Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
PRAKATA...............................................................................................................v
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.2. Permasalahan.................................................................................................3
1.3. Tujuan............................................................................................................3
1.4. Manfaat..........................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
iii
BAB III...................................................................................................................15
A. Tujuan............................................................................................................15
B. Metode...........................................................................................................15
E. Waktu.............................................................................................................15
F. Tempat............................................................................................................15
G. Kegiatan.........................................................................................................16
BAB IV...................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
4.1. Kesimpulan..............................................................................................18
4.2. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTKA................................................................................................19
LEAFLET...............................................................................................................22
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah salah satu
persyaratan dalam menempuh program dokter internsip di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten pati.
Pada kesembpatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Pamuji Djoko Widodo selaku kepala Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati .
2. dr. M. Wahib Hasyim selaku pembimbing di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati.
3. Para remaja binaan desa Babalan pukesmas gabus 1
4. Semua rekan dokter internsip dan pegawai Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati periode November 2019 – Maret 2020 yang telah
banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat membatu
penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya
dibidang kesehatan masyarakat.
Wassalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Konsekuensi dari peningkatan industrialisasi dan pencemaran lingkungan adalah
peningkatan penggunaan bahan kimia sintetis dan paparan berulang untuk
senyawa berbahaya di tempat kerja dan di rumah berakibat buruk pada kesehatan
reproduksi. Senyawa biohazardous, beberapa di antaranya mengganggu endokrin,
semakin terlibat dalam meningkatkan infertilitas, ketidakteraturan menstruasi,
aborsi spontan, cacat lahir, endometriosis, dan kanker payudara. Dalam beberapa
kasus, perempuan berada pada risiko yang lebih besar dari pria, terutama dengan
meningkatnya estrogen lingkungan. Hanya sebagian kecil dari bahan kimia ini
telah diperiksa tingkat toksinitasnya dan efek sinergis dari berbagai paparan dari
zat berbahaya. Oleh sebab itu, muncul suatu kebutuhan untuk kesadaran yang
lebih besar dan kewaspadaan terhadap efek pencemaran lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2010, 63 juta remaja di Negara
Indonesia berisiko melakukan perilaku yang tidak sehat. Misal, kurangnya
tindakan merawat kebersihan organ reproduksi ketika mengalami menstruasi.
Angka insiden penyakit infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pada remaja
(10–18 tahun), yaitu 35 sampai 42 persen serta dewasa muda (18–22 tahun)
sebesar 27 hingga 33 persen. Rahmatika (2010) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa faktor pemicu kasus ISR antara lain imunitas yang rendah
sejumlah 10 persen, perilaku kurang dalam merawat hygiene ketika menstruasi
sejumlah 30 persen, lingkungan buruk dan tata cara dalam penggunaan pembalut
yang kurang tepat ketika menstruasi sejumlah 50 persen. Pemaparan tersebut juga
diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyani tahun 2009 terkait
dengan biopsikososial hygiene saat menstruasi pada siswi SMP di ibukota Jakarta
menekankan bahwa remaja putri yang mempunyai perilaku baik dalam perawatan
hygiene genetalia ketika mendapati dirinya menstruasi hanya 17,4 persen.
Sisanya, yaitu sejumlah 82,6 persen memiliki perilaku yang kurang dalam
menjaga kebersihan alat genetalia ketika menstruasi.
2
Informasi tentang menstruasi dan praktik hygiene menstruasi sangat
penting bagi seorang remaja putri. Anak perempuan yang tidak diajari untuk
menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu
dan dapat menganggap bahwa hal tersebut adalah kotor sampai masa dewasa
(Hasan, 2010). Banyak cara yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
informasi tentang menstruasi dan praktik hygiene pada saat menstruasi, salah
satunya media massa. Adanya informasi yang diperoleh dari media massa maka
sangat memengaruhi praktik hygiene menstruasi. Maka diperlukan edukasi terkait
cara pembuangan pembalut dengan benar pada usia remaja di gabus pada program
pukesmas kesehatan reproduksi remaja dalam menjaga upaya kesehatan
lingkungan.
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
1.3.2.Tujuan Khusus
3
1.4. Manfaat
i. Bagi Puskesmas
a. Membantu pengembangan program upaya kesehatan lingkungan
masyarakat dalam mengedukasi warga Gabus terkait menjaga kebersihan
pada wanita menstruasi dan cara membuang sampah pembalut yang
benar sesuai panduan unicef
ii. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai menjaga kebersihan
wanita saat menstruasi.
b. Membantu masyarakat mengenali bagaimana cara membuang pembalut
dengan benar sesuai panduan dari unicef, dan dampak apa saja yang
berhubungan dengan kesehatan saat menstruasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Esterogen akan memicu perbaikan endometrium yang mengalami
peluruhan. Esterogen juga bekerja untuk menghambat pembentukan FSH
dan menstimulus hipofisis untuk menghasilkan LH yang berfungsi untuk
merangsang folikel de graaf yang masak untuk ovulasi. LH merangsang
folikel yang kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum).
Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah
untuk mempersiapkan embrio. Periode ini disebut fase luteal. Progesteron
yang dihasilkan juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH,
akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang.
Dengan terhentinya produksi progesteron akan menghentikan
suplai nutrisi ke endometrium akibatnya endometrium akan mengering
(Eny, 2012). Ketika pembuahan tidak terjadi maka endometrium akan
menjadi iskemik, arteri spiralis yang menyusupi lapisan ini berkontraksi
secara bertahap sehingga seluruh area selaput lendir pada endometrium
akan mati. Pada waktu yang sama terjadi pelebaran pembuluh darah dan
terjadilah menstruasi (Johannes & Drecoll, 2008), karena terjadi
perdarahan dan kontraksi di rahim, maka apabila terjadi kram merupakan
proses yang normal (Jacquelyn & L long, 2010).
6
kedalam tuba fallopii, dan memungkinkan terjadi pembuahan apabila ada
sperma yang membuahi, jika tidak sel telur akan mati (CDC, 2015).
7
sekunder. Dismenorea primer terjadi tidak karena ada kelainan anatomis
pada alat kelamin, sementara dismenorea sekunder terjadi karena kelainan
anatomis yang jelas misalnya haid yang disertai dengan infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD
atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )(Taufan Nugroho, 2012).
8
gorengan, ikan yang masak, ikan asin, air yang tidak dimasak, makanan
pedas, soda, makanan dan minuman masam, daging, alkohol, telur, kacang
dan kecambahnya, makanan asin, dan tidak diperbolehkan memasak nasi
(Burnet Institute, 2015).
Batasan tertentu juga ada dalam agama, misalnya beberapa Kuil
Budha melarang wanita menstruasi untuk memasukinya. Dalam Agama
Kristen, Alkitab perjanjian lama menunjukan bahwa wanita yang sedang
menstruasi tidak suci, sehingga sesuatu yang disentuh akan menjadi najis,
ketika seorang laki-laki menyentuh tempat tidur wanita yang menstruasi
menjadi tidak bersih dan harus mandi. Sebagian Kristen Ortodoks Rusia
juga menganggap menstruasi sebagai hal yang tabu, wanita menstruasi
harus dipisahkan dan tidak diizinkan menghadiri layanan gereja atau
berinteraksi dengan laki-laki. Sementara Kristen Koptik tidak mengizinkan
wanita masuk gereja atau mencium ikon agama. Dalam Agama Hindu,
ekskresi dari tubuh dianggap polusi.
Terlepas dari kasta yang dimiliki, perempuan dianggap kotor saat
mengalami menstruasi dan persalinan sehingga harus dihindari. Dalam
kasta tertentu tidak memperbolehkan wanita yang menstruasi untuk
mencuci rambut selama tiga hari pertama, sementara di kasta lain sampai
tujuh hari, tidak diperbolehkan mengunjungi anak yang baru lahir sampai
berumur 40 hari, dan tidak diperbolehkan mengikuti upacara keagamaan.
Dalam Agama Islam,yang merupakan agama yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia juga terdapat larangan-larangan bagi wanita
yang menstruasi (Sarah House et al., 2012).
Al-Ghozy dalam Fathul Qorib mengungkapkan bahwa
dikharamkan bagi wanita yang sedang menstruasi 8 perkara, yaitu sholat
(baik fardhu atau sunnah demikian pula sujud syukur dan syujud tilawah),
puasa (baik fardu maupun sunnah), membaca Al-Qur’an, menyentuh
mushaf Al-Qur’an, dan membawanya, memasuki masjid, thowaf
(mengelilingi ka’bah baik fardhu maupun sunnah), bersetubuh, dan
istimta’ (merangsang anggota tubuh diantara pusar dan lutut) (782).
9
Setelah seorang wanita selesai menstruasi harus melakukan mandi setelah
itu diperbelohkan melakukan kewajiban agamanya kembali (Sarah House
et al., 2012).
Hampir di setiap negara terjadi peningkatan jumlah anak
perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di
Sekolah Dasar (SD), namun menstruasi masih menjadi salah satu faktor
yang mengakibatkan ketidakhadiran siswi di sekolah. Remaja yang berada
di sekolah mungkin menghadapi lingkungan fisik dan sosial yang tidak
mendukung misalnya tidak ada air yang cukup, hygiene dan sanitasi yang
buruk, bahkan intimidasi atau godaan, akibatnya remaja perempuan akan
berhenti berpartisipasi dalam kelas, mengisolasi diri, atau dikucilkan oleh
temannya (Jacquelyn and Jeanne L long, 2010).
2.1.6 Aspek-Aspek dalam Kebersihan saat Menstruasi
Menejemen menstruasi mengacu pada cara perempuan tetap bersih
dan sehat saat periode menstruasi, dalam MHM juga membahas
bagaimana perempuan memperoleh, menggunakan, dan membuang
pembalut, fasilitas, pendidikan, akses bimbingan dan konseling, serta
batasan-batasan dari mitos budaya (Wash United, 2016).
Pertama, terkait bahan perlindungan yang digunakan saat
menstruasi, jenis bahan perlindungan saat menstruasi tergantung pada
budaya, lingkungan, biaya dan akses yang dimiliki. Berikut adalah
beberapa sanitary protection yang sering diginakan saat menstruasi
diantaranya :
10
Tabel 2.1 Sanitary Pad
11
Adapun yang dimaksud dengan sanitasi ramah perempuan
berdasarkan WEDC Guide yaitu fasilitas sanitasi yang user-friendly bagi
perempuan, kriterianya antara lain, bangunan antara kakus dan kamar
mandi menjadi satu, ada sekat pada tiap bilik di setiap blok, bilik yang
digunakan untuk mandi memiliki lantai yang miring dengan lubang
drainase untuk limbah, tersedianya bilik yang memiliki kloset untuk buang
air besar, toilet terbuat dari tembok yang tinggi dan dari bahan yang kuat,
tiap bilik memiliki kunci untuk privasi, ada tempat penampungan dan
saluran untuk air limbah, memiliki insenerator di luar, memiliki
pencahayaan yang cukup dan memiliki ventilasi yang baik, tersedia
cermin, terjamin kebersihan dan pemeliharaannya, memiliki sumber daya
yang mendukung seperti sabun, kertas toilet, lubang jamban dengan
kapasitas yang besar dengan mempertimbangkan banyaknya limbah yang
akan disimpan di dalamnya. Untuk sekolah dengan asrama juga harus
disediakan ruang untuk mencuci pembalut serta tempat pengeringan yang
bisa terkena matahari secara langsung (WEDC, 2014).
12
2.1.7 Penyakit terkait Kebersihan saat Menstruasi
Risiko infeksi penyakit menular lebih tinggi pada saat menstruasi
dikarenakan pada saat menstruasi ditemukan lendir di permukaan serviks
dan rahim dalam keadaan terbuka. Dalam keadaan ini memungkinkan
bakteri masuk ke dalam rahim dan rongga panggul. Pada saat menstruasi
PH vagina kurang asam sehingga memungkinkan tumbuhnya jamur
(candidiasis).
Beberapa praktik tertentu seperti menggunakan kain dan
memasukannya kedalam vagina dapat mendukung pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi. Penggunaan pembalut dengan cara menggulung dan
memasukkannya kedalam vagina juga dapat meningkatkan risiko.
Sementara daunching (memaksa cairan kedalam vagina) dapat
mengganggu keseimbangan flora normal dalam vagina dan meningkatkan
risiko infeksi. Menyeka dari belakang ke depan juga dapat menyebabkan
kontaminasi vagina dengan bakteri anal berbahaya seperti Escherichia coli
(E.coli). Risiko infeksi akibat penyakit HIV dan hepatitis juga meningkat
pada saat berhubungan saat menstruasi dikarenakan konsentrasi HIV lebih
banyak ditemukan dalam darah daripada semen dan sekresi vagina (Sarah
House et al., 2012).
Selain itu, juga dapat mengakibatkan Toxic Shock Syndrome (TSS)
yang merupakan penyakit jarang namun serius dan kadang fatal. TSS
disebabkan toksin yang dihasilkan oleh strain bakteri Staphylococcus
aureus yang menyerang orang yang tidak memiliki antibodi TSS.Tanda
TSS antara lain demam tinggi akut (850C/100.40F), ruam, deskuamasi
kulit, hipotensi, pusing, pingsan, myalgia, disorientasi serta gejala
gastrointestinal (Sarah House et al., 2012).
13
Keputihan juga dapat timbul karena pengaruh praktik kebersihan
yang buruk. Keputihan ditandai dengan munculnya lendir berwarna putih
atau kekuningan saat kering disertai munculnya rasa gatal, jumlah yang
banyak, warna putih dan kental, abu-abu/putih, kuning/hijau dan bau.
Kebersihan saat menstruasi dalam teori mungkin berkontribusi terhadap
inveksi bakteri seperti bakterial vaginosis. Tapi belum dipastikan bahwa
praktik kebersihan menstruasi yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko
infeksi saluran reproduksi pada kelompok populasi yang berbeda. Sebuah
studi di gambia menemukan bahwa vaginosis tidak terkait dengan praktik
kebersihan saat menstruasi (daunching vagina, dan khitan perempuan)
(Sarah House et al., 2012).
14
BAB III
A. Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu memahami tentang menjaga kebersihan saat menstruasi, dan
dapat memahami cara membersihkan pembalut dan membuangnya ketempat yang
benar sesuai petunjuk dari unicef.
B. Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dari leaflet dan
diskusi tanya jawab
C. Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet
D. Sasaran
Peserta remaja binaan di desa Babalan daerah Gabus, Pati, Jawa Tengah
E. Waktu
Penyuluhan tentang menjaga kebersihan saat menstruasi dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Minggu, 2 februari 2020
2. Jam : 15.30-16.30
F. Tempat
15
G. Kegiatan
Langkahlangka Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
Waktu
h Masyarakat
1. Pendahuluan 5 menit 1. Menyampaikan 1. Membalas
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dengan
3. Menjelaskan seksama
tujuan 3. Memberikan
4. Menyampaikan respon
estimasi waktu 4. Berpartisipasi
5. Menggali aktif
persepsi
masyarakat
terkait jenis
pembalut dan
cara pembuangan
pembalut
2. Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan 1.Mendengarkan
materi tentang : dengan seksama
a. Definisi 2. Memberikan
menstruasi respon interaktif
b. Siklus
menstruasi
c. Aspek
kebersihan
dalam
menstruasi
d. Penyakit terkait
kebersihan saat
menstruasi
16
3. Penutup 5 menit 1. Memberikan 1. Mengajukan
kesempatan pertanyaan
untuk bertanya 2. Berperan aktif
2. Melakukan 3.Mendengarkan
evaluasi dengan seksama
dengan
mengajukan
pertanyaan
terkait bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pembalut sekali pakai bekas tidak perlu dicuci. Karena tidak higienis saat
tangan kita bersentuhan dengan darah dan mencucinya akan memerlukan
banyak air. Juga, tidak semua sekolah tersedia air yang cukup.
2. Jangan dikubur di dalam tanah. Karena pembalut sekali pakai tidak dapat
terurai dengan tanah, menguburnya sembarang tempat akan mencemari
lingkungan.
3. Edukasi terkait menjaga kebersihan saat menstruasi pada remaja wanita
mampu memberikan wawasan kepada remaja yang sedang baliq (dewasa)
terkait penyakit yang ditumbulkan jika tidak menjaga kebersihan saat
menstruasi dan cara membuang pembalut yang baik sesuai pandan unicef.
4.2. Saran
18
DAFTAR PUSTKA
19
Sarah House, Therese Mahon, Sue Cavill, 2012. Menstrual Hygiene Matters
A resource for Improfing Menstrual Hygiene around the World,
Menstrual Hygiene Matters A Resource for Improfing Menstrual
Hygiene around the World.
Sari I.D. 2011. Pengetahuan Remaja Putri tentang Kebersihan Alat Kelamin Saat
Menstruasi di SMA Al-Washliyah 3 Medan [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2009.Wardhani EH, Bilana A. Remaja Puber Remaja
Super. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Taufan Nugroho, 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Ten V.T.A. 2007. Menstrual Hygiene: A Neglected Condition For The
Achievement of Several MDGs. Zoetermeer: EEPA (Europe External
Policy Advisors).
Uzochukwu U.A. 2009. The Impact of Premenarcheal Training on Menstrual
Practices and Hygiene of Nigerian School Gir. Pan Afrika Medical
Journal.
Wash United, 2016. Menstrual Hygiene Management.
WEDC, 2014. Menstrual Hygiene Management for Schoolgirls.
20
DOKUMENTASI
21
LEAFLET
22
23
24
25
26
27
28
ABSENSI KEHADIRAN PESERTA PENYULUHAN
29
30
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Mengetahui
Pembimbing
31