3 Permasalahan Sosial
dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
Sosiolog menggunakan istilah kerah putih atau kejahatan elite untuk mengacu pada kegiatan
kriminal oleh orang-orang dari status sosial yang tinggi yang melakukan kejahatan dalam konteks
pekerjaan mereka. Banyak ahli mengatakan bahwa tipe kejahatan ini merupakan dampak dari proses
perkembangan ekonomi yang terlalu cepat yang menekankan pada aspek material belaka. Pada
awalnya, gejala ini disebut business crime atau economic criminality.
Faktor Penyebab Kriminalitas
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa tindakan kriminal disebabkan oleh kondisi-kondisi dan
proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya, seperti proses imitasi,
persaingan, dan pertentangan kebudayaan.
Terdapat dua penjelasan teoritis tentang sebab timbulnya kriminalitas. Pertama, teori asosiasi
diferensial dari Edwin H. Sutherland, yang menyebutkan bahwa perilaku kriminal seperti halnya
perilaku lainnya, dipelajari (sosialisasi) ketika seseorang berinteraksi dengan orang yang melakukan
kejahatan dalam suatu pergaulan yang intim.
Kedua, teori ketegangan (strain theory) dari Robert Merton, yang menyebutkan bahwa
penyimpangan lebih mungkin terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik
oleh masyarakat dan cara untuk memperolehnya.
Penanggulangan Kriminalitas
Penanggulangan segala bentuk tindakan kriminal dapat dilakukan dengan cara preventif (sebelum
kejadian) ataupun represif (setelah kejadian). Preventif adalah cara penanggulangan dengan pola
mencegah, seperti imbauan atau penyuluhan. Cara represif adalah cara penanggulangan dengan
pola keras, seperti penangkapan, pemenjaraan sampai pada penembakan atau pembunuhan.
Kesenjangan sosial mengacu pada cara pengkategorian orang berdasarkan karakteristik, seperti usia,
jenis kelamin, kelas dan etnisitas berkaitan dengan akses ke berbagai layanan dan produk sosial,
seperti pasar tenaga kerja, sumber pendapatan, pasar perumahan, pendidikan dan sistem kesehatan
dan bentuk-bentuk perwakilan dan partisipasi politik. Kesenjangan sosial ini dibentuk oleh berbagai
faktor struktural seperti, lokasi geografis, atau status kewarganegaraan, dan oleh wacana dan
identitas budaya.
Kesenjangan sosial ekonomi mengacu pada kontras antara kondisi ekonomi orang yang berbeda
atau kelompok yang berbeda dalam masyarakat yang melaksanakan pembangunan atau
modernisasi. Hal ini terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber
pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan.
Semakin besar perbedaan untuk mendapat kesempatan-kesempatan tersebut, semakin besar pula
tingkat kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, demikian sebaliknya. Oleh karena itu
pemerintah perlu membuka kesempatan kerja bagi anggota masyarakat.
Kunci utama bagi upaya mengatasi kesenjangan sosial ekonomi adalah memberi akses kepada setiap
anggota masyarakat untuk menikmati dan memanfaatkan berbagai fasilitas sosial serta memberi
kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomiannya.
Sikap perilaku individu dan kelompok masyarakat yang sesuai dengan upaya itu adalah sebagai
berikut.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah sosial yang timbul dari kesenjangan sosial-ekonomi
antara lain melakukan kebijakan berikut
1) Memberikan subsidi terhadap pemenuhan kebutuhan yang esensial bagi masyarakat yang
kurang mampu
2) Menggalakkan program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui modal bergulir tanpa
agunan
3) Pelatihan kewirausahaan untuk menimbulkan jiwa enterpreneurship di kalangan masyarakat
Ketidakadilan pada umumnya menyangkut masalah pembagian sesuatu terhadap hak seseorang
atau kelompok yang dilakukan secara tidak proporsional. Ada beberapa bentuk ketidakadilan,
1) Stereotip, adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang
berdasarkan kategori kelompoknya. Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka
berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal
maupun nonverbal. Stereotip dapat berbentuk positif, contoh, “Indonesia adalah bangsa
yang ramah”, maupun negatif, contoh, “orang-orang di pulau itu malas”.
2) Marginalisasi, adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan
lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga sosial ekonomi
lainnya. Marginalisasi orang selalu melibatkan kemampuan penduduk yang dominan
untuk melaksanakan beberapa tingkat kontrol dan kekuasaan atas kelompok-kelompok
yang terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marginal sering dikecualikan dari
layanan, program, dan kebijakan.
3) Subordinasi, subordinasi atau penomorduaan adalah pembedaan perlakukan terhadap
identitas sosial tertentu. Di mana umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah
kelompok minoritas.
4) Dominasi, adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau kelompok untuk
sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial di mana beberapa orang atau
kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas mereka. Ada beberapa
bentuk dominasi di antaranya, perbudakan, rezim diskriminasi sistematis terhadap
kelompok minoritas, rezim politik kolonial, despotisme, totalitarianisme, kapitalisme, dan
feodalisme.
Menurut Soerjono Soekanto, metode-metode atau cara-cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah sosial adalah dengan metode preventif dan represif. Metode preventif
menurut Soekanto, sulit dilakukan karena harus mengetahui penyebab terjadinya permasalahan
terlebih dahulu sehingga harus dilakukan penelitian mendalam. Metode pemecahan masalah yang
sering dilakukan menurut Soekanto adalah metode represif, yaitu tindakan yang dilakukan setelah
masalah tersebut terjadi.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sosial adalah dengan mengeluarkan
berbagai kebijakan publik. Berbagai kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
untuk mengatasi masalah sosial antara lain Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Keluarga Sehat
(KKS), Kartu Indonesia Sejahtera (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kebijakan-kebijakan tersebut
dikeluarkan guna memecahkan masalah sosial kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi
masyarakat. Adapun untuk memecahkan masalah sosial kriminalitas, pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Hukum Pidana.
Sumber
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2017. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial;
untuk SMA/MA Kelas XI. Esis Erlangga. Jakarta