit pada otot dan sendi, bisa diatasi dengan minum
paracetamol, bila terasa nyerinya saja tidak usah setiap hari. Bisa juga nafsu makannya hilang,
mual, dan sakit perut. Nah kalau ini dihilangkan dengan minum obat antituberkulosis yang 4
tadi di malam hari sebelum tidur. Tapi kalau keluhan ini masih dirasakan bisa minum obat
sambil ditambah sedikit makanan.”
Pasien : “berarti juga harus sedia obat parasetamol ya mbak?”
Apoteker : “iya bu, tapi diminumnya kalau terasa nyerinya saja ya bu. Oh iya, apakah ibu ada
mengkonsumsi obat lainnya saat ini, seperti kontrasepsi?”
Pasien : “ah iya, ada. Saya minum pil KB. Ada apa ya mbak?”
Apoteker : “begini bu, obat pil kb atau kontrasepsi ini termasuk golongan kontrasepsi
hormonal ‘mengandung hormone di dalamnya” yang berinteraksi dengan obat rifampisinnya
sehingga bisa menurunkan efektifitas kontrasepsinya. Lebih baik diganti menjadi kontrasepsi
non-hormonal, Bu, seperti IUD, tubektomi, dan lainnya.
(pasien mengangguk)

SCENE 4
Anak : “lalu, Bu, kalau misalnya Ibu saya kelupaan minum obat bagaimana ya?”
Apoteker : “langsung diminum ketika sudah ingat ya, tapi kalau ingatnya berdekatan dengan
waktu minum obat selanjutnya maka cukup minum sekali saja dan jangan digabung. Supaya
tidak lupa bisa dibuat alarm untuk mengingatkan setiap harinya, atau dibuat list untuk
mengecek hari ini sudah minum obat atau belum dengan kartu seperti ini. Kalau sudah minum
bisa ditandai. Jangan sampai putus minum obatnya, karena akibatnya bisa tidak sembuh/ bisa
menjadi lebih parah. Bisa juga nanti malah bakterinya jadi kebal sehingga obatnya tidak
ampuh lagi dan harus membeli obat yang lebih mahal harganya ditambah nanti masa minum
obatnya bisa jadi sampai 2 tahun. Walaupun merasa sudah baikan, harus tetap diminum
obatnya, karena si bakteri ini pertumbuhannya sangat lambat dan lebih tahan daripada
bakteri lainnya makanya pengobatan TB ini lama.
Pasien : “oh begitu, kalau alat makan begitu apakah perlu dipisah-pisah ya?”
Apoteker : “oh, tidak usah, Bu. Oh ya, nanti setelah 2 bulan saat obatnya ini habis, bisa
periksa kembali ke dokter, ya Bu. Karena dalam 2 bulan bisa saja hasil tes BTA yang tadinya
positif jadi negative. Tapi perlu dilakukan pengobatan tahap lanjutan untuk mencegah bakteri
persisten ‘yang masih bertahan ada’ sehingga mencegah kekambuhan. Memang nantinya
jangka waktu minum obat yang tahap lanjutan akan lebih lama namun jumlah obatnya
biasanya bisa berkurang. Selain itu juga kemungkinan sembuhnya semakin besar.”
Pasien : “ah baik”
Anak : “kalau pola makannya apakah ada yang harus diubah atau dihindari tidak ya bu?”
Apoteker : “kalau makannya lebih baik sayur dan buah-buahannya diperbanyak, serta
perbanyak minum air putih. Hindari konsumsi rokok dan minuman keras juga rutin olahraga
begitu. Oh ya bu agar Ibu semakin paham bisa tolong ulangi kembali apa yang telah saya
sampaikan tadi?”

SCENE 5
Pasien : “jadi obatnya ada 5, 4 obat selain vitamin B6 itu obat antituberkulosisnya
diminum setiap hari sekali sehari 2 tablet setelah makan dan yang vitamin b6 itu untuk
mengatasi kesemutan dari efek samping isoniazid, diminum 1 tablet sekali sehari setelah
makan semua. Obatnya ini untuk 2 bulan kedepan diminum secara teratur setiap hari dan
setelahnya periksa lagi ke dokter untuk pengobatan tahap lanjutan. Kalau ada rasa nyeri bisa
minum parasetamol. Lalu kalau urin atau keringatnya berwarma oranye kemerahan itu hanya
hasil buangan dari obat rifampisinnya. Terus kontrasepsi juga diganti jadi yang non hormonal.
Lalu yang merawat saya nanti dan saya juga pakai masker. Kalau saya mau bersin atau batuk
ditutup dengan tisu atau sapu tangan. Makannya banakin sayur buah sama minum air putih.
Hindari konsumsi rook dan minuman keras sama olahraga rutin. Begitu benar?”
Apoteker : “iya bu benar sekali, yang paling penting obatnya diminum tepat waktu dan
teratur setiap hari agar pengobatannya berhasil. Apakah ibu atau anaknya ada yang ingin
ditanyakan?”
Anak : “apakah kalau saya mau merawat ibu, perlu memakai maker juga ya walaupun
ibu saya sudah pakai?”
Apoteker : “sebenarnya tidak perlu, kalau ibunya sudah memakai masker, masker hanya
berfungsi memutus transmisi ‘penularan’ TB-nya. Apa ada pertanyaan lagi?”
Anak : “Kalau penyimanan obatnya apakah ada hal yang perlu diperhatikan?”
Apoteker : “obat sebaiknya disimpan di tempat sejuk kering dengan kondisi ruangan normal,
terhindar dari sinar matahari langsung, serta di jauhkan dari anak-anak. Obat juga lebih baik
ditempatkan pada kemasan aslinya karena disitu terdapat informasi obat yang diperlukan.
Seperti itu.”
Pasien : “Baik mbak sudah cukup jelas, Terima kasih ya.”
Anak : “iya sudah jelas bu, Terima kasih banyak informasinya sangat membantu sekali.”
Apoteker : “iya sama-sama, memang sudah tugas saya. Jika nantinya ada yang ingin
ditanyakan, ini ada kartu nama saya, ada nomor yang bisa dihubungi. Oh ya ini pamflet nya
bisa dibawa pulang untuk dipelajari atau disimpan dan ini obatnya. Semoga lekas sembuh ya
bu.”
*apoteker ngomong ke anak, sambil memberikan kresek putih ke pasien beserta pamfletnya
“ibunya kalau dicek ya nak sudah minum obat atau belum.”
Anak : “iya Bu, Terima kasih.”
Pasien : “oh iya mbak Terima kasih.”

Anda mungkin juga menyukai