Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH


KEBUTUHAN MOBILITAS

DIRUANG ANGGREK RSUD PROF .Dr. W.Z.JOHANES KUPANG

OLEH:

NAMA : ALFIAN TALU POPO

NIM: 171111003

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2019/2020
BAB 1

KEBUTUHAN MOBILISASI

A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Immobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
B. Penyebab
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi:
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang
dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi
dua yaitu
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau
trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada
medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah
baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini
cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008),secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :
1. Immobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Immobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada
kasus kerusakan otak.
3. Immobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai
4. Immobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).
Rentang Gerak dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional\
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas
yang diperlukan (Carpenito, 2000).
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun
pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena
latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot
merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok
otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot
yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal


adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan
dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

a. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan


stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi
vertebra.
b. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago
terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi,
kostosternal antara sternum dan iga.
c. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan
dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh:
sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula).
d. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi
putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang
pada jari.
e. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan
kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki
fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan
ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat
punggung bergerak.
f. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon
akhiles/kalkaneus.
g. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen
tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti
osteoarthritis.
h. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer
utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
i. Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi
tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki
berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat
berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor
memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk
mengubah posisi.
E. Pathway keperawatan

Perdarahan

Oklusi

Penurunan perfusi jaringan

Hipoksia

Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

Gangguan perfusi jaringan serebral

defisit neurologis
Intoleransi aktivitas Defisit perawatan dari Gangguan mobilisasi
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia.: Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas,
terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan.: Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat
adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap
orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering
dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik,: meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan
dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana
respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya,
mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas
dan lain-lain.
3. Aspek sosial cultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami
klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap
pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain.
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan
nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang,
seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan
ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi,
2008).

2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan


a. Menyatakan merasa letih a. Tirah baring
b. Menyatakan merasa lemah b. Kelemahan umum’
c. Ketidaknyamanan setelah c. Ketidakseimbangan suplai dan
beraktivitas kebutuhan oksigen
d. Respon tekanan darah abnormal d. Imobilitas
terhadap aktivitas
e. Perubahan EKG yang
mecerminkan iskemia

2. Gangguan mobilitas fisik

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan


a. Kesulitan membolak balik posisi a. Intoleransi aktivitas
b. Penurunan waktu reaksi b. Penurunan kekuatan otot
c. Keterbatasan kemampuan c. Gangguan neuromuskuler
melakukan motorik halus dan d. Penurunan ketahanan tubuh
kasar
d. Dispnea setelah beraktivitas

3. Defisit perawatan diri

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan


a. Ketidakmampuan mengakses kamar a. Penurunan motivasi
mandi b. Kendala lingkungan
b. Ketidakmampuan mendapatkan pakain c. Gangguan neuromuscular
c. Ketidakmampuan mengambil makanan d. Kelemahan umum
dan memasukkan ke mulut e.

3. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

NO. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawatan Keperawatan( NOC ) (NIC )
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 a. Tentukan
Kelemahan umum jam: penyebab
keletihan: :nyeri,
a. Klien mampu aktifitas,
perawatan ,
mengidentifikasi pengobatan
b. Evaluasi motivasi
aktifitas dan situasi
dan keinginan
yang menimbulkan klien untuk
meningkatkan
kecemasan yang
aktifitas.
berkonstribusi pada c. Monitor respon
kardiorespirasi
intoleransi aktifitas.
terhadap aktifitas :
b. Klien mampu takikardi,
disritmia, dispnea,
berpartisipasi dalam
diaforesis, pucat.
aktifitas fisik tanpa d. Monitor respon
terhadap
disertai peningkatan
pemberian oksigen
TD, N, RR dan : nadi, irama
jantung, frekuensi
perubahan ECG
Respirasi terhadap
c. Klien mengungkapkan aktifitas perawatan
diri
secara verbal,
e. Kaji pola istirahat
pemahaman tentang klien dan adanya
faktor yang
kebutuhan oksigen,
menyebabkan
pengobatan dan atau kelelahan.
Terapi Aktivitas
alat yang dapat
a. Bantu klien
meningkatkan toleransi melakukan
ambulasi yang
terhadap aktifitas.
dapat ditoleransi.
d. Klien mampu b. Rencanakan
jadwal antara
berpartisipasi dalam
aktifitas dan
perawatan diri tanpa istirahat.
c. Bantu dengan
bantuan atau dengan
aktifitas fisik
bantuan minimal tanpa teratur : misal:
ambulasi,
menunjukkan kelelahan
berubah posisi,
perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
d. Minimalkan
anxietas dan
stress, dan
berikan istirahat
yang adekuat.
e. Kolaborasi
dengan medis
untuk pemberian
terapi, sesuai
indikasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.

NO. Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan ( NOC ) (NIC )
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Latihan untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 4 x 24 ambulasi
Kelemahan umum jam klien menunjukkan:
a. Ajarkan teknik
a. Mampu mandiri Ambulasi &
total perpindahan yang
b. Membutuhkan alat aman kepada klien
bantu dan keluarga.
c. Membutuhkan b. Sediakan alat bantu
bantuan orang lain untuk klien seperti
d. Penampilan posisi kruk, kursi roda, dan
tubuh yang benar walker
e. Pergerakan sendi c. Beri penguatan
dan otot positif untuk berlatih
f. Melakukan mandiri dalam
perpindahan/ batasan yang aman.
ambulasi : miring
kanan-kiri, berjalan, Latihan mobilisasi
kursi roda dengan kursi roda

d. Ajarkan pada klien &


keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda
& cara berpindah dari
kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya.
e. Dorong klien
melakukan latihan
untuk memperkuat
anggota tubuh
f. Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi
roda

Perbaikan Posisi
Tubuh yang Benar

g. Ajarkan pada klien/


keluarga untuk mem
perhatikan postur
tubuh yg benar untuk
menghindari
kelelahan, keram &
cedera.
h. Kolaborasi ke ahli
terapi fisik untuk
program latihan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan : Kerusakan neurovaskuler

NO. Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan ( NOC ) (NIC )
1. Intoleransi Setelah dilakukan Bantuan Perawatan Diri:
aktivitas asuhan keperawatan Mandi, higiene mulut,
berhubungan selama 4x24 jam. Klien penil/vulva, rambut, kulit
dengan mampu :
Kelemahan umum a. Kaji kebersihan kulit, kuku,
a. Melakukan ADL rambut, gigi, mulut, perineal,
mandiri : mandi, anus
hygiene mulut ,kuku, b. Bantu klien untuk mandi,
penis/vulva, rambut, tawarkan pemakaian lotion,
perawatan kuku, rambut, gigi
berpakaian, toileting, dan mulut, perineal dan anus,
makan-minum, sesuai kondisi
ambulasi c. Anjurkan klien dan keluarga
b. Mandi sendiri atau untuk melakukan oral
dengan bantuan hygiene sesudah makan dan
tanpa kecemasan bila perlu
c. Terbebas dari bau d. Kolaborasi dgn Tim Medis /
badan dan dokter gigi bila ada lesi,
mempertahankan iritasi, kekeringan mukosa
kulit utuh mulut, dan gangguan
d. Mempertahankan integritas kulit.
kebersihan area
perineal dan anus Bantuan perawatan diri :
e. Berpakaian dan berpakaian
melepaskan pakaian
sendiri a. Kaji dan dukung kemampuan
f. Melakukan keramas, klien untuk berpakaian
bersisir, bercukur, sendiri
membersihkan kuku, b. Ganti pakaian klien setelah
berdandan personal hygiene, dan
g. Makan dan minum pakaikan pada ektremitas
sendiri, meminta yang sakit/ terbatas terlebih
bantuan bila perlu dahulu, Gunakan pakaian
Mengosongkan yang longgar
kandung kemih dan c. Berikan terapi untuk
bowel mengurangi nyeri sebelum
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi

Bantuan perawatan diri :


Makan-minum

a. Kaji kemampuan klien untuk


makan : mengunyah dan
menelan makanan
b. Fasilitasi alat bantu yg mudah
digunakan klien
c. Dampingi dan dorong
keluarga untuk membantu
klien saat makan

Bantuan Perawatan Diri:


Toileting

a. Kaji kemampuan toileting:


defisit sensorik
(inkontinensia),kognitif(mena
han untuk toileting), fisik
(kelemahan fungsi/ aktivitas)
b. Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama toileting
c. Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang mudah
dijangkau
- Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2010. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2007. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2009. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi


NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Heather, T.H. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014: alih
bahasa Sumawarti& Subekti: Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai