Anda di halaman 1dari 7

1 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

UPAYA MENGIMPLEMENTASI WIBAWA PENEGAK HUKUM


MELALUI PENEMUAN HUKUM

M. Yasin Soumena

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: yasinsoumena@yahoo.com

Abstract: The existence of laws in the midst of society is to protect the interests of human
beings that need to be enforced and implemented. In enforcement, often clash between
fair and unfair, but all that is relative. Therefore, to fulfill a sense of justice, any rule of
law made always comes with an explanation. However, once it was called the
explanation, it often creates a new explanation for just described "pretty clear" the text of
the law alone, so it still requires more explanation. Coupled with the rules that no longer
fit with the demands of the times. This is where the legal discovery required by either law
enforcement or interpretation of legal discovery freely outside the law. This way will give
birth to the authority of law enforcement officials in the midst of society

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Penemuan Hukum

I. PENDAHULUAN mungkin kedua jenis kepentingan itu


Membicarakan hukum tidak bisa sehingga terdapat keseimbangan. Hukum
dilepaskan dari kehidupan manusia, itu berusaha menyelesaikan masalah
karena hukum dan manusia sama-sama dengan cara adil, yakni suatu penyelesaian
menjadi satu kesatuan. Asal mula manusia yang terfokus pada unsur keseimbangan
itu dibentuk atau diproses berdasar pada kepentingan yang bertentangan itu,
hukum; ia lahir dijemput oleh hukum; ia sehingga masing-masing memperoleh
hidup diatur oleh hukum; dan bahkan saat sebanyak-banyaknya apa yang patut
meninggal pun ia diantar oleh hukum. diterima yang hakikatnya tidak memberi
Manusia sangat membutuhkan aturan- kepuasan untuk semua pihak.
aturan untuk mengatur hidup dan ke- Sudikno Mertokusumo,2 menyebut-
hidupannya, dan hukum itu sendiri bisa kan, keberadaan hukum berfungsi untuk
terbentuk manakala ada manusia. melindungi kepentingan manusia, dan
Menurut Soedjono Dirdjosisworo,1 agar kepentingan manusia terlindungi,
dalam pergaulan manusia, kepentingan- maka hukum harus dilaksanakan dan
kepentingan senantiasa berbenturan satu ditegakan. Setiap orang mengharapkan
sama lain, maka keberadaan hukum ditetapkannya hukum dalam hal terjadinya
peristiwa konkrit. Bagaimana hukum itu
adalah untuk melindungi kepentingan-
kepentingan itu. Akan tetapi justru harus diberlakukan; pada dasarnya tidak
keptingan itu saling bertentangan, maka dibolehkan bagi siapa pun untuk
tidaklah mungkin hukum dapat memberi- menyimpang dari aturan-aturan hukum
kan perlindungan penuh terhadap ke- tersebut.
pentingan yang satu, serta mengabaikan Setiap individu maupun kelompok
kepentingan yang lain. Karenanya, hukum masyarakat sangat mengharapkan manfaat
berusaha mempertimbangkan sedteliti dalam pelaksanaan atau penegakan
2 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

hukum. Ini berarti keberadaan hukum pelaksanaan penemuan hukum, yang tidak
adalah untuk menusia, maka pelaksanaan sekadar penerapan hukumnya semata.
atau penegakan hukum pun harus mem- Pelaksanaa penemuan hukum,
6
beri manfaat bagi masyarakat. Jangan menurut Sudikno Mertokusumo, harus
sampai justru karena hukumnya ditegakan dipahami sebagai proses pembentukan
akan membawa keresahan dalam hukum oleh hakim atau petugas-petugas
masyarakat.3 lainnya yang diberi tugas melaksanakan
Dalam penegakan hukum harus ada hukum terhadap peristiwa-peristiwa
kompromi antara ketiga unsur, yakni hukum yang konkrit. Ini merupakan
kepastian hukum, kemanfaatan, dan proses konkretisasi dan individualisasi
keadilan. Ketiga unsur ini perlu mendapat peraturan hukum yang bersifat umum
perhatian secara proporsional dan dengan mengingat peristiwa konkrit.
seimbang. Hanya saja dalam praktik tidak Pelaksanaan penemuan hukum, ter-
selalu mudah untuk mengkompromi nyata tidak dilakukan secara semberono
ketiga unsur tersebut. Sebab kadangkala akan tetapi perlu dilakukan dengan
diperhambat dengan sebuah aturan yang berbagai pertimbangan penafsiran dan
tidak jelas. metodologi yang telah dicetuskan oleh
Pengakuan Sudikno Mertokusumo,4 para ahli hukum. Dengan pertimbangan
undang-undang tidak selamanya sem- tersebut, maka tulisan ini mencoba
purna. Sebab tidak mungkin undang- mempertanyakan dan menjelaskan:
undang itu dapat mengatur kehidupan 1)Bagaimana persepsi ahli hukum tentang
manusia secara tuntas. Adakalanya penemuan hukum itu; dan 2) Tata cara
undang-undang itu tidak lengkap, dan apa yang harus dilakukan dalam
adakalanya undang-undang itu tidak jelas. menemukan hukum, sehingga dapat
Meskipun tidak lengkap atau tidak jelas, tercipta penegakan wibawa hukum di
undang-undang tetap dijalankan. tengah-tengah masyarakat ?
Menurut Trias Kuncahyono,5 terjadi
ketidaksesuai antara masyarakat dengan II. PEMBAHASAM
para penegak hukum, misalnya soal A. Persepsi Ahli Hukum Tentang
keadilan. Dalam hal ini masing-masing Penemuan Hukum
mempunyai ukuran sendiri-sendiri. Tidak
jarang dalam suatu kasus, penegak hukum Sudikno Mertokusumo,7 menjelaskan,
menganggap keadilan sudah ditegakan pada dasarnya setiap orang melakukan
dan terpenuhi, tetapi masyarakat meng- penemuan hukum. Hal ini dikarenakan
anggap belum. Hal ini terjadi karena setiap orang selalu berhubungan dengan
penegak hukum mengukur rasa keadilan orang lain. Hubungan tesebut telah diatur
dari segi prosedural (keadilan formal) oleh hukum dan setiap orang akan
sedangkan masyarakat dari pengertian berusaha menemukan hukumnya untuk
substansitif. dirinya sendiri, yaitu kewajiban dan
Apabila keadaan yang demikian wewenang apa yang dibebankan oleh
dialami oleh setiap aparat penegak hukum, hukum terhadap orang itu.
maka salah satu jalan yang harus Dalam kaitannya dengan hakim,
ditempuh adalah para penegak hukum menurut Sudikno,8 langkah ini perlu
perlu menemukan hukum-hukum yang dilakukan dalam memeriksa dan me-
hidup di luar undang-undang itu sendiri. mutuskan suatu perkara. Hal ini
Sebab, untuk penegakan hukum yang adil dimaksudkan agar menjaga kewibawaan
di tengah-tengah masyarakat perlu ada hakim. Selain hakim, ilmuan hukum pun
perlu mengadakan penemuan hukum.
3 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

Hanya bedanya, kalau hasil penemuan di dalam negara ideal, menurut


hukum yang dilaksanakan oleh hakim itu Montesquieu, hakim harus tunduk pada
adalah hukum, sedangkan penemuan undang-undang, karena semua hukum itu
hukum yang dilaksanakan oleh ilmuan terdapat dalam undang-undang. Dengan
hukum bukanlah hukum melainkan ilmu demikian hakim harus menerapkannya
atau doktrin. Sekalipun yang dihasilkan terhadap peristiwa yang konkrit.11
itu bukanlah hukum, namun di sini Term-term dari aliran di atas
digunakan istilah penemuan hukum juga. kemudian diluruskan oleh Portalis, yang
Sebab bila doktrin ini kalau diikuti dan berpendapat bahwa kitab undang-undang
digunakan oleh hakim dalam mengambil meskipun tampaknya lengkap, tetapi tidak
suatu keputusan, maka menjadi hukum. pernah rampung, sebab ribuan per-
Achmad Ali,9 yang juga salah seorang masalahan yang tidak terduga akan
ahli hukum yang menganut penemuan diajukan kepada hakim. Undang-undang
hukum ini menjelaskan, bagi siapa yang yang sudah diterapkan itu tidak akan
mengatakan bahwa teks undang-undang berubah, sedangkan manusia tidak pernah
sudah sangat jelas, sehingga tidak berhenti dan perkembangan itu selalu
membutuhkan interpretasi lagi, sebenar- menimbulkan peristiwa baru. Oleh karena
nya yang menyatakan demikian, sudah itu permasalahan-permasalahan diserah-
melakukan interpretasi sendiri. Pernyataan kan kepada kebiasaan, para sarjana hukum
tentang jelasnya teks, sudah merupakan dan pendapat hakim.12 Hal ini menunju-
hasil interpretasi terhadap teks tersebut. kan, penegak hukum dalam menjalankan
Dengan begitu, maka penemuan tugasnya perlu menemukan hukum, agar
hukum harus dilakukan. Dalam penemuan dalam proses hukum tetap menjunjung
hukum ini, kata Sidikno Mertokusumo,10 tinggi keadilan dan kewibawaan penegak
dikenal adanya aliran progresif dan aliran hukum maupun dari hukum itu sendiri.
konservarif. Aliran progresif berpendapat
B. Tata Cata Penemuan Hukum
bahwa hukum dan peradilan merupakan
alat untuk perubahan-perubahan sosial, Sesungguhnya, diakui atau tidak
sedangkan aliran konservatif berpendapat diakui setiap aturan hukum yang lahir dari
bahwa hukum dan peradilan itu hanyalah buatan manusia pasti punya kekurangan.
untuk memcegah kemerosotan moral dan Kalau pun undang-undang itu jelas, tidak
lain-lain. Dalam penemuan hukum, hakim mungkin undang-undang itu lengkap dan
dapat sepenuhnya tunduk pada undang- tuntas. Tidak mungkin undang-undang itu
undang. mengatur segala kegiatan kehidupan
Penemuan hukum ini terjadi ber- manusia yang beraneka ragam. Undang-
dasarkan peraturan-peraturan di luar diri undang hasil buatan manusia mempunyai
hakim. Pembentuk undang-undang mem- keterbatasan, sesuai dengan keterbatasan
buat peraturan umumnya, sedangkan manusia itu sendiri.
hakim hanya mengkonstatir bahwa Menurut Sudikno Mertokusumo,13
undang-undang dapat diterapkan pada setiap ketentuan undang-undang tidak
peristiwanya. Kemudian hakim menerap- begitu saja diterapkan secara langsung
kan menurut bunyi undang-undang pada peristiwanya. Sebab untuk dapat
tersebut. Dengan demikian, maka pene- menerapkan ketentuan undang-undang
muan hukum tidak lain merupakan yang berlaku umum dan abstrak sifatnya
penerapan undang-undang yang terjadi itu pada peristiwa konkrit dan khusus,
secara logis-terpaksa sebagai silogisme. maka kentuan undang-undang itu harus
Ini merupakan salah satu pandangan dari diberi arti, dijelaskan atau ditafsirkan dan
Montesquieu tentang negara ideal. Karena diarahkan untuk disesuaikan dengan
4 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

peristiwanya. Kemudian diterapkan pada diatur oleh undang-undang dengn


peristiwa tersebut. Dengan demikian perbuatan atau peristiwa konkrit yang
peristiwa hukumnya harus dicari lebih dihadapi oleh hakim; b) Argumentum,
dahulu dari peristiwa konkrit, sesudah itu yakni suatu penafsiran yang diarahkan
ditafsirkan undang-undang untuk diterap- pada undang-undang yang memberikan
kan di tengah-tengah masyarakat. Kata batasan pada peristiwa tertentu; c) Peng-
kuncinya, setiap ketentuan undang-undang konkritan hukum, yakni mengkonkritkan
perlu dijelaskan, ditafsirkan lebih dahulu suatu aturan hukum yang selalu abstrak;
untuk dapat diterapkan pada peristiwa dan d) Fiksi hukum, yakni menganggap
hukumnya. bahwa setiap orang mengetahui undang-
Para ahli hukum mencoba mem- undang.
perlihatkan beberapa cara dalam pene- Ada cara lain yang bisa ditempuh
muan hukum. Misalnya menurut Achmad dalam penemuan hukum, yakni melalui
Ali,14 ada dua jenis penemuan hukum, penemuan hukum bebas. Hal mana
yakni 1) jenis interpretasi; dan 2) jenis menurut Sudikno Mertokusumo,15 bahwa
metode konstruksi. Jenis-jenis interpretasi undang-undang haru dihormati, tetapi
yang dianut dewasa ini adalah: undang-undang pun akan selalu keting-
a) Subsumptif, yakni seorang hakim harus galan zaman, sehingga hakim tidak harus
menerapkan suatu teks undang-undang secara mutlak mematuhinya. Hakim
terhadap kasus in-konkreto, dengan belum dibolehkan melihat undang-undang
memasuki taraf penggunaan penalaran sebagai sarana untuk membantu menemu-
yang lebih rumit, tetapi sekadar kan hukumnya. Dalam hal ini ia tidak
menerapkan silogisme; b) Gramatikal, mengikuti atau berpijak pada undang-
yakni menafsirkan kata-kata dalam undang, tetapi undang-undang digunakan
undang-undang yang sesuai dengan sebagai alat untuk menemukan pemecahan
kaedah bahasa, kaedah hukum dan tata suatu peristiwa konkrit. Di sini hakim
bahasa; c) Historis, yakni interpretasi tidak berfungsi sebagai petugas yang men-
menurut sejarah undang-undang dan jelaskan atau menjelaskan atau menafsir-
sejarah hukum; d) Sistimatis, adalah kan undang-undang, tetapi sebagai pen-
menafsirkan undang-undang sebagai cipta hukum. Penemuan hukum yang tidak
bagian dari keseluruhan sisem perundang- terikat pada undang-undang ini, para ahli
undangan; e) Sosiologis atau teleologis, hukum menyebutnya sebagai penemuan
yakni menetapkan makna undang-undang hukum bebas. Dalam penemuan hukum
berdasarkan tujuan kemasyarakatan; bebas ini hakim mengikuti zamannya dan
f) Komparatif, yakni membandingkan akan memperbaharui peraturan-peraturan
antara berbagai sistem hukum; hukum yang tidak sesuai dengan zaman
g) Futuristik, menjelaskan undang-undang tersebut.
yang berlaku sekarang dengan Faham utilitarian16 pun mencoba
berpedoman pada undang-undang yang memberikan semacam pemahaman kepada
belum mempunyai kekuatan hukum; para penegak hukum dalam mengambil
h) Restriktif, metode interpretasi yang suatu keputusan, yang penulis lihat
sifatnya membatasi, dan i) Ekstensif, sebagai upaya penemuan hukum. Menurut
adalah metode interpretasi yang melebihi utiliterian, setiap tindakan manusia
batas-batas hasil interpretasi gramatikal. merupakan keputusan dari hasil olah pikir
Sedangkn metode konstruksi, tulis rasional berdasarkan analisiss cost-benefit.
Achmad Ali, yakni terdiri dari: a) Metode Artinya, dalam setiap tindakan manusia
Analogi, yakni hakim mencari esensi yang akan mempertimbangkan keuntungan
lebih umum pada suatu perbuatan yang tindakan dan akibatnya. Jika akibatnya
5 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

lebih besar dari tindakan keuntungannya, Tata cara penemuan hukum seperti di
tidak akan dilakukan, tetapi jika lebih atas bila dilakukan dengan baik, maka
besar keuntungan dari akibatnya, tindakan pasti penegakan wibawa aparat penegak
akan dilakukan. hukum dapat tercapai. Hal ini harus
Karenanya, dalam setiap keputusan ditempuh oleh para penegak hukum untuk
peradilan, harus dianalisis terlebih dahulu menghindari berbagai cemohan yang
konsekuensinya (akibatnya). Ukuran kon- dilontarkan oleh masyarakat. Ini harus
sekuensi itu adalah derita atau kesenangan diakui, sebab menurut Mantan Menko
manusia. Jadi, menurut aliran ini hukum Polhukam, Soesilo Soedarman,17 lembaga
dapat saja dilanggar jika pelanggaran itu peradilan hendaknya melakukan intro-
diperlukan untuk memberikan kon- speksi dan menerima masukan serta
sekuensi yang lebih baik. Oleh karena itu, kritikan dari masyarakat dengan lapang
tindakan melanggar hukum boleh dada. Masyarakat sangat mengharapkan
dilakukan jika aborsi diperlukan untuk lembaga peradilan berperan optimal dalam
menyalamatkan nyawa sang ibu. menegakan wibawa hukum dan keadilan
Contoh lain, seorang sopir taksi yang demi terselenggaranya hukum. Demi
ngebut di jalan raya karena mengejar tegaknya wibawa hukum dan kebebasan
waktu untuk tiba di bandara (supaya proses peradilan, hakim yang ditunjuk
penumpangnya tidak terlambat), akan menangani perkara agar tidak bersikap
berbeda dengan peristiwa lain apabila ragu-ragu menjalankan misi keadilannya
seorang sopir taksi ngebut di jalan raya dengan menolak campur tangan pihak lain
karena membawa penumpang yang di luar kekuasaan kehakiman.
sedang sakit ke rumah sakit. Mobil Di dalam negara kita yang ber-
pemadam kebakaran atau ambulans yang dasarkan hukum ini dan bukan ber-
sedang menjalankan tugas tidak dikatakan dasarkan kekuasaan semata, hukum harus
melanggar peraturan lalu lintas, sekalipun tegak berdiri dengan segala keagungan
untuk tiba di lokasi kebakaran, mobil itu dan kewibawaannya. Masyarakat makin
telah menerobos atau melanggar traffic- lama makin mendambakan tegaknya
light dan peraturan lalu lintas lainnya. hukum yang berwibawa, memenuhi rasa
Utilitarian berpandangan, bahwa keadilan dan menyejukan hati. Untuk itu
³KDN´ KDQ\D DGD MLND PHQGXNXQJ usaha pemerataan kesempatan mem-
kesejahteraan individu, yang pada akhir- peroleh keadilan dan perlindungan hukum
nya juga kesejahteraan masyarakat. yang mengayomi masyarakat harus
Ukuran kesejahteraan atau penderitaan di mendapat perhatian utama. Tentunya hal
satu sisi dan moral di sisi lain memiliki ini bisa dicapai apabila para penegak
hubungan relevan. Bahkan membunuh hukum tidak kaku dalam mencari atau
seorang yang tidak berdosa mungkin menemukan hukum-hukum di luar aturan
merupakan jalan keluar dan terbaik, kalau yang ada. Penegak hukum harus berani
bertujuan dapat menyelamatkan dua atau melakukan terobosan-terobosan hukum
lebih nyawa yang tidak berdosa. Ber- demi memelihara kewibawaan hukum itu
dasarkan pandangan inilah, Robin Hood sendiri.
adalah pahlawan, bukan pencuri dan Soesilo Soedarman mengingatkan,18
pembunuh, karena mencuri dari orang hakim adalah tempat dan harapan terakhir
kaya dapat menyelamatkan atau meng- pencari keadilan. Karena itu, dalam
akibatkan kesejahteraan bagi si miskin. memutuskan perkara, selain bertanggung
Kesejahteraan bagi si miskin mungkin jawab terhadap pencari keadilan, hakim
lebih besar dari penedritaan yang dialami juga bertanggung jawab kepat Tuhan
oleh si kaya karena kehilangan hartanya. Yang Maha Adil, kepada masyarakat dan
6 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

kepada hukum. Dan yang tidak kalah term yang ada, maka itulah yang
pentinfnya adalah betanggung jawab disebut dengan penemuan hukum.
kepad ahti nuraninya sendiri. Ini bebrarti 2. Penemuan hukum dapat dilakukan
setiap hakim harus membentengi diri dengan memberikan interpretasi atau
dengan wawasan yang luas, mental yang penafsiran terhadap suatu peristiwa
tangguh dan hati nurani yang bersih hukum. Metode interpretasi sebagai
(bening). salah satu penemuan hukum akan
Pesan Bismar Siregar, yang pernah memberikan penjelasan secara
menjabat sebagai Hakim Agung,19 bahwa gamblang tentang teks suatu undang-
peranan hakim sungguh besar dalam undang agar ruang lingkup dari
mengarahkan dan membina kesadaran undang-undang itu dapat ditetapkan
hukum masyarakat, melalui putusan yang sebagai suatu keputusan hukum.
terdiri dari pertimbangan hukum dan amar Metode interpretasi merupakan alat
putusan itu sendiri. Oleh sebab itu per- atau sarana untuk mengetahui makna
timbangan putusan hakim harus memberi suatu undang-undang, sehingga dengan
isi dan menjadi motivasi bagi perkem- metode ini keputusan-keputusan hukum
bangan hukum, kecuali harus sesuai yang diambil oleh penegak hukum
dengan akal hukum, juga sejiwa dengan dapat melahirkan kewibawaan hukum
perasaan dan keadilan hukum. Dan yang itu sendiri.
tidak kurang pentingnya putusan itu harus 3. Penemuan hukum yang bebas tugasnya
disirami roh Ketuhanan Yang Maha Esa. bukanlah menerapkan undang-undang,
Bila hakim menyadari tanggung tetapi menciptakan penyelesaian yang
jawab demikian, lanjut Bismar, Insya tepat untuk peristiwa konkrit, sehingga
Allah, sinisme keluhan masyarakat atau peristiwa berikutnya dapat dipecahkan
partner penegak hukum, buat apa susah menurut kaedah yang telah diciptakan
dan capek melaporkan dan melakukan oleh hakim. Ia harus mendasarkan pada
tindakan hukum, bila hukumannya tidak pelbagai argumen.
dirasakan sebagai hukuman oleh si
pelaku-pelanggar hukum, bahkan ke- DAFTAR PUSTAKA
mungkinan menjadi bumerang bagi si
pelapor itu sirna dengan sendirinya.
Ali, Achmad. ³+LUDUNL 3HUXQGDQJ-
Camkanlah para Hakim !!! Kepadamu
XQGDQJDQ GDODP ³GDV VROOHQ´ GDQ
tertumpu segala harapan.
³GDV VHLQ´ (Artikel), Fajar, 7
III. PENUTUP September 1994.
Dengan merujuk pada pembahasan _______. Menguak Tabir Hukum (Suatu
atau uraian di atas, maka dapat disimpul- Kajian Filosofi dan Sosiologis),
kan sebagai berikut: Jakarta: Toko Gunung Agung, 2002.
1. Persepsi para ahli hukum tentang
Cordoza, Benjamin N. The Nature of
penemuan hukum tidak memeper-
Judicial Process, New Haven, Yale
lihatkan perbedaan prinsipil, karena
University Press, 1921.
masing-masing ahli hukum mencoba
melihat berdasarkan realitas aliran yang Curzon, L.B. Jurisprudence, M & E
dianut oleh negara di mana ahli hukum Handbook, 1979.
itu hidup. Kemudian ada konteks yang Dirdjosisworo, Soedjono. Pengantar Ilmu
dianggap bukan sebagai penafsiran. Hukum, RajaGrafindo Persaaada,
Karena apabila suatu aturan undang- 1994.
undang dilihat diluar konteks teks atau
7 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 1-7

5
Judul Berita, ³/HPEDJD 3HUDGLODQ Lihat Artikel Trias Kuncahyono,
+HQGDNQ\D ,QWURVSHNVL´ Kompas, ³.HDGLODQ %XNDQ 6RDO 8QWXQJ 5XJL´, Kompas,
30 Juli 1999, h.6.
10 Januari 1996. 6
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h.147.
Kaligis, O.C. Antologi Tulisan Ilmu 7
Ibid., h.148.
Hukum, Jilid 2, Bandung, Alumni, 8
Ibid.
2007. 9
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu
Kuncahyono, Trias. ³.HDGLODQ %XNDQ Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta, Toko
Gunung Agung, 2002, h. 146.
6RDO 8QWXQJ 5XJL´ (Artikel), 10
Sudikno Mertakusumo, Loc.Cit.
Kompas, 30 Juli 1994. 11
Ibid., h.149.
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal 12
Ibid., h.152.
Hukum, Suatu Pengantar, 13
Ibid., h.154.
Jogjakarta: Liberty,1999. 14
Ahmad Ali, Op.Cit., h.188. Banding pula
Pangaribuan, Luhut MP. ³+XNXP dengan penjelasan Sudarsono, Pengantar Ilmu
Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, h.121-122.
3HQJDGLODQ GDQ 'HPRNUDVL´ 15
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h.168.
(Artikel), Republika, 25 Januari 16
1995. Lihat uraian secara rinci tentang faham
Utilitarian dalam: O.C. Kaligis, Antologi Tulisan
_______. ³3UREOHP 7HNQLV GDQ 6WUXNWXUDO Ilmu Hukum, Jilid-2, Bandung, Alumni, 2007, h.1-
3HQJDGLODQ´ (Artikel), Republika, 3.
17
11 April 1994. Lihat Surat Kabar Harian Kompas, 10
Januari 1996, h.10.
Rahardjo, Satjipto. ³0HPEDQJXQ 18
Ibid.
.HDGLODQ $OWHUQDWLI´, (Artikel), 19
Bismar Siregar, Bunga Rampai Karangan
Kompas, 5 April 1995. Tersebar 1 Bismar Siregar, Jakarta, Rajawali,
1989, h.12-13.
_______. Ilmu Hukum, Bandung: Alumni,
1986.
_______. Masalah Penegakan Hukum,
Bandung: Sinar Baru, t.th.
Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari
Ilmu Hukum, Banjarmasin: Pustaka
Kartini, 1991.
Siregar, Bismar. Bunga Rampai Karangan
Tersebar1Bismar Siregar, Jakarta,
Rajawali, 1989.
Sudarsono. Pengantar Ilmu Hukum,
Jakarta, Rineka Cipta, 2000.

Catatan Akhir:
1
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu
Hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1994,
h.11.
2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum,
Suatu Pengantar, Jogjakarta, Liberty, 1999, h.145.
3
Ibid.
4
Ibid., h.147.

Anda mungkin juga menyukai