Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI SAAT
MENSTRUASI PADA REMAJA BINAAN DESA BABALAN
KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

Disusun oleh :

dr. Arif Patriana

Pendamping :

Dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE NOVEMBER 2019 – MARET 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
LEMBAR PENGESAHAN

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI SAAT
MENSTRUASI PADA REMAJA BINAAN DESA BABALAN
KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

Pati, Maret 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Arif Patriana

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

PRAKATA...............................................................................................................v

BAB I........................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................1

1.2. Permasalahan.................................................................................................3

1.3. Tujuan............................................................................................................3

1.3.1. Tujuan Umum........................................................................................3

1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................................3

1.4. Manfaat..........................................................................................................4

1.4.1. Manfaat Teoritis.....................................................................................4

1.4.2. Manfaat Praktis………………………………………………….


……..4
BAB II......................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5

2.1 Praktik Kebersihan saat Menstruasi...............................................................5

2.1.1 Definisi dan Proses Menstruasi...............................................................5

2.1.2 Siklus Menstruasi....................................................................................6

2.1.3 Gangguan Menstruasi..............................................................................7

2.1.4 Keadaan Patologis terkait Menstruasi.....................................................7

2.1.5 Batasan-Batasan terkait Menstruasi.........................................................8

2.1.6 Aspek-Aspek dalam Kebersihan saat Menstruasi..................................10

2.1.7 Penyakit terkait Kebersihan saat Menstruasi........................................13

iii
BAB III...................................................................................................................15

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI...........................................15

A. Tujuan............................................................................................................15

B. Metode...........................................................................................................15

E. Waktu.............................................................................................................15

F. Tempat............................................................................................................15

G. Kegiatan.........................................................................................................16

H. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan.....................................................................17

BAB IV...................................................................................................................18

PENUTUP..............................................................................................................18

4.1. Kesimpulan..............................................................................................18

4.2. Saran........................................................................................................18

DAFTAR PUSTKA................................................................................................19

LEAFLET...............................................................................................................22

ABSENSI KEHADIRAN PESERTA PENYULUHAN........................................29

FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO....................................30

iv
PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah salah satu
persyaratan dalam menempuh program dokter internsip di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten pati.
Pada kesembpatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Pamuji Djoko Widodo selaku kepala Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati .
2. dr. M. Wahib Hasyim selaku pembimbing di Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati.
3. Para remaja binaan desa Babalan pukesmas gabus 1
4. Semua rekan dokter internsip dan pegawai Pukesmas Gabus 1
Kabupaten Pati periode November 2019 – Maret 2020 yang telah
banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat membatu
penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya
dibidang kesehatan masyarakat.
Wassalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.

Pati, Maret 2020


Dokter Internsip

dr. Arif patriana

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menstruasi/haid adalah keluarnya darah dari kemaluan. Saat menstruasi,


pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, di daerah yang cukup
panas membuat tubuh berkeringat, keringat ini meningkatkan kadar kelembaban
tubuh, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat.
Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu
sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi (Sari I.D 2011). Menjaga
kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan
organ kewanita (Ten V.T.A, 2007). Masalah kebersihan yang terkait dengan
menstruasi umumnya lebih parah terjadi di negara-negara berkembang. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kurangnya kebersihan
pada saat menstruasi banyak terjadi pada negara di Afrika dan Asia (Uzochukwu
U.A, 2007).
Sampai saat ini fenomena praktik hygiene menstruasi pada remaja masih
tergolong rendah. Hal tersebut terjadi karena banyak masyarakat yang masih
menganggap bahwa menstruasi adalah hal yang sangat pribadi dan jarang dibahas
di depan umun atau diajarkan secara terbuka (Dhingra, al e, 2009). Praktik
hygiene saat menstruasi yang buruk dapat meningkatkan kerentanan terjadinya
infeksi saluran reproduksi dan dapat timbul penyakit berkaitan dengan infeksi alat
reproduksi, seperti candidiasis, vaginitis, trichomoniasis, leukorea, pedikulosis,
dan toxic syok syndrome (TSS). Penggunaan kain bekas yang tidak tepat sebagai
bahan penyerap yang digunakan saat menstruasi juga memengaruhi infeksi pada
alat reproduksi wanita (Ariyani I, 2009).

1
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Konsekuensi dari peningkatan industrialisasi dan pencemaran lingkungan adalah
peningkatan penggunaan bahan kimia sintetis dan paparan berulang untuk
senyawa berbahaya di tempat kerja dan di rumah berakibat buruk pada kesehatan
reproduksi. Senyawa biohazardous, beberapa di antaranya mengganggu endokrin,
semakin terlibat dalam meningkatkan infertilitas, ketidakteraturan menstruasi,
aborsi spontan, cacat lahir, endometriosis, dan kanker payudara. Dalam beberapa
kasus, perempuan berada pada risiko yang lebih besar dari pria, terutama dengan
meningkatnya estrogen lingkungan. Hanya sebagian kecil dari bahan kimia ini
telah diperiksa tingkat toksinitasnya dan efek sinergis dari berbagai paparan dari
zat berbahaya. Oleh sebab itu, muncul suatu kebutuhan untuk kesadaran yang
lebih besar dan kewaspadaan terhadap efek pencemaran lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2010, 63 juta remaja di Negara
Indonesia berisiko melakukan perilaku yang tidak sehat. Misal, kurangnya
tindakan merawat kebersihan organ reproduksi ketika mengalami menstruasi.
Angka insiden penyakit infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pada remaja
(10–18 tahun), yaitu 35 sampai 42 persen serta dewasa muda (18–22 tahun)
sebesar 27 hingga 33 persen. Rahmatika (2010) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa faktor pemicu kasus ISR antara lain imunitas yang rendah
sejumlah 10 persen, perilaku kurang dalam merawat hygiene ketika menstruasi
sejumlah 30 persen, lingkungan buruk dan tata cara dalam penggunaan pembalut
yang kurang tepat ketika menstruasi sejumlah 50 persen. Pemaparan tersebut juga
diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyani tahun 2009 terkait
dengan biopsikososial hygiene saat menstruasi pada siswi SMP di ibukota Jakarta
menekankan bahwa remaja putri yang mempunyai perilaku baik dalam perawatan
hygiene genetalia ketika mendapati dirinya menstruasi hanya 17,4 persen.
Sisanya, yaitu sejumlah 82,6 persen memiliki perilaku yang kurang dalam
menjaga kebersihan alat genetalia ketika menstruasi.

2
Informasi tentang menstruasi dan praktik hygiene menstruasi sangat
penting bagi seorang remaja putri. Anak perempuan yang tidak diajari untuk
menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu
dan dapat menganggap bahwa hal tersebut adalah kotor sampai masa dewasa
(Hasan, 2010). Banyak cara yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
informasi tentang menstruasi dan praktik hygiene pada saat menstruasi, salah
satunya media massa. Adanya informasi yang diperoleh dari media massa maka
sangat memengaruhi praktik hygiene menstruasi. Maka diperlukan edukasi terkait
cara pembuangan pembalut dengan benar pada usia remaja di gabus pada program
pukesmas kesehatan reproduksi remaja dalam menjaga upaya kesehatan
lingkungan.
1.2. Permasalahan

Sebagian remaja wanita memiliki pengetahuan yang kurang mengenai cara


menjaga kebersihan saat menstruasi, terutama masalah pembuangan pembalut
yang berdampak buruk untuk lingkungan.

1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan tentang cara menjaga kebersihan saat


menstruasu, dan tata cara membuang pembalut sesuai petunjuk dari unicef.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan cara menjaga kebersihan saat


menstruasi.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaiamana
cara membuang pembalut yang baik, dan tidak mengotori lingkungan
c. Memberikan edukasi pada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan
dengan cara membuang sampah yang tepat.

3
1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Penyuluhan ini diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran


khususnya mengenai menjaga kebersihan pada wanita remaja menstruasi
dan cara membuang pembalut dengan benar.

1.4.2. Manfaat Praktis

i. Bagi Puskesmas
a. Membantu pengembangan program upaya kesehatan lingkungan
masyarakat dalam mengedukasi warga Gabus terkait menjaga kebersihan
pada wanita menstruasi dan cara membuang sampah pembalut yang
benar sesuai panduan unicef
ii. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai menjaga kebersihan
wanita saat menstruasi.
b. Membantu masyarakat mengenali bagaimana cara membuang pembalut
dengan benar sesuai panduan dari unicef, dan dampak apa saja yang
berhubungan dengan kesehatan saat menstruasi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Praktik Kebersihan saat Menstruasi

Menstruasi merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita,


namun pada kenyataannya menimbulkan dampak biologis, fisiologis,
maupun sosial utamanya pada perempuan yang baru mengalamai
menstruasi.
2.1.1 Definisi dan Proses Menstruasi
Menstruasi merupakan peristiwa luruhnya endometrium (dinding
rahim) bersama dengan ovum (sel telur) yang tidak dibuahi (Hanifah,
2012). Dalam pengertian lain juga didefinisikan sebagai pengalaman yang
biasa dialami oleh sebagian besar wanita yang tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal untuk mencegah atau mengontrol perdarahan,
selama wanita tersebut tidak hamil dan berada pada fase produktif. Wanita
yang sudah menstruasi menandakan bahwa tubuhnya sudah siap untuk
hamil (Newton, 2016).
Menstruasi terjadi karena pengaruh stimulasi endometrial yang
mempengaruhi kadar esretogen (Kotdawala, 2004), serta melibatkan
mekanisme kompleks yang meliputi pematangan aksis
hipotalamushipofisis-ovarium untuk memproduksi ovum yang sudah
matang sehingga dapat menunjang pertumbuhan zigot jika terjadi
pembuahan (Linda, 2005).
Proses menstruasi diawali dari fase folikuler yang terjadi pada hari
pertama menstruasi atau terlepasnya endometrium. Folicle Stimulating
Hormone (FSH) merangsang pertumbuhan folikel primordial yang ada
pada ovarium. Hanya ada satu folikel yang terus berkembang menjadi
Folicle de Graaf, sementara yang lain berdegenerasi. Pertumbuhan dan
perkembangan folikel primer dirangsang oleh FSH. Folikel de graaf yang
matang, menghasilkan hormon esterogen yang merangsang keluarnya LH
dari hipofisis (Kusmiran, 2012).

5
Esterogen akan memicu perbaikan endometrium yang mengalami
peluruhan. Esterogen juga bekerja untuk menghambat pembentukan FSH
dan menstimulus hipofisis untuk menghasilkan LH yang berfungsi untuk
merangsang folikel de graaf yang masak untuk ovulasi. LH merangsang
folikel yang kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum).
Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah
untuk mempersiapkan embrio. Periode ini disebut fase luteal. Progesteron
yang dihasilkan juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH,
akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang.
Dengan terhentinya produksi progesteron akan menghentikan
suplai nutrisi ke endometrium akibatnya endometrium akan mengering
(Eny, 2012). Ketika pembuahan tidak terjadi maka endometrium akan
menjadi iskemik, arteri spiralis yang menyusupi lapisan ini berkontraksi
secara bertahap sehingga seluruh area selaput lendir pada endometrium
akan mati. Pada waktu yang sama terjadi pelebaran pembuluh darah dan
terjadilah menstruasi (Johannes & Drecoll, 2008), karena terjadi
perdarahan dan kontraksi di rahim, maka apabila terjadi kram merupakan
proses yang normal (Jacquelyn & L long, 2010).

2.1.2 Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan waktu dari hari pertama mengalami
menstruasi sampai pada hari pertama di periode selanjutnya. Sedangkan
lamanya siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari. Namun adapula yang
lebih pendek yaitu 25 hari, atau justru lebih panjang sampai 35 hari.
Seorang semaja mulai menstruasi pada umur 10 sampai 12 tahun dan akan
berakhir pada fase menapouse yaitu pada kisaran umur 50-55 tahun
(Choices, 2017).
Setiap siklus menstruasi dimulai dari pertumbuhan beberapa sel
telur di ovarium, setelah 2 sampai 3 minggu, satu atau lebih sel telur akan
mengalami pematangan. Sel telur tersebut akan dibebaskan dari ovarium

6
kedalam tuba fallopii, dan memungkinkan terjadi pembuahan apabila ada
sperma yang membuahi, jika tidak sel telur akan mati (CDC, 2015).

2.1.3 Gangguan Menstruasi


Terdapat beberapa gangguan gangguan yang sering dialami oleh
wanita yang terjadi saat menstruasi diantaranya terkait dengan gangguan
jumlah darah selama menstruasi dan kelainan siklus (Manuaba, 2009).
Pertama, gangguan jumlah darah dan lamanya menstruasi antara
lain Hipermenorea (menoragia) yaitu gangguan yang ditandai dengan
banyaknya jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi. Penyebabnya
kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip
endometrium, atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim).
Adapun kondisi sebaliknya disebut hipomenorea yang ditandai dengan
jumlah darah yang digunakan sangat sedikit. Adapun penyebabnya, antara
lain karena kekurangan gizi, atau kelainan penyakit tertentu dll (Manuaba,
2009).
Kedua, siklus menstruasi yang tidak normal, misalnya polimenorea
yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal, oligomenorea yaitu
jumlah siklus menstruasi melebihi 35 hari, serta Amenorea (Manuaba,
2009). Amenore dibedakan menjadi amenore primer ketika seorang wanita
belum pernah mendapat menstruasi pada usia 18 tahun atau lebih.
Amenore sekunder ketika hilangnya menstruasi setelah pernah
mengalaminya, sedangkan amenore fisiologis didapatkan saat sebelum
pubertas, dalam kehamilan, masa laktasi, serta menopause (Taufan, 2012).

2.1.4 Keadaan Patologis terkait Menstruasi


Terdapat beberapa keadaan patologis terkait menstruasi, misalnya
mastodinia (mastalgia) yaitu rasa pembengkakan dan pembesaran pada
payudara sebelum menstruasi, mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi) serta
dismenore (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid
dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan
dalam tugas sehari-hari. Dismenorea ada dua jenis yaitu primer dan

7
sekunder. Dismenorea primer terjadi tidak karena ada kelainan anatomis
pada alat kelamin, sementara dismenorea sekunder terjadi karena kelainan
anatomis yang jelas misalnya haid yang disertai dengan infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD
atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )(Taufan Nugroho, 2012).

2.1.5 Batasan-Batasan terkait Menstruasi


Batasan terkait dengan menstruasi antara lain batasan terkait
makanan, kebiasaan, dan sosial (Burnet Institute, 2015). Di ranah sosial
misalnya, seorang wanita harus tidur di tempat yang terpisah, menghindari
interaksi dengan laki-laki, memasak, mengambil air, menyapu, atau
melakukan pekerjaan rumah tangga, berjalan dengan bebas, melintasi
kebun dimana menjadi tempat tumbuh tanaman tertentu seperti labu dan
kacang tanah, melintasi daerah (yang ada sapi hamil di dalamnya) dll
(WEDC, 2014).
Di India juga masih ada anggapan bahwa wanita haid hukumnya
tidak bersih, barang yang disentuh oleh wanita yang haid akan menerima
kutukan, hasil panen akan busuk, sapi yang hamil akan keguguran, dan
ketika menggunakan sumur yang terbuka maka akan kering. Wanita harus
menyembunyikan pembalutnya, karena orang yang melihat kain yang
terkena darah menstruasi akan terkutuk (WEDC, 2014).
Adapun batasan dalam aktivitas sehari-hari pada remaja di
Indonesia antara lain, tidak boleh membasuh rambut, memotong kuku dan
rambut, berjemur, mengeringkan celana dalam di luar rumah, berenang,
mandi dengan telanjang, memasuki toilet laki-laki, tidur siang, basah
dengan air hujan, dan keluar pada malam hari (Burnet Institute, 2015).
Selain itu terdapat anggapan bahwa darah menstruasi merupakan darah
kotor (Anwar, 2008), di sebagian area pedesaan juga masih ada anggapan
bahwa pemakaian pembalut dapat menyebabkan kanker (Hanifah, 2012).
Terkait dengan larangan terhadap makanan atau minuman tertentu,
misalnya ada larangan mengkonsumsi es, air kelapa, makanan dan
minuman yang manis, nanas, mentimun, makanan yang berminyak,

8
gorengan, ikan yang masak, ikan asin, air yang tidak dimasak, makanan
pedas, soda, makanan dan minuman masam, daging, alkohol, telur, kacang
dan kecambahnya, makanan asin, dan tidak diperbolehkan memasak nasi
(Burnet Institute, 2015).
Batasan tertentu juga ada dalam agama, misalnya beberapa Kuil
Budha melarang wanita menstruasi untuk memasukinya. Dalam Agama
Kristen, Alkitab perjanjian lama menunjukan bahwa wanita yang sedang
menstruasi tidak suci, sehingga sesuatu yang disentuh akan menjadi najis,
ketika seorang laki-laki menyentuh tempat tidur wanita yang menstruasi
menjadi tidak bersih dan harus mandi. Sebagian Kristen Ortodoks Rusia
juga menganggap menstruasi sebagai hal yang tabu, wanita menstruasi
harus dipisahkan dan tidak diizinkan menghadiri layanan gereja atau
berinteraksi dengan laki-laki. Sementara Kristen Koptik tidak mengizinkan
wanita masuk gereja atau mencium ikon agama. Dalam Agama Hindu,
ekskresi dari tubuh dianggap polusi.
Terlepas dari kasta yang dimiliki, perempuan dianggap kotor saat
mengalami menstruasi dan persalinan sehingga harus dihindari. Dalam
kasta tertentu tidak memperbolehkan wanita yang menstruasi untuk
mencuci rambut selama tiga hari pertama, sementara di kasta lain sampai
tujuh hari, tidak diperbolehkan mengunjungi anak yang baru lahir sampai
berumur 40 hari, dan tidak diperbolehkan mengikuti upacara keagamaan.
Dalam Agama Islam,yang merupakan agama yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia juga terdapat larangan-larangan bagi wanita
yang menstruasi (Sarah House et al., 2012).
Al-Ghozy dalam Fathul Qorib mengungkapkan bahwa
dikharamkan bagi wanita yang sedang menstruasi 8 perkara, yaitu sholat
(baik fardhu atau sunnah demikian pula sujud syukur dan syujud tilawah),
puasa (baik fardu maupun sunnah), membaca Al-Qur’an, menyentuh
mushaf Al-Qur’an, dan membawanya, memasuki masjid, thowaf
(mengelilingi ka’bah baik fardhu maupun sunnah), bersetubuh, dan
istimta’ (merangsang anggota tubuh diantara pusar dan lutut) (782).

9
Setelah seorang wanita selesai menstruasi harus melakukan mandi setelah
itu diperbelohkan melakukan kewajiban agamanya kembali (Sarah House
et al., 2012).
Hampir di setiap negara terjadi peningkatan jumlah anak
perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di
Sekolah Dasar (SD), namun menstruasi masih menjadi salah satu faktor
yang mengakibatkan ketidakhadiran siswi di sekolah. Remaja yang berada
di sekolah mungkin menghadapi lingkungan fisik dan sosial yang tidak
mendukung misalnya tidak ada air yang cukup, hygiene dan sanitasi yang
buruk, bahkan intimidasi atau godaan, akibatnya remaja perempuan akan
berhenti berpartisipasi dalam kelas, mengisolasi diri, atau dikucilkan oleh
temannya (Jacquelyn and Jeanne L long, 2010).
2.1.6 Aspek-Aspek dalam Kebersihan saat Menstruasi
Menejemen menstruasi mengacu pada cara perempuan tetap bersih
dan sehat saat periode menstruasi, dalam MHM juga membahas
bagaimana perempuan memperoleh, menggunakan, dan membuang
pembalut, fasilitas, pendidikan, akses bimbingan dan konseling, serta
batasan-batasan dari mitos budaya (Wash United, 2016).
Pertama, terkait bahan perlindungan yang digunakan saat
menstruasi, jenis bahan perlindungan saat menstruasi tergantung pada
budaya, lingkungan, biaya dan akses yang dimiliki. Berikut adalah
beberapa sanitary protection yang sering diginakan saat menstruasi
diantaranya :

10
Tabel 2.1 Sanitary Pad

Sanitary Protection Keuntungan Kekurangan


Potongan kain Mudah didapat Jika tidak dibersihkan dengan baik dapat menjadi tidak higinis
Dapat digunakan kembali Pengguna membutuhkan tempat privat, dengan suplai air dan sabun untuk
mencuci serta tempat mengeringkan

Kertas toilet atau Mudah didapatkan Tidak kuat, mahal


tissue
Cocok dan nyaman digunakan Tidak cocok untuk beberapa konteks
Tampon Harga lebih mahal
Tidak ramah lingkungan
Be berapa budaya tidak memperbolehkan
Membutuhkan air sabun untuk membasuh tangan sebelum memasukan ke
vagina
Mudah didapatkan Tidak ramah lingkungan
Disposable sanitary Beberapa memiliki sayap yang mencegah Lebih mahal Han ya untuk sekali pakai
pad ( pembalut sekali bocor
pakai)
Digunakan berulang Tidak sesuai dengan beberapa budaya
Menstrual cup Hanya perlu dikosongkan, dicuci dan Membutuhkan air sabun untuk membasuh tangan sebelum memasukan ke
dikeringkan vagina
Mahal
Digunakan sbg tempa t sanitary product Keterbatasan biaya
Celana dalam ( pembalut ) Elastis sehingga dapat digunakan dengan cepat
Baik untuk memeliharaare vagina tetap bersih
Sumber : (Sarah House et al., 2012) , (SSWM, 2016)

11
Adapun yang dimaksud dengan sanitasi ramah perempuan
berdasarkan WEDC Guide yaitu fasilitas sanitasi yang user-friendly bagi
perempuan, kriterianya antara lain, bangunan antara kakus dan kamar
mandi menjadi satu, ada sekat pada tiap bilik di setiap blok, bilik yang
digunakan untuk mandi memiliki lantai yang miring dengan lubang
drainase untuk limbah, tersedianya bilik yang memiliki kloset untuk buang
air besar, toilet terbuat dari tembok yang tinggi dan dari bahan yang kuat,
tiap bilik memiliki kunci untuk privasi, ada tempat penampungan dan
saluran untuk air limbah, memiliki insenerator di luar, memiliki
pencahayaan yang cukup dan memiliki ventilasi yang baik, tersedia
cermin, terjamin kebersihan dan pemeliharaannya, memiliki sumber daya
yang mendukung seperti sabun, kertas toilet, lubang jamban dengan
kapasitas yang besar dengan mempertimbangkan banyaknya limbah yang
akan disimpan di dalamnya. Untuk sekolah dengan asrama juga harus
disediakan ruang untuk mencuci pembalut serta tempat pengeringan yang
bisa terkena matahari secara langsung (WEDC, 2014).

Terkait praktik kebersihan, saat menstruasi ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan, antara lain menjaga kebersihan dengan mandi 2 kali
menggunakan sabun mandi biasa, menggunakan pembalut yang aman
yaitu yang tidak mengandung gel karena gel dapat menyebabkan iritasi,
membeli pembalut dalam keadaan tertutup, mengganti pembalut 4 jam
sekali, menggunakan air mengalir untuk membersihkan area kewanitaan,
membersihkan vagina mulai dari depan lalu ke belakang, menggunakan air
dengan sabun yang lembut di daerah vagina, tidak menyemprotkan sabun
ke vagina karena dapat menggangggu pertahanan setempat bahkan dapat
menyebabkan iritasi dan alergi. Sebelum membuang pembalut terlebih
daulu dicuci sampai bersih dan membungkusnya dengan kertas/plastik dan
membuangnya di tempat sampah. Untuk pembalut kain sebaiknya
direndam di air hangat dengan detergen di ember tertutup sebelum
mencucinya agar kuman dan bakterinya hilang (Hanifah & Utami, 2012).

12
2.1.7 Penyakit terkait Kebersihan saat Menstruasi
Risiko infeksi penyakit menular lebih tinggi pada saat menstruasi
dikarenakan pada saat menstruasi ditemukan lendir di permukaan serviks
dan rahim dalam keadaan terbuka. Dalam keadaan ini memungkinkan
bakteri masuk ke dalam rahim dan rongga panggul. Pada saat menstruasi
PH vagina kurang asam sehingga memungkinkan tumbuhnya jamur
(candidiasis).
Beberapa praktik tertentu seperti menggunakan kain dan
memasukannya kedalam vagina dapat mendukung pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi. Penggunaan pembalut dengan cara menggulung dan
memasukkannya kedalam vagina juga dapat meningkatkan risiko.
Sementara daunching (memaksa cairan kedalam vagina) dapat
mengganggu keseimbangan flora normal dalam vagina dan meningkatkan
risiko infeksi. Menyeka dari belakang ke depan juga dapat menyebabkan
kontaminasi vagina dengan bakteri anal berbahaya seperti Escherichia coli
(E.coli). Risiko infeksi akibat penyakit HIV dan hepatitis juga meningkat
pada saat berhubungan saat menstruasi dikarenakan konsentrasi HIV lebih
banyak ditemukan dalam darah daripada semen dan sekresi vagina (Sarah
House et al., 2012).
Selain itu, juga dapat mengakibatkan Toxic Shock Syndrome (TSS)
yang merupakan penyakit jarang namun serius dan kadang fatal. TSS
disebabkan toksin yang dihasilkan oleh strain bakteri Staphylococcus
aureus yang menyerang orang yang tidak memiliki antibodi TSS.Tanda
TSS antara lain demam tinggi akut (850C/100.40F), ruam, deskuamasi
kulit, hipotensi, pusing, pingsan, myalgia, disorientasi serta gejala
gastrointestinal (Sarah House et al., 2012).

13
Keputihan juga dapat timbul karena pengaruh praktik kebersihan
yang buruk. Keputihan ditandai dengan munculnya lendir berwarna putih
atau kekuningan saat kering disertai munculnya rasa gatal, jumlah yang
banyak, warna putih dan kental, abu-abu/putih, kuning/hijau dan bau.
Kebersihan saat menstruasi dalam teori mungkin berkontribusi terhadap
inveksi bakteri seperti bakterial vaginosis. Tapi belum dipastikan bahwa
praktik kebersihan menstruasi yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko
infeksi saluran reproduksi pada kelompok populasi yang berbeda. Sebuah
studi di gambia menemukan bahwa vaginosis tidak terkait dengan praktik
kebersihan saat menstruasi (daunching vagina, dan khitan perempuan)
(Sarah House et al., 2012).

14
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI

A. Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu memahami tentang menjaga kebersihan saat menstruasi, dan
dapat memahami cara membersihkan pembalut dan membuangnya ketempat yang
benar sesuai petunjuk dari unicef.
B. Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dari leaflet dan
diskusi tanya jawab
C. Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet
D. Sasaran
Peserta remaja binaan di desa Babalan daerah Gabus, Pati, Jawa Tengah
E. Waktu
Penyuluhan tentang menjaga kebersihan saat menstruasi dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Minggu, 2 februari 2020
2. Jam : 15.30-16.30

F. Tempat

Penyuluhan dilaksanakan di Gedung serbaguna desa Babalan, dengan


setting tempat penyuluhan:

15
G. Kegiatan
Langkahlangka Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
Waktu
h Masyarakat
1. Pendahuluan 5 menit 1. Menyampaikan 1. Membalas
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dengan
3. Menjelaskan seksama
tujuan 3. Memberikan
4. Menyampaikan respon
estimasi waktu 4. Berpartisipasi
5. Menggali aktif
persepsi
masyarakat
terkait jenis
pembalut dan
cara pembuangan
pembalut
2. Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan 1.Mendengarkan
materi tentang : dengan seksama
a. Definisi 2. Memberikan
menstruasi respon interaktif
b. Siklus
menstruasi
c. Aspek
kebersihan
dalam
menstruasi
d. Penyakit terkait
kebersihan saat
menstruasi

16
3. Penutup 5 menit 1. Memberikan 1. Mengajukan
kesempatan pertanyaan
untuk bertanya 2. Berperan aktif
2. Melakukan 3.Mendengarkan
evaluasi dengan seksama
dengan
mengajukan
pertanyaan
terkait bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan

H. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan


1. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta berperan aktif dan interaktif selama jalannya penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
a. Bentuk : Tanya – Jawab
b. Jumlah : 3 pertanyaan
• Apa yang dimaksud dengan menstruasi ?
• Apa penyakit yang dapat timbul ?
• Bagaimana cara membuang pembalut dengan benar sesuai
panduan unicef?
3. Hasil : Peserta mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Pembalut sekali pakai bekas tidak perlu dicuci. Karena tidak higienis saat
tangan kita bersentuhan dengan darah dan mencucinya akan memerlukan
banyak air. Juga, tidak semua sekolah tersedia air yang cukup.
2. Jangan dikubur di dalam tanah. Karena pembalut sekali pakai tidak dapat
terurai dengan tanah, menguburnya sembarang tempat akan mencemari
lingkungan.
3. Edukasi terkait menjaga kebersihan saat menstruasi pada remaja wanita
mampu memberikan wawasan kepada remaja yang sedang baliq (dewasa)
terkait penyakit yang ditumbulkan jika tidak menjaga kebersihan saat
menstruasi dan cara membuang pembalut yang baik sesuai pandan unicef.

4.2. Saran

1. Diperlukannya peran aktif tenaga kesehatan maupun kader desa dalam


edukasi para remaja terkait menjaga kebersihan saat menstruasi.
2. Tenaga kesehatan dan kader desa secara kontinyu memberikan penyuluhan
yang sifatnya mengingatkan terkait cara membuang pembalut yang benar
menurut panduan unicef.
3. Perlu ditingkatkannya kualitas pelayanan UKM Puskesmas dalam
mengedukasi kesehatan remaja mengenai tanda tanda penyakit yang
timbul dari kesehatan saat menstruasi.

18
DAFTAR PUSTKA

Ariyani I. 2009. Aspek Biopsikososial Hygiene Menstruasi Pada Remaja di


Pesantren Putri As-Syafi’iyah Bekasi. Depok: Universitas Indonesia.
Burnet Institute, 2015. Menstrual Hygiene Management inIndonesia
.https://www.burnet.edu.au/system/asset/file/
2034/2015_Menstrual_hygiene_management_Indonesia_FINAL_REP
ORT_February_2015_low_res.pdf.
CDC, 2015. Reproductive Health and The Workplace
https://www.cdc.gov/niosh/topics/repro/femalereproductivesystem.htm
l (accessed 1.7.17).
Choices, N.H.S., 2017. What is the menstrual cycle - Live Well - NHS Choices
http://www.nhs.uk/Livewell/menstrualcycle/Pages/Whatisthemenstrual
cyc le.aspx.
Dhingra, al e. 2009. Knowledge and Practices Related to Menstruation Among
Tribal (Gujjar) Adolescent Girl’. Etno-Med. 2009;1 (3):43- 8.
Kusmiran Eny , 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba
Medika, Jakarta.
Hanifah Laily, Utami Fita Rizki, 2012. Kespro holic Berani Menjadi Diri
Sendiri.
Mitra Inti Foundation, Jakarta.
Hasan I. 2010. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Jacquelyn, Jeanne L long, 2010. Menstrual Hygiene Management Operational
Guidlines.
Johannes W Rohen, Elke Lutjen Drecoll, 2008. Embriologi Fungsional
Linda J Heffer, 2005. Aag Sistem Reproduksi. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. EGC, Jakarta.
Newton, V.L., 2016. Everyday Discourses of Menstruation: Cultural and
Social Perspectives. Springer.
Rahmatika, D. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap tentang Personal Hygiene
Menstruasi terhadap Tindakan Personal hygiene Remaja Putri Saat
Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan. Skripsi. http:// RahmawatiD2010.pdf

19
Sarah House, Therese Mahon, Sue Cavill, 2012. Menstrual Hygiene Matters
A resource for Improfing Menstrual Hygiene around the World,
Menstrual Hygiene Matters A Resource for Improfing Menstrual
Hygiene around the World.
Sari I.D. 2011. Pengetahuan Remaja Putri tentang Kebersihan Alat Kelamin Saat
Menstruasi di SMA Al-Washliyah 3 Medan [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2009.Wardhani EH, Bilana A. Remaja Puber Remaja
Super. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Taufan Nugroho, 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Ten V.T.A. 2007. Menstrual Hygiene: A Neglected Condition For The
Achievement of Several MDGs. Zoetermeer: EEPA (Europe External
Policy Advisors).
Uzochukwu U.A. 2009. The Impact of Premenarcheal Training on Menstrual
Practices and Hygiene of Nigerian School Gir. Pan Afrika Medical
Journal.
Wash United, 2016. Menstrual Hygiene Management.
WEDC, 2014. Menstrual Hygiene Management for Schoolgirls.

20
DOKUMENTASI

21
LEAFLET

22
23
24
25
26
27
28
ABSENSI KEHADIRAN PESERTA PENYULUHAN

29
30
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Hari : Januari 2020


Pukul : 12.30 WIB – selesai
Tempat : Pukesmas Gabus 1
Presentan : dr. Arif Patriana
Judul : F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan, Penyuluhan Personal Hygiene
Remaja Putri Saat Menstruasi Pada Remaja Binaan Desa Babalan
Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati

No Nama Peserta Tanda Tangan


1 dr. M Dharmawan Hadiwidjo
2 dr. Adinda Putri W
3 dr. Efi Dian P
4 dr. Lisa Sriaji P
5 dr. Maria Goretty A H
6 dr. M Wahib Hasyim

Mengetahui
Pembimbing

dr. M Wahib Hasyim

31

Anda mungkin juga menyukai