Anda di halaman 1dari 15

ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, EFISIENSI DAN


LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN PADA
BURSA EFEK INDONESIA
Niken Saraswati
Manajemen, STIE UniSadhuGuna, Indonesia
nikensarasw@gmail.com

Mulyono
Binus Business School Undergraduate Program, Universitas Bina Nusantara, Indonesia
mulyono@binus.ac.id

Diterima 14 Januari 2020


Disetujui 29 Januari 2020

Abstract— A good bank must be efficient because efficiency will increase banking
productivity and performance. As an institution that functions for banking intermediation, it
must have a healthy financial condition to function properly and gain public trust. The
purpose of this study is to examine the effect of Economic Growth, Efficiency and Liquidity on
the profitability of banks in the Indonesia Stock Exchange. There are inconsistent research
results from previous studies, regarding efficiency, liquidity and economic growth that can
affect banking performance. The sample used in this study was 35 banks listed on the
Indonesia Stock Exchange. Data processing in this study uses multiple regression with the
help of SPSS version 20. The results of the study indicate that Economic Growth has a
positive influence on bank profitability, for Efficiency and Liquidity has a negative effect on
bank profitability. This research is expected to be useful both for the banking industry in
making decisions and the government in making policies.

Keywords: Economic Growth, Efficiency, Liquidity, Profitability, Banking

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank menghubungkan antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang
memerlukan dana. Hal tersebut membuat dunia usaha bisa maju dan berkembang karena
mendapatkan dana untuk berkembang lebih besar. Bila dunia usaha lebih maju maka akan
menyerap lebih banyak lapangan kerja dan roda ekonomi dapat berputar, yang pada akhirnya
dapat mensejahterakan masyarakat. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk intermediasi
perbankan haruslah memiliki kondisi keuangan yang sehat agar dapat berfungsi dengan baik
dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Kinerja keuangan merupakan pengukuran sehat
atau tidaknya perbankan. Bank yang tidak sehat berisiko mengalami kegagalan yang berakibat
bank akan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kegagalan bank.
Bank yang baik juga harus efisien, karena efisiensi akan meningkatkan produktifitas
dalam hal ini kinerja perbankan. Efisiensi bank dapat diukur dengan menggunakan rasio

| 127 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

keuangan, yaitu BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio ini
mengindikasi efisiensi operasional bank, di mana semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin tidak efisien biaya operasional bank. Bank sebagai intermediasi selain menerima
dana dari pihak yang kelebihan dana juga meyalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan
dana atau kredit. Dalam memberikan kredit juga bank haruslah dalam proporsi yang tepat
agar tidak terganggu likuiditasnya. Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dibayar (Taswan, 2010). Bank harus
mampu memenuhi kewajiban pada setiap nasabah bila ada penarikan dana oleh nasabah, juga
harus mampu mencairkan kredit yang telah dibuat sesuai komitmen. Bila kedua hal ini tidak
bisa dipenuhi bank akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Tabel 1.1 Rasio Keuangan Bank dan Pertumbuhan Ekonomi

Tahun ROA BOPO LDR GDP


2013 3,08% 74,08% 89,70% 5,78%
2014 2,85% 76,29% 89,42% 5,02%
2015 2,32% 81,49% 92,11% 4,88%
2016 2,23% 82,22% 90,70% 5,02%
2017 2,45% 78,64% 90.04% 5,19%
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, data diolah.

Berdasarkan data 5 tahun terakhir, data pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh
data GDP mengalami fluktuasi. GDP (Gross Domestic Produk) atau dikenal juga dengan
PDB (Produk Domestik Bruto). GDP adalah nilai pasar seluruh barang dan jasa yang
diproduksi disuatu negara pada periode tertentu (Mankiw, Quah dan Wilson, 2012).
Walaupun pertumbuhan GDP yang berfluktuasi namun masih bertumbuh dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan GDP merupakan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Alper dan Anbar (2011) yang mendapatkan hasil
bahwa GDP tidak berpengaruh terhadap ROA. Garcia dan Guerrerio (2016) mendapatkan
hasil bahwa GDP berpengaruh negative terhadap ROA, hal ini dikarenakan pertumbuhan
GDP yang kecil di Portugal selama dilakukan penelitian.
Penelitian mengenai efisiensi yang dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu (2013)
mendapatkan hasil bahwa BOPO signifikan negatif terhadap ROA yang berarti semakin besar
rasio BOPO maka rasio profitabilitas ROA akan semakin kecil. Hal tersebut dikarenakan
tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh kepada pendapatan yang
dihasilkan oleh bank. Sementara penelitian Zulfikar (2014) mendapatkan hasil BOPO
signifikan positif terhadap ROA, hal ini karena BPR belum mengeluarkan biaya tenaga kerja,
marketing yang signifikan untuk menghasilkan laba. Begitu juga dengan penelitian Fadjar,
Hedwigis dan Prihati (2013) mendapatkan hasil BOPO signifikan positif terhadap ROA.
Penelitian tentang likuiditas pun telah dilakukan beberapa kali seperti yang dilakukan
oleh Lukitasari dan Kartika (2014) yang mendapatkan hasil LDR signifikan positif terhadap
ROA. Yang berarti semakin tinggi rasio LDR maka profitabilitas akan semakin meningkat,
penelitian lain yang mendapatkan hasil sama Prasanjaya dan Ramantha (2013). Berdasarkan
uraian beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten,
maka peneliti berniat untuk melakukan penelitian kembali mengenai efisiensi, likuiditas dan
indikator makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan. Dengan tujuan
menganalisis pengaruh variabel tersebut terhadap kinerja perbankan, agar dapat bermanfaat
baik bagi industri perbankan dalam mengambil keputusan maupun pemerintah dalam
mengambil kebijakan.

| 128 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

1.2 Perumusan Masalah


Bank merupakan lembaga yang diperbolehkan menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, maka kesehatan bank haruslah dalam kondisi baik. Kinerja keuangan perbankan
dapat menggambarkan kondisi kesehatan bank. Transparansi informasi dapat membantu kita
untuk menilai kinerja perbankan. Sehingga masyarakat mengetahui kondisi perbankan sedang
baik atau sebaliknya. Profitabilitas merupakan salah satu dari pengukuran kinerja bank.
Karena bank yang baik tentunya menghasilkan profit bagi para investornya. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas, diantaranya adalah efisiensi, likuiditas dan
faktor pertumbuhan ekonomi. Efisiensi merupakan salah satu faktor penentu sebuah bank
akan mendapatkan profit atau tidak, karena efisiensi meliputi biaya dan pendapatan bank.
Semakin efisien maka bank akan memiliki kinerja yang semakin baik.
1.3. Tujuan Penelitian

Secara keseluruhan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Efisiensi, Likuditas,
dan GDP terhadap profitabilitas Bank Umum pada Bursa Efek Indonesia, sedangkan tujuan
khusus penelitian adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi (GDP) terhadap profitabilitas bank umum
2. Mengetahui pengaruh efisiensi (BOPO) terhadap profitabilitas bank umum
3. Mengetahui pengaruh likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas bank umum
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbankan
Bank adalah suatu lembaga yang aktivitasnya menghimpun dana yang berupa giro,
deposito tabungan dan simpanan yang lainnya dari pihak yang kelebihan dana lalu
menempatkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana, melalui penjualan jasa
keuangan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan, 2010). Kegiatan
yang dilakukan bank meliputi jasa keuangan, dan tentu dalam pelaksanaannya diperlukan
ilmu keuangan. Karena didalam perbankan terdapat dana masyarakat yang tidak sedikit, maka
diperlukan pengelolaan yang sangat baik dan terpercaya.
Bank merupakan lembaga yang diatur oleh pemerintah, regulasi bank untuk memelihara
sistem keuangan yang sehat dan aman juga untuk meningkatkan mekanisme efisiensi yang
lebih besar dalam mengalokasikan dana. Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank
sebagai financial intermediaries kedalam 3 hal, yaitu: pertama sebagai lembaga yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, kedua sebagai lembaga yang
menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan yang ketiga untuk melancarkan
transaksi perdagangan dan peredaran uang. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan,
berperan khusus untuk memobilisasi simpanan masyarakat dan kemudian disalurkan dalam
bentuk kredit kepada dunia usaha yang akan membuat semakin besar dan mudah
pengalokasian sumber dana dalam perekonomian.
Banyaknya pihak yang berkaitan dengan perbankan membuat perbankan perlu
diregulasi. Selain pihak stakeholder, perbankan juga mempengaruhi perekonomian suatu
negara sehingga negara perlu mengaturnya. Agar kegiatan perbankan dapat berjalan lancar
tanpa ada yang dirugikan. Tujuan dari pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah yang
diwakili oleh departemen keuangan dan Bank Indonesia adalah untuk safety, stability dan
structure. Safety adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar dan penarikan simpanan

| 129 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

oleh masyarakat yang berakibat pada ambruknya suatu bank. Karena kegagalan suatu bank
tidak diinginkan dan harus dihindari, hal ini dapat menganggu perekonomian suatu negara.
Stability berkaitan dengan tujuan dari stabilitas makroekonomi, karena kegagalan satu atau
beberapa bank akan menyebabkan kegagalan bank - bank lain yang sehat. Structure diregulasi
mengenai jumlah/penyebaran bank untuk mengatur persaingan dan efisiensi bank. Bank yang
ada tidak boleh memonopoli pasar, terjadi persaingan yang sehat antar bank atau antara bank
dengan lembaga non bank dapat tercipta efisiensi ekonomi.
Dengan pelaksanaan pengaturan dan pengawasan yang ketat, sehingga masyarakat
dapat yakin dananya aman tersimpan di bank. Juga kepentingan para stakeholder dapat
terlindungi. Kesehatan bank dapat diakses semua orang dengan adanya keterbukaan informasi
keuangan bank. Informasi ini berupa laporan keuangan secara bulanan, triwulanan dan
tahunan yang harus dilaporkan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat mengetahui
kondisi kesehatan bank dan keamanan keuangannya di bank. Bank dengan profitabilitas yang
baik tentunya memberikan signal baik untuk para stakeholdernya. Perubahan profitabilitas
berkontribusi pada laju ekonomi, di mana profit mempengaruhi keputusan investasi dan
simpanan pada perusahaan. Hal ini terjadi karena profit dapat mempengaruhi posisi cashflow
pada perusahaan yang menawarkan keleluasaan dalam sumber investasi perusahaan, sehingga
dapat investasi lebih besar dapat menaikkan produktivitas, menjadi lebih kompetitif dan dapat
meningkatkan kemampuan karyawan.

2.2 Kinerja Perbankan


Kinerja keuangan perbankan dapat dinilai melalui laporan keuangan. Laporan
keuangan adalah suatu informasi keuangan yang dimiliki dan dipersiapkan oleh manajemen
perusahaan untuk pihak internal dan eksternal sebagai salah satu alat pertanggung jawaban
dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang memerlukan. Laporan keuangan bank
dibuat untuk memberikan informasi mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk
perkembangan usaha dan kinerja bank (Taswan, 2010). Dengan adanya informasi laporan
keuangan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap perbankan. Karena
laporan keuangan akan menjadi sumber informasi, maka laporan keuangan harus dibuat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan juga transparan. Sehingga informasinya layak
digunakan oleh pihak-pihak terkait untuk membuat keputusan, karena informasi disajikan
dengan benar dan tidak ada yang ditutupi.
Kinerja bank adalah suatu hasil yang telah dicapai suatu bank dalam menjalankan
operasinya, media yang digunakan untuk melihat kinerja bank adalah laporan keuangan bank
terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan dan laporan posisi keuangan
bank (Sudiyatno dan Fatmawati, 2013). Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat
dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio untuk mengukur kinerja, diantaranya adalah
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Residual Income (RI) adalah rasio-rasio
yang masih digunakan sampai sekarang untuk menganalisis kinerja bank (Sudiyatno dan
Fatmawati, 2013). Laba merupakan salah satu indikator profitabilitas dari suatu bank, dengan
pertumbuhan laba yang terus naik setiap tahun akan memberikan informasi yang positif untuk
perusahaan, karena semakin tinggi laba yang dicapai oleh perusahaan mengindikasikan
semakin baik kinerja perusahaan (Yogianta, 2013).

2.3 Efisiensi
Efisiensi adalah penggunaan sumber ekonomi seefektif mungkin untuk mendapatkan
kepuasan pada individu (Samuelson dan Nordhaus, 2010). Karena keefektifan dalam
menggunakan sumber ekonomi perusahaan akan terhindar dari pengeluaran/biaya yang tidak
perlu, sehingga bisa mendapatkan laba yang optimal. Efisiensi didefinisikan sebagai

| 130 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

kemampuan organisasi untuk memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu


(Muljawan, 2014). Bambang dan Asih (2013) menemukan hasil semakin efisien kinerja
operasional suatu bank, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin meningkat. Setiap
peningkatan biaya operasional bank yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan
operasional akan berakibat berkurangnya laba sebelum pajak, yang akan menurunkan
profitabilitas bank.
Efisiensi dalam dunia perbankan dapat diukur dengan menggunakan rasio BOPO
(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin tidak efisien biaya operasional bank (Taswan, 2010). Bank yang efisien akan
menjadi bank yang lebih kompetitif dalam mengembangkan dana masyarakat dan
menyalurkan kredit. Karena bank yang tidak efisien akan menimbulkan biaya yang besar
sehingga tidak akan mendapatkan laba yang optimal. Pada penelitian kali ini pengukuran
efisiensi yang digunakan adalah BOPO. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien
(rasio BOPO yang rendah) maka pendapatan yang dihasilkan oleh bank tersebut akan naik
(Masdupi dan Defri, 2012). Sehingga semakin efisien maka laba akan semakin besar.
Manajemen bank perlu rasio BOPO agar dapat menjaga tingkat efisiensi dan juga
meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.4. Likuiditas
Menurut Kuncoro dan Suharjono (2011) manajemen likuiditas adalah kemampuan
manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya
maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Manajemen bank
mengelola likuiditas agar dapat memperkecil risiko likuiditas yang dapat disebabkan oleh
adanya kekurangan dana, sehingga untuk memenuhi kewajibannya tidak perlu mencari dana
yang lebih mahal dalam artian dana dengan bunga tinggi. Manajemen likuiditas meliputi
pengelolaan atas Reserve Requirement (RR) atau Primary Reserve atau Giro Wajib Minimum
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, Secondary Reserve ataupun seluruh sumber dan
penggunaan dana (Kuncoro dan Suhardjono, 2011). Sementara menurut Mishkin (2004)
likuiditas adalah secepat apa suatu asset dapat diubah kedalam bentuk cash dengan biaya yang
rendah.
Permintaan likuiditas berasal dari pengambilan dana oleh nasabah dari tabungan dan
permintaan kredit dari konsumen atau institusi, dapat juga untuk pembayaran pinjaman bank
dari lembaga keuangan lain atau dari bank sentral (Rose dan Hudgins, 2013). Bank sebagai
lembaga kepercayaan perlu menjaga likuiditasnya agar para nasabah atau investor merasa
aman dananya tersimpan dibank tersebut. Dalam menjaga likuiditasnya manajemen harus
menghitung dengan baik jumlah dana likuid yang diperlukan oleh bank. Karena bila bank
dalam kondisi over likuid maka akan muncul biaya bunga yang meningkat, dan pendapatan
bunga yang menurun karena kelebihan dana seharusnya dapat disalurkan berupa kredit.
Likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi. Rasio LDR dapat dihitung
dengan menggunakan formula (Veithzal, Permata dan Idroes, 2007):
LDR = Total Kredit x 100%
Total Dana Pihak Ketiga

2.5 Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Samuelson dan Nordhaus (2010) pengukuran kesuksesan ekonomi yang
paling utama ada 3 hal, yaitu GDP (Gross Domestic Product) adalah perhitungan dari total
output dalam ekonomi. GDP mengukur market value dari semua barang dan jasa. Terdapat
dua kebijakan makroekonomi (Samuelson dan Nordhaus, 2010), yang pertama adalah
kebijakan fiskal yang berupa pajak dan pengeluaran pemerintah, sedangkan yang kedua

| 131 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

adalah kebijakan moneter yang berupa jumlah uang beredar, kredit, sistem perbankan, suku
bunga dan nilai tukar.
Menurut Mankiw, Quah dan Wilson (2012) Produk Domestik Bruto atau Gross
Domestic Product (GDP) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir, yang
diproduksi pada suatu negara dalam jangka waktu tertentu. GDP menghitung dua hal yaitu
total pendapatan semua orang dalam perekonomian serta total pengeluaran output barang dan
jasa dalam perekonomian. GDP merupakan pengukuran dari perekonomian, maka diharapkan
GDP memiliki hubungan yang positif terhadap profitabilitas bank, peningkatan ekonomi akan
berimbas pada peningkatan bisnis yang akan mendorong kredit perbankan. Peningkatan kredit
perbankan akan meningkatkan profitabilitas bank.

2.6 Hipotesis
Pertumbuhan GDP merupakan pengukuran pertumbuhan ekonomi, yang diharapkan
akan memberikan dampak positif bagi bank. Pertumbuhan GDP suatu negara erat kaitannya
dengan kesejahteraan dan kemakmuran dapat dirasakan oleh penduduk suatu negara. Tingkat
pendapatan yang diukur dengan GDP akan mempengaruhi hubungan pola saving dari
seseorang, semakin besar GDP maka profitabilitas bank juga akan meningkat (Adiyadnya,
Artini, Rahyuda (2016). Ekonomi yang tumbuh seharusnya dapat mendorong pertumbuhan
profitabilitas perbankan. Seperti hasil penelitian Topak dan Talu (2017) yang menyatakan
bahwa GDP berpengaruh positif terhadap ROA. Dari uraian tersebut dapat diambil hipotesis
sebagai berikut,
H1 : Pertumbuhan GDP berpengaruh terhadap Profitabilitas ROA.

Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank menjalankan usaha pokoknya, di mana


pendapatan terbesarnya adalah bunga kredit. Dengan adanya efisiensi pada lembaga
perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal.
Menurut Veithzal, dkk (2007) Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan usahanya. Semakin tinggi nilai BOPO menunjukkan semakin tidak efisien
dan membuat profitabilitas menurun, atau BOPO berhubungan negatif terhadap ROA. Teori
ini didukung oleh Wibowo dan Syaichu (2013), Masdupi dan Defri (2012), Lemiyana dan
Litriani (2016), Prasanjaya dan Ramantha (2013), Sudiyatno dan Fatmawati (2013), Harun
(2016), Lukitasari dan Kartika (2014), Yogianta (2013). Berdasarkan pembahasan tersebut
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut,
H2 : BOPO berpengaruh negarif terhadap ROA.

LDR mencerminkan kemampuan bank menjalankan fungsi intermediasi dalam


menyalurkan dana kedalam bentuk kredit, semakin rendah angka rasio ini menyebabkan bank
akan kehilangan kesempatan mendapatkan laba. Sebaliknya jika rasio menunjukan angka
yang berlebih bank akan kesulitan untuk menutup kewajiban lancarnya sehingga bank perlu
memperhatikan rasio ini agar memberikan kontribusi yang maksimal terhadap laba (Yogianta,
2013). Menurut Veithzal, dkk (2007) semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi dana
yang disalurkan dari dana pihak ketiga sehingga dapat meningkatkan profitabilitas bank. Dari
penelitian yang dibuat oleh Yogianta (2013), Harun (2016), Sudiyatno dan Fatmawati (2016),
Prsanjaya dan Rhamantha (2013), Lukitasari dan Kartika (2014) menyatakan bahwa LDR
berpengaruh positif terhadap ROA. Dari pernyataan diatas dapat diambil hipotesis sebagai
berikut,
H3 : LDR berpengaruh positif terhadap ROA.

| 132 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

Pertumbuhan
Ekonomi (GDP)

Likuiditas Profitabilitas
(LDR) (ROA)

Efisiensi (BOPO)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

3. METODOLOGI DAN ANALISA DATA


Metode analisis yang digunakan diawali dengan pengumpulan data sekunder dan
pengolahan data. Data diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia dan website Bank
Indonesia. Pengolahan data dengan menggunakan program software IBM SPSS Statistik
versi 20 untuk melakukan uji regresi berganda. Dengan pendekatan data kuantitatif, yaitu
data berupa angka. Pada model penelitian dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi
klasik yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas.
3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif di mana metode kuantitatif
dinamakan juga metode tradisional, karena metode ini sudah lama digunakan. Metode ini
sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah - kaidah ilmiah yaitu empiris,
terukur, obyektif, rasional dan sistematis (Sugiyono, 2014). Metode kuantitatif
menggunakan angka - angka dan analisis statistik dalam penelitiannya. Sumber data yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah
data bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2013 sampai dengan
2017. Penelitian dengan cara mencari data-data secara langsung yaitu laporan keuangan
perbankan dari website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id dan data pertumbuhan
ekonomi (GDP) dari website Bank Indonesia, www.bi.go.id.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah objek/subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian untuk ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2013 sampai dengan 2017. Sampel
adalah sebagian dari populasi. Metode pengambilan sample yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu dalam pemilihan sample dengan
menggunakan kriteria yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2013 sampai dengan 2017.

3.3 Operasional Variabel Penelitian


Kinerja bank yang dilihat dari sisi profitabilitas, dapat diukur dengan menggunakan
rasio ROA. ROA menggambarkan produktivitas bank dalam mengelola dana hingga
menghasilkan keuntungan (Gunartin, 2015). ROA merupakan sebuah pengukuran yang

| 133 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan kemampuan dalam memanfaatkan aset yang
dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ROA dapat dirumuskan :

ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%


Rata-rata Total Aktiva

Untuk mengukur efisiensi bank, dengan menggunakan rasio BOPO, yaitu dengan
membandingkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, seperti biaya
gaji, biaya pemasaran, biaya bunga. Untuk pendapatan operasional merupakan pendapatan yang
diterima bank dari penyaluran kredit dalam bentuk suku bunga (Prasanjaya dan Ramantha, 2013).
Rumus rasio BOPO adalah:

BOPO = Biaya Operasioanal x 100%


Pendapatan Operasional

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan


dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya maupun komitmen
yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditasnya adalah LDR. Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio LDR
yaitu 110%. Rumus rasio LDR adalah sebagai berikut:
LDR = Total Kredit x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
GDP merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir, yang diproduksi
pada suatu negara dalam jangka waktu tertentu (Mankiw, Quah dan Wilson, 2012). GDP
sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
Nilai GDP dapat diperoleh dari website Bank Indonesia, www.bi.go.id.

3.4 Metode Analisa Data


Pengukuran pengaruh yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas dan satu
variabel terikat maka dinamakan analisis regresi berganda (Sarjono dan Julianita, 2011).
Pengolahan data dengan menggunakan program software IBM SPSS Statistics versi 20
untuk melakukan uji regresi berganda. Pada model penelitian dilakukan pengujian untuk
memenuhi asumsi klasik yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan
multikolinieritas. Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yaitu BOPO, LDR,
GDP serta variabel dependen yaitu ROA, regresi berganda pada penelitian menggunakan
persamaan berikut:
ROAit = α0 + α1GDPit + α2BOPOit + α3LDRit + eit

Di mana :
ROA = Return on Assets
GDP = Gross Domestic Product
BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasioanal
LDR = Loan To Deposit Ratio
α0 = Konstanta
α1,α2,α3 = Koefisien setiap variabel
et = standard error

| 134 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

4. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


Data yang akan digunakan pada penelitian ini diambil dengan populasi perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2013 – 2017 dan dengan kriteria sampel seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Dari hasil pemilihan data berdasarkan keriteria sampel, didapatkan 35
perusahaan perbankan yang tercatat di BEI pada periode 2013 sampai dengan 2017. Uji
asumsi klasik yaitu uji autokorelasi, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dilakukan untuk analisa data yang akan dilakukan uji regresi berganda
telah memenuhi kriteria pada uji asumsi klasik.

4.1 Uji Autokorelasi


Uji Autokorelasi pada model regresi merupakan korelasi antar variabel yang
diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi
pada suatu model regresi, maka dilakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson,
menurut Widarjono (2015) jika angka Durbin Watson didaerah du dan 4-du maka termasuk
pada daerah tidak ada autokorelasi. Nilai du= 1.802, sehingga nilai Durbin Watson berada
diantara 1.802 dan 2.198. Berdasarkan hasil olah data pada Tabel 4.1 untuk uji
autokorelasi diperoleh data nilai Durbin Watson adalah 2,012 sehingga pada model
regresi yang digunakan pada penelitian tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.1 Uji Autokorelasi

Std Error of the Estimate Durbin-Watson

0.61065 2.012

Sumber: Hasil olah data (2020)

4.2 Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi,
data variabel dependen, data variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Persamaan regresi yang baik harus memiliki variabel independen (x) dan
variabel dependen (y) yang terdistribusi secara normal. Menurut Santoso (2005) pada uji
normalitas data dapat menggunakan gambar Normal Probability Plot (Normal P-P) dengan
ketentuan jika residual data berasal dari distribusi normal maka nilai sebaran data akan
terletak disekitar garis lurus atau tidak terpencar jauh dari garis lurus. Berdasarkan hasil olah
data untuk uji normalitas maka diperoleh gambar Normal Probability Plot (Normal P-P)
sesuai gambar 4.1. maka dapat terlihat bahwa sebaran data pada Normal Probability Plot
terletak disekitar garis lurus, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa data memiliki
distribusi normal.

| 135 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

Gambar 4.1 Uji Normalitas

4.3 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi berganda. Pada uji multikolinearitas dapat diketahui dengan
memperhatikan hasil yang diperoleh dari nilai Variance‐ Inflation Factor (VIF) dan nilai
tolerance dalam penelitian yang diperoleh dari estimasi persamaan regresi berganda.
Suatu data dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut (Santoso, 2005):
1. Nilai VIF lebih kecil dari 5 (VIF < 5),
2. Nilai tolerance lebih besar dari 0,0001 (Tolerance > 0,0001),
Berdasarkan hasil data yang diolah dengan menggunaka program SPSS versi 20,
diperoleh hasil uji Multikolinearitas seperti yang terlihat pada Tabel 4.2. sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Variable Tolerance VIF

(Constant)
GDP .955 1.005
BOPO .960 1.042
LDR .955 1.047
a. Dependent Variable: ROA

Dapat dilihat pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai GDP, BOPO dan LDR
sebagai variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,0001 dengan
demikian tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Demikian pula dengan hasil
yang diperoleh dari nilai VIF dibawah 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen yang digunakan dalam penelitian.

4.4 Uji Heteroskedastisitas

Asumsi penting dalam regresi linear klasik adalah bahwa gangguan yang muncul
dalam model regresi korelasi adalah homokedastisitas, yaitu semua gangguan mempunyai
variasi yang sama. Dalam regresi mungkin ditemui gejala heterokedastisitas. Pengujian

| 136 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

ini dilakukan dengan metode grafik dan didapatkan hasil olahan data seperti yang terlihat
pada Gambar 4.2. di bawah ini.

Gambar 4.2. Uji Heteroskedastisitas

Pada uji heteroskedastisitas dapat diperoleh kesimpulan tidak terjadi


heteroskedastisitas jika data menyebar di sekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
penyebaran data tidak membentuk suatu trend garis tertentu (Santoso, 2005). Dari
Gambar 4.2 grafik scatterplots dapat terlihat bahwa titk-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk
suatu pola atau tren garis tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian.

4.5 Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Hasil pengujian dari asumsi klasik yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan, hal ini dikarenakan model
regresi telah terbebas dari masalah distribusi normalitas data, tidak terjadi
multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi, dan tidak terjadi heterokedastisitas pada
data yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi dari
regresi linier berganda dan diinterpretasikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Coefficient Std.Error t-Stat P-Value
Constant 10.394 0.859 12.099 0.000
GDP 0.020 0.146 0.139 0.890
BOPO -0.100 0.002 -49.148 0.000
LDR -0.004 0.003 -1.092 0.277

Berdasarkan hasil olah data pada uji regresi linier berganda pada tabel 4.3 diperoleh
persamaan regresi berganda sebagai berikut
ROAit = 10,394 + 0,020 GDPit – 0,100 BOPOit – 0,004 LDRit

Keterangan :
ROAit = Return on Assets
GDPit = Gross Domestic Product
BOPOit = Biaya Operasional/Pendapatan Operasioanal
LDRit = Loan To Deposit Ratio

| 137 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

4.6 Uji Hipotesis (Uji t)


Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen menerangkan variabel
dependen pada suatu model regresi, sehingga dari hasil pengujian terhadap data yang ada
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hipotesis 1
H1 : GDP berpengaruh terhadap ROA
Nilai beta (koefisien) GDP adalah 0.020 dan nilai p-value adalah 0.890 lebih besar dari
0,05 yang berarti pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan rasio GDP berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Hipotesis 2
H2 : BOPO berpengaruh terhadap ROA
Nilai beta (koefisien) BOPO adalah -0.100 dan nilai p-value adalah 0.000 lebih kecil dari
0,05 yang berarti efisiensi yang diukur dengan rasio BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi biaya operasional
terhadap pendapatan operasional maka profitabilitasnya akan turun, sebaliknya semakin
rendah biaya operasional terhadap pendapatan operasional maka profitabilitassnya akan
meningkat. Semakin efisien suatu bank maka kinerjanya akan semakin baik, dan
profitabilitasnya akan semakin meningkat. Efisiensi suatu bank akan mempengaruhi
profitabilitas bank tersebut.
Hipotesis 3
H3 : LDR berpengaruh positif terhadap ROA
Nilai beta (koefisien) LDR adalah -0.004 dan nilai p-value adalah 0.277 lebih besar dari
0,05 yang berarti likuiditas yang diukur dengan rasio LDR berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ROA. Likuiditas menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasionya mengindikasikan semakin
rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian menunjukkan likuiditas
tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja karena pada kenyataannya bank belum
maksimal dalam memberikan kredit atau pinjaman, bank lebih memilih membelikan SBI
daripada menyalurkan kredit.

4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi digunakan sebagai pengukur kekuatan pengaruh variabel


bebas terhadap variasi variabel terikat dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien
determinan (R2), yang berada antara nol dan satu. Apabila nilai R 2 semakin mendekati
satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Adapun hasil perhitungan nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

| 138 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

Tabel 4.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model R R Square Adjusted R Square
1 0.967 0.936 0.935

Pada Tabel 4.4 menunjukkan nilai R2 sebesar 0,967. Hal ini berarti sebesar 96,7%
prediksi ROA dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu LDR, BOPO dan GDP
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh sebab‐sebab lain di luar model penelitian.

4.10 Implikasi Manajerial


Kondisi perekonomian suatu negara yang diukur dengan pertumbuhan GDP
mendapatkan hasil yang tidak signifikan, karena pertumbuhan GDP dinegara kita yang kecil
membuat tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Dalam hal ini bank
selaku lembaga yang berfungsi sebagai intermediari harus dapat lebih berperan dalam
menyalurkan dana dari pihak yang surplus dana ke pihak yang membutuhkan dana, agar roda
perekonomian dapat berputar. Dengan perekonomian yang bertumbuh dengan pesat maka
makin banyak kredit yang dapat disalurkan kepada para pebisnis sehingga pendapatan bank
akan meningkat.
Efisiensi yang diukur menggunakan variabel BOPO menunjukkan hasil signifikan
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio ROA.
Dengan hasil ini menunjukan bahwa kinerja perbankan akan meningkat bila nilai BOPO
semakin kecil. Semakin efisien maka profit akan semakin tinggi. Agar kinerja perbankan
dapat meningkat nilai efisiensi haruslah semakin rendah. Pendapatan operasional harus dapat
membiayai biaya operasional, dan juga untuk meningkatkan profitabilitas. Pendapatan
operasional bisa berupa pendapatan bunga, provisi, komisi dan lainnya. Untuk meningkatkan
pendapatan operasional bank dapat memperbesar penyaluran kredit kepada nasabah-nasabah
yang potensial dapat membayar kredit dan bunga.
Likuiditas bank yang diukur dengan menggunakan rasio LDR, menunjukkan hasil
tidak signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan. Rasio LDR yang ditetapkan
oleh BI adalah antara 78% hingga 94%, sedangkan masih ada bank dengan LDR yang
dibawah 78% dan diatas 94% sehingga bank menjadi tidak likuid dan juga over likuid.
Karena bank yang tidak likuid dapat beresiko harus mendapatkan dana yang tidak murah
untuk mendapatkan dana likuid, sehingga laba atau profit akan tertekan. Sama halnya dengan
bank yang overlikuid karena banyaknya dana menganggur yang tidak disalurkan sehingga
bank kehilangan pendapatan bunga sedangkan biaya bunga terus berjalan. Tentunya hal ini
juga akan membuat profitabilitas bank akan turun. Manajemen bank haruslah dapat menjaga
likuiditas bank agar tetap pada posisi aman yang disarankan oleh BI yaitu antara 78% hingga
94%, sehingga bank dapat memaksimalkan dana dan tetap menjaga likuiditas bank.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil
penelitian ini dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan menggunakan
pertumbuhan GDP tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja perbankan karena
pertumbuhan GDP yang tidak terlalu tinggi, sehingga ditemukan hasil yang tidak signifikan.
Efisiensi yang diukur dengan menggunakan variabel BOPO signifikan negatif
terhadap kinerja perbankan yang diukur dengan rasio ROA. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin kecil nilai BOPO maka perusahaan akan semakin efisien dan profitabilitas akan naik
sehingga kinerja keuangan menjadi lebih baik. Likuiditas yang diukur dengan menggunakan
variabel LDR tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan

| 139 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

bahwa bank belum maksimal dalam menyalurkan kredit, dan bank lebih memilih membelikan
SBI dari pada menyalurkan kredit.
Untuk peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menambah
jumlah sampel perusahaan perbankan tidak hanya yang tercatat di BEI, menambah jangka
waktu penelitian, dan membagi kedalam kategori buku. Peneliti selanjutnya dapat pula
menerapkan penelitian ini pada perusahaan yang sedang berkembang pesat, yaitu perusahaan
financial teknologi (fintech), agar lebih menggambarkan kondisi terkini.

REFERENSI

Alper, D. dan Anbar, A. (2011), Bank Specific and Macroeconomic Determinants Of


Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Turkey, Vol 2 No 2, page 139-
152: Business and Economic Research Journal.
Fadjar, A., Hedwigis, E.R., dan Prihatini, T., (2013), Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Bank Umum di Indonesia, Vol 1 No 1, hal 63-77: Journal of Management and Bussiness
Review.
Garcia, M.T.M. dan Guerreiro, J.P.S.M., (2016), Internal and External Determinans of banks
Provitability, Vol 43, issue 1, hal 90-107: Journal of Economic Studies
Harun, U. (2016), Pengaruh Ratio-Ratio Keuangan CAR, LDR, NIM, BOPO, NPL, Terhadap
ROS, Vol 4 No 1, hal 67-82: Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen.
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx
https://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka-kebijakan/contents/default.aspx
http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Pages/pbi_171115.aspx
Kuncoro, M. dan Suharjono (2011), Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta:
BPFE
Lemiyana, E.L., (2016), Pengaruh NPF, FDR, BOPO Terhadap Return on Asset (ROA) pada
Bank Umum Syariah, Vol 2 No 1, hal 31-49: I-Economic
Lukitasari, Y.P. dan Kartika, A. (2014), Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Vol 3 No 2, hal 166-176:
Dinamika Akuntansi Keuangan dan Perbankan.
Mankiw, N.G., Quah, E. dan Wilson, P., (2012), Pengantar Ekonomi Mikro Principles Of
Economi: Salemba Empat
Masdupi, E., dan Defri (2012), Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan
Efisien Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI,
Vol 1 No 1, hal 1-18: Jurnal Kajian Manajemen Bisnis.
Mishkin, F.S., (2004), The Economic of Money, Banking and Financial Market: Pearson

| 140 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019


ULTIMA Accounting | ISSN 2085-4595

Muljawan, D., (2014), Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta


Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit, WP/2/2014: Working Paper Bank
Indonesia.
Prasanjaya, A.A.Y dan Ramantha, I.W., (2013), Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI, Vol 4.1, hal
230-245: E-Journal Akuntansi Universitas Udayana.
Rose, P.S. dan Hudgins, S.C., (2013), Bank Management and Financial Services, New York:
McGraw-Hill.
Samuelson, P.A dan Nordhaus, W.D., (2010), Economic, USA : McGraw-Hill
Santoso, G. (2005), Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Sarjono, H. dan Julianita, W. (2013), SPSS vs Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset,
Jakarta: Salemba Empat.
Sudiyatno, B. dan Fatmawati, A., (2013), Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional
Terhadap Kinerja Bank (Studi Empirik pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia), Vol 9 No 1, hal 73-86: Jurnal Organisasi dan Manajemen.
Taswan (2010), Manajemen Perbankan; Konsep Teknik dan Aplikasi, Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
Topak, M.S. dan Talu, N.H. (2017), Bank Specific and Macroeconomis Determinants of Bank
Profitability; Evidence From Turkey, Vol 7(2), hal 574-584: International Journal of
Economic and Financial Issues

Viethzal, R., Permata, A. dan Idroes, F.N. (2007), Bank & Financial Institution Management
Conventional & Sharia Sysmem, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wibowo, E.S., dan Syaichu, M., (2013), Analisis Pengaruh Suku Bunga Inflasi, Car, BOPO,
NPF terhadap Profitanilitas Bank Syariah, Vol 2 No 2, hal 1-10: Diponegoro Journal of
Management.
Widarjono, A. (2015). Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Yogianta, C.W.E., (2013), Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL dan BOPO Terhadap
Profitabilitas Studi pada Bank Umum yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2002-2010, vol 22 No 2, hal 94-111: Jurnal Bisnis Stategi.
Zulfikar, T. (2014), Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO dan NIM Terhadap Kinerja
Profitabilitas (ROA) Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia, Vol 1 No 2 : e-Journal
Graduate Unpar.

| 141 | Vol. 11, No. 2 | Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai