Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut Sunarya (1969), Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan
yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan
tujuanya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa
tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976),merumuskan
bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga
negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan
Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang sistem Pwndidikan
Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah Pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan
batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.
a. Kelembagaan Pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan
luar sekolah.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan di sekolah melalui kegiatan
belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan.
Fungsi pendidikan luar sekolah, antara lain, memberikan beerapa
kemampuan, yaitu kemampuan keahlian untuk pengembangan karier, sebagai
contoh, melalui kursus penyegaran, penataran, seminar, lokakarya dan konferensi
ilmiah; kemampuan teknis akademis dalam suatu sistem pendidikan nasional
seperti sekolah terbuka, sekolah kejuruan, kursus-kursus tertulis, pendidikan
melalui radio dan televisi; kemampuan pengembangan kehidupan keagamaan,
seperti melalui pesantren, pengajian, pendidikan di surau atau langgar, dan biara;
kemampuan pengembangan sosial budaya, seperti teater, olahraga, seni beladiri,
dan lembaga-lembaga pendidikan spiritual; kemampuan keahlian dan
keterampilan sebagai contoh dengan melalui sistem magang untuk menjadi ahli
bangunan.
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang dilaksanakan oleh keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral, dan keterampilan.
b. Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademis, dan pendidikan
profesional.
1) Pendidikan Umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada
tingkat akhir masa pendidikan.
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada
bidang tertentu.
3) Pendidikan luar biasa
Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan mental.
4) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan
tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu departemen
pemerintah atau lembaga pemerintah non departemen.
5) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran
keagamaan yang bersangkutan.
6) Pendidikan Akademik
Pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan.
7) Pendidikan Profesional
Pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian
tertentu.
B. Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah. Pasalnya Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua
atau education for all (EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011
Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun
2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011
oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta
terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).
Salah satu penyebab rendahnya indeks pembangunan pendidikan di Indonesia
adalah tingginya jumlah anak putus sekolah. Sedikitnya setengah juta anak usia
sekolah dasar (SD) dan 200 ribu anak usia sekolah menengah pertama (SMP)
tidak dapat melanjutkan pendidikan. Data pendidikan tahun 2010 juga
menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah. Bahkan
laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menunjukan bahwa setiap menit
ada empat anak yang putus sekolah.
Menurut Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan, Indonesia
mengalami masalah pendidikan yang komplek. Selain angka putus sekolah,
pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah lain, mulai dari
buruknya infrastruktur hingga kurangnya mutu guru. Masalah utama pendidikan
di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas kurikulum yang
belum standar, dan kualitas infrastruktur yang belum memadai. 
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal
penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan
interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.
Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan.
 Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum
sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini
dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih sedangkan
sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga dari persyaratan sertifikasi, hanya
2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi
sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.
Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru
untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-masing adalah
21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan Indonesia kekurangan guru
sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi kelebihan guru. Belum lagi
pada tahun 2010-2015 ada sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang
akan pensiun sehingga harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran
proses belajar.
Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus
diperbaiki. Pasalnya kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami
perombakan dan belum adanya standar kurikulum yang digunakan. Tahun 2013
yang akan datang, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan
perubahan kurikulum pendidikan nasional untuk menyeimbangkan aspek
akademik dan karakter. Kurikulum pendidikan nasional yang baru akan selesai
digodok pada Februari 2013 itu rencananya segera diterapkan setelah melewati uji
publik beberapa bulan sebelumnya.
Mengingat sering adanya perubahan kurikulum pendidikan akan membuat
proses belajar mengajar terganggu. Karena fokus pembelajaran yang dilakukan
oleh guru akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Terlebih jika inti
kurikulum yang digunakan berbeda dengan kurikulum lama sehingga
mengakibatkan penyesuaian proses pembelajaran yang cukup lama.
Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih menjadi
hantu bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyaknya
sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk perbaikan sedangkan proses
perbaikan dan pembangunan sekolah yang rusak atau tidak layak dilakukan secara
sporadis sehingga tidak kunjung selesai.
Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini Indonesia memiliki
899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098 (32,6%) dalam kondisi rusak.
Sementara pada tingkat SMP, saat ini Indonesia memiliki 298.268 ruang kelas
namun ruang kelas dalam kondisi rusak mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari
daerahnya, kelas rusak terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652,
disusul Sulawesi Tengah 1.186, Lampung 911, Jawa Barat 23.415, Sulawesi
Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576, Jawa
Tengah 22.062, Jawa Timur 17.972, dan Sulawesi Barat 898.
Melihat begitu banyaknya masalah pendidikan di Indonesia maka dibutuhkan
solusi tepat untuk mengatasinya. Solusi yang dapat membatu pemerintah untuk
meringankan beban pendidikan di Indonesia.
Untuk membatu mengatasi masalah pendidikan dibutuhkan adanya lembaga yang
membantu pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, menjaring
kerjasama untuk memperoleh dana pendidikan, dan menggalang dukungan untuk
pendidikan yang lebih baik. Lembaga perantara tersebut bekerjasama dengan
pemerintah, pihak swasta, dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama
memberbaiki kualitas pendidikan di Indonesia mengingat tanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, lembaga tersebut melakukan
pendampingan kepada guru-guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih
kepada guru-guru kreatif. Pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan profesionalitas, kreatifitas, dan kompetensi guru dengan model
pendampingan berupa seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan praktek.
Pendampingan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang didukung oleh
pemerintah dan pihak terkait.
Lembaga tersebut juga memediasi masyarakat, pendidik, dan pihak terkait lainnya
untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam memperbaiki
kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya lembaga ini, ide-ide kreatif
untuk memperbaiki kurikulum pendidikan dapat tertampung dan pemerintah dapat
mempertimbangkan ide masyarakat untuk kebijakan yang dibuat.
Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan guru, kepala sekolah, dan
pengelola sekolah, lembaga tersebut melakukan pendampingan guna mewujutkan
manajemen sekolah yang baik. Proses yang dilakukan berupa konsultasi,
lokakarya, dan pelatihan ditunjukan kepada guru, staf dan pimpinan sekolah.
Pihak manajemen sekolah diharapkan mampu membawa sekolah yang
dipimpinnya untuk berkembang dan meraih prestasi yang diharapkan.
Lembaga perantara tersebut juga berperan membantu manajemen sekolah
untuk mengembangkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait guna
memperoleh dana pengembangan infrastruktur sekolah.Tidak hanya itu, lembaga
tersebut juga dapat menggalang dana dari sponsor untuk perbaikan bangunan
sekolah yang hampir rusak di wilayah terpencil.
Dukungan masyarakan, lembaga sosial, dan lembaga pers memiliki fungsi
dalam meningkatkan pemahaman pentingnya pendidikan melalui penyebaran
informasi. Oleh karena itu, lembaga tersebut mempunyai tugas untuk
meningkatkan dukungan tersebut dengan cara bekerja sama dengan pihak
masyarakat, lembaga sosial, dan pers. Dengan demikian informasi seputar
perbaikan mutu pendidikan di Indonesia dapat tersalurkan dengan mudah.
C. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam
konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang
berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal yang nyata, seperti
tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-ekonomi, binatang, kebudayaan
kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya
pendidikan.
Lingkungan yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi anak ada
tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Ketiga lingkungan ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan
(Kepmendikbud, 0186/P/1984).
a. Lembaga Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga
pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluarga merupakan
lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya keluarga
sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia ini ada. Ayah dan ibu di dalam
keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidiknya. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan tidak mempunyai program yang resmi seperti yang dimiliki
oleh lembaga pendidikan formal. Tugas keluarga adalah meletakan dasar-dasar
bagi perkembangan anak berikutnya, agar anakmdapat berkembang secara baik.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam
membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertamakali
berkenalan dengan nilai dan norma.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang
diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam
masyarakat.(Kepmendibud, 0186/P/1984).
Fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu :
1) Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini
merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan yang berikutnya,
khususnya dalam perkembangan pribadinya.
2) Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak
untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam
pembentukan pribadi anak.
3) Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orang tua di
dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-hari akan menjadi wahana
pendidikan moral bagi anak di dalam keluarga tersebut, guma membentuk
manusia susila.
4) Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong-menolong, tenggang rasa,
sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera. Setiap
anggota keluarga memiliki sikap sosial yang mulia, dengan cara yang demikian
keluarga akan menjadi wahana pembentukan manusia sebagai mahluk sosial.
5) Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakkan dasar-
dasar pendidikan agama islam.
6) Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu diarahkan agar
anak dapat mengembangkan dan menolong dirinya sendiri. Dalam konteks ini
keluarga cenderung untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh
kembangkan inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi, tanggung jawab,
keterampilan dan kegiatan lain sesuai dengan yang ada dalam keluarga.
Hambatan-hambatan anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga
yaitu :
1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua;
2) Pigur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak;
3) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar;
4) Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak;
5) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan
orang tua yang terlalu tinggi;
6) Orang tua tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak;
7) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada
anak.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis yang mampu memancarkan
keteladanan kepada anak-anaknya, akan lahir anak-anak yang memiliki
kepribadian dengan pola yang mantap.
b. Lembaga pendidikan sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang
tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi mendidik anaknya.
Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli.
Guru-guru di dalam lembaga pendidikan formal adalah orang dewasa yang
mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi ia juga sebagai
produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan.
Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa didukung oleh
tersedianya tenaga kerja yang memadai sebagai produk pendidikan. Karena itu
sekolah perlu dirancang dan dikelola dengan baik. Dalam hal ini Mendikbud
menetapka masalah-masalah pendidikan sebagai berikut :
1) Satuan
Satuan pendidikan adalah satuan dalam sistem pendidikan nasional yang
merupakan wahana belajar baik di sekolah-sekolah maupun di luar sekolah.
Satuan pendidikan harus dapat menciptakan suasana yang menunjang
perkembangan peserta didik, sesuai dengan tujuan dan fungsi sistem
pendidikan nasional.
2) Jenis
Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang di kelompokan sesuai dengan
sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan dalam sistem pendidikan nasional terdiri
dari pendidikan sekolah dan luar sekolah.
a) Pendidikan Sekolah
Pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan
berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan
sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia.
b) Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu terikat oleh
jenjang dan struktur persekolahan, tetapi dapat berkesinambungan.
Pendidikan luar sekolah menyediakan program pendidikan yang
memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial,
keagamaan, budaya, keterampilan, dan keahlian.
3) Jenjang
Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat
kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.
Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan,menumbuhkan yang diperlukan dalam masyarakat,serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada perinsip yang merupakan pendidikan yang
memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik pribadi maupun
masyarakat.
b) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
serta dapat mengadakan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi.
c) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi
yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan
manusia (Kepmendikbud No. 0186/P/1984).
c. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa,
sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan
masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam
rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan
pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta),membantu pengadaan
tenaga biaya, prasarana dan sarana, profesi baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Peranan masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur perguruan
swasta, dunia usaha, kelompok profesi dan lembaga swasta nsaional lainnya.
Dalam sistem pendidikan nasional masyarakat ini disebut “ Pendidikan
kemastarakatan”.
Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang juga memberikan
kemungkinan perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, keterampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan
oleh rakyat Indonesia untuk untuk mengembangkan dirinya dan membangun
masyarakat.

Secara konkret pendidikan kemasyarakat dapat memberikan :


1) Kemampuan profesional untuk mengembangkan karier melalui kursus
penyegaran,penataran,lokarya,seminar,konferensi ilmiah dan sebagainya;
2) Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional seperti
sekolah terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi, dan
sebagainya;
3) Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama melalui pesantren,
pengajian,pendidikan agama di surau atau langgar, biara, sekolah minggu,
dan sebagainya;
4) Kemampuan mengembangkan kehidupan sosial budaya melalui bengkel seni,
teater, olah raga, seni bela diri, lembaga pendidikan spiritual, dan sebagainya;
5) Keahlian dan keterampilan melalui sistem meagang untuk menjadi ahli
bangunan, dan sebaginya;
D. Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar
Sekolah sebagai organisasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengembangkan potensi peserta didik, sebagaimana definisi pendidikan
yang termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutn spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.  Dari definisi pendidikan tersebut, dapat
diambil benang merah, bahwa esensinya pendidikan mengarah pada “penciptaan
suasana belajar yang efektif” dan proses “pembelajaran yang interaktif”. Dalam
hal ini, proses pembelajaran yang dilakukan merupakan aspek utama organisasi
sekolah, karena dalam proes pembelajaran terjadi proes perubahan kemampuan
peserta didik sebagai evaluasi dari sistem pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu
beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap
aktivitas yang ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena
hakikatnya sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization).
Menurut Sange (1994), organisasai pembelajar adalah organisasi tempat
dimana anggota-anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitasnya
untuk menciptakan pola berfikir baru dengan membiarkan berkembangnya
aspirasi kreatif dan tempat orang terus menerus berupaya belajar bersama.  Selain
itu, menurut Garvin (1993 : 78-91), organisasi pembelajar adalah organisais yang
senantiasa berusaha, menciptakan, mencari, dan mentransfer pengetahuan serta
memodifikasi perilakunya berdasarkan pengetahuan dan wawasan baru tersebut.
organisasi belajjar tidak hanya menghasilkan cara berfikir, tapi juga menerapkan
pengetahuan baru di dalam mengerjakan pekerjaan. Dixon (1998),
mengemukakan bahwa organisasi pembelajar adalah organisasi tempat dimana
terdapat kebiaaan belajar, baik pada tingkat individu, kelompok, atau sistem
secara keseluruhan untuk mengadakan transformasi secara terus menerus dengan
tujuan untuk memuaskan stakeholders.
Dari definisi menurut para ahli di atas, sekolah yang menerapkan dirinya
sebagai orgnisasi pembelajar merupakan sekolah yang menerapkan secara efektif
esensi atu makna pendidikan, dimana pada esensinya makna pendidikan mengarh
pad pembelajaran yang menyangkut :

1. learning to know  (berorientasi pada pengembangan atau perluasana


pengetahuan individu)
2. learning to do (berorientasi pada skill atau keterampilan individu)
3. learning to be (berorientasi pada tanggung jawab diri, nilai, dimana seseorang
mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki
secara bertanggung jawab, sehingga mulai terbentuk kepribadian yang baik)
4. learning to live together in peace and harmony (tahap ini merupakan
keseluruhan dari proses pembelajaran yang efektif, dimana seseorang mampu
beradaptasi dan hidup bersama secara damai dalam lingkup masyarakat luas.
Sekolah sebagai organisais pembelajaran akan selalu bersikap terbuka untuk
belajar, sehingga keterlibatn seluruh personil sekolah sangat dominan untuk
menciptakan efektivita sekolah. Ada beberapa dimensi organisasi pembelajaran
(learning organization) yang dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna
(2008 : 59-64), diantaranya :

1. Transfering knowledge, yaitu berorientasi pada terjadinya transformasi ilmu


pengetahuan. Dalam implementasinya terhadap pembelajaran di sekolah,
dimensi ini terletak pada pembelajaran yang bersifat student
oriented (menyangkut kebutuhan belajar peserta didik, perbedaan individual,
dan kepribadian peserta didik) dan content oriented (hal ini berhubungan
dengan materi dan metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru).
2. Opennes, yaitu keterbukaan sistem dalam menerima pengetahuan atau
pengalmn dari berbagai pihak, baik yang bersift kritik, saran, pendapat,
mupun lainnya. Sikap terbuka, akn membut organisasi semakin mudah untuk
berkembang dan jauh dari sifat entropy, hl ini dikarenakan sekolah tanggap
dan tangguh menerima berbagai kondisi atu situasi, baik secara internal
maupun eksternal.
3. System Thinking, yaitu kemampuan berfikir secara sistematis mencakup
makna kemampuan untuk selallu berfikir dan bertindak dengan pendekatan
yang menyeluruh, serta mampu menimbang segala unsur yang berkaitan.
4. Team Leraning, adalah kemampuan dan kemauan belajar dan bekerja sama
dalam tim. Dimesi ini mengarah pada pembentukan kekuatan dan kapasitas
tim, baik dari segi semangat, komitmen, kecerdasan, sehingga akan
mempermudah dalam bertukar pikiran, dan hal ini akan lebih efektif
dibandingkan kemampuan belajar individu.
5. Creativity. Supriyadi (1994 : 7), mendefiniskan kreatif sebagai kemampuan
seseorang menlahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dari
definisi tersebut, kreatif identif dengan berfikir kreatif, berusaha melahirkan
feature atau keistimewaan dan keunggulan dari setiap gagasan atau ide nya.
pembelajaran yang bersifat kreatif akan menghasilkan sesuatu yang bermutu
dan berjalan secara terus menerus, karena hakikatnya sesuatu yang bermutu
itu tidak akan selesai atau bersifat dinamis tidak statis.
6. Emphaty, merupakan sifat yang penuh dengan kepedulian dan respon
terhadap berbagai kedaan. Sifat emphty yang diterapkn di sekolah akan
menghasilkan suasabna atau iklim belajar yang menyenangkan, karena
menghasilkan komunikasi yang efektif antar warga sekolah maupun
stakeholder.
7. Personil Maturity, berhubungan dengan kemapanan SDM yang ada dalam
organisasi sekolah. Kedewasaan atau kematangan personil sekolah akan
mempurmudah kepala sekolah kaupun guru dalam menempatkan atau
memposisikan tugas untuk etiap personil sekolah termasuk peserta didik.
Kematngn menunjukkan danya kemampuan dan kemauan seseorang untuk
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini, jelas sangat penting dalam
sebuah organisasi.
Selain dimensi-dimensi di atas, Aan Komariah dan Cepi triatna (2008 : 65),
mengemukakan karakteristik organisasi pembelajar sebagai berikut :

1. Organisasi pembelajar memiliki budaya dan seperangkat nilai yang


mendorong belajar, dengan indikator yang tampak adalah keterbukaan pada
pengalaman, tidak menghindar dari kesulitan, dan kemauan untuk menelaah
kegagalan dan mau belajar darinya
2. Strategi organisasi menyatakan bahwa belajar merupakan sumber keunggulan
strategi yang mantap
3. Organisais belajar memiliki struktur organisasi yang permeable, flexible, and
network intimacy
4. Sistem organisasi dalam organisasi pembelajar sangat akurat, tepat waktu,
dan tersedia untuk siapa pun yang membutuhkan dan dalam bentuk yang
mudah dipergunakan. Hal ini menandakan bahwa sekolah sebagai organisasi
pembelajar memiliki manajemen sistem informasi yang baik dan efektif.
5. Organisasi pembelajar menyeleksi orang tidak berdasarkan apa-apa yang
diketahu, tetapi berdasarkan kemampuannya belajar dan menyesuaikan
tindakannya berdasarkan hasil belajar
6. Organisais pembelajar belajar dari orang lain
7. Pemimpin organisasi pembelajar adalah pembelajar
Proses tranformasi pengetahuan yang menjadi dimensi organisasi pembelajar
akan memberikan dampak positif terhadap peroses kedewasaan individu, baik
kedewasaan secara akademis maupun sosial. Tidak hanya pengetahuan dan
wawasan saja yang akan bertambah, namun kemampuan dalam bersikap ataupun
bersosialisasi akan menjadi budaya bagi sekolah. hal ini juga dapat mewujudkan
pendidikn yang berkarakter.
Namun dalam kenyataannya, sekolah-sekolah kita belum mampu secara
optimal menerapkan budaya “learning organization”, terlihat dari salah satu 
indikator dimana masih ada sekolah yang melakukan pembelajaran “teacher
oriented” bukan “student oriented”. Paradigma ini tentu harus sepenuhnya diubah,
sehingga tidak hanya peserta didik saja yang belajar, namun ada sinergitas dari
seluruh warga sekolah untuk terus belajar dan belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan seumur hidup dikelola atas
tanggung jawab keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya mempunyai
kaitan tanggung jawab yang terpadu dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang menanamkan nilai dan norma.
Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam
menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan
religius. Dalam keadaan yang istimewa/luar biasa semua keadaan tersebut
akan menjadi pendorong mencapai sukses, karena ditunjang kemandirian,
semangat, dan kamauan yang memadai. Yang bertanggung jawab dalam
pendidikan keluarga yaitu pimpinan keluarga.
Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Di sekolah anak
mendapatkan pendidikan yang intensif dan menumbuh-kembangkan potensi
anak. Sekolah perlu membekali mereka dengan penalaran, keterampilan dan
sikap ilmiah yang memadai. Dari individu yang cerdas, akan lahir bangsa
yang cerdas, bangsa yang mampu memecahkan masalah-masalahnya sendiri,
tanpa ketergantungan kepada bangsa yang lain. Yang bertanggung jawab
dalam pendidikan ini adalah pemerintah.
Di lingkungan masyarakat anak mendapat pendidikan. Masyarakat
merupakan lembaga ketiga yang bertanggung jawab dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak akan dibekali penalaran, keterampilan
dan sikap makarya, sering juga pendidikan di masyarakat ini dijadikan upaya
menoptimalkan perkembangan diri. Partisipasi masyarakat membantu
pemeruntah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang sangat
diharapkan.
Daftar Pustaka
jintut-nocturna.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai