Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KESELAMATAN KETENAGA

LISTRIKAN
TOPIK 2 DASAR-DASAR K3

DISUSUN OLEH :

KSATRIA NUGRAHA
21130067

MATA KULIAH

KESELAMATAN KETENAGA LISTRIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2021/2022
1. Fungsi APAR
APAR atau Alat Pemadam Api Ringan merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memadamkan api serta mengendalikan kebakaran kecil. APAR pada umumnya berbentuk tabung
yang di dalamnya diisikan dengan bahan atau media pemadam api yang bertekanan tinggi.
APAR merupakan alat perlindungan kebakaran yang berfungsi memadamkan api atau
mengendalikan kebakaran dalam skala kecil yang umumnya terjadi pada situasi darurat. APAR
atau alat pemadam api ringan tidak dirancang untuk digunakan pada kebakaran besar atau
kebakaran yang sudah tidak terkontrol.

2. Tujuan K3
3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut
antara lain : Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja, Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, Meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Adanya kewajiban menyelenggarakan K3 di dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat dari aktivitas di tempat kerja serta melindungi
semua sumber produksi agar dapat digunakan secara efektif.
Pelaksanaan K3 juga memiliki beberapa tujuan khusus seperti poin-poin di bawah ini:
• Mencegah dan melindungi kecelakaan kerja.
• Mencegah timbulnya beragam penyakit akibat kerja, baik itu dalam bentuk fisik, psikis,
infeksi, keracunan atau penularan.
• Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan perlindungan terhadap para pekerja baik selama
ataupun setelah masa kerja.
• Membuat para pekerja agar optimal dalam bekerja.
• Menciptakan sistem kerja yang aman.
• Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk digunakan.
• Mencegah kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja.
• Melakukan pengendalian terhadap terhadap resiko-resiko yang ada di lingkungan kerja.
• Memelihara kebersihan, kesejahteraan dan ketertiban lingkungan kerja dan lingkungan
sekitarnya.

3. Jenis-jenis API
1) API KEBAKARAN KELAS “A”

Api kelas “A” – “API BIASA” adalah jenis yang paling umum pada kasus kebakaran. Api ini
terjadi akibat dari benda padat yang terbakar, misalnya kayu, kain, karet, plastik dsb.Pada saat dalam
kondisi terbakar, bahan jenis klasifikasi “A” ini akan terus bereaksi mengalami pembakaran dan akan
terus menyala selama tiga komponen dari fire triangle (panas, bahan bakar, oksigen) tersedia. Untuk
memadamkan api jenis ini dapat menggunakan APAR dengan bahan dry chemicals atau CO2.
2) API KEBAKARAN KELAS “B”

Klasifikasi kebakaran kelas “B” disebabkan oleh zat cair yang bersifat mudah terbakar atau
bahan bakar gas. Api jenis ini juga mengikuti pola fire triangle (adanya panas, bahan bakar,
oksigen). Penggunaan APAR yang mengandung bahan dasar air tidak diperbolehkan untuk
memadamkan api jenis ini, karena dapat menyebarkan bahan bakar sehingga api secara otomatis
juga akan ikut menyebar dan membakar ke area lain.Cara yang paling efektif untuk
memadamkan kebakaran jenis “B” ini adalah dengan menggunakan APAR yang tidak
menggunakan air sebagai bahan pemadamnya, yaitu APAR dengan bahan dry chemicals
3) API KEBAKARAN KELAS “C”
Api kelas “C” – yaitu api yang disebabkan oleh kebakaran akibat terjadinya korsleting listrik.
Pada kasus ini jaringan listrik yang mengalami korsleting memercikkan bunga api yang menyulut
benda-benda disekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran.
Hubungan arus pendek (korsleting) dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti
penggunaan beban listrik yang berlebih, penggunaan kabel listrik yang tidak sesuai spek, dan
akibat dari peralatan elektronik yang mengalami korsleting.
Kebakaran kelas “C” ini bisa menjadi sangat berbahaya pada proses pemadamannya, karena
harus menggunakan APAR / bahan pemadam api yang sesuai. Apabila proses pemadaman
menggunakan air atau bahan pemadam yang bersifat konduktor, maka dapat menyebabkan arus
listrik mengalir melalui air ke tubuh pemadam kebakaran, kemudian ke bumi.
Pada kasus kebakaran yang termasuk dalam kategori kelas “C” ini telah telah menyebabkan
banyak kematian, banyak petugas pemadam kebakaran / pengguna APAR yang tidak menyadari
penyebab terjadinya kebakaran tersebut, sehingga tersengat arus listrik. Pada klasifikasi api jenis
ini pemadaman dilakukan dengan menggunakan bahan Karbon dioksida (CO2), Dry chemicals,
atau HCFC.
4) API KEBAKARAN KELAS “D”

Api kelas “D” – yaitu api yang disebabkan oleh kebakaran akibat benda logam yang
meleleh/terbakar. Pada kasus kebakaran ini membutuhkan pemadam kebakaran kelas berat yang
hanya bisa disediakan oleh pasukan pemadam kebakaran. Hal ini karena klasifikasi api “D”
merupakan kelas kebakaran dengan kemampuan membakar yang kuat, serta membutuhkan zat
pemadaman yang kuat pula.
5) API KEBAKARAN KELAS “K”

Api kelas “K” – yaitu api yang disebabkan oleh kebakaran dari pekerjaan dapur. Pada kasus
ini, pemanasan yang berlebih/akibat dari keteledoran manusia menyebabkan terbakarnya minyak
dan bahan masakan lain yangmengandung minyak, sehingga dapat beresiko menjalar pada
perabot di area dapur.
Pada klasifikasi kelas “K” ini berbeda dengan kelas “B”, dikarenakan kemampuan bakar lebih
rendah dari kelas “B”, namun masih berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran. Gunakan
APAR berbahan dry chemicals untuk kebakaran kelas ini.

4. Jenis-jenis kecelakaan dalam bekerja


1. Terjatuh atau terpeleset
Jenis-jenis kecelakaan kerja yang paling umum terjadi adalah terjatuh atau terpeleset. Entah itu di
perkantoran atau pabrik, selalu ada area tidak rata atau licin yang menyebabkan pegawai berisiko
terjatuh. Selain itu, risiko terjatuh juga cukup besar di area kerja yang mengharuskan bekerja dari
ketinggian seperti terjatuh dari tangga.Untuk itu, jika Anda bekerja di daerah yang licin dan rawan
terpeleset, gunakanlah alas kaki yang permukaannya cukup kesat.
2. Cedera otot
Kecelakaan kerja yang juga umum dialami saat Anda bekerja adalah cedera otot. Biasanya, ini kerap
terjadi di lingkungan kerja yang mengharuskan membawa beban cukup berat. Cedera otot paling
sering terjadi di area punggung dan juga leher.Untuk menghindari hal ini, ada baiknya Anda mencari
tahu bagaimana teknik mengangkat barang berat. Anda bisa bertanya pada rekan sekerja dan juga
kepada tim K3 di tempat Anda bekerja.
3. Tertimpa objek
Bukan hanya di lingkungan kerja dengan konsep pabrik saja, kecelakaan kerja berupa tertimpa objek
bisa terjadi di manapun. Bahkan, objek yang jatuh dari bagian atas lemari bisa menyebabkan cedera
apabila terjadi tanpa ada antisipasi sebelumnya. Untuk itu, penting menyediakan tempat
penyimpanan yang memadai serta cara penyusunan yang tidak membahayakan.Saat melewati lorong
atau tempat penyimpanan barang, pastikan tumpukan barang yang berpotensi menimpa Anda sudah
berada dalam posisi yang benar dan aman. Hal ini akan mengurangi risiko Anda tertimpa.
4. Cedera karena gerakan repetitif
Bagi Anda yang banyak menghabiskan waktu di depan komputer, waspadai juga risiko cedera karena
gerakan repetitif. Istilahnya adalah repetitive strain injuries. Ini adalah cedera persendian karena
kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang.Untuk
menghindarinya, Anda harus mengetahui posisi duduk yang benar saat seharian berada di depan
laptop atau komputer. Pastikan pula perlengkapan pendukung seperti meja atau kursi bersifat
ergonomis. Melakukan peregangan otot secara berkala juga dapat membantu.
5. Luka gores
Perlengkapan yang umum ada di area kerja seperti pemotong kertas bisa menyebabkan luka gores
yang tidak disangka. Bahkan ada istilah luka gores karena terkena bagian pinggir kertas atau paper
cut. Jika kecelakaan kerja semacam ini kerap terjadi, sebaiknya sosialisasikan cara aman
pengoperasian alat seperti pemotong kertas dan lainnya.
6. Menghirup gas beracun
Bagi Anda yang bekerja di lingkungan dengan zat kimia berbahaya bahkan beracun juga rentan
mengalami kecelakaan kerja. Mulai dari mengalami reaksi alergi di kulit atau mata, hingga keluhan
medis seperti fibrosis paru akibat terlalu sering menghirup gas beracun.Agar meminimalisir risiko
kecelakaan kerja, pastikan Anda menggunakan semua perlengkapan yang diwajibkan. Apalagi jika
Anda berada di area berbahaya tersebut dalam jangka waktu yang lama
7. Terpapar suara bising
Kesehatan telinga menjadi taruhan bagi pekerja yang setiap harinya harus terpapar suara bising.
Istilah bagi kondisi ini adalah industrial deafness jika tidak dilakukan penanganan yang tepat. Selain
harus mengenakan alat pelindung telinga, pekerja juga harus mencari jeda untuk berada di tempat
lebih sepi di tiap interval waktu tertentu.

5. Macam-Macam Alat Pelindung Diri

1. Alat pelindung kepala


Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau cedera
kepala akibat kejatuhan benda keras. Alat ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api,
percikan bahan kimia, ataupun suhu yang ekstrem.
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, dan
pelindung rambut

2. Alat pelindung mata dan muka


Alat pelindung ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, misalnya amonium nitrat, gas dan partikel yang melayang di udara atau air, percikan
benda kecil, panas, atau uap.
Alat pelindung diri yang menutup wajah dan mata juga penting digunakan untuk mengurangi
risiko munculnya gangguan kesehatan atau cedera akibat paparan radiasi, pancaran cahaya, dan
benturan atau pukulan benda keras atau tajam.

3. Alat pelindung telinga


Penutup telinga ini terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup telinga (ear muff) yang
berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan (polusi suara) atau tekanan udara.

4. Alat pelindung saluran pernapasan


Fungsi alat ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih
atau menyaring paparan zat atau benda berbahaya, seperti mikroorganisme (virus, bakteri, dan
jamur), debu, kabut, uap, asap, dan gas kimia tertentu, agar tidak terhirup dan masuk ke dalam tubuh.
Alat pelindung pernapasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
• Masker.
• Respirator.
• Tabung atau cartridge khusus untuk menyalurkan oksigen.
• Tangki selam dan regulator, untuk pekerja yang bekerja di dalam air.
Jika pekerja mengalami gangguan pernapasan di tempat kerja, idealnya juga tersedia alat bantu
pernapasan, seperti masker dan tabung oksigen.

5. Alat pelindung tangan


Pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu
panas atau dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan atau pukulan, tergores benda tajam,
atau infeksi.
Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung pada kebutuhan dan
pekerjaan. Sarung tangan ini ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet, atau bahan
khusus untuk melindungi tangan dari zat kimia tertentu.

6. Alat pelindung kaki


Alat ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena
permukaan yang licin. Jenis alat pelindung kaki berupa sepatu karet (boot) dan safety shoes.

7. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin yang ekstrim,
paparan api dan benda panas, percikan bahan kimia, uap panas, benturan, radiasi, gigitan atau
sengatan binatang, serta infeksi virus, jamur, dan bakteri.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (apron atau coveralls), jaket, dan pakaian
terusan (one piece coverall).

8. Sabuk dan tali keselamatan


Beberapa pekerjaan mengharuskan pekerjanya untuk bekerja pada posisi yang cukup berbahaya,
seperti di ketinggian atau dalam ruangan yang sempit di bawah tanah. Sabuk dan tali keselamatan ini
berfungsi untuk membatasi gerakan pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang aman.

Anda mungkin juga menyukai