TUGAS 1
Dosen:
Kelompok 17:
LAMPIRAN .............................................................................................................................................. 19
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skematika jalur perpipaan pompa yang ditinjau ............................................................... 2
Gambar 2.2 Koefisien Minor Losses .......................................................................................................... 7
Gambar 2.3 Koefisien minor losses pada entrance ...................................................................................... 7
Gambar 2.4 Moody Diagram ........................................................................................................................ 9
Gambar 2.5 Equivalent Roughness................................................................................................................ 9
Gambar 2.6 Pompa Xylem ..................................................................................................................... 11
Gambar 2.7 Kurva performansi pompa Xylem .................................................................................. 12
Gambar 2.8 Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas permukaan cairan isap ........................ 13
Gambar 2.9 Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah permukaan cairan isap .................... 13
Gambar 2.10 Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah tangki isap tertutup ....................... 14
Gambar 2.11 Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas tangki isap tertutup ........................... 14
Gambar 2.12 Kurva Karakteristik Pompa A-C 8300 Series ............................................................... 15
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Material Pipa ..................................................................................................... 5
Tabel 2.2 Katalog Pipa CPVC................................................................................................................... 6
Tabel 2.3 Minor Loses Coefficient .................................................................................................................. 8
Tabel 2.4 Sifat Fisik Air.............................................................................................................................. 8
Tabel 2.5 Sifat fisik air pada temperatur 30°C ........................................................................................ 9
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujujan
Dalam kerja praktik ini, terdapat beberapa tujuan yang dimiliki oleh penulis sehingga
penulisan laporan ini dilakukan, yaitu:
1. Melakukan pemilihan material/bahan pipa yang akan digunakan pada sistem instalasi
2. Menentukan diameter pipa sesuai dengan ukuran nominal pipa (NPS) yang ada di
pasaran.
3. Menghitung head losses mayor (HL-mayor) dan head losses minor (HL-minor) dari
sistem pemipaan
4. Menghitung head total sistem pemipaan (HSys)
5. Menghitung head pompa (Hp) yang diperlukan
6. Melakukan pemilihan pompa yang sesuai dengan kebutuhan sistem
7. Memperkirakan daya pompa yang diperlukan jika efisiensi pompa sebesar 75%
8. Menghitung tinggi hisap (Hs) maksimum pompa yang diijinkan
1.2 Engineering Model
Dikarenakan tidak ada pengambilan data langsung, maka dilakukan pembatasan
masalah seperti berikut:
1. Sistem pompa dan perpipaan bekerja pada kondisi tunak.
2. Pompa digunakan untuk mengisi tangki air pada ketinggian konstan dan laju aliran
tertentu.
3. Air pada 30oC dan tekanan atmosfer pada 1 atm (100 kPa).
4. Air sebagai fluida yang tidak dapat dimampatkan.
5. Semua bagian pipa dibuat dari bahan yang sama.
6. Ketinggian air di reservoir sebesar 2 meter
7. Percepatan gravitasi sebesar 9.81 m/s2
8. Tekanan uap fluida sebesar 2500 Pa
1
BAB 2
ANALISIS DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS
2.1 Studi Kasus
Engineering Models:
• Steady state
• Aliran fluida berwujud 1 fasa, yaitu cair
• Percepatan gravitasi 𝑔 = 9.81 𝑚/𝑠 2
• Tekanan atmosfer 𝑃𝑎𝑡𝑚 = 105 𝑃𝑎
• Headloss dari sambungan reducing socket valve pada bagian suction dan discharge
diabaikan
Variable Data:
• ∆𝑧 = 5.15 𝑚
• 𝜀 = 0.0015 𝑚𝑚 (𝐶𝑃𝑉𝐶 𝑃𝑖𝑝𝑒)
2
List fitting at suction: None
Beberapa material yang biasa digunakan untuk pipa air bersih yaitu :
1. Pipa Galvanis
Pipa galvanis merupakan pipa baja yang telah dilakukan pelapisan zinc untuk
mencegah karat dan korosi. Pipa jenis ini banyak digunakan pada pipa suplai air
pada tahun 1970-an. Kelebihan pipa galvanis antara lain memiliki ukuran yang
bervariasi dengan usia pakai hingga 40-50 tahun. Namun, Jika pipa sudah cukup
lama dapat berpotensi melepas lapisan zat besi dan menyebabkan kontaminasi air.
Selain itu, pipa galvanis membutuhkan waktu yang banyak dan tenaga kerja ahli
saat proses manufaktur maupun instalasi.
3
air. PVC biasanya digunakan untuk pipa air dingin karena panas berlebih dapat
merusak plastic. Jika terkena sinar UV dari matahari secara berlebihan, pipa PVC
dapet terjadi degradasi. Pipa ini memiliki ukuran yang beragam mulai dari 1/8 inch
hingga 24 inch.
4
2.2.2 Pemilihan Material Pipa
Dari berbagai jenis material pipa yang tersedia, tabel di bawah ini akan digunakan
seabgai pertimbangan pipa yang paling cocok berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Toleransi temperature - + - + +
Harga ++ +++ + ++ ++
Pipa diasumsikan untuk digunakan di dalam ruangan sehingga kriteria penggunaan luar
ruangan dapat diabaikan. Kebutuhan debit pipa yang cukup besar (mencapai 90 L/detik)
menyebabkan pipa yang dipilih harus memiliki ukuran yang bervariasi. Pipa yang paling cocok
untuk kebutuhan sistem plambing yaitu jenis CPVC. Pemilihan CPVC karena memiliki ukuran
yang bervariasi terutama diameter besar, usia pakai yang lebih panjang daripada pipa galvanis,
serta performa yang lebih baik daripada pipa PVC. Selain itu, CPVC memiliki ketahanan
tekanan sebesar 9 bar atau lebih sehingga aman digunakan untuk pipa air bersih. Untuk
kebutuhan pipa air bersih, ketebalan pipa CPVC yang akan digunakan yaitu schedule 40.
Berdasarkan SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing, kecepatan
aliran dalam pipa minimal 0.9 m/s dan maksimal 2 m/s. Untuk desain pipa sistem air bersih,
kecepatan air yang dipilih yaitu 2 m/s. Dengan debit yang telah ditentukan sebesar Q = 90 L/s
= 0.09 m3/s, maka diameter pipa minimum sebesar:
𝑄 =𝑣×𝐴
4×𝑄 4 × 0.09 𝑚3 /𝑠
𝐷=√ =√ = 0.2393 𝑚 = 9.42 𝑖𝑛𝑐ℎ
𝜋×𝑣 𝜋 × 2 𝑚/𝑠
5
Tabel 2.2 Katalog Pipa CPVC
Pipa yang akan dipilih harus memiliki diameter dalam lebih dari 9.42 inci. Dari katalog pipa
CPVC di atas, dipilih pipa NPS 10 schedule 40 dengan diameter dalam 9.976 inci.
Pertimbangan memilih schedule 40 daripada 80 karena pipa air bersih tidak memerlukan
tekanan yang terlalu tinggi. Selain itu, schedule 80 lebih berat sehingga akan menambah beban
jika digunakan.
6
Gambar 2.2 Koefisien Minor Losses
Pada jalur pemipaan terdapat 1 pcs gates, 5 pcs long radius elbow, dan 2 pcs elbow 45o yang
berkontribusi pada minor losses, serta pada suction yang ada pada tangki juga menyumbang
minor loss. Berikut ditampilkan tabel berisi daftar koefisien minor losses yang ada,
7
Tabel 2.3 Minor Loses Coefficient
𝑣2
ℎ𝑙_𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = ∑ 𝐾𝐿
2𝑔
dimana :
HL = Kerugian head (m)
KL = Koefisien kerugian dari sambungan sistem (elbow, valve, reducer, dll)
v = Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
1.78472
ℎ𝑙_𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 4.95 ×
2 × 9.81
𝒉𝒍_𝒎𝒊𝒏𝒐𝒓 = 𝟎. 𝟎𝟖𝟏𝟐 𝐦
Pada sistem pemipaan ini tidak digunakan expander maupun reducer pada inlet dan outlet
pompa dikarenakan diameter pipa sudah sama dengan diameter inlet maupun outlet pada
pompa. Sedangkan, untuk mencari headloss major, pertama kita harus mengetahui terlebih
dahulu sifat dari fluida kerja kita, yaitu air.
Tabel 2.4 Sifat Fisik Air
8
Dari tabel properties, pada temperature operasi 30oC kita peroleh:
Tabel 2.5 Sifat fisik air pada temperatur 30°C
Lalu kita cari bilangan Reynolds dan jenis alirannya, agar kita dapat menghitung faktor gesekan
yang dialami aliran pada jalur pemipaan.
1.325
𝑓=
𝑒 5.74 2
[ln (3.7𝐷 + 0.9 )]
𝑅𝑒
1.325
𝑓= 2
0.0015 × 10−3 5.74
[ln ( + )]
3.7 × 0.253 564624.110.9
𝑓 = 0.0129
𝑙 𝑣2
ℎ𝑙_𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 =𝑓
𝐷 2𝑔
Dimana:
hl_major = Kerugian akibat gesekan sepanjang pipa (m)
l = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
f = Faktor gesekan
76.055 1.7852
ℎ𝑙_𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 = 0.0129 × ×
0.253 2 × 9.81
𝒉𝒍_𝒎𝒂𝒋𝒐𝒓 = 𝟎. 𝟔𝟑𝟏𝟖 𝐦
Sehingga diperoleh total head:
𝒉𝒍 = 𝒉𝒍_𝒎𝒂𝒋𝒐𝒓 + 𝒉𝒍_𝒎𝒊𝒏𝒐𝒓 = 𝟎. 𝟔𝟑𝟏𝟖 𝐦 + 𝟎. 𝟎𝟖𝟏𝟐 𝐦 = 𝟎. 𝟕𝟏𝟑 𝐦
𝑝𝑑 − 𝑝𝑠 𝑉𝑑2 − 𝑉𝑠2
H= + + ∆z + ℎ𝑙
𝛾 2𝑔
Dimana d adalah discharge dan s adalah suction, kemudian 𝑝𝑑 = 𝑝𝑠 = 𝑝𝑎𝑡𝑚 dan 𝑣𝑠 = 0
𝑉𝑑2
H= + ∆z + ℎ𝑙
2𝑔
1.78472
H= m + 5.15 m + 0.713 m
2 × 9.81
𝐇 = 𝟔. 𝟎𝟐𝟓 𝐦
10
Dari hasil perhitungan kita peroleh bahwa head total sistem pemipaan sebesar 6.025 m.
Untuk melakukan pemilihan pompa, head pompa yang kita pilih harus ≥ 6.025 m, sehingga
nantinya pompa dapat bekerja dengan baik memenuhi head sistem pemipaan.
Pompa yang dipilih harus memiliki spesifikasi sesuai data perhitungan, yaitu minimum
head sebesar 6.0252 m pada debit sebesar 90 𝑙/𝑠. Pompa yang dipilih ialah Xylem G&L
Pump A-C Series 8300 – 10x8x17S Split Case Pumps. Pompa goulds double-suction dan
base-mounted ini memiliki fitur self-flushing mechanical seals, debris removal, dan heat
dissipation sehingga memiliki umur yang panjang. Pompa goulds ini cocok untuk diaplikasikan
pada industri, transnsportasi air kota, dan pemadam kebakaran. Pompa ini dapat menyuplai
debit sebesar 324 𝑚3 /h, atau setara 90 𝑙/𝑠, dengan head sebesar 19 m pada efisiensi sebesar
87 % sesuai dengan gambar kurva karakteristik pompa. Diperoleh bahwa kemampuan head
pompa yang dipilih memiliki spesifikasi lebih tinggi dibanding dengan hasil perhitungan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pompa ini dapat digunakan pada sistem.
11
Gambar 2.7 Kurva performansi pompa Xylem
90
𝑃𝑓 = 𝜌𝑔𝑄ℎ𝑎 = 995.7 × 9.81 × × 19 = 16702.967 𝑊𝑎𝑡𝑡
1000
Dengan efisiensi pompa 75%, maka daya sesungguhnya yang dibutuhkan pompa sebesar :
𝑷𝒇 𝟏𝟔𝟕𝟎𝟐. 𝟗𝟔𝟕
𝑾𝒑 = = = 𝟐𝟐𝟐𝟕𝟎. 𝟔𝟐𝟑 𝑾𝒂𝒕𝒕
𝜼 𝟕𝟓 %
12
a. Pompa mengisap cairan dari tempat terbuka dan posisi pompa berada di aras permukaan
cairan yang diisap
Gambar 2.8 Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas permukaan cairan isap
b. Pompa mengisap cairan dari tangki terbuka dan posisi pompa berada di bawah permukaan
cairan yang diisap
Gambar 2.9 Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah permukaan cairan isap
13
c. Pompa mengisap cairan dari tangki tertutup dan letak pompa berada di bawah cairan yang
diisap
Gambar 2.10 Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah tangki isap tertutup
d. Pompa mengisap cairan dari tangki tertutup dan pompa terletak di atas permukaan yang
diisap
Gambar 2.11 Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas tangki isap tertutup
Bersarnya 𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 untuk empat sistem di atas dapat dirumuskan sebagai berikut
𝑃𝑎 − 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 = [ ] ± 𝐻𝑠 − 𝐻𝐿
𝛾
Dengan
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 = NPSH yang tersedia (m)
𝑃𝑎 = tekanan atmosfir (kgf/m2)
𝑃𝑣 = tekanan uap jenuh (kgf/m2)
𝐻𝑠 = head isap statis (m)
(+) untuk kondisi pompa di bawah permukaan cairan yang diisap
(-) untuk kondisi pompa di atas permukaan cairan yang diisap
𝐻𝐿 = kerugian head di dalam suction/pipa isap (m)
14
= berat jenis cairan (N/m3)
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 merupakan besaran untuk mengukur kemungkinan terjadinya kavitasi pada suatu
pompa pada bagian suction. Kavitasi sendiri merupakan suatu fenomena dimana fluida cair
mengalami penurunan tekanan sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Sehingga, fluida akan
akan mengalami proses pendidihan dan penguapan dan hal ini berdampak burun pada sistem
pompa. Kavitasi akan terjadi apabila nilai NPSHA lebih kecil dari nilai NPSHR (Net Positive
Suction Head Required) yang tercantum pada katalog pompa. NPSHR didapatkan dari katalog
pompa yang sudah terpilih pada subbab sebelumnya.
Debit yang digunakan pada sistem perpipaan adalah 90 l/s atau setara 324 𝑚3 /ℎ. Dengan
menarik garis lurus dari debit tersebut sampai bertemu dengan kurva NPSHR, didapatkan nilai
NPSHR sebesar 3.4 m. Untuk mendapatkan tinggi isap maksimum pompa, yaitu tepat saat akan
terjadi kavitasi, nilai 𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 sama dengan nilai NPSHR. Masukkan semua nilai pada persamaan
tersebut untuk mendapatkan nilai tinggi isap maksimum, 𝐻𝑠 , dengan besar tekanan uap cairan
sebesar 2500 Pa.
15
𝑃𝑎 − 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 = [ ] + 𝐻𝑠 − 𝐻𝐿
𝛾
100000 − 2500
3.4 = [ ] + 𝐻𝑠 − 0.71
9768
𝑯𝒔 = −𝟓. 𝟖𝟕 𝒎
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tinggi isap maksimum sebesar 5.87 m. Tanda
negatif menunjukkan bahwa pompa terletak di bawah tangki isap.
16
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan untuk menjawab tujuan, yaitu:
1. Material pipa yang dipilih adalah CPVC karena memiliki ukuran yang bervariasi
terutama diameter besar, usia pakai yang lebih panjang daripada pipa galvanis, serta
performa yang lebih baik daripada pipa PVC.
2. Diameter pipa yang dipilih yaitu NPS 10 schedule 40 dengan diameter dalam 9.976
inci.
3. Sistem pemipaan memiliki head loss total sebesar 0.713 m yang terdiri dari head loss
major sebesar 0.6318 m dan head loss minor sebesar 0.0812 m.
4. Head total sistem pemipaan sebesar 6.025 m.
5. Head minimum pompa yang diperlukan sama dengan head total sistem, dan dipilih
pompa dengan head sebesar 19 m.
6. Pompa yang dipilih ialah Xylem G&L Pump A-C Series 8300 – 10x8x17S Split Case
Pumps.
7. Daya pompa yang diperlukan jika efisiensi pompa sebesar 75% yaitu 22270.623 Watt
8. Tinggi isap maksimum sebesar -5.87 m. Tanda negatif menunjukkan bahwa pompa
terletak di bawah tangki isap.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. (2005). Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. SNI 03-7065-2005.
Munson, B. R., Young, D. F., & Okiishi, T. H. (2016). Fundamentals of Fluid Mechanics Eighth Edition.
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Stickley, A. (2021, August 8). Materials Used in Water Supply Pipes. Retrieved from The Spruce:
https://www.thespruce.com/types-of-pipe-used-for-water-2718736
Xylem. (2021). Xylem. Retrieved from G&L Pump A-C Series 8300 – Split Case Pumps:
https://www.xylem.com/en-bg/products-services/pumps-packaged-pump-
systems/pumps/fire-pumps/split-case-fire-pumps/gl-pump-a-c-series-8300--split-case-
pumps/
18
LAMPIRAN
19