Oleh:
NIM : 39179073
Skripsi :
Diajukan Oleh
NIM : 39179073
Disetujui Oleh :
Pembimbing
PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini, penulis akan memaparkan dan menerangkan apa yang
menjadi cakupan pada bab pertama terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,
Di bab ini, merupakan dasar awal untuk melakukan penelitian awal sebelum
membahas lebih lengkapnya di sub-sub bab selanjutnya untuk menetapkan yang menjadi
Dalam memasuki dunia kerja, sebagai auditor akan diperkenalkan suatu aturan
yang sudah menjadi satu dengan diri seorang auditor ialah kode etik auditor. Kode etik
ini dibuat agar seorang auditor amanah dalam menjalankan tugasnya. Sebab untuk
Selanjutnya, didalam dunia kerja akuntan publik ada jenjang karir. Jenjang karir
dalam akuntan publik di antaranya adalah auditor junior, auditor senior, manajer audit,
dan partner. Untuk bisa mencapai tingkat yang paling tinggi yakni partner, seseorang
auditor harus mempunyai pengalaman kerja yang cukup lama. Pengalaman kerja
usaha dengan jenjang waktu yang lama. Deis dan Giroux (1992) dalam fadil ilhamsyah
(2016) Auditor yang berpengalaman tentunya memiliki masa kerja dan tingkat frekuensi
pelaksanaan audit yang tinggi. Hal ini tentunya akan membuat auditor tersebut terbiasa
dengan pekerjaannya yang akan membuat auditor tersebut memiliki pengalaman kerja
yang baik dalam audit, sehingga dapat mendeteksi dan memahami kesalahan serta
Berkaitan dengan itu, seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang
sangat lama akan memegang teguh kode etik auditor yakni independensi. Berdasarkan
standar umum PSA No. 4 SA Seksi 220 dalam SPAP menyebutkan bahwa “ Dalam
mental harus dipertahankan oleh auditor”. Untuk itu, seorang auditor wajib bersikap
teguh dan memiliki mental kuat dalam menjalankan pekerjaannya. Sikap independensi
sangat dibutuhkan untuk kepentingan hasil laporan audit yang sebenarnya. Hasil laporan
audit inilah yang akan diserahkan kepada klien maupun pihak yang berkepentingan.
Setelah memiliki pengalaman kerja yang baik dan bersikap independen, auditor
juga wajib berintegritas kepada kebenaran yang ada dan tolak ukur seorang auditor
mampu bekerja dengan baik dan dapat menghandle apa yang menjadi tanggungjawab
Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya (Haryono, 2014:110 dalam Made Aris Wardana dan
Dodik Ariyanto, 2016). Integritas juga berarti kepatuhan terhadap aturan tanpa
ide bahwa profesi adalah "panggilan" dan membutuhkan keseriusan dalam bekerja
secara profesional untuk fokus pada peraturan yang ada. Integritas bercirikan
mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang dimilki
seorang auditor meliputi kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah
Pengalaman kerja, sikap independensi, dan integritas merupakan faktor yang akan
mempengaruhi hasil laporan audit terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan ialah
suatu hasil yang muncul dari adanya proses akuntansi, laporan keuangan menjadi media
perusahaan. Dengan begitu laporan keuangan harus berintergrasi dengan benar, akurat,
dan terpercaya pada saat proses penyusunannya. Untuk mendeteksi adanya kecurangan
atau tidak, maka perusahaan memiliki rasa kepercayaan yang besar kepada auditor, hal
ini dilakukan untuk mengaudit laporan keuangan. Audit adalah proses untuk melaraskan
dengan seorang manajer dan oleh karena itu, akuntan publik sebagai pihak ketiga
berusaha meyakinkan para investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan
IAPI merupakan kepanjangan dari Institut Akuntan Publik Indonesia yang yakni
berisikan standar – standar audit yang terdiri standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan sehingga laporan yang diaudit memiliki kualitas yang baik dan
juga transparan. Standar audit yang ditetapkan IAPI mewajibkan auditor untuk apakah
laporan keuangan yang sudah disajikan sudah konsisten antara periode tahun berjalan
Kualitas audit adalah hal utama perlu diperhatikan oleh pengguna laporan auditan
dan yang menjadi dasar ivenstor dan calon investor untuk mengambil keputusan
berdasarkan opini audit. Jika laporan keuangan yang tidak diaudit orang seseorang
auditor yang berkualitas, akan berdampak opini yang ada juga tidak berkualitas dan pasti
mengaudit laporan yang diaudit, bukan hanya seorang auditor saja tetapi akuntan publik
juga turut serta. Profesi seorang akuntan publik yaitu salah satu profesi kerja dengan
memiliki kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, diantaranya adalah kreditor,
investor, pemilik perusahaan, lembaga keuangan dan pemerintah. Dari profesi akuntan
publik tersebut, para pihak yang berkepentingan disini, dapat memperoleh penilaian
yang bebas dan tidak memihak terkait informasi yang disajikan perusahaan dalam
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat menjadi dasar yang kuat bagi
Jika perusahaan - perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala
kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya,
jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik belum diperlukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut bagi pemakai informasi keuangan (Rizka, 2021). Guna
melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan. Dimana standar umum tersebut merupakan cerminan kualitas pribadi
yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Standar
pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik
Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan
publik dalam melakukan pelaporan keuangan pada saat periode berjalan dan juga
periode sebelum tahun berjalan (Jurnal Entrepreneur, 2021). Selain standar audit,
akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi. Kode etik profesi merupakan
aturan mengenai akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya, baik dengan
sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik berguna untuk mengatur
masalah tanggung jawab profesi, kompetensi dan sikap kehati – hatian yang profesional,
kerahasiaan, perilaku professional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam
memiliki posisi yang beresiko dalam lingkungan perusahaan klien, ketika akuntan publik
Dalam hal ini, manajemen mengharapkan kinerja yang dinilai dengan baik untuk
sendiri dituntut untuk bisa bersikap dan bertindak profesional dalam segala tindakannya.
Keprofesionalan auditor tidak bisa lepas dari kemampuannya melakukan pemeriksaan
atau audit sesuai Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Seorang akuntan publik dalam
melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja bukan hanya
untuk kepentingan kliennya, tetapi bahkan untuk pihak lain yang memilki kepentingan
terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempercayai keyakinan dari klien dan
juga para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut harus memiliki
Berbagai macam bentuk suatu badan usaha yang ada di Indonesia, ada yang
berbentuk Perseroan Terbatas, badan usaha berbadan hukum, Koperasi, Firma, CV, dan
Persekutuan Perdata. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan mengenai Kantor Akuntan
Publik atau biasa disingkat dengan KAP yang termasuk ke dalam golongan badan usaha
yang bukan bebadan hukum. Setiap Kantor Akuntan Publik pasti berharap memiliki
auditor yang bisa berkontribusi dengan baik pada saat melakukan audit. KAP yakni
wadah badan usaha untuk setiap akuntan publik dalam memberikan jasanya yang
izinnya telah didapat dari Menteri Keuangan. Untuk pembukaan KAP, perlu
mendapatkan ijin Menteri Keuangan harus memenuhi berbagai syarat dan terutama
harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Di dalam KAP, auditor bekerja untuk
yang dapat berakibat fatal agar memperoleh data akurat, membandingkan data hasil
dengan kriteria yang ditetapkan, menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diharapkan
pemerintah.
Sebagian dari banyaknya auditor yang dapat melakukan tugasnya dengan baik dan
juga jujur dan masih ada beberapa akuntan publik yang melakukan kesalahannya untuk
Garuda Indonesia yang memiliki dana yang masih bersifat piutang dengan kontrak untuk
15 tahun kedepan, namun sudah dibukukan di tahun pertama dan diakui sebagai
pendapatan masuk dan menyebabkan kerugian dalam mencetak laba (CNB, 2018). Dan
juga kasus mengenai kelelaian Akuntan Publik dalam mengaudit laporan keuangan PT
Garuda Indonesia yang berujung sanski dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (CNN,
2018). Dan kasus yang dilaporkan oleh IAPI bahwa terdapat empat perusahaan yang
Sumbar (Joko, 2020). Dari kasus tersebut diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit agar tidak terjadi kesalahan. Tentunya seorang auditor harus memiliki
sikap yang berintegritas dan berprilaku jujur guna menjunjung keperfeksionisannya pada
saat auditor melaksanakan tugas auditnya harus berpedomankan pada standar audit yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terdiri dari 3 standar, yakni standar umum,
Standar audit diperlukan agar auditor maupun akuntan publik dapat bekerja
dengan baik. Standar umum adalah gambar cerminan kuantitas seseorang secara pribadi
yang harus dimiliki oleh seorang auditor agar memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit dan dapat dikembangkan lebih lagi.
Selain standar audit, ada juga kode etik profesi yang harus dipatuhi oleh para auditor
serta akuntan publik yang menjelaskan bagaimana cara berprilaku auditor ketika
auditor untuk dituntut memiliki pengalaman kerja yang cukup baik, bersikap
independen, serta memiliki integritas yang baik. Ketika seorang auditor memiliki hal-hal
yang sudah disebutkan sebelumnya, inilah yang memberikan kepercayaan besar dari
pengguna laporan keuangan yang sudah diaudit yang diberikan oleh kantor akuntan
ataupun kesalahan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan salah saji
dalam laporan keuangan auditan itu sendiri. Untuk itu, agar mendapatkan kualitas audit
yang baik dan benar, diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
pengalaman kerja, independensi dan integritas yang menjadi bahan penjelasan dalam
penelitian ini. Yang terutama sangat diperlukannya dan penting dipertimbangkan yakni
dari pendidikan formal yang diperoleh auditor. Seorang auditor dipastikan selalu
bertindak sebagai seseorang yang cakap baik dalam bidang akuntan ataupun bidang
auditing. Dalam mencapai keahlian tersebut, dimulai dengan pendidikan formalnya yang
diperluas serta juga pengalaman - pengalaman dalam praktik audit dalam melaksanakan
pemeriksaan terhadap suatu entitas harus dilakukan secara profesional oleh seseorang
yang independen dan berkompeten. Yang dimulai dari persyaratan auditor, pekerjaan
audit sampai dengan laporan keuangan audit diterbitkan dan diatur dalam Standar Audit.
ingin mendapatkan kualitas audit yang baik dan sempurna maka diperlukan pengalaman
– pengalaman kerja yang baik serta berintegritas tinggi. Kualitas audit dasarnya
menemukan kesalahan salah saji. Kualitas audit dikatakan bagus berdasarkan Standar
pengauditan, patuh terhadap hukum, dan bersikap bebas tanpa memihak (Independent).
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum
pemeriksaan akuntan publik, yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan
kerja auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ria Ayu Indahsari (2018) menghasilkan bahwa Pengalaman kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian dari Novi anggraini (2018), Titin Rahayu (2016), dan Lina Nurseptiyanti
(2018). Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) bahwa pengalaman kerja
kualitas audit yang dilakukan oleh Agyatri Wardhatul (2019), Septony B. Siaahan dan
Arthur Simanjuntak (2019), Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018),
Lina Nurseptiyanti (2018), Maya Lestari (2018), dan Getrudis Carolina (2018)
Berkaitan dengan itu, hasil penelitian yang sudah dijalani sebelumnya mengenai
variabel integritas yakni dari penelitian yang dilakukan oleh Septony B. Siaahan dan
Arthur Simanjuntak (2019) dan Lina Nurseptiyanti (2018) menyatakan bahwa integritas
berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor. Namun,
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohana Ariska Sihombing
dan Dedik Nur Triyanto (2018) bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas
hasil audit.
Dengan demikian, pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti dan didukung
oleh hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu, maka penulis tertarik membahas
variabel yang akan di teliti, sebab dari penelitian terdahulu ada perbedaan hasil. Oleh
karena itu, judul yang akan diteliti kembali oleh peneliti adalah “Pengaruh
B. Identifikasi Masalah
Sesuai latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penulis
1. Bagaimana pengalaman kerja di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)
Jakarta?.
2. Bagaimana sikap independensi yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young
(EY) Jakarta?.
3. Bagaimana integritas yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)
Jakarta?.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan penjabaran yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti dapat
1. Bagaimana pengalaman kerja yang telah dilakukan oleh auditor di Kantor Akuntan
2. Bagaimana sikap independensi yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young
(EY) Jakarta?.
3. Bagaimana integritas yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)
Jakarta?.
D. Batasan Penelitian
dan keluar dari topik penelitian sehingga lebih jelas dan terarah, dengan itu penelitian ini
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
Menurut hasil yang diperoleh dipenelitian ini, maka penulis berharap penelitian
terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta
2. Aspek Praktis
Hasil penelitian yang ada bisa dijadikan sumber informasi untuk berbagai
pihak, diantaranya:
a. Bagi penulis
sudah diperoleh dan dipelajari selama kuliah, hasil penelitian diharapkan dapat
Penelitian ini dapat menjadi sarana awal dan sumbangan pemikiran serta
c. Bagi Klien
tugasnya. Semakin berkualitas auditor yang menangani, maka tingkat bukti audit
semakin rasional pada laporan keuangan perusahaan. Tidak ada kecurangan antara
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kedua ini, peneliti akan memaparkan dan menerangkan penjelasan lengkap
dan jelas yang terdiri atas sub bab landasan teoritis, penelitian terdahulu yang telah
Di bab ini, acuan kepada bab-bab selanjutnya berisi penjelasan materi lengkap
mengenai judul dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi – informasi yang
A. Landasan Teoritis
1. Teori Atribusi
Teori ini dicetuskan oleh Fritz Heider (1958), seorang psikolog bangsa
Jerman. Teori atribusi adalah menjelaskan sebab dari berbagai perilaku yang
orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misal
sifat, karakter, sikap dan lain-lain maupun eksternal misalnya tekanan situasi atau
(Nisa, I. C, 2017). Atribusi terhadap tingkah laku terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu
atribusi internal atau disposional dan atribusi eksternal atau lingkungan (Darwati,
2015: 60).
Atribusi internal menyimpulkan bahwa kekuatan internal atau disposisi
(unsur psikologis yang mendahului tingkah laku) yang merubah tingkah laku
seseorang (Darwati, 2015: 60). Menurut Mustafa (2011: 150) atribusi internal
merupakan atribusi yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal.
Atribusi internal bisa dilihat dari perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh
faktor internal, misalnya sikap, karakter, sikap ataupun aspek internal lainnya. Jadi,
atribusi internal adalah tingkah laku seseorang yang disebabkan secara internal
yang dimana perilaku tersebut diyakini berada dibawah kendali individu itu sendiri
atau berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran dan kemampuan.
lingkungan yang merubah tingkah laku seseorang (Darwati, 2015: 60). Menurut
Mustafa (2011: 150) atribusi ekternal adalah atribusi yang berada pada lingkungan
atau situasi. Jadi, atribusi eksternal adalah tingkah laku seseorang yang disebabkan
secara eksternal yang dimana perilaku tersebut diyakini terjadi karena adanya
tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap
perilaku individu.
Relevansi teori atribusi dengan penilitian ini adalah bahwa seseorang dalam
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak antara lain, kesadaran Wajib Pajak,
pelayanan fiskus dan sanksi administrasi. Jadi teori atribusi sangat relevan untuk
yang memiliki pengalaman kerja yang lama, maka tugas yang diberikan
keterkaitan antara lama waktu bekerja yang ditempuh dengan penambahan ilmu
yang didapatkan sehingga terbentuk suatu keahlian yang dimiliki oleh seorang
karyawan.
b. Pengalaman Auditor
memiliki kinerja yang sangat baik dalam mengaudit terjadi karena adanya
pengalaman kerja yang sangat panjang, maka lebih cepat tanggap dalam
menangani klien.
melandasinya.
3. Independensi
a. Pengertian Independensi
seorang auditor.
keahlian untuk bertindak objektif dan integritas. Dalam konteks ini, hanya
seseorang yang jujur serta berintelektual tinggi yang mampu melakukan sikap
tersebut.
keuangan klien.
keoada klien
3) Advocacy Risk
hubungan keluarga.
(2021:
2. Investigative independence
3. Reporting independence
Independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam
pengujuan”
4. Integritas
a. Pengertian Integritas
tanggung jawab sebab auditor wajib memiliki sikap yang bisa dipercaya serta
mendapatkan penilaian baik, agar klien enggan ragu dengan cara kerja auditor
Ahmad Fauzi (2020:11). Auditor tidak boleh melakukan hal menyimpang dan
b. Dimensi Integritas
dapat dipercaya. Hasil audit dapat di percaya oleh pengguna apabila auditor
berbagai ancaman.
melakukan audit.
auditnya.
5. Kualitas Audit
audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan audit dengan
saji material. Sedangkan, menurut Peecher and Piercey (2008) dalam Junaidi
aktuntansi kliennya.
Menurut Deiz dan Giroux (1992) dalam Yohanes (2020:57), ada beberapa
klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik
2) Jumlah klien
Semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik,
reputasinya
hasil pekerjaannya akan di review oleh pihak ketiga atau rekan auditor.
c. Dimensi Kualitas Audit
kualitas audit terdiri dari empat dimensi yang terbagi menjadi beberapa
Indikatornya adalah:
a) Mengidentifikasi kesalahan.
2) Objektivitas
Indikatornya adalah:
b) Tidak memihak.
3) Independensi
Indikatornya adalah:
4) Standar Auditing
Indikatornya adalah:
a) Standar Umum.
b) Standar Pelaksanaan.
c) Standar Pelaporan”.
d. Standar Audit
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAPI, dalam hal ini adalah
standar auditing.
diaudit
3) Standar Pelaporan
Indnesia.
dipikulnya”.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang
penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai yakni: independensi,
kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa hasil sebagai berikut:
audit.
Audit di Kantor Akuntan Publik Surabaya”. Dalam penelitian ini yang menjadi
adalah kualitas audit. Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kota
Jambi)”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai
kerja auditor. Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil dari
terhadap kualitas hasil kerja auditor dan independensi secara parsial berpengaruh
Semarang)”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai
Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil dari penelitian ini
kualitas audit.
Moderasi”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai
negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Pengalaman secara parsial
negatif terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi.
pengalaman supaya bisa menghasilkan kualitas audit yang baik dan andal.
terhadap kualitas audit. Auditor yang selalu menjaga independensinya dengan baik
dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi. Hal ini menunjukkan bahwa
audit.
7. Titin Rahyu (2016) dengan judul “Pengaruh Independensi Auditor, Etika Auditor,
positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka kualitas
audit yang dihasilkan juga akan semakin baik. Kedua, Etika auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi etika yang dimiliki oleh seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan
juga akan semakin baik. Ketiga, Pengalaman auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
etika yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan
Variabel Moderasi
(Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan)”. Ada beberapa hasil
audit secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit
pada KAP di Kota Medan. Kedua, Independensi Auditor dalam melaksanakan audit
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada
KAP di Kota Medan. Tanpa independensi kualitas audit dan tugas deteksi audit
parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit pada KAP
di Kota Medan. Keempat, Profesionalisme Auditor dalam melaksanakan audit
secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit
terhadap Kualitas Audit pada KAP di Kota Medan. Etika Auditor mampu
Integritas Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit pada KAP
di Kota Medan
Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya”. Penelitian ini
parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas audit. Ketiga, etika profesi auditor
10. Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) berjudul “Pengaruh
kualitas audit (Studi pada inspektorat Provinsi Jawa Barat tahun 2018)”. Penelitian
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun 2019
Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. independensi
Dependen:
Kualitas Audit
Tahun 2019
Variabel Independen :
1. Kompetensi auditor
2. Independensi auditor
3. Integritas auditor
4. Profesionalisme
Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen :
1. Independensi
2. Objektifitas
3. Pengetahuan
4. Pengalaman kerja
5. Integritas
Dependen :
Kualitas Audit
Tahun 2018
Variabel Independen :
1. Independensi
2. Objektifitas
3. Integritas
4. Pengalaman kerja
5. Kompetensi
6. Motivasi
Dependen :
Kualitas Hasil Audit
hasil audit
audit
audit
hasil audit
audit
audit.
Tahun 2018
Variabel Independen :
1. Akuntabilitas
2. Independensi
Dependen :
Kualitas Hasil Kerja Auditor
Hasil 1. Akuntabilitas secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas
hasil kerja auditor.
Tahun 2018
Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. Independensi
Dependen:
Kualitas Audit
Tahun 2018
Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. Independensi
3. Pengalaman
Dependen:
Kualitas Audit
Tahun 2017
Variabel Independen :
1. Independensi
2. Pengalaman kerja
3. Kemahiran professional
4. Akuntabilitas
5. Kompetensi
Dependen :
Kualitas Audit
audit
kualitas audit
audit,
audit
Variabel Independen:
1. Independensi auditor.
2. Profesionalisme auditor.
3. Etika profesi auditor.
4. Akuntabilitas auditor.
Dependen:
Kualitas Audit.
Variabel Independen:
1. Independensi auditor
2. Etika Auditor
3. Pengalaman Auditor
Dependen:
Kualitas audit
Hasil 1. Independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit.
2. Etika auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit.
3. Pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit.
C. Kerangka pemikiran
maka selanjutnya akan ada sebuah penjelasan melalui gambaran yang mempermudah
untuk mengerti dan memahami hubungan antara variabel independen (bebas) dengan
variabel dependen (terikat). Dalam menunjang kualitas audit yang baik, memiliki faktor-
faktor pemicunya yakni pengalaman kerja, independensi dan integritas sikap yang
dimiliki oleh seorang auditor. Keberhasilan ketika mengaudit laporan keuangan tidak
lepas dari faktor-faktor tersebut, sehingga auditor mendapatkan hasil yang terbaik dalam
menjalankan tugasnya ketika telah melewati semua factor tersebut. Disamping itu,
pengalaman kerja menunjukkan kurun waktu dan banyaknya laporan keuangan yang
auditor tidak akan membela salah satu pihak. Dan terakhir, integritas menguatkan
kepercayaan dan oleh itu menjadi acuan bagi pengandalan atas judgment mereka.
Kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
VARIABEL
PENGALAMAN
KERJA (X1)
VARIABEL KUALITAS
VARIABEL IDEPENDENSI
AUDIT
(X2)
VARIABEL ITEGRITAS
(X3)
Keterangan:
seorang auditor terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Auditor
yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit, karena auditor yang lebih
(2018), dan Ria Rahayu (2017) bahwa Pengalaman auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa bertambah
banyak pengalaman yang dijalani oleh seorang auditor akan semakin mahir dan
ahli dalam menekuni bidangnya. Sebab segala sesuatu yang dilakukan secara
oleh Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) mengeluarkan
dan Dedik Nur Triyanto (2018), Lina Nurseptiyanti (2018), Maya Lestari (2018),
Ria Ayu Indahsari (2018), dan Getrudis Carolina (2018) menunjukkan bahwa
ini karena seorang auditor yang selalu menjaga independensinya dengan baik,
akan dibutuhkan ketika proses audit itu berlangsung dan berani dalam mengambil
Sebaliknya, penelitian yang dijalankan oleh Baigi Rabbani Adha (2016) dan
secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit.
seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, bijaksana dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas audit. Tambahan lagi, Auditor harus mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi dalam menghadapi masalah dan tidak dapat
diintimidasi oleh orang lain yang dapat mempengaruhi sikap dan keputusannya.
yang dilakukan oleh Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018)
D. Hipotesis Peneltian
Hipotesis bisa berupa dugaan yang benar atau salah atau juga jawaban sementara.
Jika hipotesis salah, hipotesis akan ditolak, jika ada fakta pendukung, hipotesis akan
diterima dan harus seseuai dengan kebenarana yang ada. Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah didefinisikan dalam tinjauan teori, maka hipotesis dalam
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
1. Populasi
karakteristik atapun kualitas yang sudah ditentukan oleh peneliti supaya bisa
digunakan dalam penelitian ini ialah para auditor bekerja di Kantor Ernst dan
Young Jakarta.
2. Sampel
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Sedangkan, Menurut Chua Yan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di
kantor Ernst & Young di Jakarta . Kriteria yang digunakan dalam menentukan
DISAIN PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2017) pengertian dari variabel penelitian yaitu segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
memperoleh informasi tentang hal yang dimaksudkan dan dapat diambil kesimpulannya.
Variabel yaitu kenyataan yang beragam-ragam bentuk kuantitas, mutu, serta standar
1. Variabel Penelitian
bergantung oleh variabel lain. Variabel dependen tidak jarang juga dianggap
Tabel 3.1
ini adalah:
utama dalam proses seleksi dan juga calon karyawan yang telah siap
2) Independensi (X2).
disajikan.
3) Integritas (X3).
setiap variabel penelitian sebagai faktor pendukung kuesioner yang akan dibuat
oleh peneliti:
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
penelitian ini menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut
Riduwan (2010:82) dalam Sidik Priadana dan Denok Sunarsi (2021:175) bahwa "Skala
ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dan jenjang yang lebih
tinggi sampai jenjang terendang atau sebaliknya." Berdasarkan penjelasan diatas, Hal
ini bertujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban responden.
berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Untuk setiap
pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menjawab dengan mendukung
Tabel 3.5
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Netral 3 3
Tidak Setuju 2 4
Pengumpulan data adalah suatu teknik dan cara pengumpulan data yang dapat
pertanyaan yang disusun secara tertulis dan sistematis serta dipersiapkan terlebih dahulu,
kemudian diajukan kepada responden dan terakhir diserahkan kembali pada peneliti.
Pengambilan sampel
Didalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan ialah skala likert, yang menurut
Sugiyono (2013:146), skala likert tersebut ialah skala yang digunakan untuk mengukur
opini serta anggapan dari individu maupun kelompok mengenai fenomena sosial. Dan
alasan lain penggunaan Skala Likert dalam penelitian ini, karena skala likert dapat
mempermudah responden dalam menjawab seteuju atau tidak setuju (Malhotra, 2012:
308), Lalu skala likert juga mudah digunakan dan mudah dipahami oleh para responden
(McDaniel dan Gates, 2013: 307) dan juga secara visual menggunakan skala Likert lebih
menarik dan mudah diisi oleh responden (Sugiyono, 2009: 96). Instrument penelitian
juga bisa menjadi alat dalam merumuskan pertanyaan dari variable-variabel yang diteliti,
dalam penelitian ini skor yang di gunakan dalam skala likert adalaha sebagai berikut:
Gambar 3. 6
Skala Likert
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak Setuju TS 2
Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif memakai statistik. Ada macam-
macam statistik yang dipakai untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik
inferensial dan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang dipakai guna
menganalisa data dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data yang sudah
yang berlaku baik generalisasi atau umum (Sugiyono 2018:226). Menurut (Sugiyono
2017), Statistik inferensial yaitu teknik statistik yang digunakan menganalisa data hasil
Ada beberapa tahapan analisis data pada penelitian yang akan dilakukan antara lain:
fenomena suatu data yang dikumpulkan oleh peneliti tanpa berencana membuat
pendapat yang berlaku secara umum. Untuk penyajian data dalam statistik
observasi dengan banyaknya data. Biasanya, nilai mean dapat dipakai jika
berikut:
X=
∑ Xi
N
Keterangan:
X Nilai mean
N Banyaknya data
b. Median
Median ialah nilai tengah dari gabungan nilai yang disusun secara urut
X 1+ X 2
Md=
2
Keterangan:
Md Nilai Median
c. Modus
Modus ialah nilai data yang memiliki frekuensi tertinggi ataupun yang
sering muncul pada satu gabungan data. Rumus menghitung modus sebagai
berikut:
Mo=TB+ ( d 1+d
d1
2)
C
Keterangan:
sebelumnya
setelahnya
C = Interval kelas
d. Standar Deviasi
Standar deviasi ialah suatu teknik yang dirancang untuk memantau
√
n
∑ ( x i−x)2
i =1
SD=
n(n−1)
Keterangan:
xi = Nilai x ke – i
Maksimal ialah nilai yang paling besar yang terdapat dari variabel–
variabel yang sudah dikaji. Kebalikannya, Minimal ialah nilai paling rendah
dirancang sebelumnya, yang mana tujuan diadakan pengujian validitas ialah untuk
sebelumnya.
a. Uji Validitas
tujuan untuk mencari tahu kelayakan item pertanyaan atau pernyataan dalam
a. Apabila nilai r hitung lebih besar (>) dari r tabel dikatakan variabel
b. Apabila nilai r hitung negatif dan/atau r hitung lebih kecil (<) dari r
rxy=n ¿ ¿
Keterangan:
dikuadratkan
Saccuzo, 2017)
b. Uji Reliabilitas
( ∑ si
)
2
k
Alpha (α ¿ = 1−
k−1 st 2
Keterangan:
α = Koefisieni reliabilitas
Perhitungan koefisien reliabilitas bertujuan agar tingkat
koefisien, artinya tingkat keandalan alat ukur dan tingkat konsistensi dari
a) Jika r hitung ≥ r tabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang
b) Jika r hitung ≥ r tabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang
a. Uji Normalitas
Memiliki tujuan untuk dilakukan pengujian apakah dalam model
dilakukan melalui P-Plot Test, yaitu dengan cara memperhatikan data atau
titik yang menyebar pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal,
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas yaitu suatu bentuk fenomena statistik yang biasa
dijumpai ketika satu atau lebih variabel independen pada model regresi
terjadi ketika variabel independen berkorelasi satu sama lain. Semakin tinggi
Pada penelitian ini, penulis melihat nilai variance inflation factor (VIF)
sebagai berikut:
1
VIF=
Tolerance
nilai VIF tinggi. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0,10
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji menurut Gozhali (2016), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
terkait dengan nilai residualnya. Dasar analisis untuk menentukan ada atau
terjadinya heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, dan titik-titik yang menyebar di atas dan
terjadi heteroskedastisitas.
satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung yang kemudian
sebagai berikut:
Y =α + β 1 X 1+ β 2 X 2 + β 3 X 3+ e
Keterangan:
Y = Kualitas Audit
a = Konstanta atau nilai Y jika X = 0
perubahan nilai Y pada variabel Kualitas Audit apabila terjadi perubahan nilai X
X1 = Pengalaman Kerja
X2 = Independensi
X3 = Integritas
e = Error Item
5. Korelasi Sederhana
Digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Rumus dari koefisien product moment adalah sebagai berikut:
r xy =n ∑ X Y −( ∑ X )¿ ¿ ¿
Keterangan:
r xy = Koefisien Korelasi
n = Jumlah sampel
Koefisien korelasi terletak mempunyai nilai paling kecil -1 dan paling besar 1,
Y.
b) Jika r = =1, korelasi antara X dan Y adalah sempurna negative yang berarti
Tabel 3.1
6. Uji Hipotesis
a. Uji t
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikan thitung yang berfungsi untuk
r √(n−2)
t hitung=
√1−r 2
Keterangan:
t hitung = nilai t
n = Jumlah sampel.
Bandingkan nilai t hitung dengan t tabel untuk tingkat kesalahan (⍺) = 0,05
b. Uji F
Untuk mengetahui signifikansi korelasi berganda dilakukan
2
r
k
F hitung =
( 1−r 2)
n−k −1
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Jika F hitung ≥ F tabel , maka tolak Ho artinya signifikan dan F hitung ≤ F tabel ,
atau ⍺ = 0,05.
c. Koefisien Determinasi
Setelahi besarnyai koefisieni korelasii telahi diketahui,i
2
Kd=r ×100 %
Keterangan:
Kd = Koefisieni Determinasi
r
2
= Koefisieni Kuadrati Korelasii Ganda
Suhayati, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
(Ardianingsih, 2018)
(Tandiontong, 2015)
Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh kompetensi auditor, independensi auditor,
integritas auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit dengan etika
auditor sebagai variabel moderasi (Studi kasus pada kantor akuntan publik di Kota
Medan). Jurnal manajemen, 5(1), 81-92.
Ayem, S., & Yuliana, D. (2019). Pengaruh independensi auditor, kualitas audit, manajemen
laba, dan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan (Studi kasus pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2014-2017). Akmenika: Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, 16(1).
Wardana, M. A., & Ariyanto, D. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional,
Objektivitas, Integritas Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal
Akuntansi, 14(2), 948-976.
In, A. W. K., & Asyik, N. F. (2019). Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas
audit dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi (JIRA), 8(8).
KUESIONER
A. Data Demografis
a. Partner
b. Junior Auditor
c. Senior Auditor
3. Lama pengalaman kerja di bidang audit sampai saat ini : …… tahun …... bulan
b. Tidak
pertanyaan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan caramember tanda tick
mark (√). jika menurut Bapak/Ibu/Sdr/I tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban
yang diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban dapat diberikan pada
klien
semestinya
akan dilakukan.
B. Pengalaman Kerja
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin
dapat mengetahui informasi yang relevan untuk
mengambil pertimbangan dalam membuat
keputusan
2 Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin
dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan
obyek pemeriksaan.
21 Semakin lama menjadi auditor, semakin mudah
mencari penyebab munculnya kesalahan serta
dapat memberikan rekomendasi untuk
menghilangkan atau memperkecil penyebab
tersebut.
C. Independensi
No Pernyataan STS TS N S SS
27 Pemeriksaan yang saya kerjakan bebas dari campur
tangan pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.
28 Pemeriksaan yang saya lakukan bebas dari intervensi
pimpinan tentang prosedur yang dipilih auditor
29 Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak
lain untuk menentukan subyek pekerjaan pemeriksaan.
30 Pemeriksaan yang saya lakukan harus mendapatkan hak
dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan selama proses audit.
31 Pemeriksaan yang saya laksanakan harus mendapatkan
kerjasama aktif dengan karyawan dari perusahaan
(klien)
32 Klien tidak boleh membatasi aktivitas atau ruang
lingkup yang dilakukan oleh saya selama proses audit
dilaksanakan.
33 Saya tidak memiliki hubungan pribadi terhadap
kliennya.
34 Pelaporan yang saya lakukan menghindari bahasa atau
istilah-istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak
dalam pelaporan fakta, pendapat, rekomendasi serta
dalam penafsirannya
35 Pelaporan yang saya lakukan bebas dari perasaan
kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta yang
dilaporkan pada pihak tertentu.
36 Pelaporan yang saya lakukan bebas dari usaha tertentu
untuk mengesampingkan pertimbangan akuntan
pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan, baik fakta
maupun pendapatnya.
D. Integritas
No Pernyataan STS TS N S SS
37 Saya harus taat pada peraturan peraturan baik diawasi
maupun tidak diawasi.
38 Saya harus bekerja sesuai keadaan yang sebenarnya, tidak
menambah maupun mengurangi fakta yang ada
39 Saya harus bekerja sesuai keadaan yang sebenarnya, tidak
menambah maupun mengurangi fakta yang ada
40 Saya tidak ingin menerima segala sesuatu dalam bentuk
apapun yang bukan hak saya termasuk hadiah
ramahtamah dari klien
41 Saya tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak
tindak karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain
guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya.
42 Saya harus mengemukakan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
43 Saya memiliki rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi berbagai kesulitan.
44 Saya harus teliti dan fokus selama menjalankan proses
audit
45 Saya selalu menimbang permasalahan berikut akibat-
akibatnya dengan seksama bersama tim.
46 Saya tidak mempertimbangkan keadaan seseorang atau
sekelompok orang atau suatu unit organisasi untuk
membenarkan perbuatan melanggar ketentuan atau
peraturan perundangundangan yang berlaku.
47 Saya tidak mengelak atau menyalahkan orang lain yang
dapat mengakibatkan kerugian orang lain
48 Saya memiliki rasa tanggung jawab bila hasil
pemeriksaannya masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan.
49 Dalam menyusun rekomendasi, auditor harus berpegang
teguh kepada ketentuan/peraturan yang berlaku dengan
tetap mempertimbangkan agar rekomendasi dapat
dilaksanakan.