Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum ke-7 Hari/Tanggal : Senin/21 November 2016

m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok/Shift : XII/ Senin


Asisten : Arif Lukman

GAMBARAN DARAH IKAN I

Disusun oleh:
Nuralim Paturakhman
C14140035

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi
sebagai agen pengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, pengangkut oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap gangguan luar tubuh,
seperti virus atau bakteri. Darah merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk menentukan kondisi kesehatan dari ikan budidaya. Hal ini
dikarenakan bahwa darah membawa segala hal yang akan disalurkan ke organ dan
membawa kembali beberapa dari sisa metabolisme, seperti CO2 yang merupakan
buangan dari sistem respirasi (Hartika et al 2014).
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan
pada tubuh secara fisik maupun fisiologis pada ikan dalam jangka waktu tertentu.
Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti organisme lain,
lingkungan ataupun campur tangan manusia dan faktor internal seperti kondisi
imun tubuh yang kurang baik dan sifat genetik ikan. Integrasi yang tidak sesuai
antara tubuh ikan dan kondisi lingkungan ini yang menimbulkan daya pertahanan
tubuh ikan menjadi menurun sehingga mudah terserang penyakit. Faktor biotik
yang dapat menyebabkan penyakit yaitu bakteri patoge, parasit patogen,
cendawan, hama, predator, dan kompetitor. Ketidakseimbangan reaksi antar faktor
di atas akan memperbesar kemungkinan terjangkitnya penyakit pada ikan
sehingga ketiga faktor tersbut harus senantiasa dikelola dengan baik. Salah satu
komoditas akuakultur yang rentan adalah ikan yang berukuran benih dan berada
dilingkungan yang buruk seperti ikan lele (Yulartati 2011).
Salah satu indikator terjadinya infeksi pada ikan yaitu adanya perubahan
pada gambaran darah. Ikan yang terinfeksi akan mengalami perubahan pada
konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit total dan jumlah eritrosit. Pemeriksaan
darah ikan merupakan faktor penting dalam membantu diagnosis, prognosis dan
terapi. Kondisi kesehatan ikan lele umumnya sulit ditentukan secara visual, karena
ikan lele seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan ikan
tersebut terserang suatu penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan
parameter hematologis meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, kadar hemoglobin,
jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih dan pengamatan parasit yang
terdapat dalam darah (Hartika et al 2014).

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran darah ikan
lele (Clarias spp) dengan mengukur parameter jumlah sel darah merah,
hemoglobin, dan konsentrasi hematokrit.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 14 November 2016 pukul 12.00
sampai dengan 15.00 WIB bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan lantai 2
Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah alat suntik (syringe),
gelas obyek, baki, gelas tutup (cover glass), mikrotube, pipa sahli, hemasitometer,
mikroskop, lilin cristace, sentrifuge, label. Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini ialah ikan lele, antikoagulan (Na-sitrat 3,8%), HCl,
Prosedur
Ikan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah ikan lele (Clarias. Sp) .
Pertama-tama ikan diletakkan dibaki dengan posisi kepala disebelah kiri.
Kemudian isi alat suntik dengan antikoagulan (Na-sitrat 3,8%) sedikit, bilas dan
buang kembali. Lalu darah diambil pada bagian LL atau linea lateralis. Kemudian
darah yang ada pada syringe dipindahkan kedalam tube, darah diambil sebanyak
0,5 ml. Kemudian tambahkan larutan Hayem’s sampai skala 101, pengadukan
darah di dalam pipet dilakukan dengan mengayunkan tangan yang memegang
pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menitsehingga darah
tercampur rata. Larutan Hayem’s ini berfungsi untuk mematikan sel darah putih.
Kemudian buang dua tetes pertama larutan darah dalam pipet, selanjutnya
teteskan pada haemocytometer dan tutup dengan gelas penutup. Hitung jumlah sel
darah merah dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah
eritrosit dihitung sebanyak 10 kotak kecil dan dikonversikan menurut jumlah total
kotak kecil sehingga didapatkan jumlah sel darah merah permililiter. (contoh
perhitungan sel darah merah terlampir di lampiran 1)
Selanjutnya, berikut prosedur menentukan kadar hemoglobin pada darah
ikan lele yang telah diambil. Pertama larutan HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam
tabung salinometer sampai batas skala merah lalu dimasukkan darah ikan lele
sebanyak 0,02 ml dan dihomegenkan. Setelah itu, tabung salinometer dimasukkan
kedalam kotak warna kontrol dan tabung salinometer yang telah berisi darah ikan
lele ditambahkan akuades sampai warnanya sama sesaui warna kontrol dan diukur
banyaknya larutan tersebut untuk menentukan kadar hemoglobin.
Prosedur terakhir yaitu perhitungan hematokrit. Pertama, pipa kapiler
diambil dan dicelupkan 45o kedalam mikrotube berisi darah ikan sampai ¾ ukuran
pipa kapiler. Setelah itu pipa kapiler ditempelkan pada lilin yang berfungsi untuk
menutup lubang kapiler dan setelah tersumbat, pipa kapiler di sentrifus selama 5
menit pada kecepatan 500 rpm. Hasil dari hermatokrit adalah pembagian antara
panjang sel darah dibagi dengan jumlah seluruh larutan yang ada dikapiler dikali
100. (contoh perhitungan terlampir di lampiran 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut di bawah ini tabel hasil gambaran darah berupa sel darah merah,
hemoglobin, dan hematokrit pada ikan lele.
Tabel 1 Hasil gambaran darah berupa sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit ikan
lele.
Kelomopok SDM (sel/mm2 ) Hemoglobin (g%) Hematokrit (%)

1 4,06 × 106 8,4 30,61

2 2,74 × 106 14 28,30

3 3,39 × 106 9,8 33,33

4 1,01 × 106 6,4 28

5 2,91 × 106 7,8 26

6 2,15 × 106 5,4 20

7 1,85 × 106 3,2 18,96

8 2,90 × 106 8,4 30

9 1,34 × 106 14,4 27,11

10 2,64 × 106 4,6 26,78

11 2,55 × 106 7 20,33

12 2,30 × 106 10,8 28,5

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah terbanyak pada


masing-masing pengamatan beturut-turut dari SDM, hemoglobin dan hematokrit
adalah 4,06 x 106 sel/mm2, 14,4 g%, dan 33,33 %. Rata-rata hasil dari masing-
masing pengamtan berturut-turut berkisar antara 2,15 x 106 sel/mm2 -2,30 x 106
sel/mm2 , 8-10 g%, dan 24-27 %.

Pembahasan

Pemeriksaan darah pada suatu diagnosa penting dilakukan untuk


membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit yang menyerang tubuh ikan
budidaya. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada gambaran darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang
memungkinkan terdeteksinya suatu penyakit pada ikan. Darah akan mengalami
perubahan yang serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi baik dari
jumlah sel darah merah, hemotokrit dan hemoglobin. Parameter darah yang dapat
memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah
putih) (Hartika et al 2014).
Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen
seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup. Sel dan plasma darah mempunyai peranan
fisiologis yang sangat penting seperti penyimpan oksigen sementara sekaligus
pengangkut dan membantu pengangkutan zat-zat metabolisme lainnya. Plasma
darah adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi
dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut
(Dopongtonung 2008).
Kuswardani (2006), mengungkapkan bahwa kadar hematokrit dan kondisi
gambaran darah yang lain dapat bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan, ikan lele dengan kadar hemoglobin tertinggi yaitu sebesar
14,4 g% dan terendah 3,2 g%. Hemoglobin normal bagi ikan teleostei berkisar
antara 12 sampai 13% Hb/100 ml darah. Semakin rendah kadar hemoglobin yang
dimiliki maka semakin kecil kemampuan untuk mengangkut oksigen kedalam
tubuh dan dapat menyebabkan mudahnya terinfeksi penyakit (Kuswardani 2006).
Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada
ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Adapun parameter yang
diamati ialah jumlah sel darah merah pada ikan lele. Ukuran eritrosit ikan lele
(Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti
berkisar antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106
sel/mm2 (Dopongtonung 2008). Berdasarkan hasil praktikum yang telah
didapatkan terdapat beberapa kelompok yang memiliki kisaran jumlah sel darah
merah mendekati jumlah sel darah merah menurut literatur, yaitu berkisar antara
2,91 x 106 sel/mm2 - 4,06 106 sel/mm2 .
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui ikan lele dengan kadar
hematokrit tertinggi yaitu 33,33% dan terendah 20%. Persentase nilai hematokrit
ikan lele normal berkisar antara 30,8-45,5% (Angka et.al. 1985 dalam
Dopongtonung 2008). Randall (1970) dalam Dopongtonung (2008), bahwa nilai
hematokrit yang lebih kecil dari 22% menunjukkan bahwa ikan mengalami
anemia dan kemungkinan terinfeksi penyakit. Sehingga dapat didiagnosa bahwa
ikan tersebut masih dalam keadaan rentan sakit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengamatan gambaran darah ikan yang telah dilakukan menunjukkan
terdapat beberapa kelompok yang memiliki kisaran parameter gambaran darah
ikan lele seperti jumlah sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit dalam
kategori sehat. Meskipun demikian, terdapat sampel darah ikan lele yang dibawah
angka sehat menurut literatur sehingga dikategorikan ikan sehat namun masih
dalam keadaan rentan terhadap penyakit.
Saran
Praktikan menyarankan untuk praktikum selanjutnya digunakan jenis ikan
yang bervariasi sehingga akan diperoleh pengetahuan terkait gambaran darah pada
berbagai jenis ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dopongtonung, A. 2008. Gambaran darah ikan lele (Clarias spp.) yang berasal
dari daerah Laladon-Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Hartika R, Mustahal, Putra A. 2014. Gambaran darah ikan nila (Oreochromis


niloticus) dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4 (4): 259-267.

Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian resin lebah terhadap gambaran darah


maskoki (Carassius auratus) yang terinfeksi bakteri Aeromonas
hydrophila [skripsi] . Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Yulartati E. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit pada Ikan Patin (Pangasius


djambal) pada Beberapa Pembubidaya Ikan di Kota Makassar. [Skripsi].
Makassar (ID). Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan sel darah merah

jumah sel terhitung 1


SDM= x 25 x x faktor pengenceran
kotak yg dihitung(5) vol . kotak

1
= 230 1 0,5
×25 × ×
5 0,1 1 /100
= 2,30 x 106

Lampiran 2 Perhitungan hematokrit

a a = panjang endapan (cm)


hematokrit = x 100 %
b b = panjang volume darah (cm)
5,7
hematokrit = x 100 %
2
= 28,5 %

Lampiran 3 Penampang sel darah merah dalam mikroskop

Anda mungkin juga menyukai