Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
PRAKATA..............................................................................................................iv
BAB I........................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
1.2. Permasalahan.................................................................................................6
1.3. Tujuan............................................................................................................6
1.4. Manfaat..........................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. Hiperurisemia................................................................................................7
D. Diagnosis.....................................................................................................10
E. Penatalaksanaan...........................................................................................11
F. Komplikasi..................................................................................................11
G. Struktur........................................................................................................12
H. Diet..............................................................................................................13
I. Pencegahan..................................................................................................16
iii
BAB III...................................................................................................................18
A. Tujuan............................................................................................................18
B. Metode...........................................................................................................18
E. Waktu.............................................................................................................18
F. Tempat............................................................................................................18
G. Kegiatan.........................................................................................................19
BAB IV...................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Kesimpulan....................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTKA................................................................................................22
DOKUMENTASI...................................................................................................24
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah salah satu
persyaratan dalam menempuh program dokter internsip di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten pati.
Pada kesembpatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Pamuji Djoko Widodo selaku kepala Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati .
2. dr. M. Wahib Hasyim selaku pembimbing di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati.
3. Peserta prolanis pukesmas gabus 1
4. Semua rekan dokter internsip dan pegawai Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati periode November 2019 – Maret 2020 yang telah
banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat membatu
penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya
dibidang kesehatan masyarakat.
Wassalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
v
BAB I
PENDAHULUAN
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari
7,0 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 5,7 mg/dL darah pada wanita (Soeroso dan
Algristian, 2011). Hiperurisemia adalah hasil dari interaksi multifaktor antara jenis
kelamin, umur, genetik, dan faktor lingkungan. Kondisi seperti konsumsi alkohol,
obesitas, hipertensi, dislipidemia, hiperglikemia, diabetes mellitus, litiasis, gagal
ginjal, dan penggunaan obatobatan seperti diuretik, siklosporin, dan aspirin dosis
rendah berkaitan dengan hiperurisemia. Hiperurisemia dapat berkembang menjadi
berbagai penyakit seperti gout, penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolik
lainnya (Liu et al, 2011)
Prevalensi hiperurisemia berbeda-beda pada setiap golongan umur dan
meningkat pada usia 30 tahun pada pria dan usia 50 tahun pada wanita (Liu et al,
2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mc Adam - De Maro et al (2013),
dari 8.342 orang yang diteliti selama 9 tahun, insidensi kumulatifnya adalah 4%,
yakni 5% pada pria dan 3% pada pada wanita. Pada studi hiperurisemia di rumah
sakit akan ditemukan angka prevalensi yang lebih tinggi antara 17-28% karena
pengaruh penyakit dan obat-obatan yang diminum penderita. Prevalensi
hiperurisemia pada penduduk di Jawa Tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki
dan 11,7% pada perempuan (Hensen dan Putra, 2007).
Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia
adalah 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7%. 3 Prevalensi berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa
Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%),
diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%). Di Provinsi Lampung sendiri,
Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis tenaga kesehatan adalah 11,5% dan
berdasar diagnosis atau gejala 18,9% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013).
6
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Bagi Puskesmas
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hiperurisemia
8
B. Factor Yang Berpengaruh
9
gangguan ginjal dalam pembuangan asam urat ini. Dalam kondisi normal,
tubuh mampu mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai
denga 600 mg per hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui saluran
gastrointestinal (Soeroso dan Algristian, 2011).
Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung protein. Contoh
makanan yang mengandung tinggi purin adalah jeroan (misalnya, pankreas
dan timus), ikan asin, ikan sarden, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon,
ginjal, ayam kalkun dan lain-lain. Kadar asam urat serum merupakan refleksi
dari perilaku makan. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin
dan konsumsi makanan tinggi purin akan mengakibatkan meningkatnya kadar
asam urat total (Villegas et al, 2012).
Asam urat juga berhubungan dengan berbagai penyakit seperti hipertensi,
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan berbagai penyakit metabolik
lainnya. Mekanisme terjadinya hiperurisemia pada penyakit metabolik adalah
karena peningkatan kerja ginjal sehingga lama-kelamaan menyebabkan
kelelahan ginjal dan menurunkan kerja ginjal sehingga eksresi asam urat
berkurang (Jin et al, 2012; Gustafsson dan Unwin, 2013). Peningkatan asam
urat juga dapat menyebabkan peningkatan C-Reactive Protein (CRP). CRP
merupakan biomarker terjadinya inflamasi sistemik, yang kemudian
mempermudah terjadinya penyakit metabolik seperti hipertensi dan penyakit
kardiovaskular (Krishnan, 2014).
10
panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin dapat
berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval
yang tidak menentu. Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama,
pada beberapa penderita berlanjut menjadi artritis gout yang kronis,
sedang di lain pihak banyak pula yang tidak akan mengalaminya lagi.
c. Interkritikal
Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang berulang–
ulang tapi waktunya tidak menentu.
d. Kronis.
Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai wilayah
jaringan lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat yang berakibat
peradangan sendi tersebut bisa juga di cetuskan oleh cidera ringan akibat
memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran kaki, selain terlalu banyak
makan yang mengandung senyawa purin (misal jeroan), konsumsi alkohol,
tekanan batin (stress), karena infeksi atau efek samping penggunaan obat–
obat tertentu (diuretik).
D. Diagnosis
11
g. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsopalangealpertam.
h. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
i. Topus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di
kartigokartikular (tulang rawan) dan kapsula sendi.
j. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl).
k. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
l. Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh.
E. Penatalaksanaan
F. Komplikasi
12
a. Gout kronik bertophus Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-
benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan
kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan
sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan
lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal
tenggorokan.
G. Struktur
13
Gambar 1. Sintesis Asam Urat (Jin et al, 2012).
H. Diet
Asam urat merupakan hasil pemecahan dari purin. Oleh karena itu, makanan
yang mengandung tinggi purin seharusnya dihindari. Makanan yang mengandung
tinggi purin contohnya adalah jeroan (misalnya, pankreas dan timus), ikan smelt,
ikan sarden, dan mussels. Makanan yang memiliki purin cukup tinggi seperti ikan
14
asin, ikan trout, haddock, scallops, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon,
ginjal, dan ayam kalkun. Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung
protein. Oleh karena itu, penghentian konsumsi sumber purin secara total tidak
dapat dilakukan (Sutrani et al, 2004).
(Apriyanti, 2013)
Purin
Makanan
(mg/100 gram)
Kopi ,Cokelat 2300
Limpa domba/kambing 773
Hati sapi 554
Ikan Barden 480
Jamur kuping 448
Limpa sapi 444
Daun melinjo 366
Paru-paru sapi 339
Kangkung ,bayam 290
Ginjal sapi 269
Jantung sapi 256
Hati ayam 243
Jantung domba /kambing 241
Ikan teri 239
Udang 234
Biji melinjo 222
Daging kuda 200
Kedelai dan kacang 190
Dada ayam dengan kulit 175
Daging ayam 169
Daging angsa 165
Lidah sapi 160
15
Ikan kakap 160
100 gram
bahan makanan)
16
Rendah keju, telur, lemak dan minyak, gula, sayuran
(dapat diabaikan, dapat dan buah-buahan (kecuali sayuran dalam
dimakan setiap hari) kelompok 2)
I. Pencegahan
Penderita gout biasanya pria atau wanita yang berusia lebih dari 40
tahun dan memiliki berat badan berlebih. Tapi harus diingat bahwa
penurunan berat badan yang cukup signifikan dalam waktu singkat justru
bisa menyebabkan serangan gout. Oleh karena itu, secara perlahan
turunkan berat badan sampai mencapai berat yang sehat. Setelah
mendapatkan berat badan yang sehat, pertahankan dengan mengonsumsi
nutrisi yang tepat serta olahraga rutin untuk menurunkan kadar asam urat.
Ini akan membantu menghindari terjadinya serangan gout.
17
4. Minum banyak air
18
BAB III
A. Tujuan
B. Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya jawab
C. Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet
D. Sasaran
Peserta program prolanis di daerah Gabus, Pati, Jawa Tengah
E. Waktu
F. Tempat
19
G. Kegiatan
20
evaluasi dengan seksama
dengan
mengajukan
pertanyaan
terkait bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan
dan anjuran
waspada
terkait diet gizi
pada gout
1. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta berperan aktif dan interaktif selama jalannya penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
a. Bentuk : Tanya – Jawab
b. Jumlah : 3 pertanyaan
• Apa yang dimaksud dengan gout ?
• Bagaiamana diagnosis gout ditegakkan secara pasti?
• Bagaimana pengelolaan diet gizi pada gout?
3. Hasil : Peserta mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
BAB IV
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTKA
22
Amalina D N. 2015. Gout and hiperurecemia. J MAJORITY, Volume 4 Nomor 3,
Januari 2015.
Apriyanti M. 2013. Menu Sehat bagi Penderita Asam Urat. Yogyakarta: Pustaka
Baru.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riskesdas 2013. Terdapat
dalam:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Ris
kesdas2013.PDF [diakses pada 22 Oktober 2014].
Hensen dan Putra TR.2007. Hubungan Konsumsi Purin dengan Hiperurisemia
pada Suku Bali di Daerah Pariwisata Pedesaan. J Peny Dalam. 8(1): 37-43.
Jin M, Yang F, Yang I, Yin Y, Luo JJ, Wang H, Yang XF. 2012. Uric Acid,
Hyperuricemia and Vascular Diseases. Front Biosci. 17: 656–669.
Krishnan E. 2014. Interaction of Inflammation, Hyperuricemia, and the
Prevalence of Hypertension Among Adults Free of Metabolic Syndrome:
NHANES 2009–2010. J Am Heart Assoc. 3(2): 1-10.
Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP, Liu CX, Yin J, Jia RY, Nie HW.
2011. The Prevalence of Hyperuricemia in China: a MetaAnalysis. BMC
Public Health. 11: 832.
Murray RK,Granner DK, Rodwell VW. 2006. Harper's Illustrated Biochemistry
27th Edition. New York: McGraw-Hill.
McAdams-DeMarco MA, Law A, Maynard JW, Coresh J, Baer AN. 2013. Risk
Factors for Incident Hyperuricemia during Mid-Adulthood in African
American and White Men and Women Enrolled in the ARIC Cohort
Study. BMC Musculoskelet Disord. 14: 347.
Putra TR. 2009. Hiperurisemia. Dalam: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Qiu L, Cheng XQ, Wu J, Liu JT, Xu T, Ding HT, Liu YH, Ge ZM, Wang YJ, Han
HJ, Liu J, Zhu GJ. 2013. Prevalence of hyperuricemia and its related
riskfactors in healthy adults from Northern andNortheastern Chinese
provinces. BMC Public Health. 13(664): 1-9.
Sutrani L, Alam S, Hadibroto I. 2004. Asam Urat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Soeroso J & Algristian H. 2011. Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus.
23
Villegas R, Xiang YB, Elasy T, Xu WH, Cai H, Cai Q,Linton MR, Fazio S,
Zheng W, Shu XO. 2012. Purine-rich foods, protein intake, and the
prevalence of hyperuricemia: The Shanghai Men’s Health Study. Nutr
Metab Cardiovasc Dis. 22(5): 409-416.
Wahyuningsih R. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
DOKUMENTASI
24
ABSENSI KEHADIRAN PESERTA PENYULUHAN
25
26
LEAFLET DIET
HIPERURESEMIA
27
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Mengetahui
Pembimbing
28