Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM INTEGUMEN : DERMATITIS


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II

Disusun oleh :

Intan Sari : E.0105.19.018

Program Studi Diploma III Keperawatan


STIKes Budi Luhur Cimahi

2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang
menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga disertai dengan tandatanda
seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan (bening atau nanah) dan bersisik.
Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa
atau menular. menular. Tapi kondisi kondisi ini dapat membuat membuat seseorang
seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-
obatan dapat membantu mengobati penyakit membantu mengobati
penyakit dermatitis. dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, papul, vesikel, vesikel,
skuama, skuama, likenifikasi) likenifikasi) dan keluhan keluhan gatal. Dermatitis
Dermatitis cenderung cenderung residif dan cenderung kronis.
Dermatitis atau lebih atau lebih dikenal sebagai dikenal sebagai eksim
merupakan eksim merupakan penyakit kulit penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai berbagai jenis,
terutama terutama kulit yang kering, kering, umumnya umumnya berupa
pembengkakan, pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

2. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.

3. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

Pathway

Trisda, 2018.
4. MANIFESTASI KLINIS
1) Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala Untuk dermaititis kontak alergi, gejala
tidak muncu tidak muncul sebulum 24-48 jam l sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat
akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih
bahkan lecet. saat kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis g kronis
gejala di mulai dengan ejala di mulai dengan kulit yang mengering dan
sedikit meradang yang akhirnya menebal
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
di bandingan dengan bandingan dengan tipe alergi tipe alergi
2) Dermatitis Autopik Ada 3 fase klinis fase klinis Autopik y Autopik yaitu:
1) DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa
eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi
Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher,
Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa
ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita
sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
2) DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian
fleksor pergelangan pergelangan tangan, tangan, kelopak kelopak mata dan
leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis
dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan skunder.
DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh da tubuh dapat mengganggu pat
mengganggu pertumbuhan.
3) DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat
misalnya pada bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-
kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan
eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. umum DA
remaja dan dewasa berlangsung berlangsung lama kemudian kemudian
cenderung cenderung membaik membaik setelah setelah seusia 30 tahun,
jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
3) Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki kadang mun bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada
alat cul pada alat kelamin kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan
menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan
atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4) Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1
lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa,
dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau
lebih, jumlah jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
tersebar, bilateral/simetris bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi
berfariasi dar milliar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
5) Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. Bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi kulit)
f. Pembengkakakn pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di gatal di sekitar dareah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena.

5. KLASIFIKASI
1) Dermatitis Kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan
eksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
2) Dermatitis Kontak Iritan DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-
bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.
3) Dermatitis Kontak Alergik DKA ialah respons alergik yang didapat bila
berkontak dengan bahan- bahan yang bersifat bersifat sensitiser/alergen.
sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara lain adalah
beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.
4) Dermatitis Atopik Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang
sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan
eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis
alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa
udara panas, panas, dingin) dingin) dan ketegangan ketegangan (stress),
(stress), resistensi resistensi menurun menurun terhadap terhadap infeksi infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
5) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Ch Lichen Simplex
Chronicus (LSC) ronicus (LSC) Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang
berarti penebalan kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh
cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
6) Dermatitis Numularis Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri
atas eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat
predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan
bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
7) Dermatitis Statis Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah
satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan
dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di
sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di
tungkai bawah.
8) Dermatitis Autosensitisasi Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat
jauh dari fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan
langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan
dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa
ulkus.

6. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
presentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila
basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim
atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja
dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah:
a) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen
b) Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel penyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya.
c) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis
d) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. coli, Proteus dan Candida sp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan
antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
a. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
Jenis-jenisnya adalah :
a) Antihistamin
Pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-
antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
b) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari
insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat
proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLADR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
c) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1
dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit
serta menghambat ekspresi ICAM-1.
e) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.

2) Penatalaksanaan non Medis


Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan
dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Remukan halus es pada air kompres
sering kali memberikan efek antipruritus. Kompres basah biasanya membantu
membersihkan lesi ekzema yang mengeluarkan sekret. Kompres dingin untuk
mengurangi peradangan. Selain itu dengan melakukan pencegahan seperti:
a. Hindari kontak dengan iritan atau allergen. Jika anda alergi maka hindarilah
faktor pencetus alergi, seperti debu,bulu binatang
b. jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan bernanah
c. Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat
d. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
e. Jaga kelembaban kult dengan cara menghndari perubahan suhu.
f. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
g. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras

7. KOMPLIKASI
1) Infeksi, Kulit penderita dermatitis dapat mengalami kerusakan akibat
kondisinya yang kering atau terlalu sering digaruk. Lama-kelamaan, lapisan
pelindung kulit pun terkikis habis sehingga kulit semakin kering, pecah-pecah,
dan mudah terserang virus atau bakteri.
2) Neurodermatitis, Neurodermatitis merupakan komplikasi dermatitis yang
berawal dari munculnya bercak gatal pada kulit. Bercak ini lama-kelamaan
terasa semakin gatal karena kulit terlalu sering digaruk. Kulit pun tampak
menebal, memerah, dan lebih gelap dari seharusnya. Walaupun tidak berbahaya,
neurodermatitis dapat menyebabkan perubahan warna permanen dan penebalan
kulit sekalipun eksim sudah tidak aktif. Kondisi ini sering kali harus ditangani
dengan kombinasi pengobatan dan terapi psikologis.
3) Bekas luka, Kebiasaan menggaruk kulit secara terus-menerus dapat
meninggalkan bekas luka. Bekas luka yang terbentuk akan membuat permukaan
kulit tampak lebih timbul atau menimbulkan bekas luka keloid pada bagian
yang bermasalah. Jika sudah begini, Anda harus melakukan berbagai cara untuk
menghilangkan bekas luka eksim agar tidak menjadi permanen. Satu-satunya
cara mencegah pembentukan bekas luka adalah dengan tidak menggaruk kulit
ketika dermatitis kambuh.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, dll.
b. Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit
klien biasanya mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka
(terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba
kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya, seperti bisul, kudis, kurap, herpes, jerawat, dan melanola.
e. Riwayat keluarga
Dermatitis merupakan salah satu penyakit yang bisa disebabkan oleh faktor
genetik
f. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem integumen
Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan
bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit bersisik), dan likenfikasi
(penebalan kulit), turgor kulit buruk
b) Sistem muskuloskeletal
Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang mengalami lesi mengalami penurunan
fungsi otot akibat nyeri tekan.

g. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan
tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi
(alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit)


Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lainlain.
Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji
ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2
mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera
diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan
timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
1) Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
2) Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel)


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada
penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini
baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test)


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut
diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4
jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi
oleh obat-obatan.

4. Skin Test (Tes kulit)


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes
di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif
akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk
alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk
penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang
dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya
serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah
digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

h. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Dermatitis Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri ↓
DO: Meningkatnya HLA-
1. Tampak meringis DR
2. Bersikap protektif ↓
3. Gelisah IgE meningkat
4. Frekuensi nadi meningkat ↓
5. Sulit tidur Hipersensitivitas
6. Tekanan darah meningkat terhadap alergen
7. Pola napas berubah ↓
8. Nafsu makan berubah Gatal terus menerus
9. Proses berpikir terganggu ↓
10. Menarik diri Timbul lesi
11. Berfokus pada diri sendiri ↓
12. diaforesis Nyeri akut
2 DS: - Dermatitis Gangguan
DO: ↓ Integritas
1. Kerusakan jaringan dan/atau Meningkatnya HLA- Kulit/jaringan
lapisan kulit DR
2. Nyeri ↓
3. Perdarahan IgE meningkat
4. Kemerahan ↓
5. Hematoma Hipersensitivitas
terhadap alergen

Kulit kering dan gatal

Iritasi pada kulit

Gangguan integritas
kulit
3 Faktor risiko Dermatitis Risiko Infeksi
1. Penyakit kronis ↓
2. Efek prosedur invansif Meningkatnya HLA-
3. Malnutrisi DR
4. Peningkatan paparan ↓
organisme patogen lingkungan IgE meningkat
5. Ketidakadekuatan pertahanan ↓
tubuh primer Hipersensitivitas
1) Gangguan peristaltik terhadap alergen
2) Kerusakan integritas kulit ↓
3) Perubahan sekresi PH Kulit kering dan gatal
4) Penurunan kerja siliaris ↓
5) Merokok Iritasi pada kulit
6) Statis cairan tubuh ↓
6. Ketidakadekuatan pertahanan Gangguan integritas
tubuh sekunder kulit
1) Penurunan hemoglobin ↓
2) Imununosupresi Lapisan epidermis
3) Leukopenia terbuka invasi bakteri
4) Supresi respon inflamasi ↓
5) Vaksinasi tidak adekuat Pelepasan toksik
bakteri

Risiko infeksi
4 DS: Dermatitis Gangguan Citra
1. Mengungkapkan kecatatan ↓ Tubuh
2. Tidak mau mengungkapkan Meningkatnya HLA-
kecatatan DR
3. Mengungkapkan perasaan ↓
negatif tentang perubahan IgE meningkat
tubuh ↓
4. Mengungkapkan kekhawatiran Hipersensitivitas
pada penolakan/reaksi orang terhadap alergen
lain ↓
5. Mengungkapkan perubahan Kulit kering dan gatal
gaya hidup ↓
Iritasi pada kulit
DO: ↓
1. Kehilangan bagian tubuh Papul vesikel
2. Fungsi/struktur tubuh berubah ↓
3. Menyembunyikan/menunjukan Makula eritemotous
bagian tubuh secara berlebihan ↓
4. Menghindari melihat dan/atau Perubahan body image
menyentuh bagian tubuh ↓
5. Fokus berlebihan pada Malu dan tidak
perubahan tubuh percaya diri
6. Respon nonverbal pada ↓
perubahan dan persepsi tubuh Gangguan citra tubuh
7. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
8. Hubungan sosial berubah
5 DS: Dermatitis Gangguan Pola
1. Mengeluh sulit tidur ↓ Tidur
2. Mengeluh sering terjaga Meningkatnya HLA-
3. Mengeluh tidak puas tidur DR
4. Mengeluh pola tidur berubah ↓
5. Mengeluh istirahat tidak cukup IgE meningkat
6. Mengeluh kemampuan ↓
beraktivitas menurun Hipersensitivitas
terhadap alergen
DO:- ↓
Gatal terus menerus

Gangguan pola tidur
i. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut B.d agen pacedera fisik, fisiologis dan kimiawi D.d Mengeluh nyeri,
Tampak meringis, Bersikap protektif, Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit
tidur, Tekanan darah meningkat, Pola napas berubah, Nafsu makan berubah,
Proses berpikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, diaforesis
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan B.d bahan kimia iritatif, perubahan sirkulasi,
penurunan mobilitas, suhu lingungan yang ekstrem, kelembaban, perubahan
pigmentasi D.d Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, Nyeri, Perdarahan,
Kemerahan, Hematoma
3. Gangguan Pola Tidur B.d restraint fisik, hambatan lingkungan, kurang kontrol
tidur D.d Mengeluh sulit tidur, Mengeluh sering terjaga, Mengeluh tidak puas
tidur, Mengeluh pola tidur berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup, Mengeluh
kemampuan beraktivitas menurun
4. Gangguan Citra Tubuh B.d perubahan struktur/bentuk tubuh D.d Mengungkapkan
kecatatan, Tidak mau mengungkapkan kecatatan, Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan tubuh, Mengungkapkan kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain, Mengungkapkan perubahan gaya hidup, Kehilangan
bagian tubuh, Fungsi/struktur tubuh berubah, Menyembunyikan/menunjukan
bagian tubuh secara berlebihan, Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian
tubuh, Fokus berlebihan pada perubahan tubuh, Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh, Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu,
Hubungan sosial berubah
5. Risiko Infeksi D.d Faktor risiko Penyakit kronis, Efek prosedur invansif,
Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, Gangguan peristaltik, Kerusakan
integritas kulit, Perubahan sekresi PH, Penurunan kerja siliaris, Merokok, Statis
cairan tubuh, Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, Penurunan
hemoglobin, Imununosupresi, Leukopenia, Supresi respon inflamasi, Vaksinasi
tidak adekuat
j. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri Akut B.d agen pacedera Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama: manajemen Intervensi utama:
fisik, fisiologis dan kimiawi D.d keperawatan selama 2x24 jam nyeri manajemen nyeri
Mengeluh nyeri, Tampak maka tingkat nyeri menurun dengan Observasi
meringis, Bersikap protektif, kriteria dan hasil: 1. Identifikasi lokasi, Observasi
Gelisah, Frekuensi nadi 1. Kemampuan menuntaskan karakteristik, durasu, 1. Untuk mengetahui
meningkat, Sulit tidur, Tekanan aktivitas meningkat frekuensi, kualitas, lokasi,
darah meningkat, Pola napas 2. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri karakteristik,
berubah, Nafsu makan berubah, 3. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri durasu, frekuensi,
Proses berpikir terganggu, 4. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri kualitas, intensitas
Menarik diri, Berfokus pada diri 5. Gelisah menurun non verbal nyeri pasien
sendiri, diaforesis 6. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui
7. Menarik diri menurun memperberat dan skala nyeri pasien
8. Frekuensi nadi membaik memeperingan nyeri 3. Untuk mengetahui
9. Pola napas membaik 5. Identifikasi pengetahuan respon nyeri non
10. Tekanan darah membaik dan keyakinan tentang verbal pasien
11. Proses berpikir membaik nyeri 4. Untuk mengetahui
12. Fokus membaik 6. Identifikasi pengaruh faktor yang
13. Fungsi berkemih membaik budaya terhadap respon memperberat dan
14. Nafsu makan membaik nyeri memeperingan
15. Pola tidur membaik 7. Identifikasi pengaruh nyer nyeri pasien
pada kualitas hidup 5. Untuk mengetahui
8. Monitor keberhasilan pengetahuan dan
terapi komplementer yang keyakinan tentang
sudah diberikan nyeri
9. Monitor efek samping 6. Untuk mengetahui
penggunaan analgetik pengaruh budaya
terhadap respon
Terapeutik nyeri
1. Berikan teknik non 7. Untuk mengetahui
farmakologis untuk pengaruh nyer pada
mengurangi rasa nyeri kualitas hidup
(mis. TENS, hipnosis, 8. Untuk mengetahui
akupresur, terapi musik, keberhasilan terapi
biofeedback, terapi pijat, komplementer
aromaterapi, teknik yang sudah
imajinasi termimbing diberikan
kompres hangat/dingin, 9. Untuk mengetahui
terapi bermain) efek samping
2. Kontrol lingkungan yang penggunaan
memperberat rasa nyeri analgetik
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan) Terapeutik
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 1. Agar klien mampu
4. Pertimbangkan jenis dan mengalihan rasa
sumber nyeri dalam nyerinya
pemilihan strategi 2. Untuk mencegah
meredakan nyeri terjadinya nyeri
berat
Edukasi 3. Agar klien merasa
1. Jelaskan penyebab, nyaman ketika
periode, dan pemicu nyeri istirahat
2. Jelaskan strategi 4. Agar melakukan
meredakan nyeri dengan cara yang
3. Anjurkan memonitor nyeri tepat
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan Edukasi
analgetik secara tepat 1. Agar klien
5. Ajarkan teknik mengetahui
nonfarmakologis untuk penyebab dan
mengurangi rasa nyeri pemicu nyeri
2. Agar klien mampu
Kolaborasi meredakan nyeri
1. Kolaborasi pemberian 3. Agar klien mampu
analgetik, jika perlu memonitor nyeri
secara mandiri
4. Untuk mengurangi
Intervensi Pendukung: rasa nyeri
pemantauan nyeri 5. Agar tidak
Observasi ketergantungan
1. Identifikasi pencetus dan dengan obat
pereda nyeri
2. Monitor kualitas nyeri Kolaborasi
3. Monitor lokasi dan 1. Untuk membantu
penyebaran nyeri meredakan dan
4. Monitor intensitas nyeri penyembuhan klien
dengan menggunakan
skala
Intervensi pendukung:
pemantauan nyeri
Terapeutik
1. Atur interval waktu Observasi
pemantauan sesuai dengan 1. Untuk
kondisi pasien mengetahui
2. Dokumentasikan hasil klien
pemantauan mengalami
nyeri karena
apa dan
Edukasi
bagaimana cara
1. Jelaskan tujuan dan
meredakan
prosedur pemantauan
nyeri
2. Informasikan hasil
2. Untuk
pemantauan, jika perlu
mengetahui
kualitas nyeri
pasien
3. Untuk
mengetahui di
area mana klien
merasakan
nyeri
4. Untuk
mengetahui
skala berapa
klien
merasakan
nyeri

Terapeutik
1. Agar tidak terjadi
kesalahan
2. Agar tercatat
dengan benar dan
tidak terjadi
kesalahan

Edukasi
1. Untuk mengetahui
apakah nyeri sudah
berkurang atau
belum
2. Agar pasien
mengetahui rasa
nyeri yang
dialaminya

2 Gangguan Integritas Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama: perawatan Intervensi utama:
Kulit/Jaringan B.d bahan kimia keperawatan selama 2x24 jam integritas kulit perawatan integritas kulit
iritatif, perubahan sirkulasi, maka integritas kulit dan jaringan
penurunan mobilitas, suhu meningkat dengan kriteria dan Observasi Observasi
lingungan yang ekstrem, hasil: 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
kelembaban, perubahan 1. Hidrasi meningkat gangguan integritas kulit apa yang
pigmentasi D.d Kerusakan 2. Perfusi jaringan meningkat mengakibatkan
Terapeutik
jaringan dan/atau lapisan kulit, 3. Kerusakan ajringan kerusakan pada
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, menurun kulit
tirah baring
Hematoma 4. Kerusakan lapisan kulit
2. Lakukan pemijatan pada
menurun
area penonjolan tulang Terapeutik
5. Nyeri menurun
3. Hindari produk berbahan 1. Agar klien tidak
6. Perdarahan menurun
dasar alkohol pada kulit merasa pegal
7. Kemerahan menurun
kering 2. Untuk membantu
8. Pigmentasi abnormal
mengurangi
menurun
Edukasi penonjolan
9. Suhu kulit membaik
1. Anjurkan menggunakan 3. Agar tidak terjadi
10. Sensai membaik
pelembab iritasi pada kulit
11. Tekstur membaik
2. Anjrukan minum air yang klien
cukup
3. Anjurkan meningkatkan
Edukasi
asupan nutrisi
1. Agar kulit klien
Intervensi pendukung: pencegahan tetap lembab
infeksi 2. Untuk membantu
melembabkan kulit
Observasi lebih cepat
1. Monitor tanda dan gejala 3. Agar nutrisi klien
infeksi lokal dan sistemik terpenuhi dengan
baik
Terapeutik
1. Berikan perawatan kulit
pada area edema Intervensi pendukung:
2. Pertahankan teknik aseptik pencegahan infeksi
pada pasien berisiko tinggi
Observasi
Edukasi 1. Untuk menegathui
1. Jelaskan tanda dan gejala tanda dan gejala
infeksi yang menyebabkan
2. Ajarkan cara mencuci infeksi lokal dan
tangan dengan benar sistemik
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Terapeutik
Kolaborasi 1. Untuk mengurangi
1. Kolaborasi pemberian pembengkakan
imunisasi, jika perlu pada kulit
2. Untuk membantu
meredakan
bengkak

Edukasi
1. Agar klien
mengetahui apa
saja tanda dan
gejala infeksi
2. Untuk mencegah
infeksius dari
abkteri
3. Agar kebutuhan
cairan klien
terpenuhi

Kolaborasi
1. Untuk membantu
penyembuhan klien

3 Gangguan Pola Tidur B.d Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama: Dukungan tidur Observasi
restraint fisik, hambatan keperawatan selama 2x24 jam 1. Untuk mengetahui
lingkungan, kurang kontrol tidur maka pola tidur membaik dengan Observasi pola istirahat klien
D.d Mengeluh sulit tidur, kriteria dan hasil: 1. Identifikasi pola aküvitas sebelumnya seperti
Mengeluh sering terjaga, 1. Keluhan sulit tidur menurun dan tidur apa
Mengeluh tidak puas tidur, 2. Keluhan sering terjaga 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
Mengeluh pola tidur berubah, menurun pengganggu tidur (fisik dan melakukan
Mengeluh istirahat tidak cukup, 3. Keluhan tidak puas tidur dan/atau psikologis) pencegahan pada
Mengeluh kemampuan menurun 3. Identifikasi makanan dan gangguan tidur
beraktivitas menurun 4. Keluhan pola tidur berubah minuman yang 3. Untuk mengetahui
menurun mengganggu tidur (mis- apa saja yang
5. Keluhan istirahat tidak kopi, teh, ajkohol, makan mengganggu tidur
cukup menurun mendekati waktu tidur, 4. Apakah klien
6. Kemampuan beraktivitas minum banyak air sebelum pernah minum obat
meningkat tidur) tidur atau tidak
4. Identifikasi Obat tidur
yang dikonsumsi Terapeutik
1. Agar klien merasa
Terapeutik nyaman
1. Modifikasi lingkungan 2. Agar tidak terlalu
(mis. pencahayaan, lama yang penting
kebisingan, suhu, matras, cukup
dan tempat tidur) 3. Agar klien tidur
2. Batasi waktu tidur siang, dengan nyenyak
jjka pedu 4. Agar klien lebih
3. Fasiåitasi menghiiangkan merasa rileks dan
stres sebelum tidur nyaman
Tetapkan jadwal tidur rutin 5. Menyesuaikan
4. Lakukan prosedur untuk jadwal minum obat
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan Edukai
posisii terapi akupresur) 1. Tidur dengan
5. Sesuaikan jadwal cukup dapat
pemberian Obat dan/atau membantu
tindakan untuk menunjang penyembuhan lebih
siklus tidur-terjaga cepat
2. Agar tidak kurang
Edukasi tidur
1. Jelaskan pentingnya tidur 3. Jangan minum kopi
cukup selama sakit agar bisa tidur
2. Anjurkan menepati lebih cepat
kebiasaan waktu tidur 4. Hati-hati dalam
3. Anjurkan menghindari mengkonsumsi
makanan/minuman yang obat tidur
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan
Obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur

4 Gangguan Citra Tubuh B.d Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Promosi Citra Observasi
perubahan struktur/bentuk tubuh keperawatan selama 2x24 jam Tubuh 1. untuk mengatahui
D.d Mengungkapkan kecatatan, maka citra tubuh meningkat dengan harapan citra tubuh
Observasi
Tidak mau mengungkapkan kriteria dan hasil: 1. identifikasi harapan citra klien
kecatatan, Mengungkapkan 1. melihat bagian tubuh membaik tubuh berdasarkan tahap 2. untuk mengathui
perkembangan
perasaan negatif tentang 2. menyentuh bagian tubuh budaya, agama, jenis
2. identifikasi budaya, agama,
perubahan tubuh, membaik jenis kelamin, dan umur kelamin dan umur
Mengungkapkan kekhawatiran 3. verbalisasi kecacatan bagian terkait citra tubuh kalien
3. identifikasi perubahan citra
pada penolakan/reaksi orang tubuh membaik 3. untuk mengetahui apa
tubuh yang mengakibatkan
lain, Mengungkapkan perubahan 4. verbalisasi kehilangan bagian isolasi sosial saja perubahan citra
gaya hidup, Kehilangan bagian tubuh membaik 4. monitor frekuensi pernyataan tubuh yang
tubuh, Fungsi/struktur tubuh 5. verbalisasi perasaan negatif kritik terhadap diri sendiri mengakibatkan isolasi
5. monitor apakah pasien bisa
berubah, tentang tubuh menurun melihat bagian tubuh yang sosial
Menyembunyikan/menunjukan 6. verbalisasi kekhawatiran pada berubah 4. untuk membantu klien
bagian tubuh secara berlebihan, penolakan/reaksi orang lain bangkit dari
Terapeutik
Menghindari melihat dan/atau menurun 1. diskusikan perubahan tubuh ketidakpercayaan
menyentuh bagian tubuh, Fokus 7. verbalisasi perubahan gaya dan fungsinya dirinya
2. diskusikan perubahan
berlebihan pada perubahan hidup menurun 5. untuk mengatahui
penampilan fisik terhadap
tubuh, Respon nonverbal pada 8. menyembunyikan bagian tubuh harga diri apakah klien dapat
perubahan dan persepsi tubuh, berlebihan menurun 3. diskusikan kondisi stress melihat perubahan
yang mempengaruhi citra
Fokus pada penampilan dan 9. menunjukan bagian tubuh tubuhnya atau tidak
tubuh
kekuatan masa lalu, Hubungan berlebihan menurun 4. diskusikan perubahan akibat
sosial berubah 10. fokus pada bagian tubuh pubertas, kehamilan, dan Terapeutik
menurun penuaan 1. untuk mengetahui
5. diskusikan cara
11. fokus pada penampilan masa mengembangkan harapan perubahan tubuh dan
lalu menurun citra tubuh secara realistis fungsinya
12. fokus pada kekuatan masa lalu 6. diskusikan persepsi pasien 2. untuk mendapatkan
dan keluarga tentang
menurun solusi terhdap harga
perubahan citra tubuh
13. respon nonverbal pada diri
perubhan tubuh membaik Edukasi 3. untuk menemukan
1. jelaskan pada keluarga
14. hubungan sosial membaik solusi dari stress
tentang perawatan perubahan
citra tubuh tersebut
2. anjurkan mengungkapkan 4. agar klien mengetahui
gambaran diri terhadap citra
tubuh apa saja perubahan
3. anjurkan menggunakan alat yang diakibatkan oleh
bantu(mis, pakaian, wig,
pubertas, kehamilan,
kosmetik)
4. anjurkan mengikuti kelompok dan penuaan
pendukung (mis. Kelompok 5. agar tercapainya
sebaya)
harapan citra tubuh
5. latih fungsi tubuh yang
dimiliki secara realistis
6. latih peningkatan penampilan 6. untuk mengetahui
diri
persepsi klien dan
7. latih mengungkapkan
kemampuan diri kepada keluarga terhadap
orang lain maupun kelompok perubahan citra tubuh

Edukasi
1. agar keluarga
mengetahui tentang
perawatan citra tubuh
2. agar klien mampu
mengungkapkan
gambaran diri dan tidak
menutup diri
3. agar klien merasa lebih
percaya diri lagi
4. agar klien mendapatkan
kelompok yang baik
5. agar klien mampu
meningkatkan fungsi
tubuh yang dimiliki
6. agar klien mampu
meningkatan
penampilan diri
7. agar klien mampu
mengungkapkan diri
dan terbiasa pada orang
lain maupun kelompok

5 Risiko Infeksi D.d Faktor risiko Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama: pencegahan Observasi
Penyakit kronis, Efek prosedur keperawatan pada pasien infeksi 1.mengetahui adanya tanda
invansif, Malnutrisi, resiko infeksi menurun dengan Observasi dan gejala infeksi lokal
Peningkatan paparan organisme kriteria hasil: 1.monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik
patogen lingkungan, -kebersihan tangan meningkat local dan sistemik
Ketidakadekuatan pertahanan -kebersihan badan meningkat Terapeutik
tubuh primer, Gangguan -nafsu makan meningkat Terapeutik 1.mengurangi terjadinya
peristaltik, Kerusakan integritas -demam menurun 1.batasi jumlah pengunjung infeksi
kulit, Perubahan sekresi PH, -kemerahan menurun 2.mengurangi/ mencegah
Penurunan kerja siliaris, -nyeri menurun 2.berikan perawatan kulit pada kontaminasi daerah luka
Merokok, Statis cairan tubuh, -bengkak menurun edema 3.mencegah terjadinya
Ketidakadekuatan pertahanan -vesikel menurun 3.cuci tangan sebelum dan infeksi nosokomial
tubuh sekunder, Penurunan -cairan berbau busuk menurun sesudah kontak dengan pasien dan
hemoglobin, Imununosupresi, -sputum berwarna hijau menurun lingkungan pasien
Leukopenia, Supresi respon -drainase purulen menurun 4.pertahankan teknik aseptik pada 4.menghindari terjadinya
inflamasi, Vaksinasi tidak -piuria menurun pasien berisiko tinggi infeksi
adekuat -periode malaise menurun
-periode menggigil Edukasi Edukasi
-lelargi menurun 1.jelaskan tanda dan gejala infeksi 1.untuk mengetahui
-gangguan kognitif menurun 2.ajarkan cara mencuci tangan adanya tanda dan gejala
-kadar sel darah putih membaik dengan benar infeksi
-kultur darah membaik 3.ajarkan cara memeriksa kondisi 2.mencegah infeksi secara
-kultur urine membaik luka atau luka operasi mandiri
-kultur sputum membaik 4.anjurkan meningkatkan asupan 3.mengetahui
-kultur area luka membaik cairan perkembangan dan
-kultur feses membaik mencegah infeksi
Kolaborasi 4.memenuhi kebutuhan
1.kolaborasi pemberian imunisasi, cairan
jika perlu

Kolaborasi
1.untuk mempertahan
sistem kekebalan tubuh
k. Daftar Pustaka
1. https://id.scribd.com/document/406597156/Lp-Dermatitis
2. https://www.academia.edu/34485953/LP_DERMATITIS
3. https://id.scribd.com/document/376091265/Pathway-Dermatitis
4. PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakakan
III(Revisi).Jakarta
5. PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan
II.Jakarta
6. PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai