Anda di halaman 1dari 19

PENANGANAN COMPLAIN

Standar Operating Procedur


1. Pengawas kontruksi mendampingi konsumen
2. Memberikan form komplain kapada konsumen dan
didamping konstruksi untuk melihat bangunan
3. Dipinjamkan kunci (sebatas wilayah perumahan)
4. Konsumen mengisi form komplain ditandatangani
5. Pengwas konstruksi membuat rekap u kantor pusat Form dan rekap Maks 7 Hari setelah
dan u kontraktor complain complen
6. Jika dalam 1 minggu tdk ada progress kontraktor, mk
dikerjakan developer dengan sanksi 1,5 x nilai
komplain untuk kontraktor.

PENGAWASAN KONTRUKSI HARIAN


MEDIA INFORMASI TARGET WAKTU

BUKU
Up DateE Maks 3
PERKEMBANGAN
Hari
KONSTRUKSI

PENANGANAN COMPLAIN
Standar Operating Procedur
1. Pengawas kontruksi mendampingi konsumen
2. Memberikan form komplain kapada konsumen dan
didamping konstruksi untuk melihat bangunan
3. Dipinjamkan kunci (sebatas wilayah perumahan)
4. Konsumen mengisi form komplain ditandatangani
5. Pengwas konstruksi membuat rekap u kantor pusat Form dan rekap Maks 7 Hari setelah
dan u kontraktor complain complen
6. Jika dalam 1 minggu tdk ada progress kontraktor, mk
dikerjakan developer dengan sanksi 1,5 x nilai
komplain untuk kontraktor.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu aspek penting dalam mewujudkan birokrasi yang
profesional, efektif dan efisien adalah dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada
seluruh proses penyelenggara administrasi pemerintahan. Hal ini dinilai penting karena Standar
Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan Standar Operasional Prosedur juga merupakan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai dengan tata
kerja, prosedur dan sistem pada unit kerja yang bersangkutan. Dengan adanya Standar Operasional
Prosedur (SOP), penyelenggara administrasi pemerintah dapat berjalan dengan pasti. Berbagai bentuk
penyimpangan dapat dihindari atau sekalipun terjadi penyimpangan di lingkungan pemerintah, hal
tersebut dapat ditemukan penyebab dan bisa diselesaikan dengan cara yang tepat. Apabila semua
kegiatan sudah sesuai dengan yang ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP), maka secara
bertahap kualitas publik akan lebih profesional, cepat dan mudah. Pelayanan publik yang diberikan
instansi Pemerintah (Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota dan Kecamatan) kepada masyarakat
merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Pada era otonomi daerah,
fungsi pelayanan publik menjadi salah satu fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi
pemerintah daerah. Oleh karenanya secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih
didekatkan pada masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah Pusat
mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah dan kualitas
pelayanan publik, antara lain kebijakan tentang Penyusunan Sistem dan Prosedur Kegiatan, Penyusunan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Inpres No. 7 Tahun 1999), dan Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah (SK Menpan No.
KEP/25/M.PAN/2/2004). Langkah ini sebenarnya bukanlah hal baru, karena sebelumnya kebijakan
serupa telah dikeluarkan pemerintah dalam bentuk Keputusan Menpan maupun Instruksi Presiden
(Inpres). Kebijakan itu ternyata tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan pelayanan publik
oleh instansi pemerintah yang selama ini bercitra buruk, berbelit-belit, lamban, dan berbiaya mahal. Hal
tersebut berkaitan dengan persoalan seberapa jauh berbagai peraturan pemerintah tersebut
disosialisasikan di kalangan aparatur pemerintah dan masyarakat, serta bagaimana infrastruktur
pemerintahan, dana, sarana, teknologi, STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2014 2 kompetensi sumberdaya manusia (SDM), budaya kerja organisasi disiapkan untuk
menopang pelaksanaan berbagai peraturan tersebut, sehingga kinerja pelayanan publik menjadi terukur
dan dapat dievaluasi keberhasilannya. Selain kebijakan pemerintah, upaya mewujudkan kinerja
pelayanan publik di lingkungan unit kerja pemerintahan yang terukur dan dapat dievaluasi
keberhasilannya, pemerintah daerah perlu memiliki dan menerapkan Prosedur Kerja yang standar
(Standar Operasional Prosedur / SOP). Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah
berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment
mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good
governance. Standar Operasional Prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP
selain dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, juga dapat digunakan untuk menilai
kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian SOP merupakan pedoman atau acuan untuk menilai
pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Berdasarkan uraian
di atas, permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini berkaitan dengan penilaian kinerja organisasi
publik, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan langkah langkah menyusun SOP, serta peningkatkan
akuntabilitas pelayanan publik melalui penerapan SOP. Uraian berikut ini diharapkan dapat menciptakan
komitment pemerintah daerah mengenai pentingnya penerapan SOP oleh setiap satuan unit kerja
instansi pemerintahan dalam mewujudkan akuntabilitas pelayanan publik. B. MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan dari pedoman ini adalah untuk memberikan panduan bagi seluruh instansi pemerintah pusat dan
daerah dalam mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan, memonitor serta
mengevaluasi standar Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP AP) sesuai dengan
tugas dan fungsi aparatur pemerintah. Sasaran yang diharapkan dapat dicapai melalui pedoman ini
adalah : 1. Setiap instansi pemerintah sampai dengan unit yang terkecil memiliki standar Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP AP) nya masing-masing; 2. Penyempurnaan
proses penyelenggaraan pemerintahan; STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2014 3 3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan; 4. Peningkatan kualitas pelayanan
kepada masyarakat. Adapun pedoman-pedoman dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP) administrasi Pemerintahan antara lain : 1. Pedoman penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai panduan dalam menyusun prosedur-prosedur
kerja yang terangkum dalam Standar Operasional Prosedur SOP bagi setiap unit kerja Dinas/Badan. 2.
Pedoman penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Instansi Pemerintah bertujuan
menciptakan kelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan
pemerintahan. 3. Pedoman penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini bertujuan untuk
mendorong setiap unit kerja di Pemerintahan dalam menyusun SOP, menciptakan kesamaan format,
dan memudahkan dalam proses penyusunan SOP. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun
oleh setiap unit kerja Dinas/Badan di Instansi Pemerintah tersebut diharapkan akan: a. Menunjang
kelancaran dalam proses pelaksanaan tugas dan kemudahan pengendalian di Dinas/Badan di lingkup
Pemerintahan. b. Memberikan kepastian dan keseragaman dalam proses pelaksanaan suatu tugas. c.
Mempertegas tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas bagi pegawai di Dinas/Badan di lingkup
Pemerintahan d. Meningkatkan daya guna dan hasil guna secara berkelanjutan dalam melaksanakan
pelayanan di bidang persandian dan tugas umum pemerintahan. e. Memberikan informasi mengenai
pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pegawai Dinas/Badan di lingkup Pemerintahan secara
proporsional. f. Memberikan kejelasan dan transparansi kepada pihak-pihak terkait mengenai hak dan
kewajibannya dalam suatu uraian prosedur di Dinas/Badan di lingkup Pemerintahan g. Menekan angka
korupsi, kolusi dan nepotisme. h. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Tujuan
disusunnya Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) pada unit kerja, Dinas/Badan lingkup Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat adalah : a. Untuk menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan di
unit kerja, Dinas/Badan lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat; STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 4 b. Untuk menjadi acuan bagi para pejabat/staf
pada masing-masing seksi/bagian dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. c.
Untuk menjadi pedoman dan mensinergikan berbagai tugas-tugas pokok dan fungsi di Dinas/Badan
lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. d. Sebagai standarisasi cara / metode yang dilakukan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus, sehingga mengurangi kesalahan dan kelalaian; e.
Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen sehingga
mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari; f. Meningkatkan akuntabilitas
dengan melaporkan dan mendokumentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. g. Menciptakan
ukuran standar kinerja sehingga memudahkan para pegawai - pegawai dalam memperbaiki,
mengevaluasi dan C. LANDASAN HUKUM Dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada
unit kerja, Dinas/Badan lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai landasan hukum
yang digunakan sebagai pedoman penyusunan standar operasional prosedur agar baik dan benar,
adapun landasan hukumnya adalah Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : PERI21/M.PAN/I 112008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operating Procedures (SOP)
Administrasi Pemerintahan. D. SASARAN Sasaran penetapan pedoman penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah : 1. Tercapainya kesamaan, pengertian dan pemahaman dalam penyelenggaraan
standar kerja dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur SOP di seluruh Dinas/Badan di lingkup
Pemerintahan. 2. Terwujudnya keterpaduan penyelenggaraan dengan unsur lainnya dalam proses
penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Dinas/Badan di lingkup Pemerintahan 3.
Berkurangnya tumpang-tindih, salah tafsir, dan pemborosan penyelenggaraan Standar Operasional
Prosedur (SOP) dinas. 4. Terwujudnya kemudahan dan kelancaran dalam komunikasi tulis; 5.
Tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata naskah dinas; 6. Berkurangnya tumpang-
tindih dan pemborosan penyelenggaraan tata naskah dinas. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 5 Sasaran penetapan Pedoman Standar Operasional Prosedur Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat adalah : 1. Tercapainya kesamaan pengertian dan
penafsiran penyelenggaraan tata naskah dinas di Kementerian Pekerjaan Umum; 2. Terwujudnya
keterpaduan pengelolaan tata naskah dinas dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum; 3.
Terciptanya kelancaran komunikasi tulis kedinasan serta kemudahan dalam pengendalian; 4.
Tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata naskah dinas; 5. Berkurangnya tumpang-
tindih, salah tafsir, dan pemborosan penyelenggaraan tata naskah. E. RUANG LINGKUP Pedoman ini
meliputi jenis, format, dokumen, penyusunan, penetapan, monitoring dan evaluasi, serta
pengembangan SOP AP. Ruang lingkup Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Dinas
Instansi Pemerintah meliputi pengaturan tentang jenis dan format SOP dinas; penyusunan SOP dinas;
pengurusan SOP dinas korespondensi; pejabat penanda tangan SOP dinas; penggunaan lambang negara
dan logo dalam SOP dinas; serta perubahan, pencabutan,pembatalan, dan ralat SOP dinas. Ruang
lingkup administrasi umum meliputi tata SOP dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim,
kearsipan, serta tata ruang perkantoran. Tata SOP dinas sebagai salah satu unsur administrasi umum
meliputi, antara lain, pengaturan tentang jenis dan penyusunan SOP dinas, penggunaan lambang
negara, logo dan cap dinas, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pengurusan SOP dinas
korespondensi, kewenangan, perubahan, pencabutan, pembatalan produk hukum, dan ralat. STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 6 BAB II GAMBARAN UMUM
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) A. PENGERTIAN Paradigma governance membawa pergeseran
dalam pola hubungan antara pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan
prinsip-prinsip corporate governance. Penerapan prinsip corporate governance juga berimplikasi pada
perubahan manajemen pemerintahan menjadi lebih terstandarisasi, artinya ada sejumlah kriteria
standar yang harus dipatuhi instansi pemerintah dalam melaksanakan aktivitasaktivitasnya. Standar
kinerja ini sekaligus dapat untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara internal mupun eksternal.
Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolok ukur dalam menilai efektivitas dan efisiensi
kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual prosedur
diartikan sebagai langkah - langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang
dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam
bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Prosedur operasional standar adalah proses standar
langkah - langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran
kerja. Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur,
sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian
pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang
sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja. Secara umum, SOP merupakan
gambaran langkahlangkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai suatu
dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan
efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Pengembangan instrumen manajemen tersebut
dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat
terkendali dan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 7 Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP
berlandaskan pada sistem manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan
menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
Secara konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang
diaplikasikan untuk organisasi pemerintahan (organisasi publik). Oleh karena itu, tidak semua prinsip-
prinsip manajemen kualitas dapat diterapkan dalam SOP karena sifat organisasi pemerintah berbeda
dengan organisasi privat. Tahap penting dalam penyusunan Standar operasional prosedur adalah
melakukan analisis sistem dan prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis prosedur kerja. 1.
Analisis sistem dan prosedur kerja Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan
mengidentifikasikan fungsi-fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam bentuk
keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur
yang diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk
menangani pekerjaan yang berulang dengan cara seragam dan terpadu. 2. Analisis Tugas Analisis tugas
merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan yang mendalam dan teratur terhadap
suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan
organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat
pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek
yang berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu : a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan
informasi dengan sistematis dan penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas
khusus. b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa tugas,
disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas atau jabatan
tertentu. Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan
dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan
mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta harus dipastikan bahwa
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 8 mereka memahami dan
menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang didefinisikan itu. c. Spesifikasi tugas berisi
catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan pekerja untuk tugas spesifik d. Penilaian tugas, berupa
prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter
untuk setiap tugas spesifik dalam hubungannya dengan tugas lain. e. Pengukuran kerja dan penentuan
standar tugas merupakan prosedur penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas
dan menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan. Melalui
analisa tugas ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku.
Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar operasional prosedur yaitu
membuat penggolongan pekerjaan yang direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan
kerja dengan sistematis. 3. Analisis prosedur kerja Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi urutan langkah-langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana
hal tersebut dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan siapa yang
melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu bermacammacam langkah
yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja dapat dirumuskan
sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan, biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu
orang, yang membentuk suatu cara tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan
tahap yang penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur (flow chart)
dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan
organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu didokumetasikan dalam bentuk prosedurprosedur dan
selanjutnya memastikan bahwa fungsi fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerja
yang telah terstandarisasi. Prosedur kerja merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
tujuan organisasi sebab prosedur memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan
pengawasan yang lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut dilakukan;
mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya tambahan; dan membuat koordinasi yang
lebih baik di antara bagian-bagian yang berlainan. Dalam menyusun suatu prosedur kerja, terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN
UMUM TAHUN 2014 9 1) Prosedur kerja harus sederhana sehingga mengurangi beban pengawasan; 2)
Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya; 3) Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak
perlu; 4) Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya; 5) Mencegah kekembaran
(duplikasi) pekerjaan; 6) Harus ada pengecualian yang seminimun-minimunya terhadap peraturan; 7)
Mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu; 8) Prosedur harus fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan kondisi yang berubah; 9) Pembagian tugas tepat; 10) Memberikan pengawasan yang terus
menerus atas pekerjaan yang dilakukan; 11) Penggunaan urutan pelaksanaan pekerjaaan yang sebaik-
baiknya; 12)Tiap pekerjaan - pekerjaan yang diselesaikan harus memajukan pekerjaan dengan
memperhatikan tujuan; 13) Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai yang minimum; 14)
Menggunakan prinsip pengecualian dengan sebaik - baiknya Penyusunan Standar Operasional Prosedur
terbagi dalam tiga proses kegiatan utama yaitu Requirement discovery berupa teknik yang digunakan
oleh sistem tersebut untuk mengidentifikasi permasalahan sistem dan pemecahannya dari pengguna
sistem; Data modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan system data;
dan Process modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan struktur dan
data yang ada pada seluruh sistem proses atau logis, kebijakan prosedur yang akan diimplementasikan
dalam suatu proses sistem. Dilihat dari ruang lingkupnya, penyusuan SOP dilakukan disetiap satuan unit
kerja dan menyajikan langkah-langkah serta prosedur yang spesifik berkenaan dengan kekhasan tupoksi
masing-masing satuan unit kerja yang meliputi penyusunan langkahlangkah, tahapan, mekanisme
maupun alur kegiatan. SOP kemudian menjadi alat untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan secara efektif dan efisien. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP
adalah : 1) Penyusunan SOP harus mengacu pada SOTK, TUPOKSI, serta alur dokumen; 2) Prosedur kerja
menjadi tanggung jawab semua anggota organisasi; 3) Fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur,
sehingga perlu dikembangkan diagram alur dari kegiatan organisasi; 4) SOP didasarkan atas kebijakan
yang berlaku; 5) Standar Operasional Prosedur (SOP) dikoordinasikan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan/penyimpangan; 6) SOP tidak terlalu rinci; 7) SOP dibuat sesederhana mungkin;
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 10 8) SOP tidak tumpang
tindih, bertentangan atau duplikasi dengan prosedur lain; 9) SOP ditinjau ulang secara periodik dan
dikembangkan sesuai kebutuhan. Berdasarkan pada prinsip penyusunan SOP di atas, penyusunan SOP
didasarkan pada tipe satuan kerja, aliran aktivitas, dan aliran dokumen. Kinerja SOP diproksikan dalam
bentuk durasi waktu, baik dalam satuan jam, hari, atau minggu, dan bentuk hirarkhi struktur organisasi
yang berlaku. Proses penyusunan SOP dilakukan dengan memperhatikan kedudukan, tupoksi, dan uraian
tugas dari unit kerja yang bersangkutan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut SOP disusun dalam bentuk
diagram alur (flow chart) dengan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan urutan langkah
kerja, aliran dokumen, tahapan mekanisme, serta waktu kegiatan. Setiap satuan unit kerja memiliki SOP
sesuai dengan rincian tugas pokok dan fungsinya, karena itu setiap satuan unit kerja memiliki lebih dari
satu SOP. Pelaksanaan SOP dapat dimonitor secara internal maupun eksternal dan SOP dievaluasi secara
berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun dengan materi evaluasi mencakup aspek
efisiensi dan efektivitas SOP. Evaluasi dilakukan oleh Satuan Kerja penyelenggara kegiatan (dilingkungan
instansi Pemerintah), atau lembaga independen yang diminta bantuannya oleh instansi Pemerintah.
Pendekatan yang digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi menggunakan pendekatan
partisipatif. Perubahan SOP (diganti atau penyesuaian) dapat dilakukan apabila terjadi perubahan
kebijakan Pemerintah atau SOP dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat.
Perubahan SOP dilakukan melalui proses penyusunan SOP baru sesuai tata cara yang telah
dikemukakan. B. MANFAAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Dengan disusunnya Standar
Operasional Prosedur (SOP) pada unit kerja, Dinas/Badan lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa
Barat diharapkan dapat dipetik beberapa manfaat, yaitu : a. Menghindari ketidakjelasan prosedur
berbagai pelayanan pada unit kerja, Dinas/Badan lingkup Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat; b.
Menjamin terlaksananya seluruh proses pelayanan melalui prosedur yang benar, meliputi alur,
persyaratan, kelengkapan, output yang dihasilkan dan waktu yang tetap (standar); c. Memudahkan
penelusuran berbagai tindak penyimpangan dalam pelaksanaan tugas; d. Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan proses pelaksanaan tugas; e. Meningkatkan kualitas pelayanan; f. Memberikan
jalan bagi implementasi pemerintahan yang bersih (clean government) yang pada akhirnya diharapkan
juga akan memberikan jalan bagi terwujudnya good governance di Lingkup Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 11 BAB III
TUGAS DAN FUNGSI I. KEPALA DINAS Tugas Pokok : Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah
berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Tata Ruang, Bina Marga, Bidang Perumahan
dan Gedung. Fungsi : 1. Menyusun program kegiatan operasional pelaksanaan Pembangunan,
Pengelolaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Jalan dan Jembatan, Tata Ruang, Pemukiman,
Perumahan dan Gedung. 2. Melaksanakan tugas pembinaan di Bidang Sarana dan Prasarana
Jalan/Jembatan, Pemukiman, Bina marga, Perumahan dan Gedung serta Perencanaan Tata Ruang. 3.
Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan operasional Pembangunan, Pengelolaan, peningkatan sarana
dan prasarana jalan dan jembatan, pemukiman, bina marga, Perumahan, Gedung dan Tata Ruang. 4.
Melaksanakan Pengawasan, Pengendalian, Rehabilitas Peningkatan dan Pengembangan Operasional
serta Pemeliharaan/Pembangunan Sarana dan Prasarana Jalan/Jembatan, Pemukiman, Bina marga,
Perumahan, Gedung dan tata ruang. 5. Memberikan rekomendasi perizinan dalam pengamanan dan
pemanfatan sarana dan prasarana Jalan dan Jembatan, Pemukiman, bina marga, Perumahan, Gedung
dan tata ruang. 6. Melaksanakan pembinaan jasa usaha konstruksi dalam pengelolaan, peningkatan,
pengembangan dan pembangunan. 7. Mengelola administrasi umum yang meliputi ketatausahaan
dinas, kepegawaian, keuangan, peralatan, organisasi dan ketatalaksanaan dinas. 8. Mengelola Unit
Pelaksana Tugas Dinas Pekerjaan Umum. 9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati. II.
SEKRETARIS Tugas Pokok : Menyelenggarakan tugas ketatausahaan, umum, rumah tangga,
perlengkapan, keuangan dan kepegawaian pada Dinas Pekerjaan Umum. Fungsi : 1. Melaksanakan tugas
ketatausahaan dan rumah tangga Dinas Pekerjaan Umum. 2. Melaksanakan tugas-tugas perlengkapan
rumah tangga Dinas Pekerjaan Umum. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2014 12 3. Melaksanakan tugas administrasi kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum. 4.
Melaksanakan tugas-tugas administrasi keuangan Dinas Pekerjaan Umum. 5. Melaksanakan tugas lain
yang diberikan Kepala Dinas. A. SUB BAGIAN UMUM Tugas Pokok : Menyelenggarakan tugas-tugas
ketatausahaan dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum. Fungsi : 1. Melaksanakan penanganan
ketatausahaan dan kearsipan. 2. Melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga serta memelihara
keamanan dan ketertiban di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum. 3. Melaksanakan pengelolaan
perlengkapan Dinas Pekerjaan Umum. 4. Mengelolah administrasi kepegawaian dan penyusunan
rencana ketatausahaan kepegawaian. 5. Membina pengembangan pegawai dan penyusunan /
pengevaluasian pemanfaatan sumber daya pegawai. 6. Mengelola usul mutasi pegawai dan penyiapan
bahan usulan kenaikan pangkat dan gaji berkala. 7. Menyiapkan bahan dalam rangka peningkatan
disiplin pegawai dan kesejahteraan pegawai. 8. Melaksanakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Sekretaris. B. SUB BAGIAN KEUANGAN Tugas Pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang
berhubungan dengan keuangan, perbendaharaan dan mengevaluasi penggunaan dana pembangunan
dan pelayanan administrasi keuangan di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum. Fungsi : 1. Merencanakan
dan penyusunan pemanfaatan biaya perencanaan umum dinas. 2. Menertibkan administrasi keuangan
dana pembayaran dan angsuran belanja dinas. 3. Mengkoordinasikan administrasi keuangan dan
pengevaluasian pemanfaatan dana pembangunan dan belanja rutin dinas. 4. Melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh Sekretaris. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN
2014 13 C. SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM Tugas Pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang
berhubungan dengan perencanaan dan penyusunan program serta evaluasi program dan pelaporan.
Fungsi : 1. Menyelenggarakan, bimbingan dan pengendalian operasionalisasi bidang pekerjaan umum. 2.
Menyusun Rencana Strategi (Renstra), menyusun TAPKIN dan menyusun LAKIP Dinas. 3. Melaksanakan
Perencanaan Program dan Kegiatan Dinas. 4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. III.
BIDANG TATA RUANG Tugas Pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan survey dan
pendataan, tata ruang, perencanaan dan program serta evaluasi dan pengendalian, pengembangan
perumahan perkotaan, perumahan baru, kawasan tertinggal, perumahan swadaya / pedesaan. Fungsi :
1.Melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian proses perencanaan, petunjuk teknis rencana dan
program serta pembinaan sistem pengendalian. 2. Melaksanakan survey dan pendataan Pekerjaan
Umum. 3. Menetapkan, menyelenggarakan dan mengawasi rencana tata ruang. 4. Melaksanakan dan
menyusun rencana dan program di bidang Pekerjaan Umum. 5. Melaksanakan evaluasi dan
pengendalian program. 6.Melaksanakan koordinasi, mengatur dan membina kerjasama dalam
menyelenggarakan kegiatan pengembangan perumahan. 7. Menyelenggarakan pengembangan
perumahan air bersih dan prasarana lingkungan. 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala
Dinas. A. SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG Tugas Pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang
berhubungan dengan survey dan perencanaan pendataan tata ruang. Fungsi : 1. Menyusun rencana
strategis dalam pelaksanaan survey dan perencanaan untuk pengambilan data lapangan baik di bidang
pengembangan sumber daya alam, pengembangan prasarana jalan dan perumahan. STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 14 2. Mengumpulkan, mengklasifikasi
dan menyusun bahan-bahan survey pendataan. 3. Melaksanakan survey dan pendataan dan mengolah
hasil survey sampai menjadi dasar dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB). 4. Menyusun
rencana strategis dalam pelaksanaan tata ruang di bidang Pekerjaan Umum. 5. Mengumpulkan,
mengklasifikasikan dan menyusun bahan-bahan penataan ruang. 6. Menetapkan, menyelenggarakan
dan mengawasi rencana tata ruang. 7. Menyelenggarakan penentuan dan perubahan fungsi ruang
kawasan / lokasi dalam rangka penyusunan tata ruang . 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan
Kepala Bidang. B. SEKSI PEMANFAATAN PENGENDALIAN TATA RUANG Tugas Pokok : Menyelenggarakan
kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan, penertiban, evaluasi, dan pengendalian tata ruang.
Fungsi : 1.Menyusun rencana kegiatan pemanfaatan pengendalian ruang dan pengendalian
pembangunan perumahan pemukiman. 2. Menyiapkan pedoman/standar teknis pengendalian dan
pemanfaatan tata ruang. 3. Menyusun petunjuk teknis pembinaan dan bimbingan teknis pemanfaatan
dan pengendalian tata ruang. 4. Melaksanakan Pembinaan dan penertiban terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang secara terpadu dan konsisten sesuai dengan ketentuan dan kegiatan teknis yang
berlaku. 5. Menyiapkan pedoman/standar teknis pengendalian pemanfaatan tata ruang. 6.
Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemanfaatan tata ruang. 7. Melaksanakan
tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. C. SEKSI PERIZINAN DAN PENGAWASAN Tugas Pokok :
Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan perizinan dan pengawasan dibidang tata ruang.
Fungsi : 1. Menyusun rencana kerja bidang perizinan dan pengawasan tata ruang. 2. Menyiapkan bahan
perumusan kebijakan perizinan dan pengawasan tata ruang. 3. Menyiapkan bahan koordinasi,
pembinaan, evaluasi dan fasilitasi kegiatan pengawasan dan perizinan tata ruang. STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 15 4. Memberikan rekomendasi
terhadap pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. 5. Melaksanakan monitoring terhadap pemberian
izin dalam pemanfaatan tata ruang. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. IV.
BIDANG BINA MARGA Tugas Pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan teknis jembatan dan jalan yang meliputi perencanaan teknis bina marga. Fungsi : 1.
Menyusun pedoman dan petunjuk teknis di bidang perencanaan teknis bina marga. 2. Mengatur,
mengelola dan melaksanakan pembangunan fisik sarana dan prasarana jalan. 3. Mengatur, mengelola
dan melaksanakan pembangunan fisik sarana dan prasarana jembatan. 4. Melaksanakan dan
memelihara jalan dan jembatan. 5. Merencanakan dan melaksanakan pemanfaatan penerangan jalan. 6.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. A. SEKSI JALAN Tugas Pokok : Menyelenggarakan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan teknis pengembangan sarana dan prasarana jalan.
Fungsi : 1. Mempersiapkan rencana kerja dan dilengkapi dengan gambar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sebagai bahan usulan selanjutnya (data hasil survei). 2. Menyiapkan syarat - syarat pelaksanaan
proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyimpangan. 3.
Melaksanakan perencanaan teknis jalan. 4.Menggumpulkan, mengklasifikasi, mengolah, menyusun
bahan - bahan dalam rangka penyelenggaraan penyusunan rencana secara teknis di bidang
pembangunan jalan. 5. Melaksanakan survei dan menetapkan jenis rekonstruksi jalan. 6. Menyiapkan
syarat - syarat teknis spesifik yang dilengkapi dengan gambar dan menghitung volume Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan merencanakan tata cara pelaksanaan. 7. Mengatur dan mengelola
pembangunan prasarana jalan. 8. Menghimpun dan mengolah peraturan perundang - undangan,
pedoman dan penunjuk teknis serta bahan - bahan lainnya yang berhubungan dengan pembangunan
dan pemeliharaan prasarana jalan sebagai pedoman dan landasan kerja. STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 16 9. Mengiventarisir permasalahan yang
berhubungan dengan pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalan serta menyiapkan bahan
pentunjuk pemecahan masalah. 10. Melaksanakan survei lapangan terhadap rencana jalan. 11.
Memantau pekerjaan penyedia barang / jasa, memberi petunjuk dan pembinaan dilapangan. 12.
Mengkoordinasikan program kerja ke provinsi dan pusat. 13. Melakukan penyuluhan pemanfaatan jalan
kepada masyarakat. 14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. B. SEKSI JEMBATAN
Tugas Pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan teknis
pengembangan sarana dan prasarana jembatan. Fungsi : 1. Mempersiapkan rencana kerja dan
dilengkapi dengan gambar sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bahan usulan selanjutnya
(data hasil survei). 2. Menyiapkan syarat - syarat pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk mencegah terjadinya penyimpangan. 3. Melaksanakan perencanaan teknis jembatan.
4.Menggumpulkan, mengklasifikasi, mengolah, menyusun bahan - bahan dalam rangka penyelenggaraan
penyusunan rencana secara teknis di bidang pembangunan jembatan. 5. Melaksanakan survei dan
menetapkan jenis rekonstruksi jembatan. 6. Menyiapkan syarat - syarat teknis spesifik yang dilengkapi
dengan gambar dan menghitung volume Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan merencanakan tata cara
pelaksanaan. 7. Mengatur dan mengelola pembangunan prasarana jembatan. 8. Menghimpun dan
mengolah peraturan perundang - undangan, pedoman dan penunjuk teknis serta bahan - bahan lainnya
yang berhubungan dengan pembangunan dan pemeliharaan prasarana jembatan sebagai pedoman dan
landasan kerja. 9. Mengiventarisir permasalahan yang berhubungan dengan pembangunan dan
pemeliharaan prasarana jembatan serta menyiapkan bahan pentunjuk pemecahan masalah. 10.
Melaksanakan survei lapangan terhadap rencana jembatan. 11. Memantau pekerjaan penyedia barang /
jasa, memberi petunjuk dan pembinaan dilapangan. 12. Mengkoordinasikan program kerja ke provinsi
dan pusat. 13. Melakukan penyuluhan pemanfaatan jembatan kepada masyarakat. 14. Melaksanakan
tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2014 17 C. SEKSI DATA DAN PERENCANAAN Tugas pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan data dan perencanaan dibidang jalan dan jembatan. Fungsi : 1.
Menyusun rencana kegiatan pengolahan data dan perencanaan dibidang bina marga. 2. Mengumpulkan
dan mengolah data serta perencanaan statistic pembangunan dan pemanfaatan jalan dan jembatan. 3.
Menyusun standar operasional prosedur dibidang pengolahan data dan perencanaan statistik serta
sistem informasi manajemen jalan dan jembatan. 4. Menyajikan data dan informasi jalan dan jembatan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. V. BIDANG PERUMAHAN DAN GEDUNG Tugas
pokok : Menyelenggarakan dan menyusun kegiatan perencanaan teknis yang berhubungan dengan
perencanaan dan pembangunan, pengendalian dan pengawasan serta pelaksanaan pelaporan di bidang
perumahan dan gedung. Fungsi : 1.Pelaksanaan bantuan teknis perencanaan pembangunan, perbaikan
dan peremajaan perumahan dan gedung serta prasarana dan sarana lingkungannya. 2.Pelaksanaan
pembinaan, pengawasan serta pengendalian terhadap pengembangan perumahan dan gedung. 3.
Pengaturan pemeliharaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan gedung. 4. Mengatur dan
mengelola pembangunan serta pemeliharaan perumahan dan gedung. 5. Melaksanakan pengaturan dan
pengelolaan perumahan dan gedung. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. A. SEKSI
PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN GEDUNG Tugas pokok : Menyelenggarakan
tugas - tugas yang berhubungan dengan pengembangan, perencanaan dan pembangunan perumahan
dan gedung. Fungsi : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 18
1.Mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah dan menyusun bahan-bahan yang berhubungan
dengan pengembangan perencanaan dan pembangunan wilayah, perumahan dan gedung. 2. Melakukan
tugas-tugas yang berkaitan dengan pengembangan perumahan dan gedung. 3. Menyelenggarakan
pengembangan perumahan perkotaan. 4. Melaksanakan kegiatan pengembangan perumahan dan
gedung baru. 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang. B. SEKSI GEDUNG Tugas
pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang berhubungan dengan pengendalian dan pengawasan
gedung. Fungsi : 1. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis di bidang pengendalian dan pengawasan
gedung. 2. Melaksanakan perencanaan teknik pengendalian dan pengawasan gedung. 3. melaksanakan
pendaftaran, pengaturan, pengelolaan dan penghapusan gedung daerah. 4. Mengatur dan mengelola
pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana gedung. 5. melaksanakan upaya keselamatan
bangunan gedung daerah dan bangunan umum. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala
Bidang. C. SEKSI PERUMAHAN Tugas pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang berhubungan dengan
pengendalian dan pengawasan perumahan. Fungsi : 1.Menyusun pedoman dan petunjuk teknis di
bidang pengendalian dan pengawasan perumahan. 2. Melaksanakan perencanaan teknik pengendalian
dan pengawasan perumahan. 3.Melaksanakan pendaftaran, pengaturan, pengelolaan dan penghapusan
perumahan umum daerah. 4.Mengatur dan mengelola pembangunan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana perumahan. 5. melaksanakan upaya keselamatan bangunan perumahan dan bangunan
umum. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 19 VI. BIDANG PERALATAN UPTD LAB. DINAS PEKERJAAN
UMUM Tugas pokok : Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan
perawatan peralatan. Fungsi : 1. Mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menyajikan dan
memelihara bahan dan data dalam rangka penyelenggaraan penyusunan, penilaian pelaksanaan
pemeliharaan peralatan. 2. Menyelenggarakan pengawasan dan administrasi pelaksanaan peralatan
sesuai dengan rencana kerja yang telah di programkan. 3. Menyusun rencana kegiatan perbaikan,
pemeliharaan serta perawatan terhadap peralatan. 4. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan
terhadap peralatan-peralatan yang ada di dinas. 5. Menyiapkan tenaga ahli / mekanik dalam hal
perawatan peralatan. 6. Menyelenggarakan peningkatan kualitas tenaga ahli/mekanik dalam hal
perakitan, pemeliharaan dan perawatan peralatan. 7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala
Bidang. A. SEKSI MEKANIK Tugas pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang berhubungan dengan
mekanik. Fungsi : 1. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis mekanik peralatan. 2. Melaksanakan
perencanaan teknik pengendalian dan pengawasan mekanik. 3. menyusun rencana kerja dan program
kerja mekanik. 4. Mengatur dan menyusun kerja mekanik dalam hal pemeliharaan, perawatan,
perakitan peralatan. 5. menyusun dan menyiapkan anggaran biaya kegiatan mekanik. 6. Melaksanakan
tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. B. SEKSI OPERASIONAL Tugas pokok : Menyelenggarakan tugas -
tugas yang berhubungan dengan operasional Dinas Pekerjaan Umum. Fungsi : 1. Menyusun pedoman
dan petunjuk teknis operasional peralatan. 2. Melaksanakan perencanaan teknik pengendalian dan
pengawasan operasional peralatan. 3. Menyusun rencana dan program kerja operasional peralatan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 20 4. Mengatur dan
mengelola operasional peralatan. 5. Menyusun dan menyiapkan anggaran biaya kegiatan operasional
peralatan. 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. C. SEKSI PEMELIHARAAN Tugas
pokok : Menyelenggarakan tugas - tugas yang berhubungan dengan pemeliharaan peralatan. Fungsi : 1.
Menyusun program kerja pemeliharaan peralatan. 2. Melaksanakan pemeliharaan, perawatan dan
penyelamatan serta perakitan peralatan. 3. Menyusun rencana dan program kerja pemeliharaan
peralatan. 4. Menyusun dan menyiapkan anggaran biaya kegiatan pemeliharaan peralatan. 5.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 21 BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN A. PENILAIAN KINERJA
ORGANISASI PUBLIK Organisasi adalah jaringan tata kerja sama kelompok orang-orang secara teratur
dan kontinue untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan dan didalamnya terdapat tata cara
bekerjasama dan hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi tidak hanya sekedar wadah tetapi
juga terdapat pembagian kewenangan, siapa mengatur apa dan kepada siapa harus bertanggung jawab
(Gibson; 1996 :6). Organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu pandangan obyektif dan
pandangan subyektif. Dari sudut pandang obyektif, organisasi berarti struktur, sedangkan berdasarkan
pada pandangan subyektif, organisasi berarti proses (Wayne Pace dan Faules, dalam Gibson, 1997 : 16).
Kaum obyektivis menekankan pada struktur, perencanaan, kontrol, dan tujuan serta menempatkan
faktor-faktor utama ini dalam suatu skema adaptasi organisasi, sedangkan kaum subyektivis
mendefinisikan organisasi sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behaviour). Organisasi sebagai
sistem sosial, mempunyai tujuan-tujuan kolektif tertentu yang ingin dicapai (Muhadjir Darwin; 1994).
Ciri pokok lainnya adalah adanya hubungan antar pribadi yang terstruktur ke dalam pola hubungan yang
jelas dengan pembagian fungsi yang jelas, sehingga membentuk suatu sistem administrasi. Hubungan
yang terstruktur tersebut bersifat otoritatif, dalam arti bahwa masing-masing yang terlibat dalam pola
hubungan tersebut terikat pada pembagian kewenangan formal dengan aturan yang jelas. Fremont Kast
dan James Rosenzweig (2000) mengatakan bahwa organisasi merupakan suatu subsistem dari
lingkungan yang lebih luas dan berorientasi tujuan (orang-orang dengan tujuan), termasuk subsistem
teknik (orang-orang memahami pengetahuan, teknik, peralatan dan fasilitas), subsistem struktural
(orang-orang bekerja bersama pada aktivitas yang bersatu padu), subsistem jiwa sosial (orang-orang
dalam hubungan sosial), dan dikoordinasikan oleh subsistem manajemen (perencanaan dan
pengontrolan semua kegiatan). Kinerja atau juga disebut performance dapat didefinisikan sebagai
pencapaian hasil atau the degree of accomplishment. Sementara itu, Atmosudirdjo (1997) mengatakan
bahwa kinerja juga dapat berarti prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan sesuatu. Faustino (1995)
memberi batasan kinerja sebagai suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari individuindividu
anggota organisasi kepada organisasinya. Peter Jennergen (1993) mendefinisikan kinerja organisasi
adalah tingkat yang menunjukkan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan
misi organisasi tercapai. Selanjutnya Pamungkas (2000) menjelaskan bahwa kinerja adalah penampilan
cara-cara untuk menghasilkan suatu hasil STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2014 22 yang diperoleh dengan aktivitas yang dicapai dengan suatu unjuk kerja. Dengan
demikian, kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan
pelaksanaan tugas-tugas organisasi dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Penilaian terhadap
kinerja dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu.
Penilaian tersebut dapat juga dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi
selanjutnya. Dalam institusi pemerintah khususnya, penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai
kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, melakukan
penyesuaian anggaran, mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang
dilayani dan menuntun perbaikan dalam pelayanan publik. Berbeda dengan organisasi privat,
pengukuran kinerja organisasi publik sulit dilakukan karena belum menemukan alat ukur kinerja yang
sesuai. Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik sebagian muncul karena tujuan dan misi
organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi
publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi privat.
Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan satu sama lain.
Akibatnya, ukuran kinerja organisasi publik di mata para stakeholders juga berbeda-beda. Para pejabat
birokrasi, misalnya, seringkali menempatkan pencapaian target sebagai ukuran kinerja sementara
masyarakat pengguna jasa lebih suka menggunakan kualitas pelayanan sebagai ukuran kinerja. Lenvine
(1996) mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik,
yakni : 1. Responsivitas (responsiveness) : menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian
responsivitas bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi dipakai untuk
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa
diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat. 2. Responsibilitas
(responsibility): pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau eksplisit.
Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian
dilakukan dengan mencocokan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi dengan prosedur
administrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 23 3. Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa
besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Data akuntabilitas dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penilaian dari wakil rakyat, para
pejabat politis, dan oleh masyarakat. Weisbord (1993) mengemukakan 6 indikator pengukuran kinerja
organisasi publik, yang meliputi tujuan, struktur, reward, mekanisme tata kerja, tata hubungan dan
kepemimpinan. Tujuan berkaitan dengan arah yang hendak ditempuh organisasi, karena itu tujuan
organisasi harus direncanakan sebaik mungkin dengan melibatkan anggota organisasi, mulai dari
perumusan sampai pada pelaksanaan atau upaya pencapaiannya. Struktur berkaitan dengan hubungan-
hubungan logis antara berbagai fungsi dalam organisasi termasuk juga semua kegiatan pembagian kerja
ke dalam satuan-satuannya dan koordinasi satuan-satuan tersebut. Struktur organisasi merupakan suatu
kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja maupun
orang-orang yang menunjukkan kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab masingmasing dalam suatu
sistem kerjasama. Mekanisme tata kerja adalah sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
berhubungan dan membentuk satuan tersebut. Mekanisme dapat mengacu pada barang, aturan,
organisasi, perilaku dan sebagainya. Mekanisme tata kerja akan sangat bermanfaat bagi organisasi
dalam hal membantu dalam koordinasi dan integrasi kerja, dan membantu memonitor kerja organisasi,
sehingga dapat diketahui apakah suatu kegiatan dapat berjalan baik atau buruk. Unsur-unsur penting
dalam mekanisme tata kerja meliputi; prosedur kebijakan, agenda, pertemuan formal, aktivitas dan
tersedianya sarana atau alat yang mungkin ditemukan untuk membantu orang-orang untuk bekerja
sama; dan penemuan, kreativitas pegawai secara spontan untuk memecahkan permasalahan dalam
bekerja. Penilaian kinerja aparatur pemerintah dapat dilakukan secara eksternal yaitu melalui respon
kepuasan masyarakat. Pemerintah menyusun alat ukur untuk mengukur kinerja pelayanan publik secara
eksternal melalui Keputusan Menpan No. 25/KEP/M.PAN/2/2004. Berdasarkan Keputusan Menpan No.
25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah, terdapat 14 indikator kriteria pengukuran kinerja organisasi sebagai
berikut : 1. Prosedur pelayanan, yaitu suatu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan. 2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan
teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 24 3.
Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan
(nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya). 4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu
kesungguhan petugas-petugas dalam memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu
kerja sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang
dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan
petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu
pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8.
Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu suatu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan
golongan/status masyarakat yang dilayani. 9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan
perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati. 10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat
terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan. 11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu
kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. 12. Kepastian jadwal
pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 13.
Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur
sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. 14. Keamanan pelayanan, yaitu
terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang
digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko
yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. Berdasarkan pada uraian di atas, pengukuran kinerja
organisasi publik dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penilaian secara internal adalah
mengetahui apakah proses pencapaian tujuan sudah sesuai dengan rencana bila dilihat dari proses dan
waktu, sedangkan penilaian ke luar (eksternal) dilakukan dengan mengukur kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan organisasi. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN
2014 25 B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Paradigma governance membawa pergeseran
dalam pola hubungan antara pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan
prinsip-prinsip corporate governance. Penerapan prinsip corporate governance juga berimplikasi pada
perubahan manajemen pemerintahan menjadi lebih terstandarisasi, artinya ada sejumlah kriteria
standar yang harus dipatuhi instansi pemerintah dalam melaksanakan aktivitasaktivitasnya. Standar
kinerja ini sekaligus dapat untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara internal mupun eksternal.
Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolok ukur dalam menilai efektivitas dan efisiensi
kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual prosedur
diartikan sebagai langkah - langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang
dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam
bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Prosedur operasional standar adalah proses standar
langkah - langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran
kerja. Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur,
sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian
pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang
sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja. Secara umum, SOP merupakan
gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai suatu
dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan
efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Pengembangan instrumen manajemen tersebut
dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat
terkendali dan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai suatu instrumen
manajemen, SOP berlandaskan pada sistem manajemen kualitas (Quality Management System), yakni
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap
kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses
kerja. Hal ini STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 26 mencakup
beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
Secara konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang
diaplikasikan untuk organisasi pemerintahan (organisasi publik). Oleh karena itu, tidak semua prinsip-
prinsip manajemen kualitas dapat diterapkan dalam SOP karena sifat organisasi pemerintah berbeda
dengan organisasi privat. Tahap penting dalam penyusunan Standar operasional prosedur adalah
melakukan analisis sistem dan prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis prosedur kerja. 1.
Analisis sistem dan prosedur kerja Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan
mengidentifikasikan fungsifungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam bentuk
keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur
yang diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk
menangani pekerjaan yang berulang dengan cara seragam dan terpadu. 2. Analisis Tugas Analisis tugas
merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan yang mendalam dan teratur terhadap
suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan
organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat
pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek
yang berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu : a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan
informasi dengan sistematis dan penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas
khusus. b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa tugas,
disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas atau jabatan
tertentu. Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan
dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan
mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta harus dipastikan bahwa
mereka memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang didefinisikan itu.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 27 c. Spesifikasi tugas berisi
catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan pekerja untuk tugas spesifik d. Penilaian tugas, berupa
prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter
untuk setiap tugas spesifik dalam hubungannya dengan tugas lain e. Pengukuran kerja dan penentuan
standar tugas merupakan prosedur penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas
dan menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan. Melalui
analisa tugas ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku.
Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar operasional prosedur yaitu
membuat penggolongan pekerjaan yang direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan
kerja dengan sistematis. 3. Analisis prosedur kerja Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi urutan langkahlangkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana
hal tersebut dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan siapa yang
melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu bermacammacam langkah
yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja dapat dirumuskan
sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan, biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu
orang, yang membentuk suatu cara tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan
tahap yang penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur (flow chart)
dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan
organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu didokumetasikan dalam bentuk prosedurprosedur dan
selanjutnya memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerja
yang telah terstandarisasi. Prosedur kerja merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
tujuan organisasi sebab prosedur memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan
pengawasan yang lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut dilakukan;
mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya tambahan; dan membuat koordinasi yang
lebih baik di antara bagian-bagian yang berlainan. Dalam menyusun suatu prosedur kerja, terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu : 1) Prosedur kerja harus sederhana sehingga
mengurangi beban pengawasan; 2) Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya; STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 28 3) Pencegahan penulisan, gerakan
dan usaha yang tidak perlu; 4) Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya; 5) Mencegah
kekembaran (duplikasi) pekerjaan; 6) Harus ada pengecualian yang seminimun-minimunya terhadap
peraturan; 7) Mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu; 8) Prosedur harus fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan kondisi yang berubah; 9) Pembagian tugas tepat; 10) Memberikan pengawasan yang
terus menerus atas pekerjaan yang dilakukan; 11) Penggunaan urutan pelaksanaan pekerjaaan yang
sebaik-baiknya; 12) Tiap pekerjaan - pekerjaan yang diselesaikan harus memajukan pekerjaan dengan
memperhatikan tujuan; 13) Pekerjaan tata usaha harus diselenggarakan sampai yang minimum; 14)
Menggunakan prinsip pengecualian dengan sebaik-baiknya Hasil dari penyusunan prosedur kerja ini
dapat ditulis dalam “buku pedoman organisasi” atau “daftar tugas”yang memuat lima hal penting,
yaitu : 1) Garis-garis besar organisasi (tugas-tugas tiap jabatan); 2) Sistem-sistem atau metode-metode
yang berhubungan dengan pekerjaan; 3) Formulir-formulir yang dipergunakan dan bagaimana
menggunakannya; 4) Tanggal dikeluarkannya dan di bawah kekuasaan siapa buku pedoman tersebut
diterbitkan; 5) Informasi tentang bagaimana menggunakan buku pedoman tersebut Penyusunan
Standar Operasional Prosedur terbagi dalam tiga proses kegiatan utama yaitu Requirement discovery
berupa teknik yang digunakan oleh sistem tersebut untuk mengidentifikasi permasalahan sistem dan
pemecahannya dari pengguna sistem; Data modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan
mendokumentasikan sistem data; dan Process modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan
mendokumentasikan struktur dan data yang ada pada seluruh sistem proses atau logis, kebijakan
prosedur yang akan diimplementasikan dalam suatu proses sistem. Dilihat dari ruang lingkupnya,
penyusuan SOP dilakukan disetiap satuan unit kerja dan menyajikan langkah-langkah serta prosedur
yang spesifik berkenaan dengan kekhasan tupoksi masing-masing satuan unit kerja yang meliputi
penyusunan langkahlangkah, tahapan, mekanisme maupun alur kegiatan. SOP kemudian menjadi alat
untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan secara efektif dan efisien. Prinsip dasar
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP adalah : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 29 1) Penyusunan SOP harus mengacu pada SOTK, TUPOKSI, serta alur
dokumen; 2) Prosedur kerja menjadi tanggung jawab semua anggota organisasi; 3) Fungsi dan aktivitas
dikendalikan oleh prosedur, sehingga perlu dikembangkan diagram alur dari kegiatan organisasi; 4) SOP
didasarkan atas kebijakan yang berlaku; 5) Standar Operasional Prosedur (SOP) dikoordinasikan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan/penyimpangan; 6) SOP tidak terlalu rinci; 7) SOP dibuat
sesederhana mungkin; 8) SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan prosedur lain;
9) SOP ditinjau ulang secara periodik dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Berdasarkan pada prinsip
penyusunan SOP di atas, penyusunan SOP didasarkan pada tipe satuan kerja, aliran aktivitas, dan aliran
dokumen. Kinerja SOP diproksikan dalam bentuk durasi waktu, baik dalam satuan jam, hari, atau
minggu, dan bentuk hirarkhi struktur organisasi yang berlaku. Proses penyusunan SOP dilakukan dengan
memperhatikan kedudukan, tupoksi, dan uraian tugas dari unit kerja yang bersangkutan. Berdasarkan
aspek-aspek tersebut SOP disusun dalam bentuk diagram alur (flow chart) dengan menggunakan simbol-
simbol yang menggambarkan urutan langkah kerja, aliran dokumen, tahapan mekanisme, serta waktu
kegiatan. Setiap satuan unit kerja memiliki SOP sesuai dengan rincian tugas pokok dan fungsinya, karena
itu setiap satuan unit kerja memiliki lebih dari satu SOP. Pelaksanaan SOP dapat dimonitor secara
internal maupun eksternal dan SOP dievaluasi secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
tahun dengan materi evaluasi mencakup aspek efisiensi dan efektivitas SOP. Evaluasi dilakukan oleh
Satuan Kerja penyelenggara kegiatan (di lingkungan instansi Pemerintah), atau lembaga independen
yang diminta bantuannya oleh instansi Pemerintah. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi menggunakan pendekatan partisipatif. Perubahan SOP (diganti atau
penyesuaian) dapat dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan Pemerintah atau SOP dipandang
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat. Perubahan SOP dilakukan melalui proses
penyusunan SOP baru sesuai tata cara yang telah dikemukakan. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 30 C. AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH MELALUI
PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Standar operasional prosedur (SOP) memuat
informasi tentang jangka waktu pelaksanaan kegiatan, pengguna layanan, hirarkhi struktur organisasi,
serta langkahlangkah kerja dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Pelaksanaan SOP dalam penyelengaraan
pemerintahan memiliki multifungsi baik sebagai alat deteksi potensi penyimpangan dari tugas pokok
dan fungsi; sebagai alat koreksi atas setiap penyimpangan yang terjadi; sebagai alat evaluasi untuk
meningkatkan kinerja setiap satuan kerja ke tingkat yang lebih efektif, efisien, profesional, transparan
dan handal. Kinerja satuan unit kerja yang efisien merupakan syarat mutlak bagi pemerintah untuk
mencapai tujuannya dan merupakan salah satu alat terpenting dalam membawa instansi pemerintah
dalam mewujudkan visi dan misinya. Evaluasi kinerja pada instansi pemerintah memiliki kekhususan
tersendiri yang membedakannya dengan evaluasi kinerja pada organisasi privat yang berorientasi
eksternal (pelayanan) dan dilandasi oleh motif mencari keuntungan. Pada unit-unit kerja instansi
pemerintah, standar penilaian kinerja yang sifatnya eksternal atau berhubungan langsung dengan publik
umumnya didasarkan pada indikator-indikator responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.
Sementara standar penilaian kinerja yang sifatnya internal didasarkan pada SOP dan pengendalian
program kerja dari instansi yang bersangkutan. Kedua jenis standar ini (eksternal maupun internal)
diarahkan untuk menilai sejauhmana akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat dicapai. Artinya,
standar eksternal maupun standar internal pada akhirnya akan bermuara pada penilaian tercapainya
masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (results), manfaat (benefits) dan dampak (impacts) yang
dikehendaki dari suatu program. Pada prinsipnya, standar operasional prosedur lebih diorientasikan
pada penilaian kinerja internal kelembagaan, terutama dalam hal kejelasan proses kerja di lingkungan
organisasi termasuk kejelasan unit kerja yang bertanggungjawab, tercapainya kelancaran kegiatan
operasional dan terwujudnya koordinasi, fasilitasi dan pengendalian yang meminimalisir tumpang tindih
proses kegiatan di lingkungan sub-sub bagian dalam organisasi yang bersangkutan. Standar operasional
prosedur berbeda dengan pengendalian program yang lebih diorientasikan pada penilaian pelaksanaan
dan pencapaian outcome dari suatu program/kegiatan. Namun keduanya saling berkaitan karena
standar operasional prosedur merupakan acuan bagi aparat dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, termasuk dalam pelaksanaan program/kegiatan. Standar Operasional Prosedur dapat
digunakan untuk penilaian kinerja secara eksternal, dan apabila pedoman yang sifatnya internal ini
digabungkan dengan pedoman STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN
2014 31 eksternal (penilaian kinerja organisasi publik di mata masyarakat) berupa responsivitas,
responsibilitas, dan akuntabilitas, akan mengarah pada terwujudnya akuntabilitas kinerja aparatur dan
instansi pemerintah. Selama ini, penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah umumnya
didasarkan pada standar eksternal, padahal sebagai bentuk organisasi publik, instansi pemerintah
memiliki karakteristik khusus yakni sifat birokratis dalam internal organisasinya. Oleh karena itu, untuk
menilai pelaksanaan mekanisme kerja internal tersebut unit kerja pelayanan publik harus memiliki
acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan
dalam bentuk standar operasional prosedur. Menyadari pentingnya SOP dalam penyenggaraan
pemerintahan dan hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja instansi pemerintah memiliki
SOP, pemerintah propinsi Jawa Barat dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah menetapkan Surat Keputusan Gubernur No. 67 Tahun 2004 tentang pedoman penyusunan
SOP. Dengan dikeluarkannya SK Gubernur tersebut, pemerintah Propinsi Jawa Barat mewajibkan kepada
setiap satuan unit kerja dilingkungan pemerintah propinsi Jawa Barat untuk menyusun SOP dan
menerapkan di satuan unit kerjanya dengan harapan melalui penerapan SOP ini akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah secara internal maupun internal dapat terwujud. Seharusnyalah setiap satuan unit
kerja pelayanan publik instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai acuan dalam
bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat dievaluasi dan terukur. D. PENERAPAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
praktek penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi merupakan langkah selanjutnya dari siklus Standar
Operasional Prosedur (SOP) setelah pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP). Pada tahap
sebelumnya, telah dihasilkan rumusan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang secara formal telah
ditetapkan oleh kepala unit kerja atau delegasinya. Proses penerapan rumusan SOP ini kemudian
dilakukan oleh setiap unit kerja dan harus dapat memastikan bahwa tujuan-tujuan berikut dapat
tercapai: 1. Setiap pelaksana mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baru /diubah dan
mengetahui alasan perubahannya. 2. Salinan Standar Operasional Prosedur (SOP) disebarluaskan sesuai
kebutuhan dan siap diakses oleh semua pengguna potensial. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 32 3. Setiap pelaksana mengetahui perannya dalam Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan dapat menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
untuk menerapkan SOP secara aman dan efektif (termasuk pemahaman akan akibat yang terjadi bila
gagal dalam melaksanakan SOP). 4. Dapat melihat sebuah mekanisme untuk memantau kinerja,
mengidentifikasi masalahmasalah yang mungkin timbul, dan menyediakan dukungan dalam proses
penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP). E. MONITORING DAN EVALUASI (SOP) Pelaksanaan
penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) harus secara terusmenerus dipantau oleh setiap unit
kerja dan bagian yang membidangi organisasi dan tata laksana sehingga proses penerapannya dapat
berjalan dengan baik. Masukan-masukan dalam setiap upaya monitoring akan menjadi bahan yang
berharga dalam evaluasi sehingga penyempurnaan-penyempurnaan terhadap Standar Operasional
Prosedur (SOP) dapat dilakukan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan. STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 33 BAB V PENUTUP Berdasarkan pada uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa standar operasional prosedur sebagai alat penilaian kinerja berorientasi pada
penilaian kinerja internal kelembagaan, terutama dalam hal kejelasan proses kerja di lingkungan
organisasi termasuk kejelasan unit kerja yang bertanggungjawab, tercapainya kelancaran kegiatan
operasional dan terwujudnya koordinasi, fasilitasi dan pengendalian yang meminimalisir tumpang tindih
proses kegiatan di lingkungan sub-sub bagian dalam organisasi yang bersangkutan. Standar operasional
prosedur berbeda dengan pengendalian program yang lebih diorientasikan pada penilaian pelaksanaan
dan pencapaian outcome dari suatu program/kegiatan. Namun keduanya saling berkaitan karena
standar operasional prosedur merupakan acuan bagi aparat dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya termasuk dalam pelaksanaan kegiatan program. Selama ini, penilaian akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah umumnya didasarkan pada standar eksternal padahal sebagai bentuk organisasi
publik, instansi pemerintah memiliki karakteristik khusus yakni sifat birokratis dalam internal
organisasinya. Oleh karena itu apabila pedoman yang sifatnya internal ini jika digabungkan dengan
pedoman eksternal (penilaian kinerja organisasi publik di mata masyarakat) berupa responsivitas,
responsibilitas, dan akuntabilitas, maka akan mengarah pada terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja instansi pemerintah memiliki SOP,
karena itu seharusnyalah setiap satuan unit kerja pelayanan publik instansi pemerintah memiliki standar
operasional prosedur sebagai acuan dalam bertindak. Melalui penerapan SOP ini akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah dapat dievaluasi dan terukur. Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP) di Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu langkah dalam mendukung
pelaksanaan reformasi birokrasi. Dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), setiap pegawai dan
pejabat dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien, memberikan kemudahan dalam memantau
hasil pekerjaan, bekerja makin terarah dan bermanfaat bagi perbaikan kinerja organisasi Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat. Pedoman ini akan selalu dievaluasi dan senantiasa bergerak dinamis sesuai
dengan tuntutan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat sebagai akibat adanya tuntutan
reformasi birokrasi dan kemajuan ilmu dan teknologi informasi. Dengan dikeluarkannya pedoman ini,
diharapkan setiap unit kerja di lingkungan Pemerintah STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 34 Kabupaten Sumbawa Barat dapat membuat Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang pada akhirnya dapat meningkatkan pelayanan prima kepada para pengguna
persandian. Standar Operasional Prosedur (SOP) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
merupakan salah satu langkah dalam mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi. Dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP), setiap pegawai dan pejabat dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
efisien, memberikan kemudahan dalam memantau hasil pekerjaan, bekerja makin terarah dan
bermanfaat bagi perbaikan kinerja organisasi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

Anda mungkin juga menyukai