Anda di halaman 1dari 21

NARKOBA DALAM PERSEPSI ISLAM

Dosen Pengampu: Hamam, S. Pd., M. A

Disusun oleh Kelompok 6:

Aldi M. Yusuf 201601500490

Anggia A. Larasati 201601500566

Firdatun Nada. A 201601500590

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Atas segala
keberkahan, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”NARKOBA DALAM PERSEPSI
ISLAM”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada
Bapak Hamam, S. Pd., M. A. Untuk kesekian kalinya penugasan pembuatan
makalah kelompok ini menjadi sarana belajar yang kreatif dalam mensistemasi
keilmuan etika dan akhlak oleh pemakalah. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada anggota kelompok yang senantiasa saling membantu dan membagi tugas,
serta memotivasi untuk selesainya tugas perkuliahan. Semoga kerjasama ini
berlangsung hingga masa akhir perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna dan
terdapat kesalahan di sana sini oleh karena berbagai faktor. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
diperbaiki di kemudian hari. Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Jakarta, 2 Juni 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... 0
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah
................................................................................................2
C. Tujuan
...........................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN .........................................................................................................4
A. Pengertian Narkoba ..............................................................................................4
B. Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan
Darurat…………………………………...5
C. Hukum Bisnis Narkoba dan Obat-obatan Terlarang
...................................................6
D. Hukum Usaha Pertanian Ganja dan Opium
................................................................7
E. Hasil Keuntungan dari Bisnis Narkoba.......................................................................9
F. Sangsi Hukum Bagi Pengonsumsi Narkoba..............................................................10
G. Konsep Islam dalam Memerangi Penyalahgunaan Naza ...........................................10
BAB III..............................................................................................................................16
PENUTUP ..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan .................................................................................................................16
B. Saran ...........................................................................................................................16
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotoprika dan bahan

adiktif lainnya. Istilah lainnya adalah Napza (narkotika, psikotropika dan

zat adiktif). Istilah narkoba berdasarkan Kepres No. 17 tahun 2002 sejak

terbentuknya Badan Narkotika Nasional (BNN). Istilah ini banyak dipakai

oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.

Hukum positif telah menjelaskan mengenai pengertian, jenis, serta

efek dari narkotika. Disebutkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pasal 1 menyebutkan

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

Undang-Undang ini.

Di dalam hukum Islam narkoba dipandang sebagai zat yang sangat

berbahaya. Dalam Al-Qur’an dan al-Hadis tidak disebutkan secara

langsung masalah narkotika, akan tetapi karena baik sifat maupun bahaya

yang ditimbulkannya oleh penyalahgunaan narkotika sama bahkan lebih

1
2

dahsyat dari minuman keras atau khamar, maka ayat-ayat al-Qur’an dan

hadis-hadis Rasulullah yang melarang atau mengharamkan minuman keras

atau khamr dapat dijadikan dasar atau dalil terhadap dilarang dan

diharamkannya penyalahgunaan narkotika.

Sehubungan dengan hal di atas narkoba dalam pandangan hukum

Islam, adalah haram, dengan alasan karena menimbulkan bahaya dan

mudarat yang besar yang bisa mengancam dan merusak keselamatan jiwa,

akal, harta, dan keturunan, serta merusak keutuhan beragama, walaupun di

sisi lain mengandung manfaat tertentu misalnya untuk pengobatan, bahan

penelitian dan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah yang dibuat:

1. Bagaimana hukum mengkonsumsi narkoba dalam keadaan darurat?

2. Apa hukum bisnis narkoba dan obat-obatan terlarang?

3. Apa hukum usaha pertanian ganja dan opium?

4. Apa hasil keuntungan dari bisnis narkoba?

5. Apa sangsi hukum bagi pengonsumsi narkoba?

6. Bagaimana konsep islam dalam memerangi penyalahgunaan NAZA?


3

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi narkoba dalam keadaan

darurat.

2. Untuk mengetahui hukum bisnis narkoba dan obat-obatan terlarang.

3. Untuk mengetahui hukum usaha pertanian ganja dan opium.

4. Untuk mengetahui hasil keuntungan dari bisnis narkoba.

5. Untuk mengetahui sangsi hukum bagi pengonsumsi narkoba.

6. Untuk mengetahui konsep islam dalam memerangi penyalahgunaan

NAZA.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan

adiktif lainnya. Istilah lainnya adalah Napza [narkotika, psikotropika dan

zat adiktif]. Istilah ini banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan

rehabilitasi.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku. Lebih sering digunakan oleh dokter untuk

mengobati gangguan jiwa.

Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika

dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat

menimbulkan ketergantungan. [UU No.22 Tahun 1997 tentang

4
5

Narkotika] bahan ini bisa mengarahkan atau sebagai jalan adiksi terhadap

narkotika.

Seorang pakar kesehatan pernah mengatakan, “Yang namanya

narkoba pasti akan mengantarkan pada hilangnya fungsi kelima hal yang

islam benar-benar menjaganya, yaitu merusak agama, jiwa, akal,

kehormatan dan harta.”

Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika

bukan dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Narkoba sama halnya dengan zat yang memabukkan diharamkan

berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat

menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan”

(Majmu’ Al Fatawa, 34: 204).

B. Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat

Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza

atau narkoba di butuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau

untuk meredam rasa sakit. Hal ini, termasuk kedalam keadaan darurat.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutukan untuk

mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika

mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah

berkata, “Boleh menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika

tidak didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek

memabukkan”.
6

C. Hukum Bisnis Narkoba dan Obat-obatan Terlarang

Bisnis narkoba dan obat-obatan terlarang, baik dengan membeli,

menjual, menyelundupkan, mengedarkan dan memasarkan, yaitu haram

hukumnya, sama halnya keharaman mengkonsumsi itu sendiri. Karena,

wasilah menurut syari’at, hukumnya mengikuti hukum maksud dan tujuan

dari wasilah tersebut, menurut setiap celah yang bisa menjadi pintu masuk

kepada perkara yang diharamkan adalah sebuah kewajiban dan keharusan.

Karena, pedagang narkoba berarti membantu mempermudah penyebaran

dan pemakaiannya. Oleh karna itu hasil dari memperdagangkan narkoba

adalah haram, tindakan memperdagangkannya adalah tindakan dosa.

berbisnis narkoba berarti membantu tindakan maksiat, dan transaksi jual

beli yang dilakukan adalah batal dan tidak sah.

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan

(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,

dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah

sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
7

kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan

janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka

menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat

aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Dengan begitu, larang memperjual belikan khamr dan

menghukumi batal transaksi jual beli tersebut, mencakup jual beli narkoba

dan obat-obatan terlarang. Karena, semua itu masuk kategori membantu

kemaksiatan, berkonspirasi dalam usaha merusak generasi muda dan umat,

menghancurkan akhlak, moral dan nilai umat, merusak ekonomi umat dan

menjadikannya lemah dihadapan umat-umat yang lainnya.

D. Hukum Usaha Pertanian Ganja dan Opium

Setiap sesuatu yang bisa memberikan konstribusi pada

kemaksiatan itu disebut kemaksiatan. Oleh, karena itu menanam tanaman

ganja dan lainnya, memproduksi bahan-bahan narkoba, ikut memberikan

konstribusi dalam proses penjagaan, perawatan, pengepakan,

penyelundupan, pengdistribusian, semua itu adalah haram menurut syar’I,

aturan dan agama Allah SWT dengan dengan alasan-alasan berikut:


8

Pertama: menanam sesuatu yang membawa kepada keharaman,

itu dianggap sebagai sebuah sikap setuju yang nyata dari

penanamannya terhadap penggunaan sesuatu tersebut serta

memperdagangkannya. Sikap setuju kepada kemungkaraan atau

kemaksiatan adalah sebuah kemaksiatan dan kemiungkaraan juga.

Kedua: setiap sesuatu yang memiliki kontribusi terhadap seuatu

kemaksiatan adalah kemaksiatan juga, sebagaimana menanam

berbagai tanaman yang bisa dijadikan bahan narkoba adalah

sebuah kemaksiatan.

Ketiga: Rasullah SAW bersabdah, “sesungguhnya orang yang

menahan dan menimbun buah anggur pada masa panen, suapaya ia

bisa menjualnya kepada orang yang menjadikan bahan untuk

membuat khamr, sungguh ia telah menjerumusan dirinya kedalam

neraka.” Hadist ini merupakan dalil yang jelas atas keharaman

menananm ganja dan segala jenis tanaman yang bisa dijadikan

bahan pembuatan opium, heroin, kokain, dan sebagainya.

Keempat: Rasullah SAW bersabdah, “Allah melaknat khamr itu

sendiri, peminumnya, penuangnya, penjualnya, pembelinya, orang

yang membuat perasannya, orang yang meminta dibuatkan

perasannya, orang yang membawanya, orang yang dibawakan, dan

orang yang memakan dari hasil bisnis kharm.”


9

Berdasarkan hal ini, pengedar, pedagang, penyelundup, dan setiap

pihak yang memiliki peran dalam pemakaian narkoba, mereka semua juga

termasuk orang yang melakukan perbuatan dosa besar, orang yang

melakukan keharamandan kemung karan.

Dalam haist yang lain, yang diriwayatkan dari Ibnu Umar

disebutkan yang artinya:

“Rasulullah melaknat sepuluh orang yang berkaitan dengan

khamer : Produsennya (pembuat), Distributor (pengedar), Peminumnya,

Pengirimnya (kurir), pengirimnya, penuangnya (penuguh), Penjualnya,

pemakai hasil penjualan, Pembayar”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

E. Hasil Keuntungan dari Bisnis Narkoba

Keuntungan yang diharap oleh setiap pihak yang ikut berbisnis dan

melakukan transanki narkoba, semuanya adalah harta yang haram,

berdasarkan dalil-dalil berikut:

Pertama: Firman Allah SWT. “Janganlah sebagai kamu memakan

harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil.”

(Al-Baqarah: 188) memakan harta orang yang lain mencakup

segala bentuk transaksi yang diharamkan termasuk bisnis narkoba.

Kedua: Rasulullah SAW, bersabdah, “sesungguhnya jika Allah

mengharamkan sesuatu, Dia juga mengharamkan harga hasil dari

bisnis sesuatu itu.” Perkataan lainnya Nabi SAW, “sesungguhnya


10

sesuatu yang diharamkan untuk diminum, maka juga diharamkan

memperjualbelikannya.” Masih Nabi SAW mengatakan

“sesungguhnya Allah mengharamkan khamr dan hasil dari bisnis

khamr, mengharam bangkai dan hasil dari bisnis bangkai,

mengharamkan babi dan hasil dari bisnis babi.”

F. Sangsi Hukum Bagi Pengonsumsi Narkoba

Fuqaha sepakat bahwa pengonsumsi narkoba tanpa udzur dan

alasan yang dibenarkan seperti kepentingan medis, maka ia dikenai sangsi

hukuman ta’zir. Hukum ta’zir tersebut bisa dengan kecaman, dipukul,

dipenjara, dipublikasikan, dikenai sangsi denda berupa harta, dan bentuk-

bentuk hukumnya ta’zir lainnya sesuai dengan kebijakan hakim yang

menurutnya bisa memberi efek jera baik bagi pelaku dan orang lain.

Fuqaha hanafiyah dan malikiyah memperbolehkan hukuman ta’zir

itu sampai berupa hukuman bunuh. Mereka menyebutkannya dengan

istilah hukuman bunuh sebagai bentuk kebijakan yang pas dan tepat.

Artinya, jika hakim melihat ada kemaslahatan sesuai dengan kondisi dan

situasinya.

G. Konsep Islam dalam Memerangi Penyalahgunaan Naza

Dalam masyarakat modern dan industri belajar dari pengalaman

Negara Barat, maka yang terjadi adalah ketidakpastian fundamental di

bidang hokum, nilai, moral, dan etika kehidupan, orang tidak lagi
11

mempunyai pegangan dan pedoman hidup selain materi, materi dan sekali

lagi materi serta tujuan dekat belaka. Mereka mengalami kekosongan

spiritual (agama). Manusia modern seringkali tidak menyadari bahwa pada

dasarnya setiap diri manusia perlu pemenuhan kebutuhan dasar

spiritual/kerohanian/agama (Clinbell, 1980). Badan Kesehatan Dunia

(WHO, 1984) sendiri telah menetapkan bahwa unsur agama merupakan

unsur dalam kesehatan selain ketiga unsur lainnya (yaitu kesehatan fisik,

psikologik, dan social). Unsur agama amat penting dan peringkatnya sama

dengan ketiga unsur kesehatan lainnya. Pentingnya peran agama dalam

pembinaan keluarga dan pencegahan penyalahgunaan NAZA juga telahb

dilakukan oleh peneliti (Stinnet dan John De Frain, 1987) dalam bukunya

“The National Study on Family Strength”.

Bagi umat islam agar tidak terombang-ambing dan terbawa arus

limbah budaya Barat, Nabi Muhammad telah menyampaikan pesannya

sebagimana di riwayatkan oleh Al-Hakim, Artinya “Sesungguhnya aku

telah meninggalkan untukmu, jika kamu berpegang teguh kepadanya,

niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah (Al-

Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya (Muhammad SAW)”.

Akhir-akhir ini sebagaimana diberitakan oelh berbagai media masa

bahwa banyak penyalahgunaan NAZA dilakukan oleh para remaja yag

berasal dari keluarga-keluarga golongan “Papan Atas”. Mereka

menyalahgunakan NAZA untuk kesenangan, berhura-hura dan mabuk-

mabukan karena sarana dan peluang memang ada untuk itu. Mereka
12

terbawa arus “modernisasi”, tersesat dan kehilangan jati diri tenggelam

dalam kehidupan malam.

Pertanyaannya adalah kemana saja orang tua mereka?

Menko Polkam Soesilo Soedarman sesuai diterima Bapak Presiden

beberapa waktu yang lalu menyatakan antara lain bahwa peran

orang tua untuk tetap mengawasi anak-anaknya masih sangat

penting agar mereka tidak tergiur oleh minuman keras dan obat-

obatan terlarang. Selanjutnya beliau mengatakan “para remaja

hendakanya berhati-hati agar jangan sampai terperangkap dalam

penggunaan obat-obat terlarang dan minuman keras, sebab bisa

menghancurkan masa depan.” (Republika, 29/2/94).

Terhadap mereka keluarga golongan “papan atas” yang

bergelimang dengan kemewahan dunia dan yang terlepas dari “tali” Allah;

Allah SWT telah memperingatkan mereka dengan firman-Nya:

Artinya:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan

dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu

serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan


13

yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu

menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi

hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah

serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah

kesenangan yang menipu.

Gaya hidup manusia “modern” ala Barat yang serba mewah

sebagaimana disaksikan di kota-kota besar, yang tidak lepas dari

penyalahgunaan NAZA dan pergaulan bebas (free sex), tidak hanya dapat

menimbulkan kesenjangan / kecemburuan social, tetapi juga dapat

mengakibatkan kesengsaraan dan kehancuran. Marilah kita simak

peringatan Nabi Muhammad SAW sebagaiimana di riwayatkan oleh Amru

bin Auf’ra, sabdanya:

Artinya: Semi Allah! Aku tidak mengkhawatirkan kemelaratan

menimpa kamu. Tetapi yang aku khawatirkan ialah bila kemewahan dunia

menimpamu sebagaimana orang-orang sebelum kamu ditimpa kemewahan

dunia. Lalu, kamu berlomba-lomba (dengan kemewahan) dan kamu binasa

seperti mereka”.

Berdasarkan pengamatan empiris, penelitian ilmiah, serta tuntunan

Al-Qur’an dan hadis, dalam hal memerangi penyalahgunaan NAZA, Islam

lebih menekankan kepada pencegahan yaitu:

1. Pendidikan agama perlu ditanamkan sejak dini. Hasil penelitian

ilmiah telah membuktikan bahwa remaja yang komitmen


14

agamanya lemah mempunyai resiko lebih tinggi (4 kali) untuk

terlibat penyalahgunaan NAZA bila dibandingkan dengan

remaja yang komitmen agamanya kuat (Cacellaro, Larson,

Wilson, 1982; Hawari, 1990).

2. Kehidupan beragama di rumah tangga perlu ditetapkan dengan

suasana rasa kasih sayang (silahturrahim) anatar Ayah-Ibu-

Anak. Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa anak/

remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religious,

risiko anak untuk terlibat penyalahgunaan NAZA jatuh lebih

besar daripada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang

religious (Stinnet, J. De Frain, 1987; Hawari, 1990).

3. Perlu ditambahkan pada anak/ remaja sedini mungkin bahwa

penyalahgunaan NAZA “haram” hukumnya sebagaimana

makan babi haram hukumnya dalam agama Islam.

4. Peran dan tanggung jawab orang tua amat penting dan

menentukan bagi keberhasilan pencegahan penyalahgunaan

NAZA, yaitu:

a. Orang tua di rumah (ayah dan ibu), ciptakan suasana rumah

tangga yang harmonis (sakinah), tersedia waktu dan

komunikasi dengan anak, hindari pola hidup konsumtif,

beri suri teladan yang baik sesuai dengan tuntunan agama.

b. Peran orang tua di sekolah (bapak dan ibu guru), ciptakan

suasana/ kondisi proses belajar mengajar yang kondusif


15

bagi anak didik agar menjadi manusia yang berilmu dan

beriman.

c. Orang tua di masyarakat (tokoh masyarakat, agamawan,

pejabat, pengusaha, dan apparat), ciptakan kondisi

lingkungan social yang sehat bagi perkembangan anak/

remaja. Hindari sarana dan peluang agar anak/ remaja tidak

terjerumus dalam penyalahgunaan NAZA.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Narkotika dan obat terlarang

merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dilarang dan diharamkan

oleh Islam, dan bagi pengedar dan penggunanya dapat diancam dengan

pidana yang seberat-beratnya, bila perlu hukuman mati. Karena mengingat

dampak yang ditimbulkannya sangat merusak tatanan kehidupan, baik

dilihat dari kepentingan perorangan maupun dilihat dari kepentingan

masyarakat secara keseluruhan. Ketentuan hukuman seberat itu

dimaksudkan agar umat Islam tidak menjadikan konsumsi benda-benda

yang memabukkan itu sebagai kebiasaan. Dan pelakunya menjadi jera

untuk tidak mengulanginya kembali.

B. Saran

Bagi orang tua :

1. Hendaknya memberikan pengawasan tentang pergaulan anak.

2. Hendaknya memberikan pengajaran tentang keagamaan yang lebih

dirumah agar anak menjadi pribadi yang memiliki rasa keagamaan

yang tinggi.

16
17

3. Hendaknya memberikan pengetahuan tentang efek dan akibat tentang

narkoba.

Bagi masyarakat :

1. Hendaknya masyarakat terutama generasi muda menghindarkan diri

dari hal-hal yang berbau narkotika.

2. Seharusnya masyarakat ikut berperan aktif dalam rangka ikut serta

kegiatan anti narkotika.

3. Hendaknya masyarakat berhati-hati terhadap peredaran narkotika,

terutama masyarakat yang awam yang mudah terpengaruh oleh

kejahatan narkotika yang pada dasarnya tidak mengetahui bahwa

perbuatan tersebut adalah melawan hukum.

Bagi pemerintah :

1. Hendaknya pemerintah senantiasa secara efektif mengampayekan

antinarkotika.

2. Hendaknya pemerintah menutup tempat-tempat yang mudah untuk

beredarnya narkotika, salah satunya adalah tempat hiburan malam.

3. Pemerintah hendaknya mengawasi perkembangan ekonomi

masyarakat, karena pada dasarnya kejahatan narkotika berkaitan erat

dengan perkembangan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai