Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol.

X-2 April 2019

KEANEKARAGAMAN ECHINODERMATA DI PANTAI PARANTI DESA


TABANG, KECAMATAN RAINIS KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
PROVINSI SULAWESI
(Diversity of Echinoderms in Paranti Beach, Tabang Village, Rainis District,
Talaud Islands Regency, North Sulawesi Province)
Subrita Lalombombuida1, Marnix Langoy2, Deidy Y. Katili.
1Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam
Ratulangi, Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115
Sulawesi Utara, Indonesia
2Staf
Pengajar Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sam Ratulangi, Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia
e-mail: subrita.subrita@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze the diversity of Echinoderms in Paranti Beach,
Rainis District, Talaud Islands Regency, North Sulawesi Province. The method
used was purposive random sampling and quadrat plot of 20 plots measuring 1m
x 1m. Data analysis used diversity index Shannon and Wienner, value index,
density, frequency and dominance index. The results of the study were found on
the coast of Parantin Beach, namely; 27 species from 4 classes of Echinodermata
which include the class Asteroidea (starfish), Echinodea (sea urchins), the class
Holothuroidea (Teripang) and the class Ophioroidea (Star snake). Diversity index
value on the coast of Paranti, namely at Station I (0.40); Station II (1.56) and at
Station III (1.50). This number shows that the diversity of Echinoderms in Paranti
Beach at Station I is relatively low and that for Station II and III are abundant.
Keywords: Diversity, Echinodermata, Talaud Islands Regency

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman
Echinodermata di Pantai Paranti, Kecamatan Rainis, Kabupaten Kepulauan
Talaud provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah purposive
random sampling dan petak kuadrat sebanyak 20 petakyang berukuran 1m
x 1m. Analisi data yang digunakan indeks diversitas Shanon dan Wienner,
indeks nilai pentinh, Kepadatan, frekuensi dan indeks dominansi. Hasil
penelitian ditemukan dipesisir Pantai Parantin yaitu; 27 spesies dari 4 kelas
Echinodermata yang termasuk yaitu kelas Asteroidea (bintang laut),
Echinodea (Bulu babi), kelas Holothuroidea (Teripang) dan kelas
Ophioroidea (Bintang ular). Nilai indeks Keanekaragaman di pantai Paranti
yaitu pada Stasiun I (0,40); Stasiun II (1,56) dan pada Stasiun III (1,50).
Jumlah ini menunjukan bahwa Keanekaragaman Echinodermata di Pantai
Paranti pada Stasiun I tergolong rendah dan untuk Stasiun II dan III sedang
melimpah.
Kata kunci: Keanekaragaman, Echinodermata, Kabupaten Kepulauan
Talaud

PENDAHULUAN lautnya sekitar 37.800 Km² (95,24%)


Kabupaten Kepulauan Talaud dan luas wilayah daratan 1.251,02 km²
merupakan daerah bahari dengan luas (Anonim, 2007). Wilayah pesisir

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

39
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

memiliki potensi sumber daya hayati laut tidak menjaga kebersihan akan
yang tinggi karena didukung oleh berpengaruh terhadap ekosistem laut,
keberadaan ekosistem pesisir seperti salah satunya menganggu kehidupan
lamun, karang dan terumbu karang. Echinodermata (Nurul, 2016).
Pantai Paranti di Desa Tabang Bedasarkan penelitian
Pulau Karakelang, merupakan salah sebelumnya di Provinsi Sulawesi Utara,
satu wilayah di Kepulauan Talaud yang tercatat ada 28 spesies Echinodermata
memiliki potensi sumber daya hayati di perairan Likupang (Yusron, 2010), 21
laut, seperti filum Echinodermata. spesies di perairan Tanjung Merah Selat
Echinodermata merupakan hewan laut Lembeh (Yusron dan Susetiono, 2005)
yang memiliki kulit berduri atau berbintil. dan 8 spesies di Pantai Meras
Hewan-hewan ini dibagi dalam 5 kelas Kecamatan Bunaken, Sulawesi Utara
utama yakni: teripang (Holothuroidea), (Rompis, 2012), sedangkan di Pantai
bintang laut (Asteroidea), bintang ular Paranti desa Tabang, Kabupaten
(Ophiuroidea), bulu babi (Echinoidea), Kepulauan Talaud belum pernah
dan lili laut (Crinoidea). Hewan ini dilakukan penelitian. Untuk itu perlu
sangat umum dijumpai di daerah pantai dilakukan penelitian tentang
terutama di daerah terumbu karang. Di Echinodermata menyangkut
Indonesia dan sekitarnya (kawasan keanekaragamannya yang nantinya
Indo-Pasifik Barat) terdapat biota dapat menjadi database guna
teripang kurang lebih 141 jenis, bintang pengambilan keputusan untuk
laut 87 jenis, bintang ular 142 jenis, bulu kelesatarian dan konservasi sumber
babi 84 jenis dan lili laut 91 jenis (Nontji, daya wilayah pesisir.
1993). Bagaimana keanekaragaman
Peranan Echinodermata adalah Echinodermata di Pantai Desa Tabang,
untuk menjaga keseimbangan Kecamatan Rainis, Kabupaten
ekosistem laut, sebagai pembersih Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi
limbah dan sampah, mempunyai Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
peranan pada ekosistem lamun sebagai menganalisis keanekaragaman
jaringan makanan, sebagai herbivora, Echinodermata di Pantai Paranti, Desa
karnivora, omnivora ataupun sebagai Tabang, Kecamatan Rainis, Kabupaten
pemakan detritus (Clark dan Rowe, Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi
1971). Echinoodermata mempunyai nilai Utara. Manfaat penelitian ini adalah
ekonomis tinggi, dan beberapa jenis sebagai sumber informasi (database)
diantaranya dapat dimakan misalnya bagi penelitian-penelitian selanjutnya,
teripang serta bulu babi. Selain itu, selain itu dimanfaatkan juga dalam
Echinodermata juga dimanfaatkan pengambilan keputusan guna
sebagai hiasan dan sebagai souvenir pelestarian dan konservasi filum
(Suparna, 1993). Echinodermata di Pantai Paranti Desa
Saat ini Pantai Paranti Tabang.
dimanfaatkan oleh penduduk setempat
METODE PENELITIAN
untuk mencari nafkah, seperti mencari
ikan dan mengumpulkan berbagai jenis Penelitian ini dilaksanakan pada
biota dari filum Echinodermata. bulan Desember 2018 – Januari 2019.
Teripang dan bulu babi merupakan Lokasi penelitian dilakukan di Pantai
spesies yang banyak diambil dan dijual Paranti Desa Tabang, Kecamatan
karena memiliki nilai ekonomis yang Rainis, Kabupaten Kepulauan Talaud,
tinggi, selain itu pantai ini di jadikan Provinsi Sulawesi Utara. Untuk
tempat wisata bagi wisatawan domestik identifikasi dilaksanakan di
dan mancanegara. Aktivitas yang Laboratorium Konservasi, Fakultas
dilakukan berupa menginjak, Matematika dan Ilmu Pengetahuan
memegang, mengambil biota laut dan Alam, Universitas Sam Ratulangi.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

40
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

Pengambilan sampel dilakukan di sehingga sulit ditemukan (Yurson,


Pantai Paranti Desa Tabang, Kecamtan 2010).
Rainis dengan menggunakan metode Spesies Holothuria scabra di
purposif random sampling dan petak Stasiun I memiliki jumlah individu
kuadrat sebanyak 20 petak yang terbanyak yaitu 36 individu. Habitat
berukuran 1 m x 1 m pada masing- pada Stasiun I merupakan daerah yang
masing stasiun. Pengambilan sampel bersubstrat pasir berlumpur yang
dilakukan di tiga stasiun yang berbeda. merupakan habitat dari spesies
Penentuan stasiun berdasarkan Holothuria scabra (Aziz dan Susetiono,
substrat yang mendominasi di lokasi 1998). Filum Echinodermata yang
penelitian. Stasiun pertama dengan ditemukan di Statiun I ada 8 spesies
substrat berpasir, stasiun kedua di dengan jumlah total individu sebesar 87
daerah berpasir yang ditumbuhi lamun individu, jumlah spesies yang di
dan stasiun ketiga dengan substrat temukan pada stasiun ini merupakan
berbatu di daerah rataan terumbu jumlah spesies yang paling sedikit di
karang. antara ketiga satasiun. Pinggiran
Penelitian dimasing-masing mangrove merupakan daerah yang
stasiun dilakukan saat surut terrendah memiliki sumber makanan berupa
disiang hari dengan meletakkan petak detritus dari daun mangrove yang jatu
kuadrat di setiap stasiun yang terdapat kedasar laut (Olii et al., 2014). Suhu
Echinodermata. Pengambilan sampel pada Stasiun I bekisar antara 28-32°C.
parameter lingkungan dilakukan pada Menurut Aziz (1998), suhu yang baik
saat pengambilan sampel. Parameter untuk kehidupan Echinodermata adalah
lingkungan yang diukur yaitu pH, suhu, 20°C-33°C, maka dari peryataan
dan salinitas air laut. tersebut suhu pada Stasiun I dinilai
sesuai dan stabil karena termasuk
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam kisaran suhu optimum dan
salinitas pada stasiun ini berkisar 27-32
Hasil penelitian ditemukan 27 ppm. Umumnya kisaran alami salinitas
spesies Echinodermata di Pantai di perairan tropis seperti perairan
Paranti, Desa Tabang. Echinodermata Indonesia berkisar antara 32-33 ppm
yang ditemukan dari empat kelas yaitu dan nilai pH normal 7-8 (Aziz, 1994).
Asteriodea diwakili oleh lima spesies, Echinodermata yang ditemukan di
Holothuroidea yang di wakili oleh Stasiun II 24 spesies dengan jumlah
delapan spesies, Echinoidea yang di total 329 individu. Spesies S. maculata
wakili lima spesies dan Ophiuroidea paling banyak dijumpai di Stasiun II,
yang di wakili oleh sembilan spesies. menurut Aziz (1996), kelas Echinodea
Berdasarkan Tabel 1, spesies pada umumnya merupakan hewan
yang terdistribusi pada semua habitat pemakan tumbu-tumbuhan atau
yaitu kelas Echinoidea (Bulu babi) dari herbivor sehingga banyak ditemukan di
spesies Diadema savignyi dikarenakan daerah lamun atau alga karena spesies
spesies ini mampu bertahan hidup pada ini memakan daun dari tumbuhan
ketiga habitat yang ada. Ketiga habitat tersebut. Meningkatnya kehadiran biota
ini berperan besar dalam menyediakan di daerah lamun didukung oleh struktur
makanan, tempat berlindung dan fisik yang dapat digunakan sebagai
berbagai bentuk kehidupan lainnya tempat hidup, stabilitas, sedimen,
sehingga mempengaruhi keberadaan sumber bahan makan serta menghindar
spesies ini (Yurson dan Susetiono, dari serangan predator (Yurson, 2006).
2010). Kelas Crinoidea pada penelitian Hasil pengukuran suhu air laut pada
ini tidak ditemukan di ketiga stasiun, daerah pasang surut di ekosistem
karena kelas Crinoidea biasanya hidup padang lamun berkisar antara 28-33°C.
di daerah terumbu karang yang curam

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

41
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

Table 1 : Jumlah kelas spesies Echinodermata yang ditemukan di Pantai Paranti Kecamatan
Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara
Stasiun
No Kelas/spesies
I II III
I Echinoidea
Diadema savignyi 23 15 21
Echinoidametra mathaei 0 7 188
Echinothrix calamaris 0 2 2
Tripneustes gratilla 0 23 0
Echinothrix diadema 0 9 6
II Ophiuroidea
Ophiolepis superba 0 5 0
Ophiarthrum elegans 0 0 21
Ophiarachnella infernalis 0 0 15
Ophiomastix annulosa 0 34 7
Macrophiothrix longipeda 0 4 46
Ophiarachna incrassata 0 11 0
Ophiocoma erinaceus 3 19 88
Ophiarthrum pictum 0 8 46
Ophiarachna affinis 0 2 57
III Holothuroidea
Holothuria (Halodeima) atra 0 8 3
Holothuria (Fistularia) hilla 0 14 0
Holothuria (Holothuria) scabra 36 2 0
Bohadschia vitiensis 2 7 1
Holothuria (Mertensiothuria)
0 1 12
leucospilota
Opheodesoma grisea 7 35 0
Synapta maculata 0 79 0
Bohadschia marmorata 0 3 1
IV Asteridea
Archaster typicus 12 0 0
Culcita novaeguinea 0 10 0
Acenthaster planci 2 2 0
Ptoreaster nodusus 2 23 3
Linckia laevigata 0 9 10
TOTAL 87 329 527

Suhu air laut terus mengalami spesies dan sebanyak 527 individu,
peningkatan dan kecenderungan jumlah ini merupakan jumlah tertinggi
kenaikan suhu pada zona padang lamun diantara ketiga stasiun. Hal ini
dipengaruhi oleh penetrasi matahari disebabkan pada Stasiun III terdapat
yang kuat, akan tetapi masih sangat lima spesies Echinodermata yang
memungkinkan untuk ditemukan hewan ditemui dan menyukai habitat tersebut
dari filum Echinodermata. Menurut yaitu spesies Echinoidametra mathaei,
Kisman (1964) dalam Hutaruk (2009), Macrophiothrix longipeda, Ophiocoma
menyatakan bahwa tingkat toleransi erinaceus, Ophiarthrum pictum, dan
minimum dan maksimum suhu dari filum Ophiarachna affinis (Tabel 1).
Echinodermata yaitu berkisar antara 16- Sesuai dengan yang dikemukakan
36°C. oleh Romadhon (2009), bahwa
Stasiun III merupakan daerah Echinodermata yang sering dijumpai
karang dan berbatasan dengan terumbu bersembunyi pada batu di wilayah
karang yang curam. Jumlah total individu pesisir laut. Selain itu juga daerah ini
yang didapatkan pada stasiun ini ada 17 dimanfaatkan sebagai tempat

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

42
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

persembunyian, di dukung juga oleh dengan penelitian yang di lakukan oleh


Nyakken (1986), yang mengemukakan Rompis (2012), yang menyatakan
bahwa, “Dari semua pantai intertidal, bahwa kelas Ophiuroidea merupakan
pantai berbatu tersusun dari bahan hewan yang aktif pada malam hari,
bebatuan yang merupakan daerah sehingga kelas Ophiuroidea pada
yang paling padat mikroorganismenya penelitian yang tela di lakukan tidak
dan mempunyai keanekaragaman ditemukan baik di Stasiun I, II dan
terbesar baik untuk spesies hewan Stasiun III, sedangkan pada penelitian
maupun tumbuhan. Suhu pada ini kelas Ophiroidea ditemukan baik di
Stasiun III berkisar antara 28-33,7°C stasiun I, II dan Stasiun III, di lihat dari
sejalan dengan yang dinyatakan oleh aktivitas Ophiroidea yang
(Novianti et al., 2016) bahwa perairan mengambang keluar dari celah
pantai daerah tropik biasanya bebatuan terlihat jelas pada saat air
mempunyai kisaran suhu antara 27- sedang pasang, dengan tujuan untuk
29°C. Faktor lingkungan lainnya yaitu mengambil makanan dari planton yang
salinitas. Adanya karakteristik pantai terbawah oleh arus air laut dengan
berupa lamun dan berbatu karang bagian tubuh terbalik, guna lebih muda
diketahui dapat mengurangi untuk mengambil makanan. Aktivitas
penguapan, sehingga hal tersebut Ophiuroidea ini oleh masyarakat
memberikan pengaruh juga pada setempat dijadikan sebuah tanda akan
tinggi rendahnya salinitas (Katili, pasang dan surutnya air laut.
2011).
Kepadatan dan Frekuensi
Salinitas air laut pada Stasiun III
28ppm-32ppm masih sesui untuk Kepadatan dan Kepadatan Relatif
kehidupan Echinodermata di lokasih Stasiun I, II dan III
ini. Tingkat kepadatan dan
Pada Stasiun II dan III kelas kepadatan relatif spesies
Ophiuroidea memiliki jumlah spesies Echinodermata pada Stasiun I dapat
yang sama. Jumlah total individu dilihat pada Gambar 1.
terbanyak pada Stasiun III. Ini berbeda

Gambar 1. Kepadatan dan Kepadatan Relatif Stasiun I

Gambar 1 menunjukkan bahwa B. vitiensis, O. erinaceus Spesies H.


spesies yang memiliki nilai kepadatan scabra memiliki kepadatan tertinggi
tertinggi adalah H. scabra yaitu karena paling banyak ditemui dan
sebesar 0,09 individu/m², sedangkan menyukai daerah dengan substrat
spesies yang memiliki kepadatan berpasir berlumpur dan daerah pada
terrendah yaitu A. planci, P. nodus dan Stasiun I merupakan daerah yang

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

43
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

memberikan sumber makanan bagai 2017). Spesies A. planci, merupakan


hewan ini. Teripang adalah hewan hewan yang menempati daerah
bentik yang lambat pergeraknya, hidup karang baik hidup maupun karang
pada dasar dengan substrat pasir mati. A. planci atau sering disebut kaki
lumpur, maupun dalam lingkungan seribu yang memiliki lengan banyak
terumbu. Teripang juga berperan dan seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh
sebagai pemakan deposit dan duri. Menurut (Hutaruk, 2009), spesies
pemakan suspensi, spesies H. scabra A. planci, ditemukan menempel
ditemukan pada habitat yang selalu diterumbu karang atau di bawah
berada di bawah garis surut terrendah karang akan tetapi daerah pinggiran
(Yurson et al., 2017). mangrove dengan subsrat berpasir
Di lain sisi, spesies dengan nilai berlumpur bukan daerah habitat dari
kepadatan terrendah kemungkinan hewan tersebut.
disebabkan oleh arus air laut sehingga Pada Stasiun II spesies yang memiliki
ketiga spesies ada pada Stasiun I. nilai kepadatan tertinggi yaitu Synapta
Spesies P. nodus dan B. vitiensis maculata sedangkan spesies H.
merupakan hewan yang menempati leuscopilota memiliki kepadatan yang
daerah padang lamun (Yurson et al., rendah dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kepadatan, Kepadatan Relatif, Stasiun II

Spesies H. leuscopilota memiliki untuk dijadikan tempat perlindungan


kepadatan yang terrendah dengan dari hempasan ombak dan
nilai 0,00 individu/m² dan kepadatan lingkungannya kaya akan detritus dan
relatif 0,10%. Hal ini disebkan spesies dapat menempati habitat yang
ini ditemukan disela terumbu karang, tergenang air bahkan saat surut
sedangkan pada daerah padang terrendah (Christine, 2013). Stasiun II
lamun, hanya ditemukan beberapa merupakan akses warga untuk
terumbu karang yang hidup di daerah beraktivitas dari pemukiman warga ke
tersebut. Hewan H. leuscopilota laut dan sebagai jalan keluar masuk
merupakan hewan yang menempati perahu-perahu nelayan meskipun
dan menyukai daerah karang hidup begitu Stasiun II didapatkan 24 spesies
maupun karang mati (Sipatupang et dengan jumlah total individu 329 dari
al., 2017). empat kelas Echinodermata. Spesies
Spesies S. maculata memiliki B. vitiensis pada Stasiun III memiliki
kepadatan tertinggi dengan nilai 0,20 kepadatan terrendah, sedangkan E.
individu/m² dan kepadatan relatif mathaei memiliki kepadatan tertinggi
8,23%. Spesies ini menyukai dasar dapat dilihat pada gambar 3.
berpasir dengan tumbuhan lamun

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

44
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

Gambar 3. Kepadatan, Kepadatan Relatif, Stasiun III.

Berdasarkan Gambar 3, spesies (2012), bulu babi spesies E. mathaei


B. vitiensis meiliki kepadatan hidup mengelompok. Sejalan dengan
terrendah dengan nilai 0,00 individu/m² penelitian ditemukan 5-8 individu yang
dan kepadatan relatif 0,10%, ditemukan di celah-celah bebatuan.
sedangkan spesies E. mathaei Spesies B. vitiensis memiliki
memiliki kepadatan tertinggi dengan kepadatan terrendah, disebabkan
nilai 0,48 individu/m² dan kepadatan spesies ini memiliki nilai ekonomis
relatif 19,79%. sehingga oleh masyarakat setempat
Spesies E. mathaei memiliki memanfaatkan spesies ini untuk
kepadatan tertinggi, karena Stasiun III diperjualbelikan (Kalami, 2012).
merupakan daerah daratan karang
Frekuensi dan Frekuensi Relatif
yang termasuk karang hidup dan
Stasiun I, II dan III
karang mati dan spesies E. mathaei
Berdasarkan penelitian yang
pada umumnya hidup dengan
telah dilakukan komposisi
menyembunyikan diri di celah-celah
Echinodermata yang didapat pada
bebatuan dengan tujuan untuk
spesies Ptoreaster nodusus memiliki
menghindari predator dan juga daerah
frekuensi terrendah sedangkan
ini memiliki ketersedian sumber
frekuensi tertinggi adalah spesies H.
makanan bagi spesies tersebut
scabra pada Stasiun I (Gambar 4).
(Susetiono, 2004). Menurut Mongkey

Gambar 4. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Stasiun I

Berdasarkan gambar 5, spesies frekuensi relatif 0,28%. Hal ini


P. nodusus memiliki frekuensi disebakan spesies ini hidup di daerah
terrendah dengan nilai 0,05 dan yang berpasir dan padang lamun

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

45
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

karena lamun merupakan sumber Spesies H. leucospilota pada Stasiun II


makanan bagi spesies tersebut. memiliki nilai frekuensi terrendah,
Spesies B. vitiensis yang ditemukan sedangkan spesies O. erinaceus, S.
pada Stasiun I diduga terbawah arus muculata dan O. grisea memiliki
air laut, karena Stasiun I bukan tempat frekuensi tertinggi.
atau habitat dari B. vitiensis itu sendiri
(Dominggus et al., 2008).

Gambar 5. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Stasiun II

Berdasakan Gambar 5, frekuensi substrat dan sedimen yang menempel


terrendah di daerah lamun yaitu pada di daun alga dan lamun. Pada Stasiun
spesies H. leucospilota dengan nilai II, karena ketiga spesies memiliki
0,1 dan frekuensi relatif 0,57% hal ini pergerakan yang lambat sehingga
disebakan spesies H. leucospilota dari daerah ini sangat baik untuk dijadikan
kelas Holothuroidea menempati tempat berlindung, mencari makan
daerah daratan karang mati, karena serta tempat untuk berkembang biak
daerah ini sebagai tempat untuk (Husain, 2017).
berlindung dari predator. Terdapat tiga spesies yang
Spesies O. erinaceus, S. masing-masing memiliki nilai frekuensi
muculata dan O. grisea memiliki tertnggi yaitu spesies O. pictum; O.
frekuensi tertinggi pada Stasiun II erinaceus dan E. mathaei, di lain sisi
dengan nilai 0,65 dan frekuensi relatif spesies B. vitiensis memiliki frekuensi
3,68%. Hal ini dipengaruhi oleh terrendah dapat dilihat pada gambar 6.
makanan dari ketiga spesies yaitu dari

Gambar 6. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Stasiun III.


Gambar 6, menunjukan bahwa E. mathaei memiliki frekuensi tinggi
spesies O. pictum, O. erinaceus, dan dengan nilai 1,00 dan frekuensi relatif

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

46
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

5,67%, karena pada Stasiun III banyak ditemukan di stasiun ini


terdapat batuan karang maupun (Lariman, 2011). Spesies B. vitiensis
karang yang masih hidup, dan perairan memiliki frekuensi terrendah karena
di stasiun ini dipengaruhi oleh arus spesies ini memiliki nilai ekonomis
laut. Ketersediaan makanan dan sehingga masyarakat setempat
tempat berlindung baik filum memanfaatkan spesies tersebut untuk
Echinodermata dari kelas Ophiuroidea diperdagangkan (Kalami, 2012).
dan kelas Echinodea oleh karena itu

Gambar 7. Indeks Keanekaragaman Gambar 8. Indeks Dominansi

Stasiun I, II dan Stasiun III, ini juga terdapat batuan karang dan
memiliki nilai H´= (0,40); (1,56) dan daerah berpasir yang dijadikan tempat
(1,50). Dapat dilihat jelas pada tabel 8. berlindung bagi beberapa spesies
Berdasarkan nilai indeks diversitas Echinodermata seperti spesies E.
(H´) kategori sedang melimpah mathaei.
ditemukan pada Stasiun II (H´ = 1,56) Stasiun II juga memiliki kondisi
dan Stasiun III (H´= 1,50), sedangkan lingkungan seperti pH dan suhu yang
Stasiun I menunjukan cocok untuk Echinodermata. pH di
Keanekaragaman rendah dengan nilai stasiun ini berkisar antra 7-8 yang
(H´= 0,40), dalam kategori indeks merupakan standar pH yang cocok
keanekaragaman menurut Shannon- bagi organisme makrozoobentos
Wienner (Fachrul, 2006). (Hutauruk, 2009).
Stasiun II memiliki nilai indeks Stasiun I memiliki indeks
keanekaragaman tertinggi sebesar keanekaragaman terrendah yaitu
1,56, ini disebabkan karena di Stasiun sebesar 0,40. Di Stasiun I hanya
II ada 24 spesies dengan jumlah total ditemukan 8 spesies Echinoderma
329 individu. Selain itu di Stasiun II dengan jumlah total 87 individu.
juga merupakan daerah padang Rendahnya keanekaragaman perairan
lamun. Menurut Clark dan Rawe dangkal di Pantai Paranti dikarenakan
(1971), anggota dari filum perairan ini sudah dijadikan sebagai
Echinodermata mempunyai peran tempat wisata dan tempat bersandar
penting dalam jarring-jaring makanan kapal nelayan, sehingga berpengaruh
pada ekosistem lamun. yang dijadikan terhadap keberadaan komunitas
sebagai habitat atau tempat tinggal Echinodermata di perairan ini. Stasiun
bagi beberapa biota laut, sebagai III memiliki nilai indeks
sumber bahan makanan dan tempat Keanekaragaman sebesar 1,50,
berlindung dari serangan pemangsa dengan kategori sedang. Spesies
sehingga di stasiun ini banyak didapat Echinodermata yang ditemui di stasiun
spesies Echinodermata. Pada stasiun

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

47
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

ini ada 17 spesies, dengan jumlah total terjadi persaingan yang berarti
individu 544 individu. terhadap ruang, makanan, atau tempat
Secarah keseluruhan nilai Indeks hidup bagi organisme di ketiga stasiun
Keanekaragaman Echinodermata di tersebut. Nilai indeks Dominansi
Pantai Paranti (H´) = 1,15, ini berarti stasiun III lebih besar dari stasiun-
tergolong sedangan dengan nilai H´≤ 1 stasiun lain dikarenakan pada stasiun
(Fachrul, 2006). Menurut Suwartimah III terdapat spesies yang mendominasi
et al., (2017), nilai Indeks yaitu bulu babi spesies Echinodametra
Keanekaragaman jika mendekati nilai matheai dengan jumlah 188 individu.
0, maka dalam ekosistem ada Secara umum nilai indeks Dominansi
kecenderungan terjadinya dominansi (ID) Echnodermata pantai Paranti
spesies yang disebabkan oleh adanya desa Tabang yaitu 0,14. Nilai tersebut
ketidaksedangan faktor-faktor berada pada kategori rendah. Apa bila
lingkungan dan populasi. Bila Indeks nilai indeks Domiansi berada pada
Keanekaragaman mendekati nilai 1, rentang 0-0,50, dapat dikatakan
maka hal ini menunjukan bahwa bahwa ada beberapa spesies yang
ekosistem tersebut dalam kondisi yang mendominasi pantai Paranti (Arifah et
relatif sedang yaitu jumlah individu tiap al., 2017).
spesies relatif sama atau tidak ada
kecenderungan terjadi dominansi KESIMPULAN DAN SARAN
spesies.
Stasiun I memiliki nilai indeks
Semakin kecil keanekaragaman
Keanekaragaman sebesar 0,40, di
spesies dalam komunitas, artinya
Stasiun II memiliki nilai H´= 1,56 dan di
penyebaran jumlah individu setiap
Stasiun III memiliki nilai H´=1,50. Nilai
spesies tidak sama yaitu terdapat
ini menunjukan bahwa
kecenderungan bahwa komunitas
keanekaragaman di Pantai Paranti
tersebut didominasi oleh suatu spesies
tergolong sedang. Spesies
atau spesies tertentu. Sebaliknya
Echinodermata yang didapat di Pantai
semakin besar nilai Indeks
Paranti Kecamatan Rainis, Kabupaten
Keanekaragaman dalam komunitas
Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi
maka akan menyebabkan
Utara berjumlah 27 spesies. Lima
keseragaman spesies semakin besar,
spesies dari kelas Asteroidea,
artinya kelimpahan setiap spesies
sembilan spesies dari kelas
dapat dikatakan sama atau tidak jau
Ophiuroidea, delapan spesies dari
berbeda dan di dalam kominitas
kelas Holothuroidea dan lima spesies
tersebut tidak ada dominansi
dari kelas Echinoidea. Kondisi
(Suwartimah et al., 207).
lingkungan di perairan Pantai Paranti
Indeks Dominansi digunakan untuk
masih sesuai untuk kehidupan
mengetahui spesies Echinodermata
Echinodermat. Speises yang
tertentu yang mendominasi di suatu
ditemukan adalah spesies umum yang
habitat. Berdasarkan hasil
terdapat di perairan dangkal tropis
perhitungan, diperoleh nilai Indeks
namun belum pernah dilaporkan dari
Dominansi untuk semua stasiun baik
daerah ini
Stasiun I, II dan Stasiun III adalah
DAFTAR PUSTAKA
(0.26); (0.02) dan (0.01). Dalam
Anonim. 2007. Badan Pusat Statistik
kategori Indeks Dominansi
Daerah Kecamatan Kabupaten
menunjukan bahwa Indeks Dominansi
Kepulauan Talaud.
pada suatu daerah baik Stasiun I, II
ttps://talaudkab.bps.go.com [27
dan Stasiun III adalah rendah.
Oktober 2018].
Indeks Dominansi pada suatu
Arifa, D., H. Santoso., R. Noor. 2017.
daerah baik Stasiun I, II dan Stasiun III
Indeks Keanekaragaman
yaitu sedang rendah artinya belum
Echinodermata di Pantai Tanjung

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

48
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

Setia Kabupaten Pesisir Barat Penampungan UD. Lautan Mas


sebagai sumber belajar Biologi Manado. [Skripsi]. Dalam Bidang
SMA kelas X. Pendidikan Biologi. Teknologi Hasil Perikanan. FPIK-
FPIK-Universitas Universitas Sam Ratulangi.
Muhammadiyah. Metro. Lariman, 2011. Keanekaragaman
8(2):117-124. Fhylum Echinodermata di Pulau
Aziz, A. 1997. Status Penilaian Beras Basah Kota Bantang
Teripang Komersial di Indonesia. Kalimantan Timur. Mulaiuarman
Osean. 22(1):9-19. Scientik. 10(2):201-218.
Aziz, A. 1994. Pengaruh salinitas
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.
terhadap sebaran fauna
Cetakan Kedua. Djambatan.
Echinodermata. Oseana.
Jakarta.
19(2):23-32.
Nurul, U.K. 2016. Keanekaragaman
Christine. 2013. Tingkat
Echinodermata zona Intertidal di
Keanekaragaman dan
Pantai Santolo Pemeungpeuk
Kehidupan.
Kecamatan Cikelet, Garut.
http://www.sentraedukasi.com
[Diploma Tesis]. UIN-Bandung.
[12 Oktober].
Nyambakken, J.W. 1986. Biologi Laut,
Clark, A.M., dan E. Rowei. 1971.
Suatu Pendekatan Biologi.
Manograph of Shollow-water
Gramedia Pustaka Utama.
Indo West Pacific Echinodems.
Jakarta.
Trustees of the British Museum
(Natural History). London. 238 Rompis, R. 2012. Diversitas
Echinodermata di Pantai Meras,
Dominggus, R., Gofur., H. Sutomo.
Kecamatan Bunaken, Sulawesi
2008. Hubungan Faktor Fisik-
Utara. [Skripsi]. Jurusan Biologi
Kimia Lingkungan Dengan
FMIPA-Universitas Sam
Keanekaragaman
Ratulangi.
Echinodermata pada Daerah
Pasang Surut Pantai Kairatu. P. Sipatupang, C.Y.M., Sarung, A.M dan
77-85 Ulfa, M. 2017. Keanekaragaman
Echinodermata dan Kondisi
Fachrul, M.F. 2006. Metode Sampling
Lingkungan Perairan dangkal
Bioekologi. Bumi AKsara.
Pulau Padang Kabupaten Batu
Jakarta.
Bara Provinsi Sumatra Utara.
Husain, G. 2017. Struktur Komunitas Jurnal Ilmia Mahasiswa Kelautan
Teripang (Holothuroidea) Di dan Perikanan Unsyiah. 2(1):97-
Kawasan Pantai Pulau 103
Nyaregilaguramangota
Suparna. 1993. Petunjuk Praktis
Kecamatan Jailolo Selatan
Budidaya Teripang. Kanisius
Kabupaten Halmahera Barat
Jakarta.
Maluku Utara. [Skripsi]. FPIK-
Universitas Sam Ratulangi. Suwartimah, K., Wati. D.S., Endawati.
H., Hartali. R. 2017. Komposisi
Hutaruk, E.L. 2009. Studi
Echinodermata di Rataan Litoral
Keanekaragaman
Terumbu Karang Pantai Krakal,
Echinodermata di Kawasan
Gunung Kidul, Yogyakarta.
Perairan Pulau Rubiah Nangroe
Departemen Ilmu Kelautan.
Aceh Darusalam. [Skripsi].
FPIK-Universitas Diponegoro
FMIPA- Universitas Sam
Kampus Tembalang. Semarang.
Ratulangi.
6(1):53-60.
Kalami, S. 2012. Identifikasi Kapang
Yusron, E. 2010. Keanekaragaman
Pada Teripang Putih (Holothoria
jenis Ekhinodermata di Perairan
scabra) Kering Di Tempat

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

49
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. X-2 April 2019

Likupang, Minahasa Utara Yusron, E., Susetiono. 2005. Fauna


Sulawesi Utara. Ilmu Kelautan Echinodermata dari Perairan
(Indonesian Journal of marine Tanjung Merah Selat Lembeh-
Sciencis). 15(2):85-90. Sulawesi Utara

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/index

50

Anda mungkin juga menyukai