Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN

INTEGRITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA

KANTOR AKUNTAN PUBLIK ERNST & YOUNG

DI JAKARTA TAHUN 2021

Oleh:

Nama : Jovanca Erix

NIM : 39179073

Skripsi :

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Konsentrasi Pemeriksaan Akuntansi

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KWIK KIAN GIE

JAKARTA, SEPTEMBER 2021


PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN

INTEGRITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR

ERNST & YOUNG DI JAKARTA TAHUN 2021

Diajukan Oleh

Nama : Jovanca Erix

NIM : 39179073

Jakarta, September 2021

Disetujui Oleh :

Pembimbing

( Sugi Suhartono, S.E., M.Ak )

INSTITUT BISNIS dan INFORMATIKA KWIK KIAN GIE

JAKARTA, SEPTEMBER 2021


BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini, penulis akan memaparkan dan menerangkan apa yang

menjadi cakupan pada bab pertama terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,

batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Di bab ini, merupakan dasar awal untuk melakukan penelitian awal sebelum

membahas lebih lengkapnya di sub-sub bab selanjutnya untuk menetapkan yang menjadi

tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memasuki dunia kerja, sebagai auditor akan diperkenalkan suatu aturan

yang sudah menjadi satu dengan diri seorang auditor ialah kode etik auditor. Kode etik

ini dibuat agar seorang auditor amanah dalam menjalankan tugasnya. Sebab untuk

menjadi seorang auditor banyak sekali rintangannya dan menghindari adanya

kecurangan. Salah satunya adalah menghadapi akal-akalan klien yang ingin

memanipulasi laporan keuangan dengan berbagai cara.

Selanjutnya, didalam dunia kerja akuntan publik ada jenjang karir. Jenjang karir

dalam akuntan publik di antaranya adalah auditor junior, auditor senior, manajer audit,

dan partner. Untuk bisa mencapai tingkat yang paling tinggi yakni partner, seseorang

auditor harus mempunyai pengalaman kerja yang cukup lama. Pengalaman kerja

tentunya merupakan tahap awal dimana seseorang dapat berkontribusi mengerahkan


segala kekuatan dan kemampuan lebih agar dapat dipakai suatu perusahaan atau badan

usaha dengan jenjang waktu yang lama. Deis dan Giroux (1992) dalam fadil ilhamsyah

(2016) Auditor yang berpengalaman tentunya memiliki masa kerja dan tingkat frekuensi

pelaksanaan audit yang tinggi. Hal ini tentunya akan membuat auditor tersebut terbiasa

dengan pekerjaannya yang akan membuat auditor tersebut memiliki pengalaman kerja

yang baik dalam audit, sehingga dapat mendeteksi dan memahami kesalahan serta

kecurangan yang ada dalam perusahaan.

Berkaitan dengan itu, seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang

sangat lama akan memegang teguh kode etik auditor yakni independensi. Berdasarkan

standar umum PSA No. 4 SA Seksi 220 dalam SPAP menyebutkan bahwa “ Dalam

semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor”. Untuk itu, seorang auditor wajib bersikap

teguh dan memiliki mental kuat dalam menjalankan pekerjaannya. Sikap independensi

sangat dibutuhkan untuk kepentingan hasil laporan audit yang sebenarnya. Hasil laporan

audit inilah yang akan diserahkan kepada klien maupun pihak yang berkepentingan.

Setelah memiliki pengalaman kerja yang baik dan bersikap independen, auditor

juga wajib berintegritas kepada kebenaran yang ada dan tolak ukur seorang auditor

mampu bekerja dengan baik dan dapat menghandle apa yang menjadi tanggungjawab

pekerjaannya. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota

harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan

profesional dan hubungan bisnisnya (Haryono, 2014:110 dalam Made Aris Wardana dan

Dodik Ariyanto, 2016). Integritas juga berarti kepatuhan terhadap aturan tanpa

berkompromi dengan siapapun untuk meningkatkan nilai-nilai moral, dan menghindari


penipuan, kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan. Pentingnya integritas berasal dari

ide bahwa profesi adalah "panggilan" dan membutuhkan keseriusan dalam bekerja

secara profesional untuk fokus pada peraturan yang ada. Integritas bercirikan

mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang dimilki

seorang auditor meliputi kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah

melalui kinerja (Mutchler, 2021).

Pengalaman kerja, sikap independensi, dan integritas merupakan faktor yang akan

mempengaruhi hasil laporan audit terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan ialah

suatu hasil yang muncul dari adanya proses akuntansi, laporan keuangan menjadi media

komunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak yang membutuhkan data

perusahaan. Dengan begitu laporan keuangan harus berintergrasi dengan benar, akurat,

dan terpercaya pada saat proses penyusunannya. Untuk mendeteksi adanya kecurangan

atau tidak, maka perusahaan memiliki rasa kepercayaan yang besar kepada auditor, hal

ini dilakukan untuk mengaudit laporan keuangan. Audit adalah proses untuk melaraskan

setiap ketidakselarasan informasi – informasi yang terdapat antara pemegang saham

dengan seorang manajer dan oleh karena itu, akuntan publik sebagai pihak ketiga

berusaha meyakinkan para investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan

dan dilaporkan oleh manajemen dapat dipercayai kebenarannya.

IAPI merupakan kepanjangan dari Institut Akuntan Publik Indonesia yang yakni

berisikan standar – standar audit yang terdiri standar umum, standar pekerjaan lapangan,

dan standar pelaporan sehingga laporan yang diaudit memiliki kualitas yang baik dan

juga transparan. Standar audit yang ditetapkan IAPI mewajibkan auditor untuk apakah
laporan keuangan yang sudah disajikan sudah konsisten antara periode tahun berjalan

dengan periode tahun sebelumnya (Institut Akuntan Publik Indoensia, 2019).

Kualitas audit adalah hal utama perlu diperhatikan oleh pengguna laporan auditan

dan yang menjadi dasar ivenstor dan calon investor untuk mengambil keputusan

berdasarkan opini audit. Jika laporan keuangan yang tidak diaudit orang seseorang

auditor yang berkualitas, akan berdampak opini yang ada juga tidak berkualitas dan pasti

akan menimbulkan kekeliuran pengguna laporan dalam memutuskan keputusan. Dalam

mengaudit laporan yang diaudit, bukan hanya seorang auditor saja tetapi akuntan publik

juga turut serta. Profesi seorang akuntan publik yaitu salah satu profesi kerja dengan

memiliki kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, diantaranya adalah kreditor,

investor, pemilik perusahaan, lembaga keuangan dan pemerintah. Dari profesi akuntan

publik tersebut, para pihak yang berkepentingan disini, dapat memperoleh penilaian

yang bebas dan tidak memihak terkait informasi yang disajikan perusahaan dalam

laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk meningkatkan

keandalan dari laporan-laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat menjadi dasar yang kuat bagi

para pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Timbul dan

berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan

berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan maupun

firma – firma di negara tersebut.

Jika perusahaan - perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala

kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya,

jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik belum diperlukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut bagi pemakai informasi keuangan (Rizka, 2021). Guna

menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan. Dimana standar umum tersebut merupakan cerminan kualitas pribadi

yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Standar

pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik

dalam melakukan pekerjaan lapangan.

Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan

publik dalam melakukan pelaporan keuangan pada saat periode berjalan dan juga

periode sebelum tahun berjalan (Jurnal Entrepreneur, 2021). Selain standar audit,

akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi. Kode etik profesi merupakan

aturan mengenai akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya, baik dengan

sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik berguna untuk mengatur

masalah tanggung jawab profesi, kompetensi dan sikap kehati – hatian yang profesional,

kerahasiaan, perilaku professional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam

menjalankan profesinya dengan maksimal. Akuntan publik sebagai pihak ketiga

memiliki posisi yang beresiko dalam lingkungan perusahaan klien, ketika akuntan publik

bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.

Dalam hal ini, manajemen mengharapkan kinerja yang dinilai dengan baik untuk

dihadapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Auditor

sendiri dituntut untuk bisa bersikap dan bertindak profesional dalam segala tindakannya.
Keprofesionalan auditor tidak bisa lepas dari kemampuannya melakukan pemeriksaan

atau audit sesuai Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Seorang akuntan publik dalam

melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja bukan hanya

untuk kepentingan kliennya, tetapi bahkan untuk pihak lain yang memilki kepentingan

terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempercayai keyakinan dari klien dan

juga para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut harus memiliki

kompetensi yang memadai (Hendriko, 2016).

Berbagai macam bentuk suatu badan usaha yang ada di Indonesia, ada yang

berbentuk Perseroan Terbatas, badan usaha berbadan hukum, Koperasi, Firma, CV, dan

Persekutuan Perdata. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan mengenai Kantor Akuntan

Publik atau biasa disingkat dengan KAP yang termasuk ke dalam golongan badan usaha

yang bukan bebadan hukum. Setiap Kantor Akuntan Publik pasti berharap memiliki

auditor yang bisa berkontribusi dengan baik pada saat melakukan audit. KAP yakni

wadah badan usaha untuk setiap akuntan publik dalam memberikan jasanya yang

izinnya telah didapat dari Menteri Keuangan. Untuk pembukaan KAP, perlu

mendapatkan ijin Menteri Keuangan harus memenuhi berbagai syarat dan terutama

harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Di dalam KAP, auditor bekerja untuk

mengaudit laporan keuangan dengan tujuan menghindari kesalahan atau penyelewangan

yang dapat berakibat fatal agar memperoleh data akurat, membandingkan data hasil

dengan kriteria yang ditetapkan, menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan

rekomendasi atau saran tentang tindakan-tindakan perbaikan, dan mampu

mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diharapkan

pemerintah.
Sebagian dari banyaknya auditor yang dapat melakukan tugasnya dengan baik dan

juga jujur dan masih ada beberapa akuntan publik yang melakukan kesalahannya untuk

menguntungkan diri sendiri dan golongan tertentu. Contohnya, ketika kasus di PT

Garuda Indonesia yang memiliki dana yang masih bersifat piutang dengan kontrak untuk

15 tahun kedepan, namun sudah dibukukan di tahun pertama dan diakui sebagai

pendapatan masuk dan menyebabkan kerugian dalam mencetak laba (CNB, 2018). Dan

juga kasus mengenai kelelaian Akuntan Publik dalam mengaudit laporan keuangan PT

Garuda Indonesia yang berujung sanski dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (CNN,

2018). Dan kasus yang dilaporkan oleh IAPI bahwa terdapat empat perusahaan yang

melakukan pemalsuan Laporan Auditor Independen ketika mendapatkan proyek di

Sumbar (Joko, 2020). Dari kasus tersebut diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas audit agar tidak terjadi kesalahan. Tentunya seorang auditor harus memiliki

sikap yang berintegritas dan berprilaku jujur guna menjunjung keperfeksionisannya pada

saat auditor melaksanakan tugas auditnya harus berpedomankan pada standar audit yang

ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terdiri dari 3 standar, yakni standar umum,

standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

Standar audit diperlukan agar auditor maupun akuntan publik dapat bekerja

dengan baik. Standar umum adalah gambar cerminan kuantitas seseorang secara pribadi

yang harus dimiliki oleh seorang auditor agar memiliki keahlian dan pelatihan teknis

yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit dan dapat dikembangkan lebih lagi.

Selain standar audit, ada juga kode etik profesi yang harus dipatuhi oleh para auditor

serta akuntan publik yang menjelaskan bagaimana cara berprilaku auditor ketika

mempraktikkan profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat


umum. Kode etik ini mengatur tentang bagaimana tanggung jawab profesi seorang

auditor untuk dituntut memiliki pengalaman kerja yang cukup baik, bersikap

independen, serta memiliki integritas yang baik. Ketika seorang auditor memiliki hal-hal

yang sudah disebutkan sebelumnya, inilah yang memberikan kepercayaan besar dari

pengguna laporan keuangan yang sudah diaudit yang diberikan oleh kantor akuntan

publik untuk memperlihatkan kualitas audit yang dihasilkan.

Selanjutnya, kualitas audit disini menjelaskan bahwa segala kemungkinan dimana

auditor ketika mengaudit laporan keuangan klien, mampu menemukan pelanggaran

ataupun kesalahan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan salah saji

dalam laporan keuangan auditan itu sendiri. Untuk itu, agar mendapatkan kualitas audit

yang baik dan benar, diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti

pengalaman kerja, independensi dan integritas yang menjadi bahan penjelasan dalam

penelitian ini. Yang terutama sangat diperlukannya dan penting dipertimbangkan yakni

pengalaman seorang auditor dalam meningkatkan mutu kemampuan sebagai perluasan

dari pendidikan formal yang diperoleh auditor. Seorang auditor dipastikan selalu

bertindak sebagai seseorang yang cakap baik dalam bidang akuntan ataupun bidang

auditing. Dalam mencapai keahlian tersebut, dimulai dengan pendidikan formalnya yang

diperluas serta juga pengalaman - pengalaman dalam praktik audit dalam melaksanakan

pemeriksaan terhadap suatu entitas harus dilakukan secara profesional oleh seseorang

yang independen dan berkompeten. Yang dimulai dari persyaratan auditor, pekerjaan

audit sampai dengan laporan keuangan audit diterbitkan dan diatur dalam Standar Audit.

Standar Audit berfungsi sebagai pijakan Akuntan Publik dalam merencanakan,

melakukan aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya (SPAP, 2021).


Kualitas audit saling berkaitan dengan penjelasan di atas. Yang dimana ketika

ingin mendapatkan kualitas audit yang baik dan sempurna maka diperlukan pengalaman

– pengalaman kerja yang baik serta berintegritas tinggi. Kualitas audit dasarnya

merupakan proporsional seirang auditor ketika melaporkan penyelewengan serta

menemukan kesalahan salah saji. Kualitas audit dikatakan bagus berdasarkan Standar

Profesi Akuntan Publik yang dilaksanakan auditor, jika memenuhi standar/ketentuan

pengauditan, patuh terhadap hukum, dan bersikap bebas tanpa memihak (Independent).

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum

pemeriksaan akuntan publik, yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan

penugasan, independensi dalam sikap mental.

Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman

kerja auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ria Ayu Indahsari (2018) menghasilkan bahwa Pengalaman kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian dari Novi anggraini (2018), Titin Rahayu (2016), dan Lina Nurseptiyanti

(2018). Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) bahwa pengalaman kerja

tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

Selanjutnya, hasil penelitian terdahulu mengenai variabel independensi terhadap

kualitas audit yang dilakukan oleh Agyatri Wardhatul (2019), Septony B. Siaahan dan

Arthur Simanjuntak (2019), Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018),

Lina Nurseptiyanti (2018), Maya Lestari (2018), dan Getrudis Carolina (2018)

menyatakan bahwa Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun,


pendapat ini tidak sejalan dengan penelitian Baiqi Rabbani Adha (2016) dan Novi

Anggraini (2018) yang mengungkapkan hasil independensi berpengaruh negatif

terhadap kualitas audit.

Berkaitan dengan itu, hasil penelitian yang sudah dijalani sebelumnya mengenai

variabel integritas yakni dari penelitian yang dilakukan oleh Septony B. Siaahan dan

Arthur Simanjuntak (2019) dan Lina Nurseptiyanti (2018) menyatakan bahwa integritas

berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor. Namun,

berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohana Ariska Sihombing

dan Dedik Nur Triyanto (2018) bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas

hasil audit.

Dengan demikian, pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti dan didukung

oleh hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu, maka penulis tertarik membahas

variabel yang akan di teliti, sebab dari penelitian terdahulu ada perbedaan hasil. Oleh

karena itu, judul yang akan diteliti kembali oleh peneliti adalah “Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, dan Integritas Terhadap Kualitas Audit”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penulis

mengidentifikasi beberapa yang menjadi masalahnya, yakni:

1. Bagaimana pengalaman kerja di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)

Jakarta?.

2. Bagaimana sikap independensi yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young

(EY) Jakarta?.
3. Bagaimana integritas yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)

Jakarta?.

4. Apakah pengalaman kerja auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

5. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

6. Apakah integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan penjabaran yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti dapat

memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengalaman kerja yang telah dilakukan oleh auditor di Kantor Akuntan

Publik Ernst & Young (EY) Jakarta?.

2. Bagaimana sikap independensi yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young

(EY) Jakarta?.

3. Bagaimana integritas yang ada di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY)

Jakarta?.

D. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian dimaksudkan supaya tidak terjadi pembahasan yang meluas

dan keluar dari topik penelitian sehingga lebih jelas dan terarah, dengan itu penelitian ini

dapat diberi batasan penelitian seperti berikut:

1. Objek penelitian ini adalah pengalaman kerja, independensi, dan integritas

2. Subjek penelitian ini adalah Auditor

3. Ruang lingkup penelitian adalah Kantor Ernst & Young

4. Waktu yang diambil untuk melakukan penelitian tahun 2021.


E. Rumusan Masalah

Sebagaimana dengan identifikasi masalah yang dinyatakan sebelumnya, rumusan

masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Apakah adanya pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit di

Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta?.

2. Apakah adanya pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit di Kantor

Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta?.

3. Apakah adanya pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit di Kantor

Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta?.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yakni:

1. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit di

Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta.

2. Untuk menganalisis pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit di

Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta.

3. Untuk menganalisis pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit di Kantor

Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta.

G. Manfaat Penelitian

Menurut hasil yang diperoleh dipenelitian ini, maka penulis berharap penelitian

mampu bermanfaat sebagai:


1. Aspek Teoritis

Menjadi suatu referensi untuk penelitian terdahulu serta memberikan

pengetahuan yang luas mengenai pengalaman kerja, independensi, dan integritas

terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (EY) Jakarta

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian yang ada bisa dijadikan sumber informasi untuk berbagai

pihak, diantaranya:

a. Bagi penulis

Pengalaman baru dalam mengaplikasikan pemahaman – pemahaman teori yang

sudah diperoleh dan dipelajari selama kuliah, hasil penelitian diharapkan dapat

dijadikan bekal pedoman untuk dunia kerja di bidang pengauditan.

b. Bagi Kantor Ernst & Young

Penelitian ini dapat menjadi sarana awal dan sumbangan pemikiran serta

masukan untuk meningkatkan membuat pertimbangan keputusan, pengambilan

keputusan, mengevaluasi, dan juga kinerja auditor.

c. Bagi Klien

Dapat mengetahui tingkat auditor yang berkualitas dalam menjalankan

tugasnya. Semakin berkualitas auditor yang menangani, maka tingkat bukti audit

semakin rasional pada laporan keuangan perusahaan. Tidak ada kecurangan antara

pihak klien dengan auditor selama menjalankan audit.


BAB III

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab kedua ini, peneliti akan memaparkan dan menerangkan penjelasan lengkap

dan jelas yang terdiri atas sub bab landasan teoritis, penelitian terdahulu yang telah

dilakukan sebelumnya, penggambaran kerangka pemikiran yang jelas, serta hipotesis

yang ada dalam penelitian ini.

Di bab ini, acuan kepada bab-bab selanjutnya berisi penjelasan materi lengkap

mengenai judul dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi – informasi yang

sebelumnya belum diketahui dan akan dijabarkan dalam bab ini.

A. Landasan Teoritis

1. Teori Atribusi

Teori ini dicetuskan oleh Fritz Heider (1958), seorang psikolog bangsa

Jerman. Teori atribusi adalah menjelaskan sebab dari berbagai perilaku yang

menimpa seseorang (Darwati, 2015: 59). Teori atribusi menjelaskan mengenai

proses bagaimana menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang.

Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku

orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misal

sifat, karakter, sikap dan lain-lain maupun eksternal misalnya tekanan situasi atau

keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu

(Nisa, I. C, 2017). Atribusi terhadap tingkah laku terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu

atribusi internal atau disposional dan atribusi eksternal atau lingkungan (Darwati,

2015: 60).
Atribusi internal menyimpulkan bahwa kekuatan internal atau disposisi

(unsur psikologis yang mendahului tingkah laku) yang merubah tingkah laku

seseorang (Darwati, 2015: 60). Menurut Mustafa (2011: 150) atribusi internal

merupakan atribusi yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal.

Atribusi internal bisa dilihat dari perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh

faktor internal, misalnya sikap, karakter, sikap ataupun aspek internal lainnya. Jadi,

atribusi internal adalah tingkah laku seseorang yang disebabkan secara internal

yang dimana perilaku tersebut diyakini berada dibawah kendali individu itu sendiri

atau berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran dan kemampuan.

Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa kekuatan kekuatan

lingkungan yang merubah tingkah laku seseorang (Darwati, 2015: 60). Menurut

Mustafa (2011: 150) atribusi ekternal adalah atribusi yang berada pada lingkungan

atau situasi. Jadi, atribusi eksternal adalah tingkah laku seseorang yang disebabkan

secara eksternal yang dimana perilaku tersebut diyakini terjadi karena adanya

tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap

perilaku individu.

Relevansi teori atribusi dengan penilitian ini adalah bahwa seseorang dalam

menentukan perilaku patuh atau tidak patuh dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor tersebut

yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak antara lain, kesadaran Wajib Pajak,

pelayanan fiskus dan sanksi administrasi. Jadi teori atribusi sangat relevan untuk

menerangkan maksud tersebut.


2. Pengalaman Kerja

a. Pengertian Pengalaman Kerja

Menurut Slamet Riyadi (2018:108), pengalaman kerja ialah suatu

pengembangan diri yang tergantung dari latihan maupun pendidikan yang

dipunyai oleh seseorang, maka dari pengalaman kerja tersebut terbentuklah

kemampuan teknisi dan keterampilan dalam menjalankan pekerjaan. Seseorang

yang memiliki pengalaman kerja yang lama, maka tugas yang diberikan

kepadanya akan dikerjakan dengan sangat baik.

Menurut Marisi Butarbutar et al (2020:66), pengalaman kerja ialah

keterkaitan antara lama waktu bekerja yang ditempuh dengan penambahan ilmu

yang didapatkan sehingga terbentuk suatu keahlian yang dimiliki oleh seorang

karyawan.

b. Pengalaman Auditor

1) Pengertian Pengalaman Auditor

Menurut Yohanes Susanto (2020:57), seseorang auditor yang

memiliki kinerja yang sangat baik dalam mengaudit terjadi karena adanya

pengalaman kerja yang lama. Seseorang auditor yang memiliki

pengalaman kerja yang sangat panjang, maka lebih cepat tanggap dalam

menangani klien.

2) Kriteria Pengalaman Auditor

Berdasarkan Tubs (1992) dalam Yohanes Susanto (2020:58), ada beberapa

kriteria pengalaman auditor antara lain:

a) Kepekaan dalam mendeteksi adanya kekeliruan.


Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang peka dan cepat

tanggap dalam mendeteksi adanya kekeliruan

b) Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit.

Semakin berpengalaman seseorang auditor, maka akan dapat

menyelesaikan tugas audit tepat waktu.

c) Kemampuan dalam menggolongkan kekeliruan

Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang mampu

menggolongkan kekeliruan tujuan dan system akuntansi yang

melandasinya.

d) Kesalahan dalam melakukan tugas audit

Semakin berpengalaman seorang auditor, maka tingkat kesalahan

dalam melaksanakan tugas audit diminimalisasi.

3) Dimensi Pengalaman Kerja Auditor

Menurut Foster dalam Yohanes Susanto (2020:60), ada beberapa indikator

dalam menilai seseorang auditor berpengalaman atau tidak antara lain:

a) Lama masa kerja

Ukuran lama masa kerja yang telah dilalui auditor mampu

memahami tugas-tugas pekerjaan serta menjalankan dengan baik.

b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan

atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan

juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan

informasi pada tanggung jawab pekerjaan. sedangkan,


keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan

untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas.

c) Menguasai pekerjaan dan peralatan

Tingkat menguasai auditor dalam menjalankan pedoman teknik

pekerjaan maupun peralatan.

3. Independensi

a. Pengertian Independensi

Menurut Azis (2021:1), independensi auditor merupakan suatu sikap yang

tidak berpihak dengan siapapun dalam keadaan apapun baik penampilan

ataupun fakta. Independensi dalam penampilan ialah auditor tidak mempunyai

keterkaitan dengan dengan klien untuk menghindari adanya konflik

kepentingan. Sedangkan, independensi dalam fakta ialah sikap objektif

seorang auditor.

Menurut Dito Aditia et al (2019:62) menyatakan independen ialah

keahlian untuk bertindak objektif dan integritas. Dalam konteks ini, hanya

seseorang yang jujur serta berintelektual tinggi yang mampu melakukan sikap

tersebut.

b. Jenis Resiko Merusak Independensi

Menurut Ruchjat Kosasih (2000) dalam Dito Aditia et al (2019:67), ada

empat kategori risiko yang menghancurkan Independensi seorang akuntan

public sebagai berikut:

1) Self Interest Risk


Hal ini muncul jika akuntan publik menerima keuntungan dari hubungan

keuangan klien.

2) Self Review Risk

Hal ini disebabkan melakukan penugasan pemberian asa keyakinan atas

keputusan serta memberi tawaran jasa lain untuk mempengaruhi informasi

keoada klien

3) Advocacy Risk

Disebabkan karena akuntan publik masuk kedalam kepentingan klien.

4) Client Influence Risk

Adanya keterkaitan erat antara akuntan publik dengan klien. Misalnya,

hubungan keluarga.

c. Dimensi Independensi Auditor

Berdasarkan Mautz dan Sharaf (1961: 206-207) dalam Arum Ardianingsih

(2021:

“1. Programming independence

Independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam

pemilihan teknik, prosedur audit,dan luas penerapannya.

2. Investigative independence

Independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam

pemilihan area, aktivitas, hubungan personal, dan kebijakan manajerial

yang ingin diuji.

3. Reporting independence
Independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam

penyampaian fakta yang ditemukan dari pengujian atau dalam

penyampaian rekomendasi maupun opini sebagai hasil dari sebuah

pengujuan”

4. Integritas

a. Pengertian Integritas

Seorang auditor harus menjalankan tugasnya dengan jujur, tekun, maupun

tanggung jawab sebab auditor wajib memiliki sikap yang bisa dipercaya serta

mendapatkan penilaian baik, agar klien enggan ragu dengan cara kerja auditor

Ahmad Fauzi (2020:11). Auditor tidak boleh melakukan hal menyimpang dan

harus mentaati setiap aturan yang telah dibuat oleh organisasinya.

b. Dimensi Integritas

Menurut Sukriah (2009:7) dalam Hernia (2016), 4 jenis dimensi dalam

integritas seorang auditor antara lain:

1) Kejujuran auditor Bersikap dan berhak jujur merupakan tuntutan untuk

dapat dipercaya. Hasil audit dapat di percaya oleh pengguna apabila auditor

dapat di junjung tinggi kejujuran. Terdapat perbedaan antara apa yang

berada dalam pikiran seseorang dan kebenaran sesuatu yang dinyatakan

baik dalam komunikasi klien maupun dalam komunikasi tulisan. Seorang

auditor mungkin saja memahami keadaan sebenarnya, tetapi ia merasa takut

untuk mengungkapkannya. Keadaan yang memungkinkan auditor untuk

menyatakan sesuatu yang ia ketahui tanpa merasa takut akan adanya

konsekuensi yang buruk disebut kebebasan pendapat.


2) Keberanian auditor

a) Sikap berani menegakkan kebenaran dan tidak mudah diancam dengan

berbagai ancaman.

b) Memiliki rasa percaya diri ketika menghadapi kesulitan dalam

melakukan audit.

3) Sikap bijaksana auditor Auditor yang bijaksana dapat menunjukkan

kesetianan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi, adapun

kriterianya sebagai berikut:

a) Auditor melaksankan tugasnya tidak tergesa-gesa.

b) Auditor selalu mempertimbangkan permasalahan dalam melakukan

auditnya.

4) Tanggung jawab auditor Auditor dinilai bertanggung jawab apabila jika

hasil pemeriksaan masih dibutuhkan perbaikan serta dalam penyampaian

pengawasannya seluruh bukti yang mendukung temuan audit didasarkan

pada bukti yang cukup, kompeten, dan relevan.

5. Kualitas Audit

a. Pengertian Kualitas Audit

Menurut Lee et al (1999) dalam Junaidi dan Nurdiono (2016:9). kualitas

audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan audit dengan

wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung salah

saji material. Sedangkan, menurut Peecher and Piercey (2008) dalam Junaidi

dan Nurdiono (2016:9), kualitas audit sebagai probabilitas, di mana seorang


auditor menemukan dan melaporkan adanya pelanggaran dalam sistem

aktuntansi kliennya.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit

Menurut Deiz dan Giroux (1992) dalam Yohanes (2020:57), ada beberapa

yang bisa mempengaruhi kualitas hasil audit antara lain:

1) Lama hubungan dengan klien

Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu

perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada

klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik

2) Jumlah klien

Semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik,

karena auditor dengan jumlah klien yang banyak berusaha menjaga

reputasinya

3) Kesehatan keuangan klien

Semakin sehat kondisi keuangan klien maka aka nada kecenderungan

klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar

4) Telaah dari rekan auditor (peer review)

Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa

hasil pekerjaannya akan di review oleh pihak ketiga atau rekan auditor.
c. Dimensi Kualitas Audit

Nasrullah Djamil (2009) dalam Ahmad Hikmat Muhazat (2016) menjelaskan

kualitas audit terdiri dari empat dimensi yang terbagi menjadi beberapa

indikator, yaitu sebagai berikut:

“1). Kemampuan auditor

Indikatornya adalah:

a) Mengidentifikasi kesalahan.

b) Menghasilkan laporan audit yang akurat.

2) Objektivitas

Indikatornya adalah:

a) Jujur secara intelektual.

b) Tidak memihak.

c) Bebas dari konflik kepentingan.

3) Independensi

Indikatornya adalah:

a) Tidak mempunyai kepentingan pribadi.

b) Bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas.

4) Standar Auditing

Indikatornya adalah:

a) Standar Umum.

b) Standar Pelaksanaan.

c) Standar Pelaporan”.
d. Standar Audit

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAPI, dalam hal ini adalah

standar auditing.

“1) Standar Umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit
3) Standar Pelaporan

a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indnesia.

b) Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika, ada, ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

kuntansi tersebut dalam periode sebelumnya

c) Pengungkapan informatifve dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan

keuangan, laporan auditor harus memuat tanggung jawab yang

dipikulnya”.
B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang

memiliki hubungan keterkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Lina Nurseptiyanti (2018) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai yakni: independensi,

objektifitas, integritas, pengalaman kerja, kompetensi, dan motivasi. Variabel

dependennya adalah kualitas audit. Pengukuran variabel yang digunakan yakni

kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa hasil sebagai berikut:

pertama, independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Kedua, objektifitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Ketiga, integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Keempat, pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit. Kelima, kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit. Keenam, motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit.

2. Ria Ayu Indahsari (2017) dengan judul “Pengaruh Independensi, Pengalaman

Kerja, Kemahiran Profesional, Akuntabilitas dan Kompetensi Terhadap Kualitas

Audit di Kantor Akuntan Publik Surabaya”. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen yang terpakai yakni: independensi, pengalaman kerja,

kemahiran professional, akuntabilitas dan kompetensi. Variabel dependennya

adalah kualitas audit. Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan antara lain: pertama, Independensi berpengaruh


signifikan dan positif terhadap kualitas audit. Kedua, pengalaman kerja

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit. Ketiga, kemahiran

profesional berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit. Keempat,

akuntabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit. Kelima,

kompetensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit

3. Maya Lestari (2018) dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kota

Jambi)”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai

yakni: akuntabilitas dan independensi. Variabel dependennya adalah kualitas hasil

kerja auditor. Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas secara parsial berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil kerja auditor dan independensi secara parsial berpengaruh

positif terhadap kualitas hasil kerja auditor.

4. Getrudis Carolina Fernandez Aikoli (2018) dengan judul “Pengaruh Kompetensi

dan Independensi Terhadap Kualitas Audit di Kantor Akuntan Publik (KAP

Semarang)”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai

yakni: kompetensi dan independensi. Variabel dependennya adalah kualitas audit.

Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh positif terhadap

kualitas audit.

5. Novi Anggraeni (2018) dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan

Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel

Moderasi”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang terpakai

yakni: kompetensi, independensi, dan pengalaman. Variabel dependennya adalah


kualitas audit. Pengukuran variabel yang digunakan yakni kuesioner. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit. Independensi secara parsial berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Pengalaman secara parsial

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Kompetensi,

independensi, dan pengalaman secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh

negatif terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi.

6. Agytri Wardhatul Khurun In (2019) dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan

Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagi Variabel

Pemoderasi”. Dalam penelitian ini mendapatkan empat hasil yakni: pertama,

kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, Maka auditor yang

terus memperdalam pengetahuan yang dimiliki maupun memperbanyak

pengalaman supaya bisa menghasilkan kualitas audit yang baik dan andal.

Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif

terhadap kualitas audit. Auditor yang selalu menjaga independensinya dengan baik

maka dapat menghasilkan kualitas audit yang memadai dan dapat

dipercaya. Ketiga, penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh

negatif terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel

pemoderasi. Hal ini menunjukkan jika etika auditor tidak mempengaruhi

hubungan antara kompetensi dengan kualitas audit. Keempat, penelitian ini

menunjukkan bahwa independensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi. Hal ini menunjukkan bahwa

etika auditor tidak mempengaruhi hubungan antara independensi dengan kualitas

audit.
7. Titin Rahyu (2016) dengan judul “Pengaruh Independensi Auditor, Etika Auditor,

dan Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit”. Dalam penelitian ini

menghasilkan 3 hasil antara lain: pertama, Independensi auditor berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka kualitas

audit yang dihasilkan juga akan semakin baik. Kedua, Etika auditor berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi etika yang dimiliki oleh seorang auditor maka kualitas audit yang dihasilkan

juga akan semakin baik. Ketiga, Pengalaman auditor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

etika yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan

juga akan semakin baik.

8. Septony B. Siahaan dan Arthur Simanjuntak (2019) dengan judul “ Pengaruh

Kompetensi Auditor, Independensi Auditor, Integritas Auditor, dan

Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai

Variabel Moderasi

(Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan)”. Ada beberapa hasil

yang didapatkan antara lain: pertama, Kompetensi Auditor dalam melaksanakan

audit secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit

pada KAP di Kota Medan. Kedua, Independensi Auditor dalam melaksanakan audit

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada

KAP di Kota Medan. Tanpa independensi kualitas audit dan tugas deteksi audit

akan dipertanyakan. Ketiga, Integritas Auditor dalam melaksanakan audit secara

parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit pada KAP
di Kota Medan. Keempat, Profesionalisme Auditor dalam melaksanakan audit

secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit

pada KAP di Kota Medan. Kelima, Kompetensi Auditor, Independensi Auditor,

Integritas Auditor dan Profesionalisme Auditor secara simultan berpengaruh

terhadap Kualitas Audit pada KAP di Kota Medan. Etika Auditor mampu

memperkuat pengaruh antara Kompetensi Auditor, Independensi Auditor,

Integritas Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit pada KAP

di Kota Medan

9. Baiqi Rabbani Adha (2016) berjudul “Pengaruh Independensi Auditor,

Profesionalisme Auditor, Etika Profesi Auditor, dan Akuntabilitas Auditor

Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya”. Penelitian ini

mendapatkan hasil berupa: pertama, independensi auditor secara parsial tidak

berpengaruh positif terhadap Kualitas audit. Kedua, profesionalisme auditor secara

parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas audit. Ketiga, etika profesi auditor

secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas audit. Keempat, akuntabilitas

auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas audit

10. Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) berjudul “Pengaruh

independensi, objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja, integritas terhadap

kualitas audit (Studi pada inspektorat Provinsi Jawa Barat tahun 2018)”. Penelitian

ini mengeluarkan hasil berupa: pertama, Independensi, objektivitas, pengetahuan,

pengalaman kerja, dan integritas Secara secara bersama-sama berpengaruh

signifikan positif terhadap kualitas audit. Kedua, independensi Secara parsial

berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Ketiga, Secara parsial


objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja, dan integritas tidak memiliki

pengaruh terhadap kualitas audit.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

1 Judul Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit

dengan Etika Auditor sebagai Variabel Pemoderasi

Tahun 2019

Peneliti Agytri Wardhatul Khurun In

Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. independensi

Dependen:
Kualitas Audit

Hasil 1. Kompetensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

2. Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

3. kompetensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit dengan

etika auditor sebagai variabel pemoderasi

4. Independensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit dengan

etika auditor sebagai variabel pemoderasi.

2 Judul Pengaruh Kompetensi Auditor, Independensi Auditor, Integritas

Auditor, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit dengan


Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi

(Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan)”.

Tahun 2019

Peneliti Septony B. Siahaan dan Arthur Simanjuntak (2019)

Variabel Independen :
1. Kompetensi auditor
2. Independensi auditor
3. Integritas auditor
4. Profesionalisme

Dependen :
Kualitas Audit

Hasil 1. Kompetensi Auditor dalam melaksanakan audit secara parsial


berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada
KAP di Kota Medan.
2. Independensi Auditor dalam melaksanakan audit secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada
KAP di Kota Medan.
3. Integritas Auditor dalam melaksanakan audit secara parsial
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit
pada KAP di Kota Medan.
4. Profesionalisme Auditor dalam melaksanakan audit secara parsial
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Audit
pada KAP di Kota Medan
5. Kompetensi Auditor, Independensi Auditor, Integritas Auditor
dan Profesionalisme Auditor Secara simultan berpengaruh
terhadap Kualitas Audit pada KAP di Kota Medan
6. Etika Auditor mampu memperkuat pengaruh antara Kompetensi
Auditor, Independensi Auditor, Integritas Auditor dan
Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit pada KAP di
Kota Medan.
3 Judul Pengaruh independensi, objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja,

integritas terhadap kualitas audit (Studi pada inspektorat Provinsi

Jawa Barat tahun 2018)


Tahun 2018

Peneliti Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto

Variabel Independen :
1. Independensi
2. Objektifitas
3. Pengetahuan
4. Pengalaman kerja
5. Integritas

Dependen :
Kualitas Audit

Hasil 1. Independensi, objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja, dan

integritas secara bersama-sama berpengaruh signifikan positif

terhadap kualitas audit.

2. Independensi Secara parsial berpengaruh signifikan positif

terhadap kualitas audit.

3. Secara parsial Objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja, dan

integritas tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.

4 Judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di

lingkungan pemerintah daerah.

Tahun 2018

Peneliti Lina Nurseptiyanti

Variabel Independen :
1. Independensi
2. Objektifitas
3. Integritas
4. Pengalaman kerja
5. Kompetensi
6. Motivasi
Dependen :
Kualitas Hasil Audit

Hasil 1. Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

hasil audit

2. Objektifitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit

3. Integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit

4. Pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

hasil audit

5. Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit

6. Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil

audit.

5 Judul Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil

Kerja Auditor (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kota Jambi)

Tahun 2018

Peneliti Maya Lestari

Variabel Independen :
1. Akuntabilitas
2. Independensi

Dependen :
Kualitas Hasil Kerja Auditor
Hasil 1. Akuntabilitas secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas
hasil kerja auditor.

2. Independensi secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas


hasil kerja auditor.
6 Judul Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit di

Kantor Akuntan Publik (KAP) Semarang.

Tahun 2018

Peneliti Getrudis Carolina Fernandez Aikoli

Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. Independensi

Dependen:
Kualitas Audit

Hasil 1. Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit

2. Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit

7 Judul Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman Terhadap

Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi

Tahun 2018

Peneliti Novi Anggraeni

Variabel Independen:
1. Kompetensi
2. Independensi
3. Pengalaman

Dependen:
Kualitas Audit

Hasil 1. Kompetensi secara parsial berpengaruh positif terhadap Kualitas


audit.
2. Independensi secara parsial berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Kualitas audit.
3. Pengalaman secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Kualitas audit.
8 Judul Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Kemahiran Profesional,
Akuntabilitas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit di Kantor

Akuntan Publik Surabaya

Tahun 2017

Peneliti Ria Ayu Indahsari

Variabel Independen :
1. Independensi
2. Pengalaman kerja
3. Kemahiran professional
4. Akuntabilitas
5. Kompetensi

Dependen :
Kualitas Audit

Hasil 1. Independensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas

audit

2. Pengalaman kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap

kualitas audit

3. Kemahiran profesional berpengaruh signifikan dan positif

terhadap kualitas audit

4. Akuntabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas

audit,

5. Kompetensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas

audit

9 Judul Pengaruh Independensi Auditor, Profesionalisme Auditor, Etika

Profesi Auditor, dan Akuntabilitas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya


Tahun 2016

Peneliti Baigi Rabbani Adha

Variabel Independen:
1. Independensi auditor.
2. Profesionalisme auditor.
3. Etika profesi auditor.
4. Akuntabilitas auditor.

Dependen:
Kualitas Audit.

Hasil 1. Independensi auditor secara parsial tidak berpengaruh positif


terhadap Kualitas audit.
2. Profesionalisme auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap
Kualitas audit.
3. Etika profesi auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap
Kualitas audit.
4. Akuntabilitas auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap
Kualitas audit.
10 Judul Pengaruh Independensi Auditor, Etika Auditor, dan Pengalaman
Auditor terhadap Kualitas Audit
Tahun 2016

Peneliti Titin Rahayu

Variabel Independen:
1. Independensi auditor
2. Etika Auditor
3. Pengalaman Auditor

Dependen:
Kualitas audit
Hasil 1. Independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit.
2. Etika auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit.
3. Pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit.
C. Kerangka pemikiran

Setelah melihat penjelasan–penjelasan yang sudah dijabarkan di atas sebelumnya,

maka selanjutnya akan ada sebuah penjelasan melalui gambaran yang mempermudah

untuk mengerti dan memahami hubungan antara variabel independen (bebas) dengan

variabel dependen (terikat). Dalam menunjang kualitas audit yang baik, memiliki faktor-

faktor pemicunya yakni pengalaman kerja, independensi dan integritas sikap yang

dimiliki oleh seorang auditor. Keberhasilan ketika mengaudit laporan keuangan tidak

lepas dari faktor-faktor tersebut, sehingga auditor mendapatkan hasil yang terbaik dalam

menjalankan tugasnya ketika telah melewati semua factor tersebut. Disamping itu,

pengalaman kerja menunjukkan kurun waktu dan banyaknya laporan keuangan yang

diperiksa berdasarkan pengetahuan. Kemudian, independensi disini menunjukkan

auditor tidak akan membela salah satu pihak. Dan terakhir, integritas menguatkan

kepercayaan dan oleh itu menjadi acuan bagi pengandalan atas judgment mereka.

Kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

VARIABEL
PENGALAMAN
KERJA (X1)

VARIABEL KUALITAS
VARIABEL IDEPENDENSI
AUDIT
(X2)

VARIABEL ITEGRITAS
(X3)

Keterangan:

Variabel bebas (X1) = Pengalaman Kerja.

Variabel bebas (X2) = Independensi.

Variabel bebas (X3) = Integritas.

Variabel terikat (Y) = Kualitas Audit

1. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit

Pengalaman kerja sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban

seorang auditor terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Auditor

yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam

menyelesaikan pekerjaan. Pengalaman audit ditunjukkan dengan jumlah

penugasan audit yang pernah dilakukan. Pengalaman seorang auditor menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit, karena auditor yang lebih

berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan

keuangan (Damanik, 2016). Penyataan diatas didukung oleh penelitian


sebelumnya yakni Titin Rahayu (2016) Lina Nurseptiyanti (2018), Novi Anggraini

(2018), dan Ria Rahayu (2017) bahwa Pengalaman auditor berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa bertambah

banyak pengalaman yang dijalani oleh seorang auditor akan semakin mahir dan

ahli dalam menekuni bidangnya. Sebab segala sesuatu yang dilakukan secara

berulang akan membuat seseorang semakin terbiasa dan semakin mudah

melakukannya. Demikian juga pengalaman – pengalaman yang dimiliki akan

sangat berguna bagi auditor dalam melaksanakan audit untuk selanjutnya.

Sehingga semakin banyak pengalaman auditor maka dapat meningkatkan kualitas

audit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh

Namun, penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) mengeluarkan

hasil pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

H1: Pengalaman Kerja berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

H0: Pengalaman Kerja berpengaruh negatif terhadap Kualitas Audit

2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agyatri Wardhatul (2019),

Septony B. Siaahan dan Arthur Simanjuntak (2019), Yohana Ariska Sihombing

dan Dedik Nur Triyanto (2018), Lina Nurseptiyanti (2018), Maya Lestari (2018),

Ria Ayu Indahsari (2018), dan Getrudis Carolina (2018) menunjukkan bahwa

independensi mempunyai berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Hal

ini karena seorang auditor yang selalu menjaga independensinya dengan baik,

maka dapat menghasilkan kualitas audit yang memadai dan dapat


dipercaya. Ditambah lagi, Auditor wajib melakukan pengumpulan informasi yang

akan dibutuhkan ketika proses audit itu berlangsung dan berani dalam mengambil

keputusan tanpa melibatkan pihak luar atau klien.

Sebaliknya, penelitian yang dijalankan oleh Baigi Rabbani Adha (2016) dan

Novi anggraini (2018) mendapat hasil yang mengungkapkan bahwa independensi

secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit.

H2: Independensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

H0: Independensi berpengaruh negatif terhadap Kualitas Audit

3. Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit

Integritas ialah kualitas yang melandasi kepercayaan publik sebagai patokan

bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan

seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, bijaksana dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugas audit. Tambahan lagi, Auditor harus mempunyai

rasa percaya diri yang tinggi dalam menghadapi masalah dan tidak dapat

diintimidasi oleh orang lain yang dapat mempengaruhi sikap dan keputusannya.

Sebab laporan audit tidak boleh dimanipulasi oleh siapapun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septony B.

Siaahan dan Arthur Simanjuntak (2019) dan Lina Nurseptiyanti (2018)

menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang

dilakukan oleh seorang auditor. Namun, berbanding terbalik dengan penelitian

yang dilakukan oleh Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018)

bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

H2: Independensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit


H0: Independensi berpengaruh negatif terhadap Kualitas Audit

D. Hipotesis Peneltian

Hipotesis bisa berupa dugaan yang benar atau salah atau juga jawaban sementara.

Jika hipotesis salah, hipotesis akan ditolak, jika ada fakta pendukung, hipotesis akan

diterima dan harus seseuai dengan kebenarana yang ada. Berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah yang telah didefinisikan dalam tinjauan teori, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Pengalaman Kerja auditor berpengaruh Positif terhadap kualitas audit.

HO: Pengalaman Kerja auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit

H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap Positif kualitas audit.

HO: Independensi auditor berpengaruh Negatif terhadap kualitas audit

H3: Integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

HO: Integritas auditor tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas audit


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

1. Populasi

Populasi ialah wilayah generalisasi yang berisi subjek yang memiliki

karakteristik atapun kualitas yang sudah ditentukan oleh peneliti supaya bisa

dipelajari serta diambil kesimpulannya Sugiyono (2016:135). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini ialah para auditor bekerja di Kantor Ernst dan

Young Jakarta.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:131) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Sedangkan, Menurut Chua Yan

Piaw (2006:179) dalam Samsu (2017:143), Sampel merupakan teknik menentukan

sejumlah subjek dari populasi yang digunakan sebagai responden penelitian.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Berdasarkan Sandu Siyoto (2015:66), purposive sampling ialah teknik

pengambilan sampel dengan penilaian ataupun pemilihan spesifik.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di

kantor Ernst & Young di Jakarta . Kriteria yang digunakan dalam menentukan

sampel dalam penelitian ini yaitu:

a) Karyawan di kantor Ernst & Young di Jakarta

b) Karyawan dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun.


c) Bersedia mengisi kuesioner

DISAIN PENELITIAN

B. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) pengertian dari variabel penelitian yaitu segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

memperoleh informasi tentang hal yang dimaksudkan dan dapat diambil kesimpulannya.

Variabel yaitu kenyataan yang beragam-ragam bentuk kuantitas, mutu, serta standar

dengan cara pengukuran yang berbeda-beda.

1. Variabel Penelitian

a) Variabel Dependen (Y)


Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi dan

bergantung oleh variabel lain. Variabel dependen tidak jarang juga dianggap

variabel output, kriteria, atau konsekuen. Yang menjadi variabel dependen

pada penelitian ini yakni Kualitas Audit.

Tabel 3.1

Butir Pernyataan Kualitas Audit

Variabel Dimensi Indikator Butir Penyataan Skala


Kualitas Kemampuan Mengidentifikasi Seorang auditor harus Ordinal
Audit Auditor kesalahan. mengidentifikasi
(Sumber : kesalahan pada bukti
audit
Menghasilkan Seorang auditor harus Ordinal
laporan audit yang memberikan hasil
akurat. laporan audit yang
akurat atau tidak salah
saji kepada klien
Objektivitas Jujur secara Laporan hasil Ordinal
intelektual pemeriksaan memuat
temuan dan simpulan
hasil pemeriksaan
secara obyektif, serta
rekomendasi yang
konstruktif.
Tidak Memihak Seorang auditor tidak Ordinal
diperbolehkan
memihak kepada
siapapun dan harus
memihak kepada
kebenaran sesuai
dengan pertimbangan
keahliannya
Bebas dari konflik Seorang auditor tidak Ordinal
kepentingan boleh memberikan
informasi yang rahasia
kepada pihak luar.
Seorang auditor tidak Ordinal
boleh melakukan
penyalahgunaan
jabatan selama
menangani klien
Independensi Tidak mempunyai tidak memiliki Ordinal
kepentingan hubungan dekat
pribadi dengan klien

Standar Standar Umum Dalam semua hal yang Ordinal


auditing berhubungan dengan
penugasan,
independensi dalam
sikap mental harus
dipertahankan oleh
auditor.
Dalam pelaksanaan Ordinal
audit dan penyusunan
laporannya, auditor
wajib menggunakan
kemahiran
profesionalnya dengan
cermat dan seksama
Audit harus Ordinal
dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor.
Standar Pekerjaan harus Ordinal
Pelaksanaan direncanakan sebaik-
baiknya dan jika
digunakan asisten
harus disupervisi
dengan semestinya
Pemahaman memadai Ordinal
atas pengendalian
intern harus diperoleh
untuk merencanakan
audit dan menentukan
sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan
dilakukan.
Bukti audit kompeten Ordinal
yang cukup harus
diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan
dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai
untuk menyatakan
pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
Standar Pelaporan Laporan audit harus Ordinal
menyatakan apakah
laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang
berlaku umum di
Indnesia.
Laporan audit harus Ordinal
menunjukan atau
menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan
penerapan prinsip
akuntansi dalam
penyusunan laporan
keuangan periode
berjalan dibandingkan
dengan penerapan
prinsip kuntansi
tersebut dalam periode
sebelumnya
Pengungkapan Ordinal
informatif dalam
laporan keuangan
harus dipandang
memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam
laporan audit.
Laporan audit harus Ordinal
memuat suatu
pernyataan pendapat
mengenai laporan
keuangan secara
keseluruhan atau suatu
asersi bahwa penyataan
demikian tidak dapat
diberikan. Jika
pendapat secara
keseluruhan tidak
dapat diberikan maka
alasannya harus
dinyatakan. Dalam
semua hal yang mana
auditor dihubungkan
dengan laporan
keuangan, laporan
auditor harus memuat
tanggung jawab yang
dipikulnya
b) Variabel Independen
Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang menjadi sebab adanya

pengaruh variabel dependen. Dikatakan variabel bebas lantaran karena

mengepalai variabel lain. Yang menjadi variabel independen pada penelitian

ini adalah:

1) Pengalaman Kerja (X1).

Pengalaman kerja seorang pelamar harus mendapatkan pertimbangan

utama dalam proses seleksi dan juga calon karyawan yang telah siap

dipakai dalam suatu perusahaan (Malayu S.P. Hasibuan, 2016).

2) Independensi (X2).

Menurut Zain (2017) independensi adalah suatu sikap yang bisa

meningkatkan kredibilitas suatu laporan keuangan sehingga para

pengguna laporan keuangan bisa mengandalkan infromasi yang sudah

disajikan.

3) Integritas (X3).

Pengertian integritas menurut Tedi Rustendi (2017) yakni sikap auditor

yang harus menjunjung tinggi kebenaran serta kejujuran dan juga

kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.


2. Dimensi Variabel Penelitian

Setelah dibahas variabel penelitian, kini peneliti akan membahas dimensi

setiap variabel penelitian sebagai faktor pendukung kuesioner yang akan dibuat

oleh peneliti:

Tabel 3.2

Butir Pernyataan Pengalaman Kerja

Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Skala


Pengalaman Semakin lama bekerja Ordinal
Kerja sebagai auditor, semakin
(XI) dapat mengetahui informasi
yang relevan untuk
Lama bekerja di mengambil pertimbangan
KAP dalam membuat keputusan
Semakin lama bekerja Ordinal
sebagai auditor, semakin
dapat mendeteksi kesalahan
Masa kerja yang dilakukan obyek
pemeriksaan.
Semakin lama menjadi Ordinal
auditor, semakin mudah
mencari penyebab munculnya
kesalahan serta dapat
memberikan rekomendasi
untuk menghilangkan atau
memperkecil penyebab
tersebut.
Penguasaan Banyaknya tugas Banyaknya tugas Ordinal
Pekerjaan pemeriksaan pemeriksaan membutuhkan
dan ketelitian dan kecermatan
Peralatan dalam menyelesaikannya.
Kekeliruan dalam Ordinal
pengumpulan dan pemilihan
bukti serta informasi dapat
menghambat proses
penyelesaian pekerjaan
Banyaknya tugas yang Ordinal
dihadapi memberikan
kesempatan untuk belajar
dari kegagalan dan
keberhasilan yang pernah
dialami.
Mengetahui Auditor yang berpengalaman Ordinal
peralatan yang sudah mengetahui apa saja
dibutuhkan peralatan yang akan
dalam dibutuhkan ketika mau
menjalankan menjalankan tugas
tugas
Tingkat Menguasai Seorang auditor yang Ordinal
Pengetahuan materi yang berpengalaman lebih cepat
ingin dikerjakan tanggap dalam menangan
audit
Menguasai Seorang auditor yang Ordinal
Standar audit berpengalaman menguasai
standar audit yang sesuai
dengan ketentuan PSAK
yang berlaku.

Tabel 3.3

Butir Pernyataan Independensi Auditor

Variabel Indikator Indikator Pernyataan Skala


Independensi Programming Bebas dari Penyusunan program audit Ordinal
Auditor independence intervensi bebas dari campur tangan
(X2) manajerial atas pimpinan untuk menentukan,
program audit. mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian
tertentu yang diperiksa.
Bebas dari Penyusunan program audit Ordinal
segala intervensi bebas dari intervensi
atas prosedur pimpinan tentang prosedur
audit.  yang dipilih auditor
Bebas dari Penyusunan program audit Ordinal
segala bebas dari usaha-usaha pihak
persyaratan lain untuk menentukan
untuk penugasan subyek pekerjaan
audit selain yang pemeriksaan.
memang
disyaratkan
untuk sebuah
proses audit
 Bebas dalam Auditor harus mendapatkan Ordinal
Investigative mengakses hak dalam mengakses semua
independence semua catatan, catatan, memeriksa aktiva,
memeriksa dan karyawan yang relevan
aktiva, dan selama proses audit
karyawan yang dijalankan
relevan dengan
audit yang
dilakukan
Mendapatkan Auditor harus mendapatkan Ordinal
kerjasama yang kerjasama dengan karyawan
aktif dari dari perusahaan (klien) yang
karyawan diauditnya.
manajemen
selama
verifikasi audit
Bebas dari Klien tidak boleh membatasi Ordinal
segala usaha aktivitas atau ruang lingkup
manajerial yang yang dilakukan oleh auditor
berusaha selama proses audit
membatasi dilaksanakan.
aktivitas yang
diperiksa atau
membatasi
pemerolehan
bahan bukti
 Bebas dari Seorang auditor eksternal Ordinal
kepentingan tidak diperbolehkan memiliki
pribadi yang hubungan pribadi terhadap
menghambat kliennya.
verifikasi audit
Reporting Bebas dari Auditor bebas dari kewajiban Ordinal
independence perasaan wajib pihak lain untuk
memodifikasi mempengaruhi fakta-fakta
dampak atau yang dilaporkan.
signifikansi dari
fakta-fakta yang
dilaporkan
Bebas dari Auditor diberi hak untuk Ordinal
tekanan untuk bebas dari tekanan terkait jika
tidak tidak diizinkan melaporkan
melaporkan hal- hal-hal yang menyimpang
hal yang dalam laporan audit
signifikan dalam
laporan audit
Menghindari Auditor harus mengerti tata Ordinal
penggunaan bahasa yang baik dan
kata-kata yang pelaporan audit harus sesuai
menyesatkan dengan hasil yang dikerjakan
baik secara
sengaja maupun
tidak sengaja
dalam
melaporkan
fakta dan
rekomendasi
dalam
interpretasi
auditor

Tabel 3.4

Butir Pernyataan Integritas Auditor

Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Skala


Integritas Kejujuran Bersikap jujur dan Auditor harus taat pada Ordinal
Auditor Auditor taat peraturan peraturan baik
(X3) diawasi maupun tidak
diawasi.
Auditor harus bekerja Ordinal
sesuai keadaan yang
sebenarnya, tidak
menambah maupun
mengurangi fakta yang
ada
Auditor tidak menerima Ordinal
segala sesuatu dalam
bentuk apapun yang
bukan haknya
Keberanian Sikap berani Auditor tidak dapat Ordinal
Auditor menegakkan diintimidasi oleh orang
kebenaran dan lain dan tidak tindak
tidak mudah karena tekanan yang
diancam dengan dilakukan oleh orang
berbagai ancaman. lain guna mempengaruhi
sikap dan pendapatnya.
Auditor mengemukakan Ordinal
hal-hal yang menurut
pertimbangan dan
keyakinannya perlu
dilakukan.
Memiliki rasa Auditor harus memiliki Ordinal
percaya diri ketika rasa percaya diri yang
menghadapi besar dalam menghadapi
kesulitan dalam berbagai kesulitan.
melakukan audit
Auditor Auditor harus teliti dan Ordinal
melaksanakan fokus selama
Sikap tugasnya tidak menjalankan proses
Bijaksana tergesa-gesa. audit
Auditor Auditor selalu Auditor selalu Ordinal
mempertimbangka menimbang
n permasalahan permasalahan berikut
dalam melakukan akibat akibatnya dengan
auditnya. seksama.
Auditor tidak Ordinal
mempertimbangkan
keadaan
seseorang/sekelompok
orang atau suatu unit
organisasi untuk
membenarkan perbuatan
melanggar ketentuan
atau peraturan
perundangundangan
yang berlaku.
Tanggung Memiiki rasa Auditor tidak mengelak Ordinal
jawab tanggung jawab atau menyalahkan orang
Auditor lain yang dapat
mengakibatkan kerugian
orang lain
Auditor memiliki rasa Ordinal
tanggung jawab bila
hasil pemeriksaannya
masih memerlukan
perbaikan dan
penyempurnaan.
Dalam menyusun Ordinal
rekomendasi, auditor
harus berpegang teguh
kepada
ketentuan/peraturan
yang berlaku dengan
tetap
mempertimbangkan agar
rekomendasi dapat
dilaksanakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tiap-tiap variabel pada

penelitian ini menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut

Riduwan (2010:82) dalam Sidik Priadana dan Denok Sunarsi (2021:175) bahwa "Skala

ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dan jenjang yang lebih

tinggi sampai jenjang terendang atau sebaliknya." Berdasarkan penjelasan diatas, Hal

ini bertujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban responden.

Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner

berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Untuk setiap

pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menjawab dengan mendukung

pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif).

Tabel 3.5

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner

Jawaban Responden Singkatan Bobot

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Netral 3 3
Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu teknik dan cara pengumpulan data yang dapat

dilakukan dengan interview (wawancara), kuisioner (angket), observasi (pengamatan),

dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2017:194). Untuk mendapatkan data-data di objek

penelitian, penulis menggunakan teknik kuesioner yaitu dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang disusun secara tertulis dan sistematis serta dipersiapkan terlebih dahulu,

kemudian diajukan kepada responden dan terakhir diserahkan kembali pada peneliti.

Pengambilan sampel

D. Skala Pengukuran Data

Didalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan ialah skala likert, yang menurut

Sugiyono (2013:146), skala likert tersebut ialah skala yang digunakan untuk mengukur

opini serta anggapan dari individu maupun kelompok mengenai fenomena sosial. Dan

alasan lain penggunaan Skala Likert dalam penelitian ini, karena skala likert dapat

mempermudah responden dalam menjawab seteuju atau tidak setuju (Malhotra, 2012:

308), Lalu skala likert juga mudah digunakan dan mudah dipahami oleh para responden

(McDaniel dan Gates, 2013: 307) dan juga secara visual menggunakan skala Likert lebih

menarik dan mudah diisi oleh responden (Sugiyono, 2009: 96). Instrument penelitian

juga bisa menjadi alat dalam merumuskan pertanyaan dari variable-variabel yang diteliti,

dalam penelitian ini skor yang di gunakan dalam skala likert adalaha sebagai berikut:
Gambar 3. 6

Skala Likert

Jawaban Singkatan Bobot

Sangat Setuju SS 5

Setuju S 4

Netral N 3

Tidak Setuju TS 2

Sangat Tidak Setuju STS 1

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif memakai statistik. Ada macam-

macam statistik yang dipakai untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik

inferensial dan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang dipakai guna

menganalisa data dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data yang sudah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa mempunyai tujuan untuk membuat kesimpulan

yang berlaku baik generalisasi atau umum (Sugiyono 2018:226). Menurut (Sugiyono

2017), Statistik inferensial yaitu teknik statistik yang digunakan menganalisa data hasil

dan sampelnya dilakukan untuk populasi.

Ada beberapa tahapan analisis data pada penelitian yang akan dilakukan antara lain:

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ialah statistik yang mendeskripsikan kejadian atau

fenomena suatu data yang dikumpulkan oleh peneliti tanpa berencana membuat
pendapat yang berlaku secara umum. Untuk penyajian data dalam statistik

deskriptif menggunakan perhitungan standar deviasi, median, modus, mean,

minimum dan maksimum.

a. Mean (Rata – rata hitung)

Nilai mean dapat diperoleh dengan cara membagi seluruh nilai

observasi dengan banyaknya data. Biasanya, nilai mean dapat dipakai jika

data mempunyai tingkat perhitungan rasio. Rumus menghitung mean sebagai

berikut:

X=
∑ Xi
N

Keterangan:

X Nilai mean

∑ Xi Jumlah data ke – i (X1,X2,X3,.....,Xn)

N Banyaknya data

b. Median

Median ialah nilai tengah dari gabungan nilai yang disusun secara urut

berdasarkan besarnya, dari nilai terkecil ke nilai yang besar ataupun

sebaliknya. Rumus menghitung median sebagai berikut:

X 1+ X 2
Md=
2
Keterangan:

Md Nilai Median

X1 Nilai tengah pertama dimana median akan terletak

X2 Nilai tengah kedua dimana median akan terletak

c. Modus

Modus ialah nilai data yang memiliki frekuensi tertinggi ataupun yang

sering muncul pada satu gabungan data. Rumus menghitung modus sebagai

berikut:

Mo=TB+ ( d 1+d
d1
2)
C

Keterangan:

TB = Tepi bawah kelas modus

d1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

sebelumnya

d2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

setelahnya

C = Interval kelas

d. Standar Deviasi
Standar deviasi ialah suatu teknik yang dirancang untuk memantau

nilai dalam penyebaran kesemua nilai variabel pada nilai tengahnya.


n

∑ ( x i−x)2
i =1
SD=
n(n−1)

Keterangan:

xi = Nilai x ke – i

x = Nila rata – rata

n = Banyaknya nilai data

e. Maksimum dan Minimum

Maksimal ialah nilai yang paling besar yang terdapat dari variabel–

variabel yang sudah dikaji. Kebalikannya, Minimal ialah nilai paling rendah

yang terdapat dari variabel–variabel yang sudah dikaji.

2. Uji Instrument (Pra Kuesioner)

Uji validitas dipakai untuk mengukur keabsahan kuesioner yang sudah

dirancang sebelumnya, yang mana tujuan diadakan pengujian validitas ialah untuk

mencari tahu kelayakan didalam daftar pernyataan atau pertanyaan dalam

mengidentifkasikan variabel yang digunakan didalam penelitian. Sementara uji

reliabilitas diadakan untuk mengukur konsistensi kuesioner yang sudah dirancang

sebelumnya.

a. Uji Validitas

Uji validitas dipakai untuk mengukur keabsahan atau valid tidaknya

terhadap kuesioner yang sudah dirancang. Menurut (Sugiyono, 2015) uji


validitas memiliki tujuan mengetahui kepatutan atau kelayakan suatu

pernyataan didalam kegiatan identifikasi variabel. Kuesioner akan dikatakan

sah atau valid apabila item pertanyaan atau pernyataaanya mempunyai

kapabilitas untuk menjelaskan sesuatu yang diukur. Selain yang sudah

diungkapkan oleh Profesor Sugiyono diatas, uji validitas juga memiliki

tujuan untuk mencari tahu kelayakan item pertanyaan atau pernyataan dalam

mengartikan suatu variabel. Cara mengambil keputusan didalam uji validitas

bisa dilihat pada pernyataan dibawah ini:

a. Apabila nilai r hitung lebih besar (>) dari r tabel dikatakan variabel

penelitian itu valid

b. Apabila nilai r hitung negatif dan/atau r hitung lebih kecil (<) dari r

tabel dikatakan variabel penelitian itu tidak valid

Uji validitas ini menggunakan rumus korelasi Product Moment

Pearson dengan rumus sebagai berikut:

rxy=n ¿ ¿

Keterangan:

r ix = Korelasii antarai itemi pertanyaani secarai keseluruhani

Si = Variansi jawabani darii respondeni padai itemi ke-i

S x= Variansi jawabani darii respondeni untuki itemi secarai keseluruhan

∑ x= Jumlahi jawabani darii respondeni untuki itemi secarai keseluruhan

∑ x 2= Jumlahi jawabani respondeni untuki itemi ke-i


∑ i 2= Jumlahi jawabani respondeni untuki keseluruhani itemi yangi

dikuadratkan

n = Jumlahi jawabani respondeni untuki itemi ke-ii yangi dikuadratkan

Suatui itemi kuesioneri dikatakani validi jikai nilaii koefisien

validitasnyai (koefisien item-total correlation) i 0.30i (Kaplan dan

Saccuzo, 2017)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan sebuah pengujian pengujian mengenai

seberapa konsisten instrumen mengukur konsep yang diukurnya. Suatui

kuesioneri dikatakani reliabeli (atau handal) apabila jawabani yang

responden tersebut berikan konsisten terhadapi pernyataani (Ghozali,

2016:47). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

( ∑ si
)
2
k
Alpha (α ¿ = 1−
k−1 st 2

Keterangan:

si2 = Variani masing-masingi item

st2 = Variani skori totali darii responden

K = Jumlahi itemi yangi diuji

α = Koefisieni reliabilitas
Perhitungan koefisien reliabilitas bertujuan agar tingkat

konsistensi jawaban responden dapat diketahui. Semakin besar nilai

koefisien, artinya tingkat keandalan alat ukur dan tingkat konsistensi dari

jawaban akan semakin tinggi. Nilai koefisien dijelaskan sebagai berikut:

a) Jika r hitung ≥ r tabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang

digunakan adalah reliabel

b) Jika r hitung ≥ r tabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang

digunakan adalah tidak reliabel

Pada penelitian ini, validitas instrumen diukur dengan nilai

Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70 (Prihatmoko, 2019).

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas
Memiliki tujuan untuk dilakukan pengujian apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau

tidak (Ghozali, 2016 dalam Prihatmoko (2019)). Uji normalitas data

dilakukan melalui P-Plot Test, yaitu dengan cara memperhatikan data atau

titik yang menyebar pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal,

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika data yang diteliti menyebar di sekitar garis diagonal, serta

mengikuti arah dari garis diagonalnya, maka model regresi dapat

memenuhi dari asumsi normalitas.


2) Jika data yang diteliti menyebari jauhi darii garisi diagonali (ataui

tidaki mengikutii arahi garisi diagonal),i makai modeli regresii tidak

dapat memenuhi dari asumsi normalitas (Ghozali, 2016)

b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas yaitu suatu bentuk fenomena statistik yang biasa

dijumpai ketika satu atau lebih variabel independen pada model regresi

berganda saling berkorelasi (Sekaran, 2013:319). Menurut Ghozali (2016)

dalam Prihatmoko (2019), uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui

antar variabel independen ada atau tidaknya korelasi. Multikolinearitas

terjadi ketika variabel independen berkorelasi satu sama lain. Semakin tinggi

tingkat korelasinya, maka akan sulit untuk memisahkan pengaruh dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Pada penelitian ini, penulis melihat nilai variance inflation factor (VIF)

untuk mengetahui adanya multikolinearitas dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

1
VIF=
Tolerance

Berdasarkan rumus di atas, nilai tolerance yang rendah sama dengan

nilai VIF tinggi. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0,10

atau sama dengan nilai VIF < 10.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji menurut Gozhali (2016), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varian residual dalam model

regresi dari satu pengamatan terhadap pengamatan lainnya. Melakukan

pendeteksian terkait ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan cara memperhatikan grafik scatterplots antar nilai prediksi variabel

terkait dengan nilai residualnya. Dasar analisis untuk menentukan ada atau

tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

1) Jika ada pola tertentu dengan bentuknya seperti titik-titik yang

membentuk pola tertentu dan teratur seperti bergelombang, melebar

kemudian menyempit, maka hal tersebut diartikan bahwa terdapat atau

terjadinya heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, dan titik-titik yang menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal tersebut diartikan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda berguna untuk menghitung seberapa besar pengaruh

satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung yang kemudian

memprediksii variabeli tergantungi dengani menggunakani variabeli bebas

(Gozhali, 2016). Persamaan dalam analisis regresi linier berganda dirumuskan

sebagai berikut:

Y =α + β 1 X 1+ β 2 X 2 + β 3 X 3+ e

Keterangan:

Y = Kualitas Audit
a = Konstanta atau nilai Y jika X = 0

β1, β2 , β3 = Koefisien arah regresi yang menyatakan

perubahan nilai Y pada variabel Kualitas Audit apabila terjadi perubahan nilai X

pada variabel Pengalaman Kerja, Independensi, dan Integritas

X1 = Pengalaman Kerja

X2 = Independensi

X3 = Integritas

e = Error Item

5. Korelasi Sederhana

Digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Rumus dari koefisien product moment adalah sebagai berikut:

r xy =n ∑ X Y −( ∑ X )¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy = Koefisien Korelasi

n = Jumlah sampel

∑X = Jumlah variabel bebas

∑Y = Jumlah variabel terikat

∑X² = Jumlah nilai variabel

∑Y² = Jumlah kuadrat nilai variabel terikat

∑XY = Jumlah nilai kali antara variabel bebas dan terikat

Secara umum nilai koefisien korelasi terletak antara -1 dan 1 atau -1 ≤ r ≤ 1.

Koefisien korelasi terletak mempunyai nilai paling kecil -1 dan paling besar 1,

dengan kriteria sebagai berikut:


a) Jika r = 1, korelasi antara X dan Y adalah sempurna positif yang berarti

kenaikan atau penurunan X sangat mempengaruhi kenaikan atau penurunan

Y.

b) Jika r = =1, korelasi antara X dan Y adalah sempurna negative yang berarti

kenaikan atau penurunan X tidak mempengaruhi kenaikan atau penurunan Y.

c) Jika r = 0, korelasi antara X dan Y sedang sekali (tidak ada pengaruh).

Tabel 3.1

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh


0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

6. Uji Hipotesis

a. Uji t
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikan thitung yang berfungsi untuk

mencari makna hubungan variabel X terhadap Y.

r √(n−2)
t hitung=
√1−r 2

Keterangan:
t hitung = nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi;

n = Jumlah sampel.

Bandingkan nilai t hitung dengan t tabel untuk tingkat kesalahan (⍺) = 0,05

(5%) uji dua pihak, derajat kebebasan atau df = n – 2

1) Jikat hitung < t tabel

Ho = diterima dan Ha = ditolak, tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel X dan variabel Y.

2) Jika t hitung > t tabel

Ho = ditolak dan Ha = diterima, ada pengaruh yang signifikan

antara variabel X dan variabel Y.

b. Uji F
Untuk mengetahui signifikansi korelasi berganda dilakukan

perhitung F hitung lalu dibandingkan dengan F tabel.

2
r
k
F hitung =
( 1−r 2)
n−k −1

Keterangan:

F hitung = Nilai F yang dihitung

R = Nilai Koefisien Korelasi Berganda

k = Jumlah Variabel Bebas

n = Jumlah sampel
Jika F hitung ≥ F tabel , maka tolak Ho artinya signifikan dan F hitung ≤ F tabel ,

diterima Ho artinya tidak signifikan Dengan taraf singnifikan : ⍺ = 0,01

atau ⍺ = 0,05.

c. Koefisien Determinasi
Setelahi besarnyai koefisieni korelasii telahi diketahui,i

selanjutnyai yaitui mencarii nilaii darii koefisieni determinasi.i

Koefisieni determinasii bergunai untuki mengetahuii seberapai besari

persentasei variabeli dependeni darii pencegahani fraudi pengadaani

barangi dani jasai yangi dapati diprediksii dengani menggunakani

variabeli independeni darii penerapani pengendaliani internal,i e-

procurement,i dani komitmeni organisasi.i Kemudiani digunakani

rumusi sebagaii berikut:

2
Kd=r ×100 %

Keterangan:

Kd = Koefisieni Determinasi

r
2
= Koefisieni Kuadrati Korelasii Ganda

Kriteriai untuki analisisi koefisieni determinasi:

1) Jikai Kdi mendekatii noli (0),i artinyai pengaruhi variabeli

independeni terhadapi dependeni lemah

2) Jikai Kdi mendekatii satui (1),i artinyai pengaruhi variabeli

independeni terhadapi dependeni kuat


Besarnyai Ri squarei berkisari antarai 0i –i 1i yangi berartii

semakini kecili Ri square,i artinyai hubungani padai keduai variabeli

semakini lemah.i Sebaliknyai jikai Ri squarei semakini mendekatii 1,i

artinyai hubungani padai keduai variabeli semakini kuati (Sarwono &

Suhayati, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
(Ardianingsih, 2018)

(Tandiontong, 2015)

Ardianingsih, A. (2018). Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Azis, N. A. (2021). Model Interaksi Independensi Auditor. Nasya Expanding Management.
Dito Aditia Darma Nasution, P. R. (2019). Audit Sektor Publik: Mahir dalam Pemeriksaan
Pengelolahan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Uwais Inspirasi Indonesia.
dkk, M. B. (2020). Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia. Yayasan Kita Menulis.
Fauzi, A. (2020). Super Auditor: Menumpas Korupsi dan Mengungkap Fraud Tidak Biasa.
Batam Publisher.
Riyadi, S. (2017). Teori-Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal: Aplikasi
Penelitian dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Riyadi, S. (2018). Faktor Peningkatan Kinerja Melalui Job Stress. Zifatama Jawara.
Sarwono, J., & Suhayati, E. (2014). Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Susanto, Y. (2020). Integritas Auditor Pengaruhnya dengan Kualitas Hasil Audit. Deepublish.
Tandiontong, M. (2015). Kualitas audit dan pengukurannya. Alfabeta.

Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh kompetensi auditor, independensi auditor,
integritas auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit dengan etika
auditor sebagai variabel moderasi (Studi kasus pada kantor akuntan publik di Kota
Medan). Jurnal manajemen, 5(1), 81-92.

Ayem, S., & Yuliana, D. (2019). Pengaruh independensi auditor, kualitas audit, manajemen
laba, dan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan (Studi kasus pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2014-2017). Akmenika: Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, 16(1).
Wardana, M. A., & Ariyanto, D. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional,
Objektivitas, Integritas Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal
Akuntansi, 14(2), 948-976.

In, A. W. K., & Asyik, N. F. (2019). Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas
audit dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi (JIRA), 8(8).

Aikoli, G. C. F. (2018). Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit di


Kantor Akuntan Publik (KAP) Semarang (Doctoral dissertation, STIE YKPN).

Hernia, E. P. (2016). Pengaruh Integritas, Objektivitas, dan Akuntabilitas Auditor terhadap


Kualitas Audit (Studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat) (Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas).

Setiadi, L. (2016). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Auditor Internal


terhadap Kualitas Audit Internal (Studi Empiris pada PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas).

Saleh, A. Z. (2017). Pengaruh Independensi, Kompetensi, dan Integritas terhadap Kualitas


Audit (Survey pada 7 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung) (Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung).

Munajat, A. H. (2016). Pengaruh Kompetensi dan Akuntabilitas Auditor terhadap Kualitas


Audit (Survey Pada 9 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung) (Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas).
LAMPIRAN

KUESIONER

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, DAN INTEGRITAS

AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

A. Data Demografis

1. Nama Kantor Akuntan Publik___________________________________

2. Jabatan atau posisi Anda pada KAP saat ini:

a. Partner

b. Junior Auditor

c. Senior Auditor

d. Lain-lain (sebutkan) ……………………………..

3. Lama pengalaman kerja di bidang audit sampai saat ini : …… tahun …... bulan

4. Lama Anda menekuni keahlian tersebut : …… tahun …… bulan

5. Tingkat Pendidikan Formal Anda:

a. Pendidikan Sarjana (S1), gelar (misal : Drs, SE, dll)

Program/bidang studi (akuntansi, manajemen, dll)

b. Program Strata (S2), gelar (misal : MSi, MM, dll)

Program/bidang studi (akuntansi, manajemen, dll)

c. Pendidikan Strata (S3)

Program/bidang studi (akuntansi, manajemen, dll)


6. Apakah Anda mempunyai sertifikat/gelar professional lain yang menunjang bidang

keahlian (selain akuntan publik):

a. Ya, sebutkan …………………………………………………………

b. Tidak

B. Pertanyaan Mengenai Pendapat Auditor

Bapak/Ibu/Sdr/I dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pertanyaan-

pertanyaan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan caramember tanda tick

mark (√). jika menurut Bapak/Ibu/Sdr/I tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban

yang diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban dapat diberikan pada

pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban adalah sebagai berikut :

Skor 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)

Skor 2 : Tidak Setuju (TS)

Skor 3 : Netral (N)

Skor 4 : Setuju (S)

Skor 5 : Sangat Setuju (SS)


A. Kualitas Audit

No Butir Pernyataan STS TS N S SS

1 Pelaporan yang saya kerjakan harus memberikan

hasil yang akurat atau tidak salah saji kepada klien

3 Laporan hasil pemeriksaan memuat temuan dan

simpulan hasil pemeriksaan secara obyektif, serta

rekomendasi yang konstruktif.

4 Auditor tidak diperbolehkan memihak kepada

siapapun dan harus memihak kepada kebenaran

sesuai dengan pertimbangan keahliannya

5 Auditor tidak boleh memberikan informasi yang

rahasia kepada pihak luar.

6 Auditor tidak boleh melakukan penyalahgunaan

jabatan selama menangani klien

7 Seorang auditor tidak boleh menerima hadiah

ramahtamahan dari klien

8 Saya tidak tidak memiliki hubungan dekat dengan

klien

9 Dalam semua hal yang berhubungan dengan

penugasan, independensi dalam sikap mental harus


dipertahankan oleh auditor.

10 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama

11 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih

yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

cukup sebagai auditor.

12 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan

jika digunakan asisten harus disupervisi dengan

semestinya

13 Pemahaman memadai atas pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang

akan dilakukan.

14 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh

melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan

pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan yang diaudit.

15 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan

keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indnesia.

16 Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan,


jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip kuntansi tersebut dalam periode sebelumnya

17 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan

harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain

dalam laporan audit.

18 Laporan audit harus memuat suatu pernyataan

pendapat mengenai laporan keuangan secara

keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka

alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang

mana auditor dihubungkan dengan laporan

keuangan, laporan auditor harus memuat tanggung

jawab yang dipikulnya

B. Pengalaman Kerja
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin
dapat mengetahui informasi yang relevan untuk
mengambil pertimbangan dalam membuat
keputusan
2 Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin
dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan
obyek pemeriksaan.
21 Semakin lama menjadi auditor, semakin mudah
mencari penyebab munculnya kesalahan serta
dapat memberikan rekomendasi untuk
menghilangkan atau memperkecil penyebab
tersebut.

21 Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan


ketelitian dan kecermatan dalam
menyelesaikannya.

22 Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan


bukti serta informasi dapat menghambat proses
penyelesaian pekerjaan
23 Banyaknya tugas yang dihadapi memberikan
kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan
keberhasilan yang pernah dialami.
24 Auditor yang berpengalaman sudah mengetahui
apa saja peralatan yang akan dibutuhkan ketika
mau menjalankan tugas
25 Seorang auditor yang berpengalaman lebih
cepat tanggap dalam menangan audit
26 Seorang auditor yang berpengalaman
menguasai standar audit yang sesuai dengan
ketentuan PSAK yang berlaku.

C. Independensi

No Pernyataan STS TS N S SS
27 Pemeriksaan yang saya kerjakan bebas dari campur
tangan pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.
28 Pemeriksaan yang saya lakukan bebas dari intervensi
pimpinan tentang prosedur yang dipilih auditor
29 Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak
lain untuk menentukan subyek pekerjaan pemeriksaan.
30 Pemeriksaan yang saya lakukan harus mendapatkan hak
dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan selama proses audit.
31 Pemeriksaan yang saya laksanakan harus mendapatkan
kerjasama aktif dengan karyawan dari perusahaan
(klien)
32 Klien tidak boleh membatasi aktivitas atau ruang
lingkup yang dilakukan oleh saya selama proses audit
dilaksanakan.
33 Saya tidak memiliki hubungan pribadi terhadap
kliennya.
34 Pelaporan yang saya lakukan menghindari bahasa atau
istilah-istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak
dalam pelaporan fakta, pendapat, rekomendasi serta
dalam penafsirannya
35 Pelaporan yang saya lakukan bebas dari perasaan
kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta yang
dilaporkan pada pihak tertentu.
36 Pelaporan yang saya lakukan bebas dari usaha tertentu
untuk mengesampingkan pertimbangan akuntan
pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan, baik fakta
maupun pendapatnya.

D. Integritas

No Pernyataan STS TS N S SS
37 Saya harus taat pada peraturan peraturan baik diawasi
maupun tidak diawasi.
38 Saya harus bekerja sesuai keadaan yang sebenarnya, tidak
menambah maupun mengurangi fakta yang ada
39 Saya harus bekerja sesuai keadaan yang sebenarnya, tidak
menambah maupun mengurangi fakta yang ada
40 Saya tidak ingin menerima segala sesuatu dalam bentuk
apapun yang bukan hak saya termasuk hadiah
ramahtamah dari klien
41 Saya tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak
tindak karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain
guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya.
42 Saya harus mengemukakan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
43 Saya memiliki rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi berbagai kesulitan.
44 Saya harus teliti dan fokus selama menjalankan proses
audit
45 Saya selalu menimbang permasalahan berikut akibat-
akibatnya dengan seksama bersama tim.
46 Saya tidak mempertimbangkan keadaan seseorang atau
sekelompok orang atau suatu unit organisasi untuk
membenarkan perbuatan melanggar ketentuan atau
peraturan perundangundangan yang berlaku.
47 Saya tidak mengelak atau menyalahkan orang lain yang
dapat mengakibatkan kerugian orang lain
48 Saya memiliki rasa tanggung jawab bila hasil
pemeriksaannya masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan.
49 Dalam menyusun rekomendasi, auditor harus berpegang
teguh kepada ketentuan/peraturan yang berlaku dengan
tetap mempertimbangkan agar rekomendasi dapat
dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai